Chapter 22 : Confession
Malam ketika Lyle, Sophia, dan Zelphy berangkat ke wilayah Keluarga Maini, Novem dan Aria memanaskan air di gubuk mereka dan menggunakannya untuk membersihkan tubuh mereka. Mereka juga mencuci pakaian, lalu makan dan merawat kuda. Setelah selesai, mereka punya banyak waktu luang sebelum harus tidur.
"Menurutmu, apa mereka bertiga akan baik-baik saja?"
Tanya Aria, wajahnya yang khawatir bersinar di bawah cahaya lentera mereka.
"Mereka akan baik-baik saja."
Jawab Novem. Dia sedang duduk di lantai, memoles tongkatnya.
"Sophia-san kenal dengan tuan tanah itu, dan mereka membawa Zelphy-san bersama mereka."
Ketika Novem menyebut nama Sophia, Aria melingkarkan lengannya di lututnya dan menundukkan kepalanya.
"Sophia, ya...? Kurasa Lyle suka gadis seperti dia."
Dalam hati, Aria membandingkan dirinya dengan Sophia. Rambut Sophia panjang dan indah, halus dan hitam. Tidak seperti Aria, Sophia memiliki aura yang tenang. Ditambah lagi, Sophia jauh lebih feminin daripada dirinya....
"Lyle-sama sama sekali tidak membencimu."
Kata Novem, menyela pikirannya.
Namun Aria sudah menyadari kenyataan situasinya.
"Semua ini sedikit membuatku kesal. Aku tahu Lyle tidak terlibat dalam keputusan untuk membeliku, dan aku senang dia membantuku.... rasanya aku hanya bergantung padanya tanpa memberikan imbalan apa[un. Agak... berat, kurasa."
Novem menatap Aria dengan pandangan gelisah, lalu perlahan mulai menceritakan masa lalu Lyle.
"Lyle-sama diusir dari rumahnya, sebuah wilayah Earl bernama Keluarga Walt. Dia bertarung dengan adik perempuannya, Ceres-sama, dan kalah telak."
Aria merasa informasi ini agak aneh. Aria pernah mendengar cerita itu sebelumnya, namun Lyle jelas tidak tampak lemah saat mengalahkan pemimpin bandit itu. Sebenarnya, bahkan dalam waktu singkat yang mereka habiskan bersama, Aria telah memperhatikan bahwa gaya bertarung Lyle jauh lebih halus daripada anggota kelompok mereka yang lain. Pengingat itu hanya membuat suasana hati Aria semakin buruk. Aria semakin terpuruk. Aria tahu dirinya tidak berguna bagi Lyle.
"Itu agak aneh, bukan?"
Aria bertanya pada Novem.
"Aku tidak bisa membayangkan Lyle kalah.... dan dia jelas tidak terlihat cukup buruk bagi siapapun untuk memutuskan mengusirnya dari rumah mereka. Maksudku, aku perhatikan dia menjadi membingungkan tentang hal-hal yang paling aneh, tapi..."
"Lyle-sama tidak tahu bagaimana dunia bekerja."
Novem menyatakan dengan jelas.
"Tapi aku tidak bisa menyalahkannya. Lyle-sama diperlakukan dengan buruk bahkan di rumahnya sendiri. Dia tidak bisa melihat nilai apapun dalam dirinya sendiri."
"Lyle tidak bisa melihat nilai dirinya sendiri....? T-Tapi Lyle bisa menggunakan sihir! Maksudku, memang, Lyle suka pingsan, tapi keterampilan pedangnya berada di level yang sama sekali berbeda."
Novem menggelengkan kepalanya.
"Meski begitu, Lyle-sama tidak bisa menerima dirinya sendiri. Dia sudah terlalu sering kalah dan terlalu lama terisolasi; dia kehilangan semua kepercayaan pada kemampuannya. Itulah mengapa dia sangat merendahkan diri. Dia tidak peduli dengan dunia luar dan buruk terhadap orang lain karena dia dikurung di dalam rumahnya begitu lama."
"Be... Begitu ya. Jadi, dia mengalami masa sulit. Kurasa aku harus bersyukur."
Kata Aria, suaranya penuh pertimbangan saat dirinya merenungkan keadaan Lyle.
Jadi, Lyle itu dikurung, dibuat tidak peduli dengan dunia luar, dan akhirnya kalah dari adik perempuannya dan diusir dari rumahnya. Itu tidak sepenuhnya benar bagiku, tapi Zelphy mengatakan hal yang sama kepadaku. Itu pasti benar. Tapi dalam kasus itu...
"Apa aku bisa berguna baginya?" Kata Aria.
Novem tersenyum.
"Ya, bahkan sekarang kamu cukup berguna."
"Bagaimana bisa?"
"Lyle-sama belajar banyak hanya dengan berbicara kepadamu dan orang lain. Dia mungkin tampak dingin kadang-kadang, tapi sebenarnya dia tidak sepenuhnya mengerti bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Dia benar-benar tidak tahu. Itu sebabnya aku ingin orang-orang sepertimu di sisinya. Hanya berada bersamanya saja sudah cukup berguna."
Saat itulah Aria akhirnya memutuskan untuk membahas sesuatu yang telah mengganggu pikirannya.
"Aku selalu merasa aneh, kau tahu."
"Apa maksudmu?"
"Kenapa kau sejauh ini demi Lyle? Kalau kau mantan tunangannya, kalau kau mencintainya, maka kau tidak akan menginginkan aku atau Sophia di dekatnya, kan? Maksudku...."
Nyala api lentera padam saat Novem mengangkat tangan ke mulutnya dan tertawa kecil.
"Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku baik-baik saja. Ini adalah kehidupan yang diinginkan Lyle-sama, jadi semua yang kulakukan adalah demi dirinya."
Cahaya bulan dari jendela menyingkapkan bahwa Novem sedang.... tersenyum. Untuk sesaat, Aria tidak dapat melihat ekspresi Novem itu.
Sepertinya dia benar-benar mengatakan yang sebenarnya...
"Apa kau mengatakan keinginannya itu.... dikelilingi oleh perempuan?"
"Ya. Mungkin kedengarannya tidak ada harapan." Kata Novem.
"Dan sejujurnya aku tidak berpikir dia benar-benar mengerti apa artinya itu, tapi... juga...."
"Juga?"
"Lyle-sama membutuhkan orang-orang. Orang-orang yang akan mendukungnya—selain aku."
Novem terdiam, ekspresi agak sedih terpancar di wajahnya.
***
Pukul dua belas siang keesokan paginya, Novem dan Aria sedang berlatih sihir di tanah lapang seperti yang mereka lakukan sehari sebelumnya, ketika Dale dan Zappa memutuskan untuk mengunjungi mereka. Kedua gadis itu menunda latihan mereka untuk mencari tahu apa yang ingin dibicarakan kedua orang itu kepada mereka.
"Maaf, apa kalian membutuhkan sesuatu?"
Tanya Novem kepada mereka.
"Kami telah menerima izin untuk menggunakan area ini."
Dale menjadi gugup mendengar kata-kata Novem.
"T-Tidak! Ini.... bukan tentang itu. Kalian tahu...."
Dia bersikap plin-plan.
Pikir Aria. Dia memutuskan untuk berbicara selanjutnya.
Aria memiringkan kepalanya ke samping dan berkata,
"Jika kau mencari yang lain, mereka seharusnya sudah kembali pada hari ini. Dengan begitu, kau bisa bicara dengan Lyle—"
"Ugh, ini tidak akan menghasilkan apa-apa!"
Zappa berteriak. Tampaknya dia tidak tahan lagi dengan kecanggungan Dale.
"Sekarang, dengar ini, kami punya sedikit pertanyaan. Kalian berdua bisa menggunakan sihir, kan?"
"Ya."
Kata Novem, mengakui.
"Jika kalian butuh bantuan, kita bisa bekerja sama untuk—"
Perkataan Novem tiba-tiba terputus ketika Zappa mendorong Dale dari belakang dan membuatnya terhuyung-huyung ke arah Aria.
Aria baru saja mulai menjauh ketika Zappa berteriak,
"Hei, kau—apa kau ingin menikah dengan Dale?!"
Tawaran tiba-tiba ini membuat Aria tercengang.
"Hah....?"
Dale segera menyela untuk menghentikan Zappa agar tidak mengatakan apapun lagi.
"Zappa, aku sedang berpikir dua kali. Jangan begitu."
"Kenapa kau jadi lemah begini?! Ini kesempatanmu! Kalau dia bisa menggunakan sihir, itu artinya dia bangsawan. Apa yang terjadi dengan tempat ini kalau kau tidak menikah dan meninggalkan pewaris untuk kami?! Dan dia manis, bukan?! Kau tidak membencinya atau semacamnya, kan? Kan?!"
Semuanya terjadi terlalu tiba-tiba. Sikap tidak sopan Zappa tidak berhasil meredakan situasi—itu hanya menyebabkan lebih banyak kebingungan. Namun, ada sesuatu tentang saran Zappa yang tampaknya memunculkan sebuah kenangan di benak Novem.
"Jadi, kau lah yang mengintip kemarin. Itu bukan perilaku yang terpuji."
Zappa balas melotot padanya.
"K-Kalian ada di pemukiman kami sekarang." Geramnya.
"Jadi, apa masalahmu?! Pokoknya, dengarkan aku dulu. Pasti ada sesuatu yang terjadi jika kau akhirnya bekerja sebagai petualang, kan? Terima tawarannya, dan kau akan secara hukum menjadi perempuan dari Keluarga Pagan. Kau akan memiliki lebih banyak prospek masa depan daripada yang kau miliki sebagai petualang pengembara."
Aria menggelengkan kepalanya.
"Aku... Aku tidak tertarik. Aku bahkan belum dalam posisi untuk menikah, mengingat aku sudah dijual dan sebagainya."
Dale yang terdiam selama ini, namun kalimat Aria itu membuatnya menatap Aria dan bertanya, "Apa maksudmu dengan itu?"
Aria melirik Novem, yang menjawab,
"Karena keadaan tertentu, Aria-san secara teknis adalah milik Lyle-sama. Aria-san juga bertugas sebagai anggota kelompok petualang kami. Faktor-faktor ini mencegahnya untuk dapat menjawab permintaanmu."
Zappa mundur—namun Dale menyingkirkannya.
"Itu salah!" Katanya dengan tegas.
"Aku tidak tahu keadaannya, tapi diperlakukan sebagai properti.... Novem-san, benar? Kau siapa di mata Lyle itu—?"
"Aku mantan tunangannya. Saat ini, aku melayani di sisinya."
Dale itu jelas menjadi marah.
"Dia sudah punya seseorang sepertimu, tapi dia malah membeli perempuan lain...? Aria-san, aku bisa menyelamatkanmu jika kau mau."
"Menyelamatkan" sekarang tidak akan membawa apa-apa selain masalah bagi Aria. Aria belum memberitahu Dale tentang para bandit, atau penaklukan mereka selanjutnya, atau bagaimana ayahnya sendiri membantu para bandit itu, atau bagaimana Lyle menyelamatkannya pada akhirnya. Mungkin Dale berasumsi bahwa Lyle telah menggunakan cara keji untuk mengklaimnya.
"Tidak." Aria memulai.
"Aku baik-baik saja seperti ini—"
Namun sebelum Aria bisa menyelesaikan perkataannya, Paula bergegas menghampiri mereka.
"Dale, Zappa! Tiga lainnya sudah kembali. Sepertinya kita bisa menghindari pertempuran!"
Senyum gembira terpasang di wajah Paula. Dia pasti lega mendengar berita itu. Dia mungkin berlarian ke sana kemari, mencari teman-temannya agar dia bisa memberi tahu mereka sesegera mungkin. Namun, wajah serius Dale membuatnya terkejut.
"Ada apa?" Tanya Paula.
Zappa mengangkat bahunya, namun bahu Dale itu bergetar karena marah.
"Aku akan menemui si Lyle itu. " Kata Dale.
Keempat orang itu memperhatikannya saat Dale itu berjalan pergi, masing-masing dari mereka memendam serangkaian emosi yang berbeda.
***
"Hentikan omong kosongmu, dasar bocah sialan!" Teriak sang pendiri.
Kami berada di tanah lapang yang tidak jauh dari pemukiman. Bekas-bekas luka menodai tanah; bekas-bekas itu tampak seperti sisa-sisa dari semacam praktik sihir. Sejumlah penduduk setempat juga berkumpul di tanah lapang itu. Mereka berkerumun, mata mereka terpaku pada pemandangan dua gadis yang saling melotot. Ya, kalian benar—dua gadis saling berhadapan di tanah lapang itu.
"Aku tidak akan pernah memaafkanmu!"
Teriak gadis yang pertama, tombak terkepal di tangannya.
"Itu seharusnya perkataanku!"
Teriak yang kedua, kapak perang tergenggam siap.
Kedua gadis itu.... adalah Aria dan Sophia.
Bagaimana ini bisa terjadi...?
Berbalik ke Novem, aku bertanya,
"Apa yang terjadi?"
Novem tampak bingung. Zelphy juga menatap Novem, menunggu jawaban.
"Aku juga ingin tahu."
Kata Zelphy. Dia tampak sama bingungnya denganku.
"Tuan tanah berteriak pada Lyle begitu kami kembali, dan sekarang Aria dan Sophia berduel karena suatu alasan."
Begitu kami kembali, kami memberitahu Paula bahwa negosiasi telah berhasil dan memintanya untuk memberitahu Dale. Paula sangat gembira saat itu. Namun beberapa saat kemudian, Dale telah kembali. Dia sangat marah karena suatu alasan, dan dia punya banyak keluhan untuk dilontarkan kepadaku. Itu saja yang dapat kuingat dan kupahami. Namun kemudian, Sophia turun tangan.
"Ini sudah cukup!" Teriak Sophia.
"Kau akan bersikap seperti ini, setelah kami bersusah payah untukmu...? Dan Lyle, kau juga tidak lebih baik! Sadarlah! Apa yang ingin kau capai, bersikap begitu tidak punya nyali? Kau harus punya nyali."
"Ya?"
Jawabku. Tampaknya keragu-raguanku—atau mungkin fakta bahwa aku hanya berdiri di sana dan menerima amarah dari Dale—telah membuat Sophia marah.
Yah, itu pasti salahku.
Pikirku dalam hati. Aku berusaha memperbaiki bagian diriku itu, namun dimarahi tiba-tiba tetap membuatku membeku. Aku akhirnya hanya berdiri di sana saat Dale memarahiku, mencoba mencari tahu apa sebenarnya kesalahanku.
Tepat saat Sophia selesai meneriakiku, Novem dan Aria berlari ke tempat terbuka, mendorong diri mereka ke ruang antara Sophia dan aku. Konflik antara Aria dan Sophia dimulai tidak lama setelah itu. Sophia marah padaku, dan Aria marah pada Sophia. Kemudian Sophia mengarahkan kemarahannya kembali pada Aria, dan mereka berdua saling menghasut sampai mereka berdua terbakar amarah. Pada akhirnya, itu menghasilkan.... ini.