Chapter 50 : Floor Boss

 

Dungeon di bawah Kota Akademik Aramthurst memiliki beberapa karakteristik yang sebaiknya diperhatikan. Salah satu karakteristik tersebut adalah monster boss dapat ditemukan setiap sepuluh lantai. Boss lantai ini sulit dihadapi—bahkan jika kalian berhasil mengalahkannya, mereka akan hidup kembali setelah jangka waktu tertentu. Namun, sistem ini sebenarnya cukup praktis, tergantung pada cara pandang kalian.

 

Setelah mengalahkan monster boss itu sekali, sekelompok petualang dapat mengoptimalkan peralatan dan strategi mereka secara khusus untuk melawannya, yang memungkinkan mereka mengalahkan makhluk itu dengan lebih efisien untuk kedua kalinya. Terlebih lagi, Demonic Stone yang dimiliki setiap monster boss cukup berharga—batu itu lebih unggul daripada Demonic Stone monster normal dalam hal ukuran dan kemurnian.

 

Inti dari penjelasan ini sederhana—hal yang perlu diperhatikan adalah fakta bahwa monster boss ini ditakdirkan untuk dikalahkan segera setelah mereka muncul, setidaknya di lantai kesepuluh dan kedua puluh, yang terhubung langsung dengan perangkat transfer lantai.

 

***

 

Setelah kami mencapai lantai dua puluh satu, kami mengalahkan monster-monster di sekitar dan kemudian memilih sebuah ruangan yang aman untuk mendirikan kemah. Saat itu, aku membantu Clara memasang.... sesuatu.

 

"Ini.... tirai?"

 

Clara mengangguk.

"Ya. Angkat seperti ini, dan.... tidak akan ada orang lain yang bisa melihat."

 

Sejujurnya, benda yang kami bangun di sudut ruangan itu adalah toilet. Kami telah memisahkannya dari pandangan dengan tirai, namun tidak banyak yang bisa dilihat—hanya sebuah ember yang bisa dilipat dan sebuah kursi dengan lubang di tengahnya yang telah kami tempatkan di atasnya. Setelah menyelesaikan sisa pemasangan, Clara melangkah maju dan mulai melemparkan sesuatu ke dalam ember.

 

"Apa itu?"

Tanyaku padanya.

 

"Deodoran." Jelas Clara.

 

"Itu akan menghilangkan bau. Membuatnya lebih mudah ditangani."

 

Hal itu tentu saja tidak mewah, namun kami terjebak di dungeon. Manusia seperti kami tidak bisa begitu saja menghilangkan fenomena fisiologis alami semacam ini... Sebaliknya, sedikit kebijaksanaan dan kecerdikan diperlukan.

 

Hal ini jadi mengingatkanku, aku pernah mendengar sebelumnya bahwa alasan petualang laki-laki berhenti menganggap petualang perempuan sebagai perempuan adalah karena hal-hal seperti ini. Mereka mengatakan petualang perempuan kehilangan rasa malu mereka setelah harus menghadapi situasi intim seperti itu di sekitar laki-laki, dan akhirnya menjadi lebih maskulin sebagai hasilnya.

Mataku melirik Novem.

 

Aku tidak ingin itu terjadi padanya....

Pikirku dengan putus asa.

 

Clara menatapku dengan rasa penasaran, merasakan suasana hatiku yang memburuk, namun pada akhirnya tidak bertanya. Sebaliknya, Clara berkata,

"Itu pengaturan dasar. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali."

 

Aku mengangguk sebagai balasan.

"Oh, aku bisa memahaminya dengan sangat baik."

 

"Itu sama saat di medan perang."

Kepala keluarga kelima menimpali dengan acuh tak acuh.

 

"Cukup umum untuk menemukan kotoran atau air seni, dan jika kalian mengiris perut seseorang..."

 

Aku tidak mendengar sisanya—rasa jijik itu membersihkannya dari pikiranku.

 

Serius, aku mengerti. Kau tidak perlu menjelaskannya. Sungguh.

Saat aku baru saja pulih dari apa yang baru saja kudengar, Clara pergi untuk menyiapkan sesuatu yang lain. Aku pergi lebih dulu dan mengikutinya.

 

"Tolong jaga tanganmu tetap bersih."

Kata Clara, suaranya melayang ke arahku dari balik bahunya.

 

"Dan jika kau butuh air panas, katakan saja padaku. Aku bisa menyiapkannya kapan saja."

 

Melihat betapa tekunnya Clara bergerak di sekitar perkemahan, ​​menyelesaikan berbagai tugas, aku merasa cukup terkesan dengannya.

"Kau bekerja cukup keras." Komentarku.

 

Clara menatapku dan menghela napasnya.

"Yah, biasanya akan ada lebih banyak pendukung daripada aku."

 

Oh.

Pikirku, tiba-tiba merasa gelisah.

 

"Tapi."

Tambah Clara, melihat ekspresi bingung di wajahku.

 

"Aku mengerti alasanmu."

 

Masalahnya adalah, meskipun mudah untuk merekrut orang, kami tidak tahu siapa yang bisa atau tidak bisa kami percaya. Aku menggunakan Art-ku dengan kekuatan penuh untuk misi ini—aku ingin menghindari informasi tentang kemampuanku jatuh ke tangan siapapun yang tidak akan menjaganya dengan aman. Dalam hal itu, Clara adalah pendukung yang sangat baik. Bahkan jika kalian memperhatikan perilakunya lebih dekat, dia belum menunjukkan tanda-tanda bahwa dia akan membocorkan informasi, seperti mencuri Demonic Stone, atau mengendur dalam pekerjaannya.

 

Ini agak ironis.

Pikirku dalam hati.

 

Reputasinya yang baik adalah yang menarik perhatian Guild, tapi itu juga alasan utama dia terus-menerus diperkenalkan kepada murid bangsawan yang mengerikan dari Akademi.

 

Pada akhirnya, aku hanya menatap Clara dengan pandangan meminta maaf.

"Kami tidak punya banyak waktu persiapan untuk misi ini, jadi aku tidak punya waktu luang untuk merekrut lebih banyak anggota. Aku harus benar-benar memikirkannya lebih lanjut lain kali."

 

Clara menerima jawaban itu dengan tenang, tidak mengucapkan sepatah kata pun sebagai tanggapan. Sebaliknya, dia mengajakku berkeliling perkemahan dan menjelaskan berbagai tugas kepadaku saat dia mengerjakannya.

 

Dalam waktu singkat, persiapan perkemahan kami telah selesai.

 

***

 

Aku terbangun karena suara napas panjang dan dalam dari orang-orang yang sedang tidur. Dengan lesu, aku membuka mataku; saat mataku sudah fokus, aku menyadari bahwa Miranda adalah satu-satunya orang di perkemahan yang masih terjaga.

 

Biasanya, orang lain juga harus bangun dan waspada.

Pikirku, sambil melihat sekeliling dan melihat seorang perempuan berjubah hitam bersandar di dinding dalam posisi duduk.

 

Oh, sepertinya Sophia-san tertidur.