Chapter 25 : Truth

 

Sore telah tiba pada hari keempat kami di pemukiman Keluarga Pagan saat kami kembali ke kediaman penguasa itu dengan barang jarahan kami. Zappa mengawasi kami saat kami mempersembahkan apa yang telah kami kumpulkan kepada Dale, tubuhnya gemetar karena marah.

 

"Jumlah itu tidak masuk akal!!!" Teriak Zappa.

 

Tampaknya kekayaan yang diperkirakan Zappa untuk dirinya sendiri jauh dari harapan. Sebenarnya, kami tidak merasa perlu mencoba mengumpulkan banyak hal, karena delapan puluh persen dari barang jarahan kami akan diambil. Kami tahu kami tidak akan pernah bisa mendapat untung dengan mengalahkan monster saat tuan tanah mengambil bagian sebesar itu, jadi kami hanya mengumpulkan material-material yang kami rasa perlu.

 

Zelphy menyeringai dan mengangkat bahunya, berkata dengan angkuh,

"Yah, kau tahu.... semua monster itu terbakar. Material-material mereka itu sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Tidak ada yang bisa kami lakukan untuk itu! Lagipula, kami lah yang bekerja dan mengambil bagian dua puluh persen dari hasil jarahan itu. Jika kau merasa curiga, silakan lihat bara api itu. Kau akan menemukannya di dekat tepi hutan."

 

Kepala keluarga ketiga tertawa terbahak-bahak.

"Itulah yang kau dapatkan karena mencoba mengambil delapan puluh persen, nak!"

 

"Jika empat puluh, atau bahkan lima puluh, mereka setidaknya akan mencoba menjaga material-material para monster itu tetap utuh. Kau lah yang terlalu serakah."

 

"Pergi sana!" Zappa menggeram.

 

"Jika itu semua yang kalian punya untuk kami, kami akan mengambil semua Demonic Stone itu!"

 

"Jadi begitulah caramu akan memainkannya, hmm? Kurasa aku harus memberitahu Guild bahwa mereka mungkin ingin mengawasi apa kau menjual masing-masing Demonic Stone itu kepada mereka atau tidak. Mereka mungkin mengabaikan sedikit kerugian, tapi.... itulah tumpukan Demonic Stone yang kami miliki di sini."

Zelphy menyeringai pada Zappa.

 

"Itu seperti kami mungkin punya sedikit masalah."

 

Zappa mengeluarkan erangan frustrasi.

"D-Dasar jalang...."

 

"Cukup, Zappa."

Kata Dale, akhirnya melangkah masuk.

 

"Selama kau memberi kami material yang kalian miliki, kami akan memberi kalian dua puluh persen milik kalian itu."

 

Saat pertukaran ini berlangsung, Paula berlari ke dalam ruangan. Awalnya, cahaya redup malam itu tampaknya tidak menunjukkan sesuatu yang salah dalam penampilannya. Namun, begitu Paula mendekat, wajahnya tampak sangat pucat. Saat melihat perubahan Paula itu, Zappa dan Dale sama-sama melompat berdiri.

 

"Dale-sama! Zappa!" Teriak Paula.

 

"Kita kedatangan utusan dari Keluarga Maini!"

 

Kelompokku dan aku mengikuti kedua orang itu ke pintu masuk pemukiman, tempat lima pengikut Keluarga Maini berdiri, bersenjata dan marah.

 

***

 

Setelah para utusan dikawal ke kediaman Dale, mereka menceritakan kisah di balik mengapa mereka dikirim. Hal pertama yang mereka katakan kepada kami adalah sebagai berikut :

"Kami menemukan jejak pertempuran di hutan di sisi perbatasan kami."

 

Sepertinya mereka menemukan lokasi yang mereka kira sebagai lokasi pembunuhan pengikut Keluarga Maini. Jika itu benar, maka di sanalah seluruh konflik ini bermula. Mereka menemukan jejak pertempuran dan beberapa peralatan berserakan, serta banyak darah. Ditambah lagi, setelah penyelidikan lebih lanjut, mereka menemukan bahwa barang-barang pribadi pengikut yang terbunuh itu telah dibuang di dekat situ, berserakan tak terlihat di antara semak-semak dan pepohonan. Lebih buruk lagi, mereka menemukan semua itu di wilayah Keluarga Maini, di hamparan hutan di seberang sungai yang membatasi kedua keluarga itu.

 

"Kami minta kalian menyerahkan siapapun yang menemukan mayat itu."

Tuntut salah satu utusan itu.

 

"Penyelidikan terperinci diperlukan."

 

Zappa tetap diam. Ada keringat di dahinya.

 

Aneh. Biasanya dia sangat menyebalkan dan berisik....

Pikirku dalam hati.

 

Namun sebelum aku bisa memikirkannya terlalu lama, Dale angkat bicara.

"Tunggu sebentar!" Serunya.

 

"Itu membuatnya terdengar seperti kalian mencurigai kami!"

 

Para utusan itu melotot ke arah Dale. Rasanya mereka bisa mulai mencabik-cabiknya dengan senjata mereka kapan saja.

 

"Bukan hanya kedengarannya kami mencurigai kalian; kami memang mencurigai kalian. Berdasarkan apa yang kami temukan selanjutnya, kami mungkin memutuskan untuk menuntut ganti rugi. Mengapa kami tidak melanjutkan dan menjelaskan situasinya kepada para dermawan kami? Kami akan berbicara dengan viscount kami, dan kalian dapat berbicara dengan baron kalian itu."

 

Penyebutan ganti rugi itu membuat Dale menundukkan kepalanya.

"Berapa banyak ganti rugi yang kita bicarakan ini?"

 

"Kami masih belum memutuskan berapa harga ganti rugu nyawa orang kami itu."

Jawab utusan yang sama.

 

"Tapi kami akan meminta seribu koin emas."

 

Aku tersentak mendengar jumlah yang sangat tinggi itu.

 

"Jangan terlalu terkejut, Lyle."

Kata kepala keluarga keenam itu dengan suara tenang.

 

"Ini adalah negosiasi. Kau mulai dengan jumlah yang tidak masuk akal, dan dari sana kedua belah pihak mencari kompromi. Keluarga Maini tidak percaya bahwa orang yang mereka tuntut ganti rugi itu memiliki uang sebanyak itu."

 

"Kami tidak punya uang sebanyak itu!" Seru Dale.

 

"Aku khawatir itu bukan urusan kami."

Jawab utusan itu, sedingin biasanya.

 

"Kau harus mengakui tidak ada alasan logis mengapa seorang bandit akan memilih untuk mengangkut mayat yang berat dari satu wilayah ke wilayah lain. Ditambah lagi, jika mereka menyembunyikan mayat itu, bukankah mereka akan meletakkannya di tempat yang tidak akan ditemukan? Tapi seseorang dari Keluarga Pagan kebetulan menemukannya.... sungguh mencurigakan. Aku tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa kau mengatur semua ini untuk mendapatkan kompensasi finansial dari kami."

 

"Tidak mungkin kami melakukan itu!"

Bentak Dale, mulai kehilangan kesabarannya. Paula gelisah di sampingnya.

 

"Kau tahu...."

Kata kepala keluarga ketiga, sama sekali tidak peduli dengan pertengkaran yang sedang berlangsung.

 

"Langit terlihat sangat mendung. Sebaiknya kau tinggal di dalam sedikit lebih lama."

 

Jelas para leluhurku tidak punya rencana untuk memberikan arahan mereka tentang situasi ini, tidak peduli seberapa buruknya itu. Mungkin mereka benar, dan sungguh merupakan ide yang buruk bagiku untuk melibatkan diri dalam urusan orang lain. Tiba-tiba, aku merasakan kehadiran seseorang. Mataku beralih ke jendela, di mana aku melihat seorang bertubuh pendek mengintip dari kediaman.

 

Aku bersumpah aku pernah melihatnya di suatu tempat sebelumnya.... Oh!

Dia adalah orang yang berada di toko pandai besi ketika aku pergi untuk mengganti pedangku di Kota Darion. Anak gemuk yang berdebat dengan pemilik toko.

 

"Itu orang yang ingin armor itu diperbaiki, bukan?"

Tanya kepala keluarga kedua. Sepertinya dia juga mengingatnya.

 

"Hmm, bukankah itu mencurigakan....? Lyle, kau harus menangkapnya. Kau tidak akan mendapatkan apa-apa dengan terjebak di sini. Tapi jika kau menangkapnya untuk diinterogasi, di sisi lain...."

 

Aku meninggalkan Zelphy untuk terus mengawasi percakapan Dale dengan para utusan itu. Aku tidak memberitahunya tentang orang di luar; aku hanya memberitahunya bahwa aku akan keluar. Setelah aku menemukan jalan keluar dan bertemu dengan gadis-gadis itu, kami segera pergi dan menangkap orang yang mengintip kami itu.

 

***

 

Para gadis dan aku telah menahan orang itu dan membawanya ke gubuk yang sama yang diberikan Dale untuk kami tempati. Rupanya namanya Pini. Dia memiliki penampilan yang lembut, dan rambut cokelat keriting pendek. Meskipun semua orang di ruangan itu adalah perempuan kecuali aku, Pini ini masih gemetar ketakutan.

 

"Apa kamu yakin dia ada hubungannya dengan kasus pembunuhan itu, Lyle-sama?"

Novem bertanya padaku.

 

"Ya, sebenarnya. Sejujurnya, aku pernah bertemu dengannya di bengkel pandai besi di Kota Darion. Dia meminta pemilik di sana untuk memperbaiki satu set armor untuknya. Jelas sekali itu bukan miliknya."

 

Sophia mengamati wajah Pini ini. Tatapannya tajam, dan Pini meringkuk. Pini itu pasti mengira Sophia sedang melotot padanya.

 

"A-Aku minta maaf!" Erang Pini.

 

"T-Tapi saat itu, aku tidak punya pilihan!"

 

"Saat itu?"

Tanya Sophia dengan suara rendah.

 

"Apa maksudmu dengan itu? Kedengarannya seperti—"

 

"Hei!"

Teriak Aria, memotong pembicaraannya.

 

"Tunggu sebentar. Kau tidak punya wewenang untuk mengajukan pertanyaan seperti itu."

 

"Aku tahu." Jawab Sophia.

 

"Tapi dia jelas terkait dengan pembunuhan itu! Aku tidak bisa begitu saja mengabaikan masalah ini!"

 

"Tolong tenanglah, kalian berdua."

Kata Novem, mencoba menenangkan mereka.

 

Sang pendiri mulai kesal.

 

"Hajar saja bocah itu sampai memberitahu kebenarannya!"

Perintah sang pendiri dari tempatnya di dalam Jewel.

 

"Kau tidak bisa melakukan itu, Lyle."

Kata kepala keluarga ketiga kepadaku.

 

"Itu akan menimbulkan masalah, karena anak itu adalah salah satu warga Dale. Tapi sekarang setelah kita menangkapnya di sini, mari kita dengarkan apa yang akan dia katakan. Kita tidak ingin terkurung di tempat ini terlalu lama; itu tidak akan bagus. Jika anak ini pelakunya, kau bisa serahkan saja dia dan biarkan Keluarga Pagan dan Keluarga Maini itu menyelesaikan masalah mereka sendiri."

 

"Kau pasti bisa meminta biaya penegah dari viscount, aku yakin itu."

Kepala keluarga keempat menimpali. Nada suaranya riang, seperti biasanya saat topik pembicaraan beralih ke uang.

 

"Itu adil, karena tampaknya semua kesalahan ada pada Keluarga Pagan. Oh, aku sangat iri...."

 

"Berbohong tidak baik untukmu."

Kataku pada Pini, menundukkan wajahku hingga sejajar dengannya. Aku memutuskan untuk mencoba sebaik mungkin mendengarkannya.

 

"Apa sebenarnya yang kau lakukan di pandai besi itu waktu itu? Dan ke mana saja kau sejak kami tiba di sini? Kami belum pernah melihatmu sekali pun."

 

Mata Pini menjelajahi bagian dalam gubuk saat dirinya mulai menjelaskan keadaan di balik tindakannya.

"Beberapa saat yang lalu, Zappa menyuruhku untuk.... Oh, Zappa seperti pemimpin para pemuda di sini...."

 

"Aku tahu. Apa yang dia suruh kau lakukan?"

 

"Dia.... Dia menyuruhku pergi ke Kota Darion untuk membeli senjata."

 

Aria dan Sophia tidak bisa lagi tetap tenang sekarang karena senjata telah dibawa ke dalam masalah ini. Sophia, khususnya, memiliki ekspresi serius di wajahnya.

 

"Dan apa sebenarnya yang dia rencanakan untuk dilakukan dengan senjata-senjata itu?" Sophia bertanya.

 

"Dia tidak bermaksud untuk berperang, kan....?!"

 

"Bocah itu tidak akan punya kesempatan."

Kata kepala keluarga kedua kepadaku dari dalam Jewel.

 

"Kau bisa mengimbangi kuantitas dengan kualitas sampai taraf tertentu, tapi dia tidak punya keduanya. Ayo, Lyle, dorong anak ini sedikit lebih jauh."

 

Aku melambaikan tangan kepada Sophia untuk mundur, lalu membiarkan Pini melanjutkan.

 

"Ketika aku sampai di Kota Darion, aku mendengar desas-desus bahwa pemukiman kami telah terlibat dalam perselisihan dengan Keluarga Maini, tapi baron itu hanya mengirim petualang.... itu berbeda dari rencana Zappa, jadi..."

 

"Apa sebenarnya rencana Zappa itu?" Tanyaku.

 

"Dia.... ingin menjadi seorang ksatria."

 

"Seorang ksatria?"

 

Sang pendiri itu tidak membuang waktu untuk memberitahuku apa pendapatnya tentang itu.

"Pergilah ke medan perang dan dapatkan gelar itu!" Katanya.

 

"Bocah sialan itu—"

 

"Tidak semua orang bisa melakukan itu, pendiri kami yang terhormat."

Kata kepala keluarga ketiga, menyela omelan sang pendiri itu.

 

"Aku mengerti sekarang. Zappa ingin memulai perang. Itu sebabnya dia mengirim Pini untuk mendapatkan senjata."

 

Jadi, Zappa ingin memulai perang?

Pikirku secara perlahan.

 

Jika dia mencapai tujuannya, itu akan memberinya tempat untuk membedakan dirinya sehingga dia bisa mendapatkan tempat sebagai seorang ksatria. Tapi apa hal seperti itu benar-benar mungkin?

 

"Seorang ksatria pengikut, maksudmu?" Tanya Sophia.

 

"Jangan bilang dia menginginkan perang?"

 

Pini mengangguk berulang kali.

"I-Itu benar. Zappa berkata hidup kami akan lebih mudah jika dia menjadi seorang ksatria. Dan dia tidak ingin bertani selama sisa hidupnya."

 

Kepala keluarga ketiga mencibir ketika mendengar itu.

"Anak itu harus mencoba berada di posisiku." Gerutunya.

 

"Astaga, kalian para anak muda benar-benar tidak tahu realita. Itu sebabnya kalian begitu...."

 

Selama masa kepemimpinannya sebagai Kepala Keluarga Walt, kepala keluarga ketiga tewas dalam pertempuran. Itulah sebabnya dia sangat kesal dengan rencana Zappa untuk mendapatkan promosi dengan memulai perang.

 

"S-Sungguh omong kosong!"

Teriak Sophia. Dia tampak tidak percaya dengan apa yang didengarnya.

 

"Berapa banyak orang yang akan mati jika dia menyebabkan perang?! Dan itu bukan satu-satunya hal yang perlu dikhawatirkan. Bayangkan saja kerusakan yang akan ditimbulkan oleh penyelesaian ini!"

 

Dari seluruh kelompok kami, Sophia mungkin yang paling berpengetahuan dalam hal ini. Di sisi lain, aku merasa agak tidak menyadari apapun.

 

"Menurutmu bagaimana tepatnya skenario seperti itu akan berakhir?"

Aku bertanya kepada Sophia.

 

Kepala Sophia berada di tangannya. Dia tampak sangat jijik karena alasan Zappa berpusat pada pemikiran bodoh seperti itu.

 

"Aku yakin Keluarga Maini akan memanggil viscount mereka, sementara Keluarga Pagan akan memanggil baron mereka." Kata Sophia padaku.

 

"Karena musim, akan sulit untuk mengumpulkan jumlah prajurit yang tepat, tapi aku membayangkan masing-masing pihak akan mampu mengumpulkan sekitar dua hingga tiga ratus orang. Jika Keluarga Maini menanggapi situasi ini dengan serius—yang tentu saja akan mereka lakukan—jumlah mereka akan lebih banyak daripada Keluarga Pagan sejak awal konflik. Sangat tidak mungkin pemukiman Keluarga Pagan akan mampu bertahan sampai bala bantuan datang dari baron. Pemukiman ini akan berakhir dirusak oleh musuh-musuhnya, sumber dayanya akan dikuras habis!"

 

Pada titik ini, Pini meneteskan keringat.

"T-Tapi jika perang pecah antara keluarga, kau harus mengirimkan deklarasi dengan waktu dan tempat terlebih dahulu, lalu—"

 

"Itu tidak akan menjadi perang yang mudah!"

Sophia berteriak padanya.

 

"Salah satu pengikut mereka sudah tewas! Mereka tidak akan menunggu sampai saatnya tiba bagi kalian untuk melawan mereka!"

 

Apa itu benar-benar pembantaian?

Aku menatap Aria, penasaran dengan apa yang dipikirkannya, namun Aria hanya menggelengkan kepalanya. Mungkin Aria sama tidak menyadari hal semacam ini sepertiku.

 

Novem menatap mata Pini.

"Memang benar bahwa dalam beberapa kasus kedua faksi yang bertikai akan memutuskan waktu dan tempat pertempuran sebelumnya, tapi tidak semua perang itu sama."

 

Sophia mengangguk setuju.

"Dan pertempuran ini tidak akan menjadi salah satu pertempuran untuk memamerkan kekuatan militer kedua keluarga. Medard-sama tidak menahan diri terhadap musuh-musuhnya. Berdasarkan apa yang kau katakan mulai sekarang, ada kemungkinan banyak darah orang tak berdosa akan tertumpah."

 

Pini gemetar lebih hebat sekarang. Namun ada yang tampak aneh bagiku. Aku merenung sejenak sebelum sebuah pertanyaan muncul di benakku.

 

"Tapi kedua keluarga itu adalah wilayah Kerajaan Banseim, kan? Apa mereka benar-benar akan bertindak sejauh itu?"

 

Sophia menatapku dengan tatapan lelah.

 

"Tentu saja!"

Sang pendiri berteriak.

 

"Jika seseorang melakukan apa yang Keluarga Pagan lakukan pada Keluarga Maini pada keluargaku, aku akan membuat mereka menderita!"

 

"Oh, ya ampun."

Kata kepala keluarga kedua, jengkel.

 

"Seluruh konsep menahan diri itu asing bagimu."

 

Kepala keluarga kedua menarik napas dalam-dalam, lalu menatapku.

"Sekadar memberitahumu, Lyle, jika salah satu sekutuku dibunuh dan mayatnya diperlakukan seperti itu, aku tidak akan menahan diri saat tiba saatnya untuk bertarung. Orang-orangku tidak akan menoleransi hal lain."

 

"Perang itu bukan lelucon."

Kepala keluarga ketiga menambahkan dengan muram.

 

"Begitu perang dimulai, tidak ada cara untuk menghindarinya. Lyle, kau yakin tidak ingin pergi ke Keluarga Maini sebelum terlambat?"

 

Entah mengapa, aku merasa itu akan melanggar aturan....

 

Pini sekarang menangis sejadi-jadinya.

"Aku... Aku tidak pernah menyangka akan sampai seperti ini...."

 

"Apa yang kau lakukan?!" Teriak Sophia.

 

"Katakan lah!"

Dan akhirnya Pini memulai ceritanya.

 

***

 

Semuanya berawal beberapa minggu yang lalu, saat Zappa dan Pini memasuki hutan. Mereka berencana untuk mengalahkan beberapa monster agar mereka bisa menjual Demonic Stone dan material kepada pedagang keliling. Meskipun menjual barang jarahan mereka kepada pedagang keliling akan menghasilkan uang yang jauh lebih sedikit daripada jika mereka menjualnya kepada Guild, itu juga berarti mereka tidak perlu bersusah payah pergi ke Kota Darion.

 

"Zappa, bukankah kita sudah pergi cukup jauh?" Kata Pini.

 

"Kita sudah menyeberangi sungai...."

 

"Diamlah."

Geram Zappa sebagai balasan.

 

"Kita butuh barang jarahan sebanyak mungkin sebelum pedagang keliling berikutnya datang. Lalu aku bisa mendapatkan senjata. Paula akan melihatku dengan cara yang sama sekali baru."

 

Zappa tentu saja bukan satu-satunya orang di pemukiman itu yang jatuh cinta pada Paula. Bagaimanapun juga, Paula itu adalah idola hati di generasinya; semua pemuda yang tinggal di pemukiman itu sedikit banyak menaruh hati padanya. Pini tidak terkecuali. Rasa suka yang dimilikinya untuk Paula itu memang sedikit, namun itulah yang membuat Pini belajar membaca, menulis, dan berhitung. Namun, Pini tahu bahwa Paula tidak akan pernah meliriknya. Rumor yang beredar adalah bahwa Zappa—pemimpin kelompok pemuda mereka—akan melamar Paula suatu hari nanti.

 

"Tapi...."

Pini merengek kepada Zappa.

 

"Kita tidak mendapat izin dari Dale untuk ini. Rasanya tidak enak jika kita melakukannya di belakangnya."

 

"Aku kapten penjaga pemukiman kita!" Jawab Zappa.

 

"Aku yang menjalankan pertahanan kita! Jika aku bilang kita baik-baik saja, ya baik-baik saja!"

 

Sekarang setelah mereka berada di wilayah Keluarga Maini, mereka berdua mulai mencari monster di hutan. Sesekali, mereka menemukan berbagai buah dan tanaman liar yang bisa dimakan, yang akan mereka masukkan ke dalam keranjang yang mereka bawa. Tidak diragukan lagi bahwa apa yang mereka lakukan adalah kejahatan.

 

Zappa makin memburuk akhir-akhir ini.

Pini berpikir dalam hati.

 

Sekarang setelah ayah Paula, sang penguasa, dan saudara laki-lakinya Dale pergi, tidak ada yang bisa mengendalikannya.

Setelah begitu banyak orang tewas dalam perang, Pini dan Zappa tiba-tiba mendapati diri mereka tidak memiliki seorang pun yang bisa memarahi mereka. Selain itu, penguasa baru mereka adalah Dale, seorang pemuda yang selalu berhubungan baik dengan mereka. Semua ini membuat Zappa memiliki suara yang lebih besar di pemukiman itu daripada sebelumnya.

 

Kedua pemuda itu masih berjalan melalui wilayah Keluarga Maini ketika mereka mendengar sebuah suara. Meskipun mungkin lebih tepat untuk menyebut suara itu sebagai teriakan.

 

"Kalian, yang di sana! Apa yang kalian lakukan?!"

Yang berbicara adalah seorang laki-laki dengan armor, dengan pedang besar tergantung di punggungnya. Dari penampilannya itu membuatnya segera jelas bahwa dia adalah pengikut Keluarga Maini.

 

"I-Ini buruk!"

 

"Zappa, cepat dan minta maaf!"

Pini berkata dengan panik.

 

Saat Pini mendesaknya untuk meminta maaf, Zappa mulai mengalihkan kesalahan kepada orang lain.

 

"A-Aku mengatakan padanya untuk tidak melakukannya."

Kata Zappa dengan menyedihkan.

 

"Tapi dia harus mencari perbekalan untuk ibunya yang sakit, dan dia—"

 

"Zappa!"

Saat mereka berdebat, pengikut Keluarga Maini itu mendekati mereka, parang yang telah dia gunakan untuk membersihkan jalan di tangannya.

 

"Kalian dari Keluarga Pagan, bukan?"

Pengikut itu menuduh mereka.

 

"Jadi, kalian mengaku menyeberangi sungai? Tinggalkan barang bawaan kalian itu dan pergilah."

 

Namun Zappa tidak mau mundur, meskipun orang itu telah mengatakan kepada mereka bahwa dia bersedia memaafkan mereka jika saja mereka meninggalkan hasil panen mereka yang dicuri.

 

"H-Hei, tunggu dulu! Kami memetik setengahnya, tidak, hampir semuanya di wilayah Keluarga Pagan. Kami akan mengembalikan semua yang kami dapatkan di sini, oke?"

 

"Kalian berharap aku mempercayai kalian? Inilah sebabnya kalian para warga Keluarga Pagan itu—"

Suara gemuruh memecah hutan. Kerasnya suara itu membuat Zappa dan Pini berlutut, kehilangan keseimbangan.

 

"Seekor orc?!"

Seru si pengikut itu, menghunus pedang di punggungnya.

 

"Apa yang dilakukannya di sini?"

 

Ketiga orang itu memperhatikan monster itu saat mendekat. Orc itu berkepala babi dengan dua taring besar yang menonjol dari rahang bawahnya. Tingginya pasti sekitar tujuh kaki. Lengannya ditutupi bulu, dan orc menggenggam kapak batu di tangan kanannya. Pinggangnya terbungkus kain. Saat orc itu menggunakan tangannya yang kekar untuk mendorong pepohonan ke arah mereka, pohon-pohon muda yang lebih ramping patah dan jatuh di hadapan kekuatan monster itu. Dalam waktu singkat, monster itu berdiri di hadapan mereka, geraman seperti binatang keluar dari mulutnya.

 

"Lari!"

Teriak si pengikut itu.

 

"Rekan-rekanku ada di dekat sini! Panggil mereka!"

Si pengikut itu mengayunkan pedangnya ke udara, namun dengan cepat ditepis oleh kapak si orc itu. Pengikut Keluarga Maini itu jelas-jelas berada dalam posisi yang tidak menguntungkan. Tidak hanya dia lebih lemah dari orc itu, dia juga harus berjuang melawan kesulitan bertarung dengan pedang sebesar itu di ruang tertutup hutan.

 

"Sialan!"

 

Jika si pengikut itu punya waktu untuk mencari alasan, dia pasti akan berkata bahwa dia tidak pernah menyangka akan bertemu dengan orc di dalam hutan. Parang sudah cukup untuk menghadapi sebagian besar monster di sekitar sini, jadi dia hanya membawa pedang besarnya karena kebiasaan. Namun, parang biasa tidak sebanding dengan orc. Parang itu tidak akan efektif melawan kulit tebal dan anggota tubuh kekar orc itu. Si pengikut itu tahu bahwa taruhan terbaiknya adalah pedang besarnya, meskipun itu membuatnya tidak diuntungkan.

 

Atas perintah si pengikut itu untuk lari, Pini berlari cepat. Namun, Pini tidak bisa berlari terlalu jauh, sebelum Zappa mencengkeram celananya dan membuatnya jatuh ke tanah.

 

"Zappa, kenapa kau—?"

 

"K-Kakiku tidak bisa bergerak! Itu... Itu sama seperti apa yang terjadi saat itu...."

 

Kata "Saat itu" yang Zappa sebut itu terjadi pada tiga tahun sebelumnya, saat mereka berdua melakukan ekspedisi pertama mereka. Pasukan Keluarga Lobernia telah menjadi inti pasukan, sementara para bangsawan lainnya menyumbangkan apa yang mereka bisa untuk mendukung pasukan mereka. Keluarga Pagan tidak dapat memberikan banyak dukungan militer, jadi pasukan mereka ditempatkan di belakang. Mereka diberi tugas untuk mengawasi persediaan makanan. Hal ini belum cukup bagi Zappa, jadi dia melarikan diri untuk mencari kejayaan yang lebih besar. Ayah Paula mengejarnya, bersama dengan Kepala Keluarga Pagan dan putra sulungnya. Pini telah bergegas sepanjang waktu, melaporkan alasan mereka memecah barisan ke unit lain dan memohon bantuan mereka.

 

Pada saat kepala keluarga, putranya, dan ayah Paula menemukan Zappa, dia telah terjebak dalam penyergapan musuh. Kaki Zappa sudah tak berdaya, dan saat Zappa duduk tak bergerak, ketiga rekannya telah tewas saat melindunginya. Zappa berhasil selamat berkat bantuan bala bantuan yang berhasil dibawa oleh Pini. Hasilnya sebenarnya tidak terlalu buruk—serangan telah disiapkan sebelum sempat menimbulkan kerusakan besar pada pasukan utama. Namun, Keluarga Pagan telah menderita kerugian besar.

 

"Le-Lepaskan aku!" Teriak Pini.

 

"Aku harus memberitahu rekan-rekannya apa yang terjadi!"

 

Namun, Zappa tidak mau melepaskannya.

"Kau akan kabur begitu saja!" Jeritnya.

 

"Jangan tinggalkan aku!"

 

Pertengkaran kecil mereka hanya berhasil mengalihkan perhatian si pengikut itu dari pertarungannya. Si pengikut itu sudah sedikit menurunkan kewaspadaannya, karena dia berhasil mendaratkan luka dalam di lengan kanan orc itu.

 

"Apa yang kalian lakukan? Cepat dan—"

 

Dalam hitungan detik, si pengikut itu tewas. Orc itu telah menukar kapaknya dari tangan kanan ke tangan kiri, membuatnya terkejut. Pini dan Zappa menatap sosok orc yang menjulang, mulut mereka menganga. Pada saat itu, mereka yakin orc itu akan membunuh mereka juga—cepat atau lambat.

 

Namun orc itu tidak menyerang mereka. Orc hanya melihat darah yang mengalir di lengannya, lalu ke pedang besar milik pengikutnya yang jatuh, dan kemudian ke kapak batunya sendiri. Orc itu tampaknya sedang memutuskan senjata mana yang paling disukainya. Monster itu menatap Pini dan Zappa dengan hati-hati, lalu mengambil pedang itu dan pergi. Pini yang lega segera menuju ke arah Keluarga Maini, namun Zappa menolak untuk membiarkannya pergi.

 

"Zappa, cukup—"

 

"Pini.... kita akan membawa mayat lelaki tua itu."

 

"Hah?"

 

Saat itulah Pini mengetahui bahwa Zappa ingin membuatnya tampak seperti salah satu pengikut Keluarga Maini telah tewas di wilayah Keluarga Pagan.

 

***

 

Sekarang setelah kami mendengar keseluruhan cerita Pini ini, kami semua terkejut dengan betapa serampangannya rencana Zappa itu.

 

"Sejak saat itu, rencana itu terus membesar dan semakin membesar, dan aku jadi takut.... tapi Zappa terus berkata bahwa ini adalah kesempatan kami. Jika kami bisa membuat Keluarga Maini menjadi orang jahat, dan membuat baron mengirim pasukan, kami bisa mengalahkan mereka dalam perang."

 

"Err, jadi maksudmu semua itu terjadi begitu saja?" Tanyaku padanya.

 

"Kenapa kau tidak menghentikannya?"

 

"Aku tidak bisa menang melawan Zappa!" Pini meratap.

 

"Setiap kali aku mencoba menentang keinginannya, dia akan memukulku...."

 

Aku tahu itu menyedihkan, namun aku bisa melihat sedikit diriku dalam dirinya.

 

Apa ini cara para leluhurku melihatku?

Aku bertanya-tanya.

 

"Awalnya, kami seharusnya menyembunyikan mayat itu di suatu tempat yang tidak ada orangnya, jadi tidak ada yang akan menemukannya. Tapi, mustahil bagi kami berdua untuk membawa mayat itu melewati hutan berbahaya itu sendirian. Kami berusaha sebaik mungkin untuk membawanya ke wilayah Keluarga Pagan, tapi kami menjatuhkannya tepat di seberang perbatasan. Zappa berkata kami harus menyatakan bahwa kami telah menemukan mayat itu sebelum orang lain sempat menemukannya; bahwa orang lain mungkin akan menguburnya jika tidak."

 

"Aku membenci orang-orang seperti bocah Zappa itu."

Gerutu kepala keluarga kedua dengan kesal dari Jewel.

 

"Orang-orang yang berlarian dan membuat masalah tanpa alasan, dan yang tampaknya tidak bisa berbicara dengan nada di bawah teriakan. Bocah itu hanya bersikap kuat di sekitar orang-orang yang lebih lemah darinya. Bocah itu adalah lambang dari orang yang tidak melakukan apapun selain mengeluh."

 

Kau tahu.... kepala keluarga kedua benar-benar membenci banyak tipe orang.

 

"Yah, kau bisa menemukan banyak orang idiot di mana pun kau pergi."

Kata kepala keluarga ketiga sambil menghela napasnya.

 

"Sekarang, apa yang harus kita lakukan tentang kekacauan ini...,? Mari kita serahkan saja anak ini, ungkapkan Zappa, dan pergi."

 

Oh. Jadi, bahkan setelah semua itu, kami tetap menyerahkan takdir Keluarga Pagan itu pada mereka sendiri.

Pikirku dalam hati.

 

"H-Hei!"

Teriak Aria, suaranya panik.

 

"Tidakkah akan ada masalah jika seseorang tidak melakukan sesuatu tentang ini....?"

 

"Mungkin akan ada."

Kata Novem, meletakkan tangan di pipinya dan memiringkan kepalanya sedikit ke samping.

 

"Tapi, kurasa kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kesalahan sepenuhnya ada di pihak Keluarga Pagan. Penolong mereka bahkan mungkin meninggalkan mereka."

 

Aku tidak bisa memikirkan apapun untuk dikatakan dalam pembelaan Keluarga Pagan.

 

"Lyle...."

Kepala keluarga keempat mendesakku.

 

"Tanyakan tentang armor itu dan surat itu."

 

Aku menatap Pini.

"Umm, apa kau yang mengirim surat ke Keluarga Maini, memberitahu mereka di mana menemukan tubuh pengikut mereka? Dan juga, apa yang terjadi dengan armor yang ingin kau perbaiki itu....?"

 

Pini mulai menangis lagi.

 

"I-Itu aku." Pini mengakui.

 

"Setelah orang itu menyelamatkan nyawa kami, rasanya terlalu kejam untuk meninggalkannya di hutan seperti itu. Dan armornya.... Zappa menyuruhku untuk menjualnya, tapi aku tidak bisa. Aku hanya berpikir, kalau aku bisa memperbaikinya dan mengirimkannya ke keluarganya, jadi setidaknya mereka akan memiliki sedikit darinya."

 

Aku teringat apa yang dikatakan pemilik toko saat itu. Pemilik toko itu mengatakan bahwa kerusakan pada armor itu berasal dari monster, dan monster itu mungkin adalah orc. Hal itu memberikan sedikit kepercayaan pada ceritanya.

 

"Jika kau jujur ​​tentang hal itu."

Kata Sophia, sambil melipat tangannya.

 

"Kau mungkin masih bisa menyelesaikan ini dengan damai. Tapi kau tidak bisa membiarkan orc itu begitu saja. Pasti ada alasan mengapa orc itu berada di tempat seperti ini...."

 

"Tunggu!"

Teriak kepala keluarga ketiga begitu saja.

 

"Bagaimana jika—?"

 

"Itu mungkin!"

Teriak kepala keluarga kedua, kegembiraan tiba-tiba menguasainya.

 

"Di sini tidak sama seperti di wilayah Walt di zaman kita. Ada desa-desa di sekitar, dan monster-monsternya diurus secara teratur. Aneh sekali menemukan orc di sini! Memang, mengingat apa yang kita ketahui, hal seperti itu seharusnya tidak mungkin!"

 

Sang pendiri tampaknya tidak mengerti apa yang mereka maksud.

"Bukankah itu hanya orc. Apa itu benar-benar sesuatu yang gila? Di masaku dulu, ada beruang cokelat di mana-mana."

 

Beruang cokelat adalah jenis monster yang menyerupai beruang. Mereka dianggap lebih merepotkan daripada orc. Hal ini bukan berarti orc tidak dapat melakukan banyak kerusakan sendiri, terutama karena kemampuan mereka menggunakan alat. Hanya saja, bahkan dengan memperhitungkan kemampuan tersebut, beruang cokelat dapat melakukan lebih banyak kerusakan hanya dengan kekuatan kasar mereka yang luar biasa. Tampaknya sang pendiri kami tidak melihat orc sebagai ancaman sedikit pun.

 

"Oh, bagus. Luar biasa! Benar-benar luar biasa...."

Kepala keluarga keempat bersukacita.

 

"Jika kita benar tentang ini, maka ini adalah kesempatan kita untuk mendapat banyak keuntungan! Ahem, maksudku, ini akan menjadi pengalaman yang bagus untuk Lyle!"

 

"Oh, jadi itu yang kalian bicarakan."

Kata kepala keluarga kelima. Sepertinya dia mengerti.

 

"Kalau begitu, mungkin ide yang bagus untuk campur tangan."

 

"Hehehe, jadi benar-benar ada kemungkinan salah satu dari mereka ada di sini?"

Tanya kepala keluarga keenam, tampak menantikan apapun itu.

 

Bahkan kepala keluarga ketujuh tampaknya telah mengubah sikapnya sepenuhnya.

"Lyle, kamu harus campur tangan, dan bantu Keluarga Pagan. Buat mereka berhutang budi padamu. Mengingat bagaimana monster itu muncul yang biasanya tidak pernah muncul, dan muncul meskipun ada patroli rutin.... ada kemungkinan besar kami benar. Bagus sekali. Bagus sekali...."

 

"Ini mulai menarik."

Kata kepala keluarga ketiga dengan gembira.

 

"Lyle, aku akan membantumu sedikit, jadi mari kita selesaikan masalah ini."

 

Kenapa kalian tiba-tiba begitu termotivasi?!