Chapter 30 : Goodbyes

 

Begitu kami melangkah ke ruangan sang pendiri, pemandangan yang terbentang di hadapan kami hampir sama dengan yang pernah aku lihat sebelumnya. Meskipun.... tampaknya pemukiman sang pendiri sudah lama berlalu. Pemukiman itu masih desa kecil yang unik, namun aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada yang tidak beres di sana.

 

Kemudian, aku tersadar :

"Ladang-ladangnya agak berantakan, ya?"

 

Tanah yang sebelumnya ditutupi ladang-ladang dalam bentuk yang teratur dan sistematis tampaknya mulai mengalami degradasi perlahan menjadi campuran yang tidak beraturan. Kekacauan itu juga memengaruhi kanal-kanal—kanal-kanal itu mengalir miring di antara hamparan ladang yang berantakan. Namun, terlepas dari betapa tidak teraturnya desa itu pada pandangan pertama, desa itu jelas bertambah besar. Saat sang pendiri dan aku berjalan menyusuri salah satu jalan desa, dia mengangkat tangan untuk menggaruk kepalanya karena malu.

 

"Aku ingin semua orang makan sampai kenyang." Kata sang pendiri.

 

"Jadi aku berusaha semaksimal mungkin untuk memperluas ladang, tapi...."

Sang pendiri terdiam saat melihat Crassel—yang sekarang sudah menjadi pemuda—menyerbu jalan dengan wajah muram.

 

"Ah...."

Sang pendiri menghela napas kencang saat Crassel menyelinap melewati kami, pandangannya tertuju pada sosok Basil Walt yang sudah tua. Basil ini rambutnya tampak semakin memutih, dan tampaknya telah kehilangan sebagian dari masa keemasannya. Namun, Basil itu masih menuju ke ladang—dia memegang sekop di satu tangan.

 

"Beristirahatlah saja, pak tua!" Geram Crassel.

 

"Hmph...."

Basil mendengus. Dia bahkan tidak mencoba mendengarkan keluhan Crassel.

 

"Apa hubungannya aku yang bekerja di ladang ini denganmu?"

 

Pemandangan itu berakhir, pemandangan di sekitarnya memudar menjadi abu-abu. Secara bertahap pandangan kami bergeser dan berubah, hingga akhirnya berhenti pada versi desa yang tampak sekitar sepuluh tahun lebih tua. Aku dapat melihat Crassel dari tempatku berdiri—dia dan para pengikutnya tampak bekerja keras menjaga desa. Dari apa yang dapat aku lihat, Crassel berusaha untuk menertibkan ladang-ladang yang diperluas secara serampangan itu sehingga ladang-ladang itu dapat dikelola dengan baik. Basil, yang sekarang sudah tua, berjalan tanpa suara melewati putranya yang sedang bekerja; lelaki tua itu membawa cangkul di salah satu bahunya. Crassel tidak melirik ayahnya sedikit pun—dia terus bekerja.

 

"Aku pikir menanami ladang adalah tiket kami menuju kebahagiaan."

Gerutu sang pendiri.

 

"Aku benar-benar memberikan segalanya, tapi pada akhirnya, itu adalah sebuah kesalahan. Aku menyebabkan masalah yang nyata untuk kepala keluarga kedu...."

 

Sang pendiri berhenti sejenak, lalu akhirnya melanjutkan,

"Untuk Crassel."

 

Saat kami melihat Crassel bekerja, kami melihat orang-orangnya sendiri mulai melemparkan pandangan dingin ke arahnya, menggumamkan kata-kata kasar dengan suara pelan.

 

"Kepala keluarga sebelumnya tidak pernah cerewet ini."

Kata salah satu dari mereka.

 

"Dia main-main dengan ladang kita dan berani-beraninya menyebutnya pemeliharaan."

Gerutu yang lainnya. Yang ketiga menggelengkan kepala.

 

"Hahh, setidaknya aku merasa aman saat ayahnya yang bertanggung jawab."

Crassel tidak memedulikan mereka—dia terus bekerja keras.

 

"Pada titik ini, kami tidak bisa berkata apa-apa."

Kata sang pendiri kepadaku.

 

"Bahkan jika kami bertemu satu sama lain di rumah, dia tidak akan mengatakan apapun kepadaku." Sang pendiri tertawa masam.

 

"Yah, aku juga cukup keras kepala, jadi kami berdua diam saja. Kau tahu, saat aku bangun di zamanmu dan dia menghinaku.... itu benar-benar membuatku agak senang. Membuatku berharap aku lebih banyak berbicara dengannya saat dia masih hidup."

 

"Tunggu, apa?"

Tanyaku dengan tidak percaya.

 

"Kalian tidak berbicara, sampai akhir?"

 

Sang pendiri melipat tangannya dan tertawa malu.

"Kenangan kami hampir terputus saat kami menyerahkan Jewel itu kepada generasi berikutnya. Segala sesuatu di luar itu berada di antara samar dan tidak ada. Sejujurnya, aku bahkan tidak ingat bagaimana aku meninggal."

 

Aku menoleh ke arah Crassel. Meskipun ada tatapan dingin dari penduduk desa, dia melanjutkan pekerjaannya—pekerjaan yang dia lakukan demi mereka.

 

"Ini satu-satunya hal yang bisa kuajarkan padamu." Lanjut sang pendiri.

 

"Kau bisa memaksakan diri dan melakukan yang terbaik, tapi tetap saja meninggalkan seseorang yang membersihkan kekacauanmu."

Kata sang pendiri, menghela napas.

 

"Meskipun mungkin itu hanya terjadi padaku karena aku ini idiot."

 

Saat kata-kata sang pendiri selesai, pemandangan berubah sekali lagi. Sekarang sudah pagi. Cahaya matahari terbit memantul melalui semua tetesan embun yang melapisi bilah rumput yang tumbuh di bawah kaki kami. Udara segar. Penduduk desa sudah pergi, begitu pula Crassel. Sang pendiri dan aku sendirian.

 

"U-Umm...."

Aku tergagap. Aku punya firasat buruk tentang ini.

 

Sang pendiri menegakkan bahunya.

"Lyle. Aku, yah... akau berpikir kau itu luar biasa. Maksudku, aku bahkan tidak mengajarimu tahap ketiga Art-ku, dan kau hampir melakukannya sendiri! Dan kau jauh lebih pintar dariku. Aku tidak menyangka bahwa darah orang sepertiku bisa menghasilkan anak sepertimu. Aku bangga padamu—kau bahkan tidak tahu seberapa besar rasa bangganya aku padamu itu."

 

"J-Jangan asal bicara begitu...." Kataku, malu.

 

"Ada apa denganmu hari ini? Tingkahmu terasa aneh."

 

Sang pendiri kemudian tertawa kecil.

"Lyle, apa pendapatmu tentang Aria kecil? Dia akan menjadi perempuan yang hebat suatu hari nanti."

 

"Seperti yang kukatakan sebelumnya, aku tidak benar-benar—"

 

"Begitu ya...."

Kata pendiri dengan lembut. Suara keras dan energi yang meluap dari sang pendiri tampaknya telah lenyap. Ada rasa gatal di belakang kepalaku, seperti firasat terburukku akan segera mengenai sasaran.

 

Rasanya.... dia semakin lemah.

 

"Tetap saja, bersikap baiklah padanya, oke? Aria kecil itu adalah keturunan cinta pertamaku yang tak terbalas. Maksudku, dia agak terlalu bersemangat, tapi dia menggemaskan, bukan? Aku ingin dia bahagia. Dan aku ingin kau juga bahagia."

 

"Aku?"

 

Sang pendiri menatapku dari atas ke bawah dan bertanya,

"Lyle.... apa kau sudah memutuskan tujuanmu?"

 

Aku menundukkan kepalaku.

"Aku belum memutuskan itu."

 

Tidak ada gunanya berbohong. Aku sudah menjadi seorang petualang—aku bertekad untuk menjadi yang terbaik. Namun, masih ada sebagian hatiku yang menahanku. Ada yang masih kurang dariku.

 

"Jangan khawatir."

Kata sang pendiri dengan lembut.

 

"Siapa yang tahu? Suatu hari, kau mungkin akan melakukan sesuatu yang begitu menakjubkan, yang bahkan tidak pernah bisa dibayangkan oleh orang sepertiku. Tapi, jangan lupakan Ceres itu. Dia berbahaya."

 

Ceres adalah adik perempuanku, yang—menurut sang pendiri—dirasuki oleh Heretical God. Bisa dibilang, entitas-entitas ini muncul di titik balik sejarah untuk menebar kekacauan. Para leluhurku yang lain menanggapi teori ini dengan skeptis, namun sang pendiri kami tetap waspada terhadapnya.

 

Mata sang pendiri menatapku dengan serius ketika dia berkata,

"Kurasa hanya kau yang bisa menghentikannya. Lyle Walt.... aku tahu kau bisa melakukannya."

 

Kakiku gemetar saat mengingat pertarunganku dengan Ceres. Ketika aku memikirkan betapa compang-campingnya dia meninggalkanku, dan betapa pahitnya rasa kekalahan yang begitu besar.... ketakutan segera memenuhi diriku, menguasai tubuhku.

 

"Apa kau takut?"

Tanya sang pendiri.

 

"Kau tahu.... tidak, itu bukan hakku untuk mengatakannya. Kau putuskan jalanmu sendiri. Kau tidak harus menantang Ceres jika kau tidak mau. Jalani saja hidup yang kau inginkan. Jalani saja. Tetapkan pandanganmu ke masa depan dan ikuti jalanmu sendiri. Hanya itu yang kuinginkan."

 

Ketika aku mengangkat kepalaku, sang pendiri tersenyum.

 

"Mengapa kau mengatakan itu sekarang?" Tanyaku.

 

"Apa kau akan menghilang dari hadapanku?"

 

Sang pendiri tertawa kecil.

"Aku sudah mati sejak awal. Lebih aneh bagiku berada di sini daripada tidak. Tapi.... aku masih ingin melihatmu melakukan yang terbaik yang kau bisa, sedikit lebih lama. Aku masih ingin melihatmu, dan Novem kecil, dan Aria kecil mengatasi masalah yang ada di hadapan kalian dan terus bekerja keras, sedikit lebih lama. Aku ingin mengajarimu segala macam hal.... tapi kemudian aku sadar bahwa aku tidak punya apapun lagi untuk diajarkan kepadamu. Maksudku, memancing adalah satu-satunya yang tersisa bagiku."

 

"Kalau begitu, ajari aku cara memancing."

Kataku, mencoba bersikap egois untuk pertama kalinya.

 

"Aku belum pernah memancing sebelumnya."

 

"Aku... tidak punya cukup waktu. Aku sudah mencapai batasku."

Sang pendiri tersenyum gelisah padaku. Tubuhnya hancur, meledak menjadi butiran cahaya biru.

 

Tapi tetap saja, sang pendiri mengangkat salah satu tangannya ke udara.

"Lyle! Angkat tanganmu!"

 

"O-Oke!"

Aku berhasil, mengangkat tangan kananku. Sang pendiri berjalan ke arahku, menepukkan tangan kami bersama-sama dalam tos yang kuat saat dia lewat.