Chapter 47 : Preparations

 

Aku memulai persiapan dungeon-ku di sebuah toko di Kota Akademik Aramthurst yang sering dikunjungi oleh para petualang. Kota ini memiliki cukup banyak toko sejenis, karena dungeon yang selalu ada di bawah jalan-jalannya membuat para petualang selalu membutuhkan perlengkapan eksplorasi. Toko khusus ini menjual berbagai macam barang, kecuali senjata dan armor. Yang membuatku senang, yang dibutuhkan hanyalah obrolan singkat dengan pemilik toko untuk mendapatkan sebagian besar barang yang aku cari. Namun, dia tampak agak terkejut dengan permintaanku.

 

"Kau ingin perlengkapan untuk tujuh orang selama dua minggu?"

Tanya pemilik toko itu kepadaku.

 

"Itu agak jarang sekali."

 

Novem, yang menemaniku, memiringkan kepalanya mendengar ini.

"Benarkah itu?"

 

"Ya."

Jawab pemilik toko itu.

 

"Maksudku, kalian akan masuk ke dungeon, kan? Mungkin tidak begitu aneh di tempat lain, tapi di Kota Akademik Aramthurst kalian jarang melihat kelompok dengan jumlah seperti itu menghabiskan lebih dari tiga atau empat hari di dungeon. Untuk kelompok sekecil itu tinggal di sana selama dua minggu penuh...? Itu hampir tidak pernah terdengar. Pastikan kalian tidak terlalu memaksakan diri, oke? Aku tahu kalian masih muda, jadi aku mengerti keinginan untuk memaksakan diri hingga batas maksimal, tapi...."

 

"Tidak perlu khawatir." Selaku.

 

"Kami tidak berencana melakukan hal gila. Kami hanya tidak sering mendapat kesempatan untuk memasuki dungeon, jadi kami berencana untuk meluangkan waktu dan menggunakannya sebagai pengalaman belajar yang baik."

 

"Aku harap itu benar."

Jawab pemilik toko sambil menggaruk kepalanya dengan cemas.

 

"Aku sudah mendapatkan semua yang aku butuhkan dari kalian sekarang setelah aku mengambil uang kalian, jadi kalian dapat mengandalkanku untuk menyiapkan semuanya tepat waktu. Kalian hanya perlu memastikan untuk pulang dengan selamat, oke?"

 

Novem dan aku mengucapkan terima kasih atas bantuan dan perhatiannya, lalu berjalan keluar dari toko dan menuju jalan-jalan kota. Aku menutup mulutku dengan tanganku segera setelah kami melangkah keluar—toko itu terletak dekat dengan dinding luar Kota Akademik Aramthurst, dan awan pasirnya mengerikan bahkan saat pagi buta seperti ini.

 

"Aria-san dan Sophia-san pergi minum teh dengan Miranda-san, kan?"

Tanyaku pada Novem, suaraku teredam. Aku mulai berjalan ke jalan, menuju tujuan belanja kami berikutnya.

 

"Ya."

Jawab Novem sambil mengangguk.

 

"Aku menolak tawaran itu demi melayanimu, Lyle-sama, tapi mereka bertiga tampaknya akur juga. Miranda-san sudah berhubungan baik dengan Aria, dan Aria serta Sophia semakin dekat selama beberapa minggu terakhir."

 

"Kamu selalu bisa pergi dan menikmati teh bersama mereka jika kamu mau, Novem."

Tawarku, berusaha sebisa mungkin menjaga nada bicaraku tetap datar.

 

 

Novem menatapku cukup lama.

 

"Lyle-sama."

Kata Novem dengan nada menegur.

 

"Apa kamu benar-benar berpikir kamu bisa berbelanja sendiri? Beberapa saat yang lalu, kamu mencoba membeli semua barang di tempat lain itu hanya karena harganya lebih murah."

 

Aku meringis saat dia mengukit hal itu.

"Maaf..." Kataku.

 

Sebelum kami memutuskan untuk membeli barang-barang dari pemilik toko sebelumnya, aku melihat sebuah toko yang memasang tanda di luar yang menunjukkan bahwa mereka menyediakan semua yang kami butuhkan. Aku melangkah maju dan mampir, dan pegawai yang sangat ramah itu merekomendasikanku banyak barang yang berbeda. Aku baru saja akan membeli semuanya ketika Novem masuk dan memaksaku untuk berhenti. Novem menyuruhku melihat lebih dekat barang-barang yang akan kubeli—perbekalan itu, meskipun tidak benar-benar busuk, sangat buruk. Jumlahnya juga sedikit, jadi meskipun kami memesan cukup untuk memberi makan tujuh orang, jumlah itu mungkin hanya akan memberi makan lima atau enam orang.

 

Pada dasarnya.... aku hampir tertipu.

 

"Itu sebenarnya bukan masalah besar, Lyle-sama."

Kata Novem dengan suara lembut, seolah merasakan rasa bersalahku.

 

"Sungguh, aku tidak mencoba untuk mendapatkan permintaan maaf darimu. Hanya saja, kamu tahu apa kata mereka : dua kepala lebih baik daripada satu."

Senyum yang Novem kirimkan padaku selanjutnya terasa menyakitkan. Sangat menyakitkan.

{ TLN : Artinya itu dua orang yang bekerja bersama lebih mungkin untuk memecahkan masalah atau menghasilkan ide daripada satu orang yang bekerja sendiri. }

 

"Malangnya Novem ini."

Kepala keluarga ketiga menghela napasnya, jelas mencoba membuatku marah.

 

"Dia bahkan tidak bisa keluar dan bersenang-senang karena kau sangat tidak bisa diandalkan. Kau mungkin ingin mulai memikirkan lebih banyak untuk memperbaikinya, hmm, Lyle? Kau tidak ingin terus tidak berguna, kan?"

 

Aku mengepalkan tanganku, namun tidak menjawabnya. Meskipun itu membuat frustrasi, aku tidak punya bantahan.

 

***

 

Novem dan aku mencapai tujuan kami berikutnya tidak lama setelah itu, setelah menerobos awan debu untuk mencapai sebuah toko yang terletak persis di sebelah tembok luar kota.

 

Tempat ini juga cukup dekat dengan Guild.

Pikirku saat aku berjalan ke gang sempit yang menjadi pintu depan toko.

 

Ini masuk akal, karena tempat ini mengkhususkan diri dalam persenjataan.

 

Aku hanya selangkah dari pintu masuk gang ketika seorang perempuan yang tampak seperti murid Akademi terhuyung-huyung keluar dari pintu toko. Saat perempuan itu melewatiku, aku mendengarnya berkata,

"Mengapa aku harus gagal pada mereka semua...? Bulan ini akan berat."

 

Aku meliriknya dengan rasa penasaran, namun tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas selain fakta bahwa wajahnya tampak sangat pucat. Keanehan tindakannya sedikit menggangguku, namun begitu aku melangkah masuk ke toko, aku harus melupakan pikiran itu. Toko itu lebih sempit daripada tempat-tempat yang pernah aku kunjungi di Kota Darion, tempatnya yang sempit dijejali dengan peralatan sebanyak mungkin yang dapat ditampung oleh bangunan itu. Seorang demi-human dwarf berjanggut bersembunyi di balik meja kasir, menyimpan sejumlah anak panah satu per satu. Namun, begitu dia melihat kami, dia melangkah maju untuk menyambut kami masuk ke dalam toko.

 

"Selamat datang."

Katanya sambil tersenyum.

 

Dia pasti pemilik toko ini.

Pikirku, sambil menunduk agar bisa menatap matanya. Dia bertubuh pendek dan ramping, hampir seperti anak-anak, jadi aku hampir menjulang tinggi di atasnya.

 

Dia tersenyum padaku, lalu kembali menatap beberapa anak panah yang tersisa di meja kasir, terus menyimpannya dengan hati-hati dengan tingkat kewaspadaan yang menurutku sangat tidak biasa. Diliputi rasa penasaran, aku tidak dapat menahan diri untuk bertanya,

"Apa ada yang istimewa dari anak panah yang kau simpan di sana?"

 

Tangan dwarf itu membeku. Dengan senyum yang agak gelisah, dia menjawab,

"Ya, ini anak panah yang bisa meledak. Anak panak ini dipenuhi dengan sihir, jadi anak panah ini disebut senjata sihir. Ini, lihatlah."

Dia mengulurkan anak panah ke arahku, dan begitu aku mengintip lebih dekat, aku menyadari bahwa kepala panah itu terbuat, bukan dari logam, namun dari tanah liat. Novem juga mencondongkan tubuh untuk melihatnya, dan dia mengangkat tangan ke bibirnya, seolah-olah menyadari sesuatu.

 

"Apa bagian-bagian berkilauan di ujung anak panah itu adalah pecahan Demonic Stone?" Tanya Novem, alisnya terangkat.

 

"Mungkinkah Demonic Stone itu dihancurkan dan kemudian melebur ke dalam tanah liat sebelum mengeras?"

 

Pemilik toko itu menatap Novem dengan terkejut, yang dengan cepat memudar menjadi senyum lebar. Tiba-tiba, pemilik toko itu menjadi jauh lebih banyak bicara.

 

"Jadi, kau bisa tahu itu?"

Tanyanya pada Novem, suaranya ceria.

 

"Kau tepat sasaran—Demonic Stone, di antara berbagai hal lain, dihancurkan dan diremas menjadi campuran tanah liat khusus, yang kemudian dilipat menjadi bentuk yang sesuai. Sayangnya, yang ini punya sedikit masalah...."

Pemilik toko itu menghela napasnya.

 

"Biasanya, anak panah seperti ini dimaksudkan untuk memanggil angin atau api guna meningkatkan jumlah kerusakan yang ditimbulkan pada musuh, tapi anak panah ini gagal total. Anak panah ini mungkin disebut dengan nama yang hebat dan berlebihan, tapi...."

 

Dwarf itu mencabut salah satu mata panah dari sisa anak panah, lalu membuangnya ke tong sampah logam yang cukup besar yang berada pada jarak yang aman dari kami. Begitu mata panah itu mengenai apapun yang membara di dalamnya, terdengar suara letupan ledakan yang diikuti oleh semburan asap.

 

"O-Oh, astaga...."

Kata kepala keluarga ketujuh dengan gembira.

 

"Hebat sekali! Benda-benda itu mungkin tidak menghasilkan anak panah terbaik, tapi kumpulkan semua mata panah itu dan kau akan mendapatkan bom yang sempurna—"

 

"Dasar bodoh!"

Kepala keluarga kedua menyela, suaranya bersemangat.

 

"Mereka hanya menarik karena mereka adalah anak panah! Berikan beberapa anak panah itu kepada pemanah yang hebat, dan pemanah itu akan benar-benar punya waktu untuk bersinar!"

 

Jadi.

Pikirku, sambil berusaha menahan tawa.

 

Kepala keluarga kedua bersemangat menggunakan anak panah sihir dengan senjata yang menjadi spesialisasinya, sedangkan kepala keluarga ketujuh hanya bersemangat dengan prospek ledakan.

 

"Seperti yang kalian lihat."

Kata pemilik toko itu, tampak sedikit kecewa.

 

"Yang bisa anak panah ini lakukan hanyalah meledak. Anak panah ini cukup kuat, tentunya, tapi bukan itu yang kami cari."

 

Hal itu tampaknya tidak menghalangi minat Novem—dia mengamati tumpukan anak panah sihir itu dengan rasa ingin tahu yang sedikit berhati-hati. Sejujurnya, anak panah itu juga membuatku penasaran.

 

"Tetap saja, anak panah itu tampak sangat menakjubkan."

Kataku kepada pemilik toko.

 

"Kau tidak berpikir anak panah itu mungkin terbukti menjadi aset yang kuat jika kau cukup menguasainya, kan?"

 

Dwarf itu menggelengkan kepalanya.

"Aku tidak berencana melakukan hal semacam itu. Kepala-kepala anak panah itu hanya akan berakhir seperti ini karena campurannya tidak stabil—hasilnya tidak menentu. Itu artinya kau tidak bisa mengandalkan mereka dalam pertarungan. Ditambah lagi, mereka sangat merepotkan untuk dibawa-bawa. Anak panah biasa, yang sekarang bisa kau tembakkan dengan cepat, kan? Yang ini akan meledak begitu kepala-kepalanya bersentuhan, atau jika kau menggoyangkannya terlalu keras, atau jika terlalu panas. Anak panah ini akan meledak begitu saja meski tidak kau gunakan. Kepalanya itu akan mudah lepas, itulah yang kukatakan. Anak panah ini memang bisa berguna, tapi membawa banyak sekali dari mereka hanya akan mengundang masalah."

 

"Apaa? Jadi kami tidak bisa menggunakannya untuk membuat muatan yang layak...?"

Tanya kepala keluarga ketujuh dengan sedih.

 

"Tapi jika mengetahui metode pembuatannya...."

 

Kepala keluarga kedua menghela napasnya.

 

"Kau tidak bisa menggunakan anak panah jika kau takut itu akan meledak padamu."

Kata kepala keluarga kedua dengan nada kecewa.

 

"Tentu, jika kau cukup terampil, kau akan baik-baik saja, tapi.... kau masih harus khawatir akan terkena ledakan jika musuh terlalu dekat. Dan jika kau juga tidak bisa menembakkannya dengan cepat...."

 

Pemilik toko itu melanjutkan, menjelaskan bahwa anak panah itu meledak ketika seseorang menabraknya atau menginjaknya juga. Dia menunjukkan kepadaku alat yang dibuat untuk membawa anak panah itu, yang terbuat dari sekelompok tabung panjang dan ramping. Bagian dalam tabung dilapisi dengan semacam bahan bantalan, dan dipasang pada wadah penyimpanan dengan potongan-potongan kulit yang dililitkan beberapa kali di bagian luar.

 

Itu benar saja, pemilik toko ini benar.

Pikirku, merasa kecewa.

 

Aku jelas tidak ingin bertanggung jawab untuk membawa setumpuk anak panah itu, bahkan dengan wadah penyimpanan seperti itu. Rasanya tidak aman. Akan sangat merepotkan untuk mengeluarkannya juga.

Jelas menggunakan anak panah khusus ini akan menjadi proyek yang sangat sulit, jadi aku menghela napas dan memutuskan untuk menyerah dengan itu. Namun sebelum aku berbalik, kepala keluarga ketujuh menimpali.

 

"Lyle."

Kata kepala keluarga ketujuh dengan gembira, seolah-olah dia telah menetaskan rencana yang brilian.

 

"Kau mungkin benar-benar dapat memanfaatkan anak panah itu dengan Art-ku!"

 

"Oh...."

Kata kepala ketiga, tampaknya menangkap apa yang disimpulkan kepala keluarga ketujuh.

 

"Kalau dipikir-pikir, itu mungkin berhasil. Ini adalah waktu yang tepat untuk mengajarinya. Sebenarnya.... bagaimana kalau aku juga mengajarimu Art-ku, Lyle? Art itu adalah hal yang cukup mudah untuk dipelajari; mempraktikkannya adalah masalah yang sebenarnya."

 

Ledakan kegembiraan mengalir dalam diriku.

Akhirnya aku akan mempelajari dua Art terakhir dari para leluhurku!

 

***

 

Aria dan Sophia melihat dengan gugup ke sekeliling kafe modis tempat mereka baru saja duduk, kedua gadis itu merasa sedikit terganggu oleh suasana tempat yang agak mewah itu. Jelas tempat itu memiliki peringkat satu atau dua lebih tinggi dalam skala kecanggihan daripada kafe mana pun yang biasa mereka kunjungi—sebagian besar meja diisi oleh perempuan cantik dan kelas atas. Ada beberapa laki-laki yang tersebar di antara kerumunan juga, namun setiap dari mereka ditemani oleh seorang perempuan.

 

Satu-satunya alasan Sophia datang ke kafe itu pada awalnya adalah karena Aria telah mengundangnya—lebih tepatnya, Miranda telah mengundang Aria, dan Aria telah menyampaikan undangan itu kepada Sophia dan Novem secara bergantian. Novem adalah satu-satunya di antara mereka yang memutuskan untuk tidak mengunjungi kafe itu; dia memilih untuk menemani Lyle membeli perbekalan sebagai gantinya.

 

"Hei, Miranda...."

Kata Aria, berbicara dengan nada pelan.

 

"Apa kau yakin tidak apa-apa bagi petualang untuk datang ke tempat seperti ini? Kudengar Kota Akademik Aramthurst cukup dingin terhadap orang-orang yang berprofesi sebagai petualang."

 

Oh, sekarang dia menyebutkannya....

Pikir Sophia, semakin cemas.

 

Saat kami pertama kali tiba di Kota Akademik Aramthurst, kami diusir dari penginapan pertama yang kami coba tempati, karena mereka "tidak melayani petualang".

 

"Aku juga pernah mendengarnya."

Kata Sophia dengan pelan.

 

"Dan aku tidak ingin menimbulkan masalah untukmu, Miranda."

 

Miranda hanya tersenyum pada rekan-rekannya itu.

"Kalian berdua terlalu canggung. Ingatlah bahwa aku mendapat dukungan dari Akademi, dan juga keluargaku sendiri, yang merupakan viscount. Jika pegawai kafe mengusir kalian meskipun aku punya pengaruh, aku akan mengajukan keluhan terhadap mereka. Aku juga seorang petualang terdaftar, ingat—semua murid Akademi begitu. Dan, jika semuanya gagal, bukan berarti kalian berdua sama sekali tidak memiliki status—kalian berdua awalnya adalah bangsawan, bukan?"

 

Aria dan Sophia menatap Miranda dengan ragu.

 

"Keluargaku menyebabkan masalah yang pada dasarnya mengakibatkan kehancurannya." Kata Sophia pada akhirnya.

 

"Dan bahkan di puncak kekuasaan kami, kami hanyalah ksatria bawahan."

 

Miranda menghela napasnya.

 

"Tidak perlu merendahkan dirimu seperti itu."

Kata Miranda dengan tegas.

 

"Bangsawan tetaplah bangsawan, baik mereka pengikut atau bukan."

Mendengar seseorang seperti Miranda mengucapkan kata-kata itu dengan yakin membuat semangat Sophia sedikit terangkat. Sophia menjadi cukup santai untuk mengulurkan tangan dan meminum tehnya, yang terpaksa dia simpulkan cukup nikmat sehingga sepadan dengan harganya yang sangat mahal.

 

"Omong-omong...."

Miranda berkata dengan perlahan.

 

"Saat kita bertemu lagi nanti, kita semua akan bekerja sama sebagai satu tim, tapi aku tidak tahu banyak tentang kalian. Apa kalian bisa memberitahuku apa yang bisa kalian lakukan?"

 

"Tentu."

Kata Aria, menyetujui hal itu.

 

"Kau benar. Aku bertindak sebagai salah satu garda depan kelompok, dan senjata pilihanku adalah tombak. Mengenai kemampuan sihirku.... aku masih berlatih."

 

"Sedangkan untukku."

Kata Sophia, menimpali.

 

"Aku hampir tidak bisa menggunakan sihir apapun. Aku sering bertarung dengan kapak perang yang diwariskan secara turun-temurun oleh keluargaku, tapi selain itu, aku juga nyaman menggunakan kapak dan proyektil kecil lainnya."

 

Miranda bergumam pelan, matanya berbinar karena penasaran.

"Bagaimana dengan Novem?"

 

"Dia penyihir yang luar biasa." Jawab Aria.

 

"Dia bisa melakukan mantra apapun yang bisa kau bayangkan. Aku ingat kau cukup ahli, Miranda, tapi Novem mungkin lebih baik darimu. Dia juga selalu bekerja keras, karena dia adalah spesialis sihir di kelompok kami."

 

"Oh, kedengarannya bagus sekali!"

Jawab Miranda, wajahnya berseri-seri.

 

"Dia pasti cukup bisa diandalkan. Secara pribadi, aku menganggap diriku lebih sebagai orang yang 'bisa melakukan apa saja, tidak menguasai satu pun', kalau kalian mengerti maksudku itu. Dengan penekanan pada bagian terakhir."

 

"J-Jangan bilang begitu."

Kata Sophia, buru-buru menyela.

 

"Bisa menggunakan sihir saja sudah cukup mengesankan."

 

"Kamu sangat baik, Sophia."

Jawab Miranda sambil tersenyum kecil.

 

"Tapi kalian berdua sudah bisa menggunakan Art kalian, kan? Art milikku bahkan belum termanifestasi, jadi setidaknya aku harus mengakui kekalahan dari kalian berdua dalam hal itu. Tapi, selain itu.... bisakah kalian memberitahuku tentang Lyle?"

 

Aria dan Sophia saling bertukar tatapan.

 

Seberapa banyak yang harus kita ceritakan padanya?

Sophia bertanya-tanya, melihat pikirannya terpantul di wajah Aria.

 

Namun, sebelum salah satu dari gadis itu dapat mengambil keputusan, Miranda tertawa dan berkata,

"Oh, jangan khawatir! Aku sudah mendengar semua tentang Art-nya—dia menjelaskannya kepada Profesor Damian tepat di hadapanku. Aku lebih tertarik pada cara kerjanya. Aku tidak dapat menahan rasa khawatir bahwa jika aku tidak tahu bagaimana biasanya dia melakukan sesuatu, aku mungkin akan menghalanginya saat dia menggunakan Art-nya. Itu akan sangat buruk...."

 

Rasa lega muncul di wajah Aria.

"Oh, kau tidak perlu khawatir tentang itu. Lyle pada dasarnya dapat melakukan apa saja, dan kurasa kau tidak dapat melakukan apapun untuk mengganggunya, sungguh.... apapun yang terjadi, dia akhirnya akan menyelesaikan semuanya sendiri."

 

Sophia mengangguk setuju.

Lyle mampu memahami tata letak medan di sekitarnya sendirian, ditambah mendeteksi musuh dan jebakan yang terletak di dekatnya. Dan itu belum termasuk kemampuan tempur tingkat tertinggi di kelompok kami. Lyle bahkan lebih kuat dari Novem—Novem mungkin penyihir spesialis, tapi Lyle bisa menggunakan sihir dan bertarung dalam pertarungan jarak dekat. Penguasaan mantra Lyle itu mungkin sedikit kurang dibandingkan dengan Novem, tapi keterampilan pedang Lyle itu lebih dari sekadar menutupi perbedaannya.

 

Sophia menghela napasnya dengan kagum.

 

"Lyle itu benar-benar luar biasa."

Kata Sophia, meyakinkan Miranda.

 

"Kadang-kadang seperti dia tidak sepenuhnya sehat secara mental, tapi di saat-saat krisis dia lebih tenang daripada siapapun. Sejujurnya, tidak mungkin kami bisa menyamainya..."

 

Sedikit rasa malu dan marah muncul di wajah Aria. Sophia memperhatikan gadis lainnya menundukkan kepalanya, frustrasi. Sophia merasa kasihan padanya—sangat jelas bahwa Aria sangat ingin berguna, dan Aria dipenuhi dengan penyesalan dan kemarahan setiap kali dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tidak berguna.

 

Miranda mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap kedua mata mereka.

"Hmm, jika itu benar, bagaimana kalau kalian berdua fokus saja untuk melakukan yang terbaik pada apa yang kalian kuasai? Serahkan sisanya padanya, dan berusahalah untuk mengembangkan kemampuan kalian sendiri. Menurutku, itulah jalan terbaik untuk maju."

 

Miranda tersenyum, namun menghela napas sedikit pada saat yang sama.

"Aku iri pada kalian berdua, tahu. Kalian berdua memiliki Art yang luar biasa...."

 

Menghadapi senyum Miranda yang manis dan percaya diri, kedua gadis itu merasa hati mereka tenang.

 

Dia benar.

Pikir mereka berdua secara sinkron.

 

Aku hanya perlu fokus pada kekuatanku.

 

***

 

Begitu Novem dan aku kembali ke penginapan malam itu, aku berbaring di tempat tidur dan mengirimkan pikiranku ke dalam Jewel, seperti yang diperintahkan para leluhurku. Hampir saat aku muncul, kepala keluarga ketiga dan kepala keluarga ketujuh menyambarku dan menyeretku ke salah satu ruangan kenangan. Pintu untuk setiap ruangan kenangan terselip di belakang kursi pemiliknya masing-masing, dan lokasi di dalamnya dibuat dari perwujudan kenangan leluhur tersebut. Hal itu berarti bahwa dengan memasuki salah satu ruangan itu, aku dapat mengalami hal-hal yang sama persis dengan yang dialami leluhurku di berbagai masa dalam hidup mereka.

 

Hari ini, sepertinya aku mengunjungi kakekku, ruangan kenangan kepala keluarga ketujuh. Dan sekarang setelah aku berada di sana....

Saatnya mempelajari beberapa Art.

 

Seni setiap orang umumnya memiliki tiga tahap yang berbeda, masing-masing lebih kuat dari yang terakhir. Jika sebuah Permata diwariskan melalui keluarga seseorang, itu akan memberitahu setiap pengguna berikutnya tentang nama dan penggunaan tahap pertama dari semua Art leluhur mereka, yang memberi mereka kemampuan untuk memanfaatkan kekuatan tersebut.

 

Namun.... hanya itu yang dapat dilakukan Permata. Jika pengguna tidak dapat menemukan nama dan aplikasi dari tahap lain dari Art leluhur mereka melalui cara lain, kemampuan tersebut akan selamanya tertutup bagi mereka. Dengan kata lain : jika sebuah keluarga kehilangan akses ke pengetahuan yang telah mereka catat tentang tahap kedua dan ketiga dari Art leluhur mereka, kemampuan itu sendiri juga akan hilang.

 

Namun, hal ini tidak terjadi pada Permataku, yang telah berevolusi menjadi Jewel. Transformasi ini telah menghasilkan kenangan yang terkumpul dari para pengguna Jewel sebelumnya yang dihidupkan kembali di dalam batasannya, setiap orang tampak seperti mereka di masa jayanya. Dan mereka tidak hanya membawa semua pengetahuan yang aku butuhkan untuk mempelajari setiap Art mereka, aku juga dapat mempelajari detail rumit dari mereka secara pribadi. Perlu diingat, versi leluhurku ini bukanlah reinkarnasi sejati dari para leluhurku—mereka adalah perkiraan, yang dihidupkan hanya oleh ingatan.

 

Terganggu oleh pikiranku, aku tidak menyadari di mana kami berada sampai kepala keluarga ketiga bersiul penuh penghargaan. Aku berkedip, menyadari bahwa kepala keluarga ketujuh telah memutuskan untuk membawa kami ke versi kediaman milik kami yang hidup dalam ingatannya—tepatnya ke halaman. Bentuk besar rumah Keluarga Walt tampak di depan kami, konstruksinya dihiasi dengan ukiran rumit hampir di mana pun kalian memandang.

 

Hampir persis seperti yang aku ingat.

Pikirku dalam hati.

 

Setelah melihat-lihat, kepala keluarga ketiga berkata dengan riang,

"Waah, ini benar-benar tempat yang sangat mewah. Bahkan, tampak terlalu megah untuk sekadar rumah earl.... kau setidaknya harus menjadi seorang duke untuk mendapatkan kemewahan seperti ini."

 

Kepala keluarga ketiga menatap kepala keluarga ketujuh dengan geli.

"Mungkin kakek tua ini berusaha sebaik mungkin untuk mempersiapkan kenaikan status cucunya pada akhirnya?"

 

 

"Pada titik ini."

Jawab kepala keluarga ketujuh.

 

"Kami telah memutuskan bahwa salah satu dari kami akan menikahi seseorang dengan darah keluarga kerajaan, yang akan membawa kami dari gelar earl menjadi duke. Tapi, kami perlu memberinya sedikit waktu, jadi kami tidak melakukannya pada generasi putraku. Meski begitu, Lyle atau salah satu anaknya pasti akan menjadi duke. Dan aku hanya meletakkan dasarnya."

 

Semua ini baru bagiku—aku selalu tinggal di kediaman milik Keluarga Walt, jadi kupikir seperti inilah seharusnya rumah seorang earl.

 

Jadi kurasa seorang earl tidak tinggal di properti sebesar ini, ya?

Pikirku, sedikit malu karena kurangnya pengetahuanku.

 

"Jika ingatanku benar."

Kata kepala keluarga ketiga, perlahan.

 

"Istrimu berasal dari garis keturunan keluarga penguasa sebelumnya, kan? Kurasa itu ada hubungannya dengan semua ini."

 

"Ya, kau benar. Dan harus kuakui bahwa dalam hal kediaman, Zenoah memang punya pengaruh yang cukup kuat. Tapi, aku tidak menemukan kesalahan apapun dalam keputusannya—pada titik ini, kami telah memperluas wilayah kami sedemikian rupa sehingga tidak akan ada yang mengeluh jika kami mulai menyebut diri kami sebagai duke atau archduke."

 

Dari apa yang kuingat tentang sejarah Keluarga Walt, kepala keluarga keluarga keenam adalah pelaku utama perluasan wilayah keluarga kami yang pesat. Dia dengan antusias menaklukkan wilayah-wilayah di sekitar wilayah Keluarga Walt, melipatgandakan luas wilayah itu dalam satu generasi. Pada saat dia mewariskan gelarnya sebagai kepala keluarga, wilayah-wilayah keluarga kami hanya kalah luas dari wilayah yang secara langsung dikuasai oleh raja Kerajaan Banseim.

 

Alis kepala keluarga keluarga ketiga berkerut saat dia menyilangkan lengannya.

"Mengapa keluarga kerajaan tidak mengalahkanmu? Jelas bagi mereka, Keluarga Walt akan lebih dari sekadar masalah—mereka akan menganggapmu sebagai ancaman yang akan datang bagi takhta. Dan itu belum lagi menyebutkan bahwa istrimu adalah orang yg selamat dari keluarga yang menghunus pedang mereka pada keluarga kerajaan yang sama."

 

Itu benar.

Ingatku dalam hati.

 

Nenekku, Zenoah, berasal dari keluarga yang menentang Keluarga Kerajaan Banseim.

Jika ingatanku benar, pertunangan telah dijalin antara nenekku dan salah satu anggota keluarga kerajaan untuk mendamaikan perselisihan kedua keluarga di masa lalu, namun telah dibatalkan ketika nenekku bertengkar selama proses itu. Meskipun sifatnya yang sulit diatur itu, nenekku masih memiliki darah yang berharga yang mengalir dalam nadinya yang tidak dapat disia-siakan. Bagaimanapun, darah bangsawan adalah darah penyihir. Jadi, kepala keluarga ketujuh akhirnya mengambilnya sebagai istrinya.

 

Kalau dipikir-pikir.

Aku merenung dalam hati.

 

Kepala keluarga ketiga ada benarnya. Keluarga Walt sangat bermasalah, tidak akan mengejutkan sama sekali jika keluarga kerajaan memutuskan untuk datang membasmi kami.

 

Kepala keluarga ketujuh menghela napas panjang.

"Kau bisa berterima kasih kepada keluarga kepala keenam karena mencegah nasib itu terjadi. Selama pemerintahannya, faksi Royalis di antara para bangsawan memang berpendapat bahwa keluarga kami terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja. Mereka bersikeras agar wilayah kami dipangkas, atau bahkan disita dari kami sepenuhnya. Begitu ayahku mendengar kabar itu, dia menyerbu dan menyerang para bangsawan provinsi yang mendukung para royalis pada saat itu, meninggalkan keluarga-keluarga mereka dalam keadaan hancur. Pada saat yang sama, dia menuangkan dana ke faksi Tradisionalis yang berseberangan. Pada saat dia selesai, dia telah benar-benar menghancurkan semangat para faksi loyalis itu."

 

Mata kepala keluarga ketiga terbelalak karena terkejut.

"A-Apa kau serius?" Dia tergagap.

 

"Maksudmu si kepala keluarga keenam itu mengalahkan para bangsawan istana faksi loyalis itu?"

 

Kepala keluarga ketujuh mengangkat bahunya.

"Itu adalah masa yang sulit untuk ditinggali. Kami adalah negara yang diperintah oleh uang dan kekuasaan. Keputusan kepala keluarga keenam juga tidak seperti menenggelamkan keluarga kami dalam sinar matahari dan pelangi—kami harus mengirim pasukan kami untuk berperang beberapa kali, ke dalam perang yang tidak memberi kami keuntungan finansial apapun."

 

Sungguh era yang mengerikan.

Pikirku, sedikit ngeri.

 

Kurasa kami harus bersyukur bahwa kepala keluarga keenam berhasil mengatasi masa-masa sulit itu dan mencapai stabilitas bagi Keluarga Walt, sehingga kepala keluarga ketujuh dapat melanjutkan apa yang ditinggalkannya.

 

Kepala keluarga ketujuh menghela napasnya.

"Tapi sepertinya kita telah menyimpang dari topik."

 

Oh, benar juga!

Tiba-tiba aku mengingat itu.

 

Alasan utama kami datang ke sini adalah untuk membicarakan Art.

 

Kepala keluarga ketiga mengangguk dan menatap tajam kepala keluarga ketujuh, dan sebelum aku menyadarinya, kedua orang itu telah melangkah ke arahku dan meletakkan tangan mereka di bahuku. Sebagai satu kesatuan, mereka memejamkan mata. Dalam hitungan detik, tubuhku diselimuti cahaya biru lembut, dan pengetahuan mulai muncul di benakku. Dalam sekejap, aku mempelajari nama-nama kedua Art mereka dan cara menggunakannya.

 

"Jadi, Art kalian disebut.... Mind dan Box?"

 

Mereka berdua mengangguk, melepaskan pegangan mereka padaku.

 

"Itu cukup mudah."

Kata kepala keluarga ketujuh, terlihat senang.

 

"Berpikir hanya itu yang diperlukan untuk mewariskan Art kami. Meskipun kurasa di masaku, gambaran-gambaran akan mengalir begitu saja ke kepalaku dari Jewel dengan cara yang sama...."

 

Kemudian kepala keluarga ketujuh berdeham.

"Kalau begitu, mari kita lanjutkan. Lyle, biarkan aku menunjukkan tahap pertama Art-ku—Box."

 

Kepala keluarga ketujuh menjentikkan jarinya—seketika, lingkaran sihir muncul di bawah kaki kami. Lingkaran itu cukup besar untuk mengelilingi kami bertiga dan beberapa orang lainnya. Saat kami menyaksikan, beberapa senjata perlahan keluar dari lingkaran dan melayang ke udara. Kepala keluarga ketujuh menyambar satu sambil menyeringai.

 

"Bisa dibilang Art-ku ada hubungannya dengan ruang." Jelasnya.

 

"Dengan menggunakannya, kamu bisa menyimpan peralatanmu, bersama dengan hampir semua benda yang tidak hidup; semuanya akan tetap dalam kondisi yang sama persis seperti saat ditempatkan di dalamnya. Luar biasa, bukan?"

 

Kepala keluarga ketiga dan aku menunjukkan apresiasi kami dengan tepuk tangan yang meriah.

 

Art kepala keluarga ketujuh benar-benar luar biasa.

Pikirku dalam hati.

 

Aku heran mengapa dia menunda mengajarkannya kepadaku sampai sekarang.

 

"Jadi...."

Renung kepala keluarga ketiga.

 

"Kurasa ada semacam hal negatif tentang Art-mu, jika kau tidak mengajarkannya pada Lyle selama ini."

 

Kepala keluarga ketujuh mengangguk.

"Bukan seperti itu—hanya saja, menggunakan Art-ku hanya menghabiskan banyak mana. Lyle mungkin telah meningkat pesat sejak pertama kali mengambil Jewel itu, tapi bahkan sekarang aku membayangkan dia hampir tidak akan mampu melakukannya."

 

Saat kami memahami ini, kepala keluarga ketujuh menjentikkan jarinya lagi. Senjata-senjata yang dipanggilnya langsung tersedot kembali ke dalam lingkaran sihir, di mana senjata-senjata itu menghilang tanpa jejak. Lingkaran itu menghilang bersama senjata-senjata itu, hanya menyisakan senjata yang dipegang di tangan kepala keluarga ketujuh.

 

Kepala keluarga ketujuh berkata aku mungkin hanya akan mampu melakukannya, tapi mana-ku pasti meningkat setelah Pertumbuhanku....

Renungku dalam hati.

 

Itu pasti juga dengan margin yang cukup signifikan, karena aku tidak pingsan setiap kali para leluhurku membuat keributan lagi. Dan, berbicara tentang Pertumbuhan....

Aku menggigil karena kengerian yang kuingat. Aku tidak ingin mengalaminya lagi.

 

"Lyle."

Kata kepala keluarga ketujuh, membuatku tersadar dari lamunanku.

 

"Coba gunakan Art milikku."

 

Aku mengangguk.

"Baiklah."

 

Meniru kepala keluarga ketujuh, aku mencoba menjentikkan jariku. Dari apa yang kupahami tentang Art itu saat dia mentransfer pengetahuan itu kepadaku, jentikan jari itu sama sekali tidak perlu, namun ada sesuatu yang terasa tepat. Dalam hitungan detik, sebuah lingkaran sihir muncul. Namun.... lingkaran itu jauh lebih kecil daripada yang dipanggil oleh kepala keluarga ketujuh. Kepala keluarga ketujuh mencondongkan tubuh ke depan, memeriksa hasil kerjaku.

 

"Kamu mungkin bisa memasukkan kereta dua kuda ke sana."

Kepala keluarga ketujuh memperhitungkan itu.

 

"Tapi jelas bukan kereta empat kuda."

 

Kepala keluarga ketiga membungkuk, memeriksa hasil kerjaku juga.

 

"Itu jauh lebih kecil daripada punyamu."

Katanya kepada kepala keluarga ketujuh.

 

"Hmm. Apa menurutmu itu akan tumbuh lebih besar seiring waktu?"

 

"Ya."

Jawab kepala keluarga ketujuh.

 

"Ukurannya akan bergantung pada kumpulan mana miliknya. Di luar itu, semuanya tampak baik-baik saja—Lyle tampaknya tidak memiliki masalah di sisi teknis."

 

"Lyle memang berbakat dalam hal itu."

Jawab kepala keluarga ketiga.

 

"Sejauh ini, dia mempelajari semua Art kita tanpa kesulitan sama sekali."

 

Apa maksudnya dengan itu?

Pikirku dengan bingung.

 

"Omong-omong, kamu sudah mengajariku semua yang perlu kuketahui tentang Art milikmu sekarang, kan?"

Tanyaku pada kepala keluarga ketujuh.

 

"Apa salahnya aku bisa menggunakannya, kalau begitu?"

 

Tatapan bingung muncul di wajah kepala keluarga ketujuh.

"Pertama Meisel, sekarang kamu...." Gumamnya.

 

"Kenapa kalian berdua seperti ini….?"

 

Meisel....

Pikirku, ada sesuatu di dalam diriku yang menegang saat mendengar nama ayahku. Kepalaku menunduk ke dadaku.

 

Kurasa aku belum siap untuk memikirkannya atau anggota keluargaku yang lain.

 

Kesedihan tampak sekilas di wajah kedua leluhurku. Namun, kemudian kepala keluarga ketujuh tersadar dari lamunannya, dan momen itu pun berakhir. Dia menoleh untuk melihat kepala keluarga ketiga.

 

"Sekarang giliranmu."

Kata kepala keluarga ketujuh.

 

"Tapi, sebelum itu.... Lyle, coba hilangkan lingkaran sihirmu."

 

Aku menjentikkan jariku lagi, dan lingkaran sihir itu menghilang. Namun, tepat pada saat lingkaran itu menghilang, aku merasakan sejumlah besar mana meninggalkan tubuhku dengan cepat. Itu adalah penipisan yang begitu tiba-tiba sehingga aku dilanda tingkat kelelahan yang jauh lebih tinggi dari yang pernah kubayangkan, dan aku jatuh berlutut. Aku menjatuhkan diri ke depan dan mencengkeram tanah dengan kedua tanganku, berusaha keras untuk mengatur napasku.

 

"Itu memang berbahaya."

Kata kepala keluarga ketiga sambil tertawa.

 

"Kau harus membiasakan diri untuk memeriksa apa tidak ada musuh di sekitar sebelum menggunakannya, atau kau akan terlalu takut untuk mencobanya, Lyle."

 

Art itu tentunya kemampuan yang praktis.

Pikirku dalam hati.

 

Tapi dengan biaya mana yang tinggi ini, aku hanya bisa menggunakannya paling banyak dua kali sehari. Dan itu hanya jika penggunaan awal adalah pagi hari, dan aku dapat mencurahkan seluruh sisa hariku untuk memulihkan mana-ku. Lalu aku mungkin bisa menggunakannya lagi di malam hari.

 

Jika aku bersikap realistis, menggunakan Box sekali sehari akan menjadi batasanku.

 

"Baiklah, sekarang giliranku!"

Kata kepala keluarga ketiga, memecahkan pikiranku.

 

"Aku akan melanjutkan dan memberimu demonstrasi, karena kau sudah sangat lelah, Lyle. Sekarang, terus terang saja, Art milikku, Mind, kurang mudah digunakan dibandingkan Art lain yang telah kau pelajari sejauh ini."

 

Kepala keluarga ketujuh mendengus saat mendengar itu.

"Bajingan pembohong." Katanya.

 

Aku bisa tahu dari sorot mata kepala keluarga ketiga bahwa dia pasti mendengarnya, namun dia memilih untuk bersikap bijaksana dan melanjutkan, mengabaikan hinaan kepala keluarga ketujuh.

"Jika kau menggunakan Mind pada seseorang yang dalam kondisi fisik atau mental yang tidak lemah, sebagian besar waktu mereka akan mampu menolakmu. Dalam situasi seperti itu, Art milikku akan menjadi sama sekali tidak berguna. Oleh karena itu, syarat pertama untuk menggunakan Art milikku adalah melelahkan targetmu; penting untuk membuat mereka kewalahan secara psikologis. Misalnya.... sama seperti dirimu saat ini, Lyle."

 

Sesuatu di atmosfer berubah—kepala keluarga ketiga pasti telah menggunakan Art-nya. Namun, aku tidak tahu persis apa yang telah dilakukannya.

 

"T-Tunggu.... Kepala keluarga ketiga? Kepala keluarga ketujuh?"

Aku berputar, mencari mereka di mana-mana, namun aku tidak dapat melihat mereka sama sekali. Kemudian, aku menyadari ada orang lain yang berdiri di tempat mereka—Ceres. Dia tertawa kecil dan melangkah ke arahku, senyuman terpasang di bibirnya.

 

"Berhenti!"

Aku tersentak, dadaku sesak karena takut.

 

"Jangan.... Jangan mendekat!"

 

Ceres tertawa terbahak-bahak melihat usahaku yang lemah untuk menangkisnya.

"Kau sungguh tidak sedap dipandang." Ejeknya.

 

"Lihatlah dirimu, merangkak di tanah, mengeluarkan kata-kata dengan suara yang menyedihkan...."

Ekspresi Ceres itu menjadi kosong dan tidak menyenangkan saat dia mencondongkan tubuh ke depan, mata menatap wajahku.

 

"Lyle."

Kata Ceres dengan suara rendah dan menakutkan.

 

"Kenapa kau tidak mati saja?"

 

Aku menatapnya, membeku karena ngeri, bahkan tidak menyadari bahwa dia telah menghunus rapier andalannya sampai aku melihat rapier itu tergenggam di tangannya. Dia mendorong lengannya ke depan, dan ujung rapier itu memotong udara, langsung ke arah wajahku, lalu—

 

Seseorang menepuk bahuku.

 

"H-Hah...?"

Aku mendongak, mataku bertemu dengan kepala keluarga ketiga.

 

"Yo!"

Kata kepala keluarga ketiga dengan riang.

 

"Apa mimpimu indah?"

 

Aku membalas sarkasme yang jelas ini dengan alis berkerut dan cemberut yang sangat, sangat tidak terkesan.

 

"Kurasa kau mungkin telah melakukannya secara berlebihan."

Kepala keluarga ketujuh memberitahu kepala keluarga ketiga, wajahnya hampir sama terkejutnya dengan wajahku.

 

"Penting untuk mengalaminya sendiri sekali."

Kepala keluarga ketiga menjawab dengan sangat serius.

 

"Seperti yang baru saja kau lihat, Lyle, Art milikku dapat digunakan untuk mengacaukan pikiran orang dan menyebabkan mereka berhalusinasi tentang hal-hal yang tidak ada. Jika kau bisa membuat Art itu bekerja, Art itu akan menjadi alat yang cukup menakutkan."

 

Mata kepala keluarga ketiga yang tertawa jatuh pada kepala keluarga ketujuh.

"Cukup mengerikan sampai-sampai seseorang memanggilku bajingan."

 

Kepala keluarga ketujuh berdeham, lalu melangkah maju dan mengulurkan tangan kepadaku. Aku menerimanya dengan rasa terima kasih, akhirnya berhasil berdiri kembali dengan bantuannya.

 

"Mind adalah Art paling menakutkan yang pernah dihasilkan keluarga kita."

Kata kepala keluarga ketujuh kepada kepala keluarga ketiga.

 

"Art itu terbukti berguna beberapa kali sepanjang hidupku, tapi aku selalu merasa bahwa siapa pun yang menunjukkan kemampuan semacam itu pastilah penjahat sejati. Ternyata, kau hanyalah seorang penipu yang berhati gelap."

 

"Ohh, jahatnya."

Kata kepala keluarga ketiga sambil tertawa.

 

"Omong-omong, kalau menyangkut Lyle, kurasa dia tidak akan menggunakannya untuk hal yang lucu. Itu sebabnya aku memutuskan tidak apa-apa untuk terus maju dan mengajarkannya kepadanya. Aku tidak bisa seenaknya mengajarkan Art seperti milikku kepada sembarang orang, kau tahu—kalau tidak, seseorang akan menggunakannya untuk hal yang tidak baik."

 

Aku mengangkat mataku ke wajah kepala keluarga ketiga, menempelkan tanganku ke jantungku yang masih berdebar kencang.

"Jadi, selama kau terus memperhatikanku, mencoba menilai apa aku cocok untuk diajari?"

 

Kepala keluarga ketiga mengangguk, seolah-olah hal seperti itu sama sekali bukan masalah besar.

"Itu benar!" Dia setuju.

 

"Sejujurnya, aku memutuskan bahwa tidak apa-apa untuk mengajarimu beberapa waktu lalu, tapi aku tidak dapat menemukan waktu yang tepat. Kupikir ini akan menjadi kesempatan yang bagus. Lihat, ada gadis bermasalah bernama Shannon di luar sana, kan....? Kupikir Art-ku mungkin berguna untuk mengatasi masalah itu."

 

Jadi, kepala keluarga ketiga mengira aku perlu menggunakan Art miliknya pada Shannon-san?

Pikirku dengan terkejut.

 

Tapi dengan apa yang dijelaskan kepala keluarga kelima sebelumnya, dia akan melihat semua ilusi yang bisa kupanggil. Lalu, apa yang harus kulakukan dengan itu?

 

"Apa ada cara lain untuk menggunakan Art milikmu?"

Tanyaku pada kepala keluarga ketiga.

 

"Ya."

Jawabnya.

 

"Tapi aku tidak sepenuhnya yakin itu akan berhasil. Kau tahu, Art milikku berfungsi dengan memancarkan gelombang mana yang sangat lemah. Hal itu tidak banyak berpengaruh pada sihir atau sebagian besar Art lainnya, tapi Art mental adalah cerita lain. Hal itu benar-benar mengacaukannya. Jadi, kupikir... Mind mungkin akan menjadi kartu asmu. Kau harus mencoba menggunakannya saat waktunya tiba—meskipun itu mungkin tidak berhasil sama sekali."

 

Maksudku, jika memungkinkan, aku lebih suka tidak menempatkan diriku dalam situasi di mana aku harus menggunakannya sama sekali....

Pikirku, meringis dalam hati.

 

Dan, bagaimanapun, menggunakan Mind berarti aku harus berhadapan langsung dengan masalah mencolok tertentu.

 

"Jadi, umm.... bagaimana tepatnya aku bisa membuat lawan-lawanku kelelahan atau kalah?"

 

"Hmm."

Renung kepala keluarga ketiga, melipat tangannya dan kemudian menyeringai.

 

"Itu semua tergantung padamu. Kau bisa membuat mereka kelelahan secara fisik, atau mengejutkan mereka, atau membuat mereka terpojok...."

 

Kepala keluarga ketujuh menatap mataku, wajahnya tampak menasihatiku.

"Sekarang kamu mengerti, bukan, Lyle? Kamu lihat betapa mengerikannya Art-nya itu? Art itu bisa sangat berguna jika kamu bisa menguasainya, tapi itu adalah keterampilan yang berbahaya untuk dimiliki."

 

Aku mengangguk sebagai tanggapan.

Aku tentu bisa mengerti mengapa kepala keluarga ketiga perlu memahami kepribadianku dengan baik sebelum mengajariku. Itu mungkin bukan Art yang terkuat, tapi jika aku berhasil mengatur situasi sehingga semua persyaratan terpenuhi, Art itu akan menjadi senjata yang sangat kuat.

 

Tidak ada bukti yang lebih baik dari pikiranku selain detak jantungku sendiri yang masih berpacu—meskipun banyak waktu telah berlalu sejak pertemuanku dengan ilusi Ceres itu, aku masih belum berhasil menenangkan diri sepenuhnya.

Rasanya seperti dia benar-benar ada di sana, berdiri tepat di depanku....

 

"Ada satu cara lagi agar kau bisa menggunakan Art-ku secara efektif."

Kata kepala keluarga ketiga, dan aku berusaha sebaik mungkin untuk menyingkirkan pikiranku tentang Ceres.

 

"Bahkan jika musuh tidak melemah secara fisik, dan pikiran mereka tidak kacau, kau masih bisa mengalahkan mereka dengan berbicara dengan mereka."

 

"Dengan.... berbicara dengan mereka?" Tanyaku.

 

"Mengapa itu bisa membuat Art-mu bekerja pada seseorang?"

 

Kepala keluarga ketiga mengangkat bahunya.

"Siapa yang tahu? Yang bisa kukatakan padamu adalah semakin banyak kau membuat seseorang berbicara, semakin rentan mereka terhadap Mind. Aku pernah menjalankan beberapa uji coba dulu, jadi kau bisa percaya padaku."

 

Si-Siapa yang kau uji coba itu?!

Pikirku dengan ngeri.

 

Aku ingin berbicara dan menuntut beberapa jawaban darinya, namun pada akhirnya aku tidak bisa melakukannya. Aku agak terlalu takut untuk mengetahui jawabannya.