Chapter 27 : Blessings Be to All

 

Kami berada di hutan yang membentang di wilayah Keluarga Pagan dan Keluarga Maini. Kami telah mengumpulkan perwakilan dari kedua keluarga, bersama dengan para pekerja, untuk membantu kami mencari dungeon yang mungkin muncul di area tersebut. Keluarga Maini telah mengirim sepuluh orang, dengan Medard sebagai pemimpin. Keluarga Pagan memiliki Dale, Paula, Pini.... dan Zappa. Secara teknis mereka juga memiliki kelompok petualang yang terdiri dari lima orang, jadi jumlah mereka menjadi sembilan.

 

Tampaknya kelompok kami masih harus belajar banyak tentang perjalanan di hutan; meskipun satu langkah yang salah dapat membuat kami jatuh bertekuk lutut, penduduk setempat jauh lebih baik daripada kami dalam hal menavigasi jalan yang lebat. Begitu kami tiba di lokasi pembunuhan, aku melihat bahwa orang-orang dari kedua keluarga telah tiba di sana sesaat sebelum kami. Mereka saling menatap tajam. Aku mengalihkan pandangan dari mereka dan mengamati area tersebut. Tentu saja ada tanda-tanda bahwa pertempuran telah terjadi—pohon tumbang yang disebutkan Pini ada di sana, bersama dengan bekas-bekas kapak batu dan pedang besar.

 

"Bagaimana ini bisa terjadi....?"

Kata Medard dengan sedih, memejamkan matanya saat kesedihan menguasainya. Kenangan tentang pengikutnya yang tulus tampaknya telah mengguncang ketenangannya.

 

"Aku akan membuktikan bahwa kau tidak bersalah secepatnya."

 

Dia sangat ingin memulihkan kehormatan pengikutnya.

Pikirku dalam hati.

 

Dia tidak akan beristirahat sampai dia membuktikan bahwa orangnya tidak pernah melintasi perbatasan Keluarga Pagan.

 

"Tempat ini tidak diragukan lagi berada di wilayah Keluarga Maini."

Kata Dale, sambil melihat sekeliling.

 

"Pertempuran terjadi di sini, kan, Pini?"

 

Pini mengangguk.

"Y-Ya. Maksudku, eh, itu benar, pak. Di sinilah kami bertemu dengan orc itu. Monster itu mencuri pedang besar yang digunakan pengikut Keluarga Maini, dan Zappa dan aku memindahkan mayatnya ke wilayah Keluarga Pagan."

 

Medard melotot ke arah Pini dan Zappa, begitu pula semua orang yang dibawanya.

 

"Apa kalian yakin bahwa bukan kalian lah yang mengambil pedang itu?"

Tanya Medard dengan marah.

 

Dale merasa tidak punya apa-apa untuk dikatakan. Dia menatap Pini untuk meminta jawaban, sambil berusaha mengabaikan Zappa. Pada titik ini, tidak ada yang akan percaya sepatah kata pun yang keluar dari mulut Zappa.

 

"Kami tidak mengambil pedangnya. Pedang itu diambil oleh orc! Sungguh!"

 

Mata Medard berbinar tajam.

"Kau ingin kami percaya kata-kata orang-orang yang membawa pergi tubuh pengikutku?" Tanyanya dengan suara rendah dan marah.

 

Mulut Pini terbuka dan tertutup tanpa suara. Sikap mengintimidasi Medard tampaknya telah mengejutkannya.

 

Zappa kemudian angkat bicara, sama sekali tidak merasa malu.

"Oh, ayolah. Mana mungkin kau akan percaya apapun yang keluar dari mulut seseorang dari Keluarga Pagan, kan."

 

"Zappa, aku tidak mengizinkanmu bicara."

Kata Dale, suaranya meninggi.

 

"Tutup mulutmu kecuali diperintahkan sebaliknya!"

 

Namun, terlepas dari ketegasan Dale itu saat berbicara—yang tentu saja sedikit lebih kuat dari hari sebelumnya—Zappa hanya mengejeknya.

 

"Jangan coba-coba padaku. Aku tidak ingin mendengarnya—terutama dari seorang yang datang menangis kepadaku, merengek tentang bagaimana dirinya tidak ingin menjadi penguasa. Ini tidak akan pernah terjadi jika kau lebih baik—"

 

Aku menghela napas dan bersiap untuk melangkah maju, namun Zelphy sudah lebih dulu. Atau lebih tepatnya, tinjunya yang melakukannya.

 

Sang pendiri bersiul saat dirinya menilai pukulan Zelphy.

"Wah, pukulan lurus yang bagus! Dia benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk pukulan itu!"

 

Zelphy menatap Dale, yang mengangguk tanda setuju. Zelphy kemudian kembali fokus pada Zappa, yang terjatuh karena kekuatan pukulannya. Zelphy meraihnya dan mengangkatnya kembali.

 

"Kami datang ke Keluarga Pagan atas permintaan Keluarga Lobernia."

Kata Zelphy dengan suara dingin.

 

"Menerima perintah dari Pagan-sama adalah bagian dari pekerjaan. Dan nak.... kau mengulur-ulur waktu diskusi. Jangan bicara kecuali kau diajak bicara. Mengerti?"

 

Itu hanya ancaman kecil, namun cukup untuk membuat Zappa mengangguk. Zappa berdiri di sana dalam diam, memegang pipinya.

 

"Bocah itu bersikap tangguh saat berhadapan dengan seseorang yang lemah, tapi saat dia pikir dia tidak bisa menang... sungguh pengecut."

Kepala keluarga kedua terdengar sangat muak.

 

"Bocah itu juga tidak pintar atau sangat cerdik. Dia tidak pernah ditakdirkan untuk memiliki posisi berwenang."

 

Kepala keluarga ketiga tertawa.

"Anak ini tipe orang yang akan menjadi tirani jika dia menjadi penguasa."

 

Medard menatap Zappa, matanya sedingin es. Namun, saat dia berbicara, dia berbicara kepada Dale.

"Aku tidak bisa mempercayai Keluarga Pagan saat aku tahu penguasanya cukup bodoh untuk membiarkan orang seperti itu di sisinya. Bicaralah dengan jujur—apa kau menyembunyikan hal lain dariku?"

 

Dale hanya menatap tanah tanpa suara, kepalanya tertunduk.

 

"Lyle, terlepas dari apa yang dikatakan Medard ini."

Kepala keluarga ketiga menjelaskan.

 

"Aku yakin Keluarga Maini juga telah melakukan berbagai hal buruk kepada Keluarga Pagan. Sederhananya, kau akan menemukan orang-orang idiot di mana pun kau berada, dan tidak mungkin setiap orang yang tinggal di wilayah Keluarga Maini cukup pintar untuk tidak membuat masalah."

 

Seperti yang dikatakan leluhurku itu, tidak ada jaminan bahwa setiap penguasa akan menjadi penguasa yang bijaksana, atau bahwa rakyatnya akan sepenuhnya pintar dan berbudi luhur. Dalam hal yang sama, setiap penguasa bukanlah penindas yang jahat, dan warganya tidak semuanya bodoh dan jahat. Kenyataannya jauh lebih seimbang.

 

"Keluarga Maini dan Keluarga Pagan adalah tetangga, suka maupun duka."

Kepala keluarga kelima menjelaskan dengan suaranya yang tanpa emosi seperti biasanya.

 

"Kedua keluarga mereka berinteraksi satu sama lain dengan cara yang tak terhitung jumlahnya. Bahkan jika kau memecahkan masalah khusus ini di antara mereka, mereka akan berselisih karena hal lain cepat atau lambat."

 

Lalu apa yang harus aku lakukan?

Ketika aku memikirkan bagaimana orang-orang dari kedua keluarga akan menjalani sisa hidup mereka dengan penuh permusuhan terhadap satu sama lain, aku merasa sedikit tertekan. Kepala keluarga keenam menangkap apa yang sedang aku pikirkan itu dari raut wajahku.

 

"Jika mereka tidak tahan satu sama lain."

Saran kepala keluarga keenam.

 

"Cari saja pihak ketiga untuk mereka lawan. Mereka akan bersatu melawan musuh bersama."

 

Apa itu benar-benar menyelesaikan sesuatu? Menciptakan musuh untuk menyatukan dua musuh lainnya....

Kedengarannya sangat tidak ada harapan bagiku, namun tidak ada leluhurku yang menentang kepala keluarga keenam. Terlepas dari apa yang mereka pikirkan, jika aku ingin pencarian orc itu membuahkan hasil, sudah saatnya aku mengambil alih.

 

"Hanya berdiri di sini dan berbicara tidak akan menyelesaikan apapun."

Kataku kepada mereka.

 

"Kenapa kita tidak mulai dengan menyelidiki tempat kejadian? Pengikut Keluarga Maini terbunuh di sini. Lalu, setelah itu...."

 

"Zappa dan aku membawa mayatnya ke wilayah Keluarga Pagan."

Kata Pini sambil mengangguk.

 

"Saat kukatakan bahwa orc yang membunuhnya, aku mengatakan yang sebenarnya! Meskipun aku hanya pernah melihat monster seperti itu di buku, aku bersumpah itu adalah orc. Aku tidak meragukannya."

 

Ada versi standar ensiklopedia monster yang memiliki ilustrasi terperinci, dan merupakan barang yang cukup umum untuk ditemukan bahkan di pemukiman yang agak kecil. Membaca buku seperti itu dan mengumpulkan informasi tentang musuh yang mungkin kalian hadapi dapat membuat perbedaan besar dalam pertarungan. Sejauh berapa banyak warga yang benar-benar dapat membaca buku seperti itu, yah.... sulit untuk mengatakannya.

 

"Terlepas dari bagaimana pembunuhan itu dilakukan, penting bagi kita untuk mencari di area itu untuk melihat apa ada dungeon di dekatnya." Kata Medard.

 

"Saat kalian menemukan sesuatu yang mencurigakan, beritahu semua orang. Jangan bertindak sendiri dengan cara apapun. Dan jika ada orc muncul, berteriaklah untuk memperingatkan sekutu kalian."

 

Anak buah Medard menanggapi dengan antusias saat penguasa mereka mengeluarkan perintah satu demi satu. Seorang individu lain—seorang laki-laki dengan bintik-bintik putih tersebar di rambut hitamnya—yang mungkin adalah salah satu pengawas Medard, melangkah maju. Dia mulai mengerjakan detail yang lebih rinci tentang bagaimana pencarian akan dilakukan, membagi kelompok anak buah Keluarga Maini menjadi tiga kelompok dan mengirim mereka untuk menjelajahi berbagai sektor hutan.

 

Kepala keluarga kedua memandang Medard dan anak buahnya dengan rasa iri di matanya.

"Mereka diatur dengan baik." Katanya.

 

"Andai saja, andai saja...."

 

Dia pasti membandingkan anak buah Medard dengan anak buahnya di masa lalu.

Pikirku dalam hati.

 

Tidak seperti orang-orang Keluarga Maini, yang bergerak dengan terarah dan tepat, Dale tampak agak bingung tentang apa yang harus dilakukan. Dia tidak memiliki banyak orang untuk diajak bekerja sama, dan dia berkewajiban untuk mengawasi Zappa.

 

Zelphy mengamati keadaan Dale dan menghela napas.

"Lebih baik kau bersikap rendah hati." Katanya.

 

"Mengingat kita sekarang berada di wilayah Keluarga Maini. Saat mereka mulai menggeledah wilayah Keluarga Pagan, yang harus kau lakukan hanyalah menemani mereka, dan itu sudah cukup."

 

"Aku setuju."

Kata Medard sambil mengangguk.

 

"Aku tidak ingin kau pergi sendiri. Kau boleh mengawasi kami begitu kami memasuki wilayahmu." Dia menoleh ke arahnya.

 

"Tugaskan seseorang untuk mengawasi mereka, oke?"

 

Jadi, seorang prajurit Keluarga Maini akhirnya berjalan ke kelompok kami untuk mengawasi Dale dan seluruh anggota Keluarga Pagan. Prajurit itu memiliki mata yang tajam dan jelas-jelas dipenuhi dengan kebencian terhadap Dale. Zappa mencoba melotot padanya, namun setelah menyadari orang itu bersenjata tombak dan parang, Zappa langsung mengalihkan pandangannya.

 

"Kalau begitu, sekarang kita seharusnya bisa bergerak bebas."

Kataku, menoleh ke kelompokku.

 

"Jadi bagaimana kalau kita mencari dungeon itu untuk diri kita sendiri? Hmm...."

Aku melihat sekeliling, lalu menunjuk ke jalan setapak yang mengalir di sepanjang sungai di dekatnya. Jika kami mengikutinya, sepertinya kami akan menuju ke hulu.

 

"Jalan ini kelihatannya bagus."

 

Novem mengangguk.

"Haruskah kita berpencar, Lyle-sama?"

 

"Tidak."

Kataku, menggelengkan kepalaku.

 

"Kita tidak terbiasa dengan hutan, jadi sebaiknya kita bersatu untuk mengurangi bahaya. Aku akan memimpin dengan...."

Aku berhenti sejenak, mempertimbangkan pilihan.

 

"Zelphy-san. Novem, kamu ambil bagian tengah, dengan Aria dan Sophia di kedua sisimu."

 

Novem mengangguk senang mendengarnya.

 

Apa Zelphy-san sedang mengujiku...?

 

"Aku tidak melihat apa yang salah dengan berpencar—"

Sang pendiri memulai, namun kepala keluarga kedua memotongnya.

 

"Jelas salah."

Kata kepala keluarga kedua dengan tegas.

 

"Kelompok Lyle seharusnya menggunakan formasi menyebar, dan Lyle sendiri seharusnya menavigasi seperti yang telah dilatihnya. Bagaimana jika mereka bertemu monster yang bahkan lebih sulit ditangani daripada orc? Jika itu terjadi, mereka lebih baik bertarung bersama. Dan jangan lupa bahwa Lyle adalah satu-satunya yang bisa menggunakan Art seperti Map dan Search."

 

Jika aku menggunakan Art kepala keluarga kelima dan keenam secara bersamaan, aku akan bisa mendapatkan informasi yang tepat tentang lingkungan sekitarku, termasuk lokasi pasukan Keluarga Maini dan Keluarga Pagan dan pergerakan monster di sekitar.

 

Aku mulai menggunakan Map terlebih dahulu, lalu menambahkan Search. Art kepala keluarga keenam menambahkan beberapa penanda merah ke peta di kepalaku—kami dikelilingi oleh penanda itu, sebenarnya. Aku dengan gugup melihat sekeliling. Sebagian besar orang di area itu memiliki penanda kuning, sementara kelompokku memiliki penanda biru. Dale, Pini, dan Medard juga memiliki penanda biru. Keluarga Maini, bagaimanapun, tampaknya memiliki beberapa penanda merah. Penanda Zappa juga berwarna merah.

 

Kepala keluarga keenam menghela napasnya.

"Yah, itu bereaksi terhadap permusuhan, kau tahu." Katanya padaku.

 

"Tidak masalah baik mereka sekutu atau bukan. Jika mereka membencimu, warna mereka akan merah."

 

Artinya Zappa tidak berpikir terlalu baik padaku.

Yah, lagipula aku tidak peduli.

 

"Ada apa, Lyle-sama?"

Tanya Novem. Rupanya dia menyadari aku menatap Zappa.

 

Aku hanya menggelengkan kepalaku dan mulai berjalan.

 

Zelphy mulai berjalan juga, mengambil posisi di sampingku.

"Ayo kita pergi." Katanya.

 

"Kau tahu.... jika benar-benar ada dungeon, itu akan menjadi yang ketiga di sekitar Kota Darion. Dan kita sudah kekurangan orang."

 

Menaklukkan dungeon biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama. Mereka yang ditugaskan di sana harus tetap berada di pos mereka untuk waktu yang lama. Biaya waktu yang tinggi ini mengakibatkan biaya personel yang tinggi juga. Dungeon kedua telah muncul di wilayah Kota Darion, dan Bentler telah mengirim para ksatria, prajurit, dan petualangnya untuk menghadapinya. Raut masam di wajah Zelphy pasti berarti bahwa pengiriman ini telah membuat Bentler kekurangan tenaga kerja. Dia tidak punya pilihan lain—dungeon terlalu berbahaya untuk dibiarkan begitu saja.

 

"Kalau saja kita bisa menutup pintu masuknya atau membakarnya...." Kata Zelphy.

 

Kepala keluarga kelima tampaknya memiliki pendapat yang sama.

"Aku pernah mempertimbangkan untuk mencobanya sebelumnya. Tapi, yah.... bahkan jika kau membakar dungeon, atau menyegelnya, atau mengisinya dengan racun, itu tidak akan mengakibatkan penaklukan dungeon. Pada akhirnya, yang akan kau lakukan hanyalah mengganggu dungeon. Kau hanya akan membuatnya meledak."

 

Selama sejarah panjang benua kami, beberapa negara telah bereksperimen dengan metode pembersihan dungeon ini, dan musnah sebagai hasilnya. Kenyataannya sama benarnya sekarang seperti dulu—dungeon dapat dihapus hanya dengan tangan manusia.

 

"Dasar bodoh!"

Teriak sang pendiri sambil memprotes.

 

"Tidak ada gunanya menaklukkan dungeon kecuali kau melakukannya dengan tanganmu sendiri!"

 

Itu pendapat yang tidak mengejutkan, datang darimu.

Pikirku dalam hati.

 

Kami berjalan melewati pepohonan dengan hanya menggunakan Art yang sederhana dari pihakku. Medannya sangat sulit—lumpur, akar pohon, dan rumput yang licin membuat jalan kami sulit. Kami berlima berjalan dengan susah payah, parang di tangan, sampai aku melihat sebuah area di peta di kepalaku yang tampak agak aneh. Area itu adalah satu-satunya tempat yang tampak terdistorsi, dan tidak ada penanda yang jelas di area yang terkena dampak. Namun, ada banyak penanda merah di sekitarnya, dan ada bagian dari area terdistorsi yang diarsir dengan warna merah tua yang kabur. Distorsi itu cukup parah sehingga aku tidak dapat mengetahui berapa banyak musuh yang ditunjukkan oleh bayangan kabur itu.

 

Tiba-tiba, para leluhurku menjadi bersemangat.

 

"Itu dia!"

 

"Kau beruntung, Lyle!"

 

"Itu satu masalah yang terpecahkan—paling tidak, mungkin tidak akan ada perang."

 

"Kau harus segera masuk."

Seru kepala keluarga keempat.

 

"Kalau dipikir-pikir... apa Lyle bisa menggunakan Map begitu dia masuk?"

 

Kelihatannya kepala keluarga keempat tidak begitu paham tentang cara kerja Art putranya. Aku jadi penasaran untuk mengetahui jawaban atas pertanyaannya juga, karena saat itu yang bisa kulihat dari dungeon itu hanya kurang jelas.

 

"Jangan khawatir."

Jawab kepala keluarga kelima.

 

"Art-ku mungkin menggambarkan dungeon seperti itu dari luar, tapi begitu kau masuk, semuanya akan jelas."

 

"Art-ku juga akan berfungsi di dalam dungeon."

Tambah kepala keluarga keenam.

 

"Berfungsi sama meskipun dungeon itu memiliki beberapa lantai atau hanya satu area yang sangat luas."

 

"Sekarang, hal ini mengingatkanku pada...."

Kata kepala keluarga ketujuh bersukacita.

 

"Rasa akan pencarian ini!"

 

Kita sedang membicarakan dungeon di sini.

Pikirku dalam hati.

 

Bukankah mereka seharusnya lebih cemas?

Aku sudah tahu bahwa para leluhurku itu menganggap dungeon sebagai tempat untuk mengumpulkan pengalaman, Demonic Stone, dan material, belum lagi harta karun. Namun, Dale dan Medard tampaknya tidak bersikap angkuh tentang penampilan dungeon itu seperti para leluhurku. Mungkin hanya karena para leluhurku memiliki status yang lebih tinggi di antara para bangsawan, dan setiap penguasa dengan status baron atau lebih tinggi akan bereaksi sama seperti mereka....?

 

Bagaimanapun, kurasa dungeon adalah tempat yang bagus jika kau melakukannya demi keuntungan.

Pikirku dalam hati.

 

Aku berhenti berjalan.

 

Perhatian Zelphy terfokus padaku.

"Ada apa?" Tanyanya.

 

Aku berbalik sehingga aku menghadap seluruh kelompokku.

 

"Ada dungeon di depan."

Kataku kepada mereka.

 

***

 

Kami akhirnya menemukan pintu masuk dungeon tepat di tepi sungai. Aku berdiri di depan pintu masuk saat seekor goblin datang ke arahku, kapak batu berayun di tangannya. Aku menusuknya di bagian vital dengan pedang yang kupegang di tangan kananku, lalu dengan cepat mencabut bilah pedangku. Aku segera menghunus belati saat goblin itu jatuh, mencari sasaran berikutnya. Saat kulihat goblin lain melompat ke arahku, kutarik tanganku ke belakang dan melepaskan belati itu. Ujungnya menembus kepala goblin itu, membuatnya jatuh tertelungkup ke tanah.

 

Tak jauh dari situ, para prajurit Keluarga Maini telah mengepung goblin lain, yang mereka tusuk dengan tombak mereka. Jelas terlihat, melihat mereka, bahwa memiliki keunggulan jumlah membuat perburuan seperti ini menyenangkan dan mudah. ​​Pandanganku beralih ke lima goblin yang telah kukalahkan sendiri. Novem berjalan ke arahku, mengambil belatiku dari kepala goblin saat dia mendekat.

 

"Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Novem.

 

"Ya, aku baik-baik saja."

Kataku padanya. Aku tidak merasakan ada musuh lagi di sekitar, jadi aku terus maju dan mulai menyeka darah dari bilah pedangku.

 

"Kita punya begitu banyak orang di sekitar sehingga aku tidak perlu khawatir dikepung."

 

Dari tempatku berdiri, aku bisa melihat Dale dan Zappa. Dale telah mengambil sikap yang kuat dan mantap, namun pedangnya bergetar di tangannya. Zappa telah bersembunyi di belakangnya. Kedua orang itu menyadari aku sedang melihat ke arah mereka.

 

"Kau pasti sedang mempermainkanku." Kata Zappa.

 

"Maksudku, apa-apaan ini?! Kenapa bocah kota yang tidak tahu apa-apa seperti dia sekuat itu?"

 

Zappa mungkin menganggapku lemah sebelumnya, namun sekarang dia gemetar hanya dengan menatapku. Rupanya, aku sekarang lebih menakutkan baginya daripada para goblin itu—yang tidak umum terlihat di area itu, perlu diingat.

 

"Dia seorang petualang." Pini menegurnya.

 

"Mengapa dia bisa kau anggap lemah?!"

 

Zappa melirik ke arahku, wajahnya tampak bingung. Dia meremehkanku, karena aku lebih muda darinya dan dikelilingi oleh sekelompok perempuan. Sekarang setelah dia tahu aku lebih kuat dari yang dia duga, dia jadi bingung.

 

"Pini benar." Paula setuju.

 

"Yang lebih penting, Zappa, berhenti bersembunyi di belakang Dale. Keluar sana dan bertarung!"

 

"Y-Yah, a-aku akan melakukannya."

Zappa membalasnya dengan tergagap membalas.

 

"A-Aku h-hanya butuh senjata!"

 

Benar-benar sikap sok kuat.

Pikirku dengan sinis. Bukannya aku tidak setuju dengannya—memiliki senjata memang membuat perbedaan besar.

 

Aku tersadar dari pikiranku saat Medard berjalan ke arah kami, melotot ke arah Zappa.

"Jangan sok." Gerutu Medard.

 

"Pada titik ini, kau sudah melampaui batas—kau tidak lebih dari sekadar lelucon."

 

Kemudian Medard menoleh padaku, mengabaikan Zappa.

"Kau lebih terampil dari yang kuduga, Lyle. Sejujurnya, aku agak terkejut."

 

Aku tidak terbiasa dengan pujian, jadi aku tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Aku memutuskan untuk memulai dengan mengucapkan terima kasih kepada Medard, namun sebelum aku bisa mengatakan apapun, dia berbalik dan mulai melihat sekeliling.

 

Begitu Medard mengamati area itu, dia berbalik, melirik Novem dan Aria sambil menjelaskan,

"Petualang itu—dia instruktur kalian, kan? Dia masuk ke dalam bersama beberapa prajuritku, dan sepertinya itu tidak salah lagi."

 

Dungeon itu berjarak kurang dari seratus meter dari wilayah Keluarga Pagan, namun masih berada di wilayah milik Keluarga Maini. Jadi, semua hak atas dungeon itu jatuh ke tangan mereka.

 

Aneh sekali. Dungeon ini begitu dekat dengan perbatasan, tapi hak-haknya diberikan dalam sekejap.

Pikirku dalam hati.

 

Zelphy telah kembali berdiri bersama kelompok kami setelah penjelajahannya yang singkat, dan aku tahu dia merasa sedikit lega. Dale juga tampak lega. Keberadaan dungeon itu mendukung cerita Pini bahwa seorang orc telah muncul dan membunuh pengikut Keluarga Maini. Hal itu juga berarti bahwa ini bukan saatnya bagi kedua keluarga untuk berseteru.

 

"Ah, jadi sudah dipastikan." Kataku.

 

"Itu benar-benar dungeon."

 

"Memang benar."

Kata Medard, mengakui, jelas tidak senang.

 

"Sekarang ada kemungkinan lebih tinggi bahwa orc benar-benar membunuh pengikutku."

 

Mata Medard  itu beralih ke Pini dan Zappa.

"Tapi, aku masih tidak bisa memaafkan apa yang telah kalian berdua lakukan."

 

"Apa masalahmu?!"

Zappa menjerit, matanya tertunduk karena malu.

 

"Itu monster, sialan! Armornya... Yah, itu kami... tapi sekarang kau seharusnya merasa puas!"

 

Medard melotot ke arah Zappa saat anak buahnya menyiapkan senjata mereka. Mereka mengarahkan tombak mereka ke Zappa, begitu pula anggota Keluarga Pagan lainnya. Satu-satunya yang selamat adalah kelompok kami.

 

"Diamlah, dasar anjing kampung!" Medard menggeram.

 

"Karena kau, nama baik pengikutku hampir tercoreng. Dia hampir difitnah, direndahkan sebagai orang tidak kompeten yang dibunuh dan dijarah saat penyusup dari keluarga yang hampir tidak layak untuk mengklaim statusnya! Dan kau ingin aku merasa puas, hanya dengan ini....? Jangan berani-beraninya kau berpikir ini adalah akhir dari semuanya!"

 

Dari sudut pandang Medard, kebenaran kematian pengikutnya pasti tidak dapat ditoleransi. Lagipula, jika Pini harus dipercayai, maka pengikut Keluarga Maini telah mencoba melindungi Pini dan Zappa. Mereka tidak hanya menyaksikan kematiannya, mereka juga mengabaikan pengorbanannya dan bahkan mencoba merekayasa apa yang ada setelah mereka merampas semua barang berharga miliknya. Semua itu mengerikan. Bahkan menyedihkan.

 

"Aku bahkan tidak tahan melihatmu."

Kata Sophia, menggeser tubuhnya agar tidak perlu melihat Zappa.

 

"Aku benar-benar berpikir ada yang salah dengan caramu itu bertindak."

Aria setuju, meskipun nadanya tidak sekasar Sophia.

 

"Yah, aku pernah melihat yang lebih buruk."

Kata Zelphy sambil menghela napasnya.

 

"Tapi kau tahu...."

Zelphy lalu terdiam.

 

Perilaku Zappa itu konyol—semua orang tampaknya setuju akan hal itu.

Tapi di sana—

 

Kepala keluarga ketiga tiba-tiba mulai bicara, memotong pikiranku.

"Hanya saja, kau tahu... kurasa Zappa ini bahkan belum mulai memproses sepenuhnya apa yang terjadi. Masalahnya lebih mendasar daripada dia memahami apa yang dia lakukan itu baik atau buruk. Dia bahkan tidak bisa memaksakan diri untuk mulai memikirkannya."

 

Kepala keluarga ketiga berhenti sejenak, lalu melanjutkan,

"Mungkin Dale memaafkannya berkali-kali hingga dia menjadi sombong. Sekarang dia tiba-tiba mendapat kenyataan, dan itu membuatnya menjadi gila. Bukan berarti itu menjadi alasan untuk memaafkannya."

 

Kepala keluarga ketiga menjelaskan bahwa Zappa selalu diizinkan melakukan apapun yang dia inginkan di dalam dunia sempit permukiman itu. Kemudian teman masa kecilnya telah menjadi penguasa mereka. Zappa seperti kakak laki-laki bagi penguasa itu, jadi tidak ada yang menegurnya atas perilakunya saat dia bersikap seolah-olah dia lebih tinggi dari penghuni lain. Semua orang dewasa yang akan memarahinya telah pergi, dan dia tidak tahu apa-apa tentang dunia luar karena dia jarang meninggalkan permukiman itu.

 

Ketika Zappa itu tersandung pada masalah ini dengan Keluarga Maini, masalah itu membesar menjadi sesuatu yang lebih besar dari yang pernah dia bayangkan. Jika dia memiliki sedikit lebih banyak pengetahuan, atau jika dia tahu lebih banyak tentang situasi kedua keluarga itu, mungkin semuanya akan berubah secara berbeda. Sebaliknya, Zappa menjadi sombong, dan dia telah melakukan sesuatu yang tidak dapat dibatalkannya. Sekarang semua orang di sekitarnya menegurnya, dan pikirannya tidak dapat mengejar cukup cepat untuk memahami alasannya.

 

Sang pendiri menjaga pikirannya tetap singkat.

"Apa bocah ini balita?" Tanyanya.

 

"Yang dia tahu hanyalah permukiman kecil tempat dia dibesarkan dan lingkungan sekitarnya." Kepala keluarga ketiga melanjutkan dengan lelah.

 

"Meskipun dia kurang pengalaman, dia praktis menjadi pemimpin semua anak nakal seusianya. Mungkin kekuasaan itu membuatnya sombong dan membuatnya berpikir dia bisa melakukan apa saja. Meskipun dia pernah berperang sebelumnya, dan... Yah, aku bahkan tidak tahu apa yang dia pikir dia lakukan lagi."

 

Jika semua orang di sini mulai mendidih, itu akan membuatku mendapat masalah.

Pikirku dalam hati.

 

Aku melangkah maju, mencoba untuk berada di antara Zappa dan Medard, namun Novem berbicara sebelum aku sempat.

 

"Ini tempat yang berbahaya untuk beradu argumen." Kata Novem.

 

"Mengapa kita tidak kembali ke tempat yang aman dan membereskan situasinya terlebih dahulu?"

 

Hampir seperti Novem itu berkata,

'Kau bisa melanjutkan pengadilan palsu itu nanti.'

 

Para prajurit Medard dengan enggan menurunkan senjata mereka, meskipun Zappa masih menjadi sasaran banyak tatapan dingin.

 

Saat aku menatap Zappa, aku bertanya-tanya,

Apa yang begitu berbeda antara dia dan aku?

 

Sebelum aku diusir dari rumahku, satu-satunya tempat yang kukenal adalah kamarku dan halaman di luarnya. Aku sama sekali tidak tahu apa-apa. Begitu aku menjelajah ke dunia luar, aku tidak lebih dari sekadar masalah; aku dihujani kritik, dan pada titik ini, aku benar-benar muak dengan itu. Ketika aku memikirkan hidupku dan membandingkannya dengan Zappa, aku tak bisa tidak melihat persamaannya. Namun, ada sesuatu yang jelas berbeda, dan aku perlu tahu apa itu.

 

Apa yang begitu berbeda dari kami berdua? Apa itu?

Aku pasti melamun, karena aku tersentak kembali ke kenyataan ketika Novem memanggilku.

 

"Lyle-sama, kita sedang bergerak."

 

"O-Oh..."

Kataku, menggelengkan kepala.

 

"Kamu benar."

Aku mulai berjalan, namun sebelum aku melangkah lebih dari beberapa langkah, perasaan yang mengerikan menguasaiku. Perasaan mengerikan itu bukan reaksi dari Art-Art milikku; aku tidak menggunakan salah satu dari Art-Art itu saat ini.

 

"Tunggu...."

Kataku dengan perlahan.

 

"Apa hanya perasaanku, atau... apa burung-burung itu membuat keributan...?"

Aku mulai berbalik, dan kemudian...

 

"Lyle! Tarik pedangmu!"

Sang pendiri berteriak.

 

Aku buru-buru menarik senjataku, membuat orang-orang di sekitarku menjadi panik.

 

"Full Over...."

Kataku, mengaktifkan Art-Art milikku saat aku perlahan-lahan menyiapkan tubuhku ke dalam posisi pertarungan

 

"Map, Search... semuanya, musuh datang!"

 

Apa makhluk itu mengawasi kami saat kami berkeliaran di sekitar pintu masuk dungeon?

 

Aku bisa mendengar suara pohon tumbang saat makhluk itu mendekat. Hanya ada satu penanda yang bergerak ke arah kami di peta—berwarna merah. Langkah kaki makhluk itu terdengar sangat besar, dan saat mereka semakin dekat, burung-burung dengan riuh terbang dari tempat bertengger mereka, melarikan diri dari area itu sebelum terlambat. Saat itu, semua orang menyadari ada sesuatu yang menuju ke arah kami melalui cahaya redup hutan, dan mereka telah menghunus senjata mereka.

 

Dale menyiapkan pedang yang dibawanya dari kediamannya, sambil berteriak,

"Paula, mundurlah ke belakangku! Pini dan Zappa, kalian juga!"

 

"Dalam formasi!"

Perintah Medard. Para prajuritnya memposisikan diri mereka dalam barisan dan barisan untuk melindunginya, tombak mereka menghadap ke luar.

 

"Itu respons yang pantas."

Renung kepala keluarga kedua, sambil memperhatikan para prajurit Medard.

 

"Anak buahnya terlatih dengan baik."

 

Zelphy menarik perisainya dari tempatnya di punggungnya dan memegangnya di tangan kirinya, menghunus pedangnya dengan tangan kanannya. Novem mengangkat tongkatnya. Aria dan Sophia juga mengambil posisi mereka, meskipun mereka tertinggal satu langkah di belakang. Dale berdiri di depan orang-orangnya sehingga dia bisa melindungi mereka, sementara Medard berdiri di belakang sebagian besar prajuritnya sehingga dia bisa mengarahkan gerakan mereka.

 

Bahkan formasi pertempuran mereka benar-benar berbeda....

Langkah kaki makhluk itu perlahan-lahan semakin keras. Aku bahkan tidak membutuhkan Art-ku untuk mengetahui bahwa makhluk itu semakin dekat.

 

"Dia di sini!" Seruku.

 

"Dia tepat di depan kita!"

Sebuah bayangan melompati pintu masuk dungeon yang terjal. Siluetnya berbentuk humanoid, namun itu bukan manusia. Itu adalah monster.

 

"Hmm, ini langka."

Seru kepala keluarga kelima. Monster yang datang menemui kami adalah seekor orc, namun monster itu tidak terlihat seperti orc yang pernah kudengar. Perbedaan antara pengetahuanku tentang seperti apa orc itu dan kenyataan tentang orc ini terasa cukup signifikan.

 

Monster itu berdiri dengan tangan kirinya menggenggam gagang pedang besar, bilahnya disandarkan di bahunya. Monster itu menjulang tinggi di atas kami setidaknya tujuh kaki, meskipun aku tidak akan terkejut jika tingginya lebih dari sepuluh kaki. Dua taringnya yang besar dan hidung babinya merupakan ciri khas orc, namun yang satu ini juga memiliki bulu yang tumbuh dari bahunya, dan warna kulitnya berbeda dari yang pernah kubaca. Selain itu, orc normal hanya mengenakan kain di pinggang mereka, namun yang ini lebih tertutup. Orc itu memiliki kain pembungkus dan pelindung di lengan dan kakinya; dia tampak cukup siap untuk bertarung. Saat kami menatapnya, matanya yang besar berwarna merah menatap kami. Suara geraman rendah keluar dari mulutnya, yang sedikit terbuka.

 

"Pedang itu... dia monster itu!" Teriak Pini.

 

"T-Tapi senjatanya tidak sebesar itu—"

 

Pedang itu membesar....?! Ini sungguh tidak masuk akal.

 

"Jadi itu kau!" Teriak Medard.

 

"Prajurit, siapkan tombak kalian! Serang!"

 

Sepuluh prajurit menyerang monster itu, menusukkan tombak mereka ke depan dengan gerakan yang bagus. Namun.... tombak mereka gagal menembus kulit orc itu. Suara kayu retak dan logam berderak memenuhi udara. Orc memiliki kulit yang keras—aku tahu itu. Namun seharusnya tidak sekuat itu.

 

"Mundur!" Teriak Zelphy.

 

"Orc ini varian!"