"Pahlawan Kerajaan Centostella juga telah tiba? Ini berarti semua pahlawan yang diundang telah hadir ke perjamuan."
Charlotte memandang para pahlawan yang berkumpul dan tertawa ringan.
Pahlawan Kerajaan Galarc, Satsuki Sumeragi.
Pahlawan Kerajaan Centostella, Sendou Takahisa.
Pahlawan Kerajaan Beltrum, Shigekura Rui.
Dan Pahlawan Restorasi, Sakata Hiroaki. Untuk pertama kalinya, keempat pahlawan ini berkumpul di tempat yang sama.
"Hmph....."
Hiroaki mendesah kesal.
Meskipun begitu, Hiroaki menunjukkan senyuman puas diwajahnya, seolah-olah dia menikmati kenyataan bahwa dia adalah seseorang yang spesial.
"Aku yakin kalian semua sudah diberitahu sebelumnya, tapi para pahlawan dan pasangan mereka masing-masing – serta pelayan mereka – akan memasuki aula bersama. Sebagai Putri dari Kerajaan tuan rumah, aku akan memimpin dengan Satsuki-sama dan Haruto-sama. Tolong mengerti itu. Untuk saat ini, mari menunggu di sini."
Kata Charlotte, menjelaskan situasinya dengan lancar.
Berbeda dengan hari pertama perjamuan, Raja Francois dan Pangeran Pertama Michel sudah berada di dalam aula untuk menyambut tamu dari Kerajaan yang lebih kecil.
"Ah, aku tidak berniat untuk bergaul dengan tipe orang populer. Ayo pergi, Flora, Roanna."
Hiroaki menjauhkan diri dari kelompok mereka bersama Flora dan Roanna.
"Sungguh, laki-laki yang tidak menyenangkan. Aku heran dia bisa bersikap seperti itu hanya karena dia terseret ke dalam situasi seperti ini."
Kata Satsuki sambil melihat punggung Hiroaki dengan ketidaksetujuan.
"Sepertinya dia orang yang sulit untuk dijadikan teman."
Kata Rui, mengangkat bahunya.
"Yah, menurutku kita juga tidak harus bersikap lebih akrab jika diperlukan."
Kata Satsuki, menghela napas.
"Memang. Setiap orang memiliki posisi untuk dihormati. Meski begitu, aku yakin ada hal-hal yang ingin kita tanyakan satu sama lain, jadi mungkin kita memerlukan kompromi."
Kata Rui, menyarankan.
"Oh, memang apa yang mau kamu bicarakan?"
Kata Satsuki, tersenyum polos.
"Ahaha, kamu tanggap seperti biasanya. Yah, jika aku harus mengatakannya, maka itu mungkin tentang sihir yang tersembunyi di dalam batu suci yang digunakan untuk memanggil kita ke dunia ini?"
Kata Rui, bertanya terus terang apakah ada cara untuk kembali ke Bumi.
"Sayangnya, tidak ada cara untuk kembali ke Bumi."
Jawab Satsuki terus terang.
"Aku mengerti, itu yang aku takutkan. Kemungkinan lain yang aku pertimbangkan adalah sihir yang tersembunyi di Divine Arma milik kita, yang sama kuatnya dengan sihir yang ada di batu suci.... Kamu melihat mimpi di mana ada penjelasan tentang bagaimana menggunakan Divine Arms, kan?"
Rui bertanya kepada Satsuki dengan nada intelektual.
"Ya, di mana ada suara seseorang tak dikenal berbicara, benar?"
"Tepat. Sepertinya setiap orang yang memiliki Divine Arms melihat mimpi yang sama. Dalam kasusku, aku di ajari bagaimana cara menggunakan Divine Arms milikku. Bagaimana denganmu?"
"Aku juga. Sepertinya aku tidak bisa berbicara dengan suara yang tidak aku kenal dan aku bangun sebelum menyadarinya. Bagaimana denganmu, Takahisa-kun?"
Kata Satsuki, menggelengkan kepalanya dengan cara yang berlebihan untuk menekankan hal itu.
"Sama seperti kalian."
Jawab Takahisa.
"Aku belum memperkenalkan diriku, namaku Shigekura Rui."
Kata Rui, berbicara kepada Takahisa, Miharu, dan Liliana dengan senyum ramah.
"Seperti yang kamu lihat, aku setengah orang Jepang. Aku tinggal di Amerika Serikat sampai aku berumur enam belas tahun, tapi aku lahir di Jepang dan Aku seorang siswa SMA, umurku tujuh belas tahun."
"Jadi itu artinya kamu adalah kakak kelasku. Namaku Sendou Takahisa. Aku juga siswa SMA, yah, meski aku baru saja masuk....."
Kata Takahisa dengan senyum pahit.
Ketika Rui mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, Takahisa meraihnya dan membalas berjabat tangan dengannya.
"Senang bertemu denganmu. Ngomong-ngomong, kamu juga orang Jepang, kan?"
Melihat Miharu, Rui bertanya kepadanya.
"Iya. Namaku Ayase Miharu. Aku seumuran dengan Takahisa-kun dan setahun lebih muda dari Satsuki-san. Senang bertemu denganmu."
Miharu tampak agak gugup ketika dia memperkenalkan dirinya dengan suara kaku.
"Salam kenal juga. Gaunmu sangat cocok untukmu. Aku selalu berpikir kalau perempuan jepang lebih cocok dengan pakaian tradisional jepang, tapi sekarang aku mungkin harus mengubah pikiranku."
Rui menatap mata Miharu dan mengulurkan tangannya seperti yang dia lakukan dengan Takahisa.
"Umm, terima kasih banyak."
Jawab Miharu ragu-ragu.
Miharu menjadi goyah sesaat, bertanya-tanya apakah dia harus berjabat tangan dengannya atau tidak, tetapi Takahisa melangkah di depannya.
"Maaf, Miharu tidak begitu nyaman di dekat cowok asing."
Kata Takahisa dengan singkat.
Rui menunjukkan ekspresi sedikit terkejut, tapi dengan cepat menunjukkan senyuman.
"Ah, benarkah begitu? Aku minta maaf. Sudah menjadi kebiasaan menggunakan jabat tangan ketika aku masih di Amerika Serikat."
"Tidak, tidak apa-apal. Aku minta maaf atas ketidaknyamanan ini."
Jawab Miharu dengan menggelengkan kepalanya dengan lembut.
"Jangan bersikap kasar, Takahisa-kun."
Tambahnya dengan nada pelan. Kali ini, Miharu mengulurkan tangannya atas kemauannya sendiri.
Rui berjabat tangan dengan Miharu sebelum membalas dengan tersenyum ramah.
"Terima kasih banyak. Aku juga ingin menyapa Haruto-kun dan dua orang lainnya dengan jabat tangan, tapi aku takut itu akan menyebabkan masalah seperti sebelumnya, jadi aku akan menahan diri."
Kata Rui, menatap Lilianna dan Charlotte dengan senyum ramah.
"Tidak apa, aku hanya pasangan mereka untuk malam ini – dan ada di sini atas kehendak Yang Mulia. Senang berkenalan denganmu, Hero-sama."
Rio tertawa kecil dan mengulurkan tangannya ke arah Rui.
"Ya, aku juga, Pahlawan Hebat."
Rui membalas jabat tangannya dengan senang dan menjawab tanpa sedikit pun sindiran.
"Oh, apa aku tidak pantas membuatmu cemburu?"
Kata Charlotte, cemberut dengan manis. Rio hanya bisa membalasnya dengan senyum tegang.
"Ini adalah aturan terbuka kalau pria dan wanita hanya boleh berjabat tangan selama pertemuan resmi jika mereka memiliki hubungan dekat. Kalau tidak, mungkin lebih baik hindari tindakan seperti itu ketika pertemuan pertama mereka. Tidak ada yang berani menilai tindakan seorang pahlawan, tetapi mereka mungkin merasa sedikit tidak nyaman. Selain itu, namaku Lilianna, Putri Pertama Kerajaan Centostella. Senang bertemu denganmu, Shigekura-sama."
Kata Liliana, menjelaskan dengan singkat.
"Aku paham. Aku belajar sesuatu yang baru hari ini."
Rui dengan senang hati mengangguk.
"Miharu, Lily, apa kalian punya waktu?"
Takahisa meraih tangan Miharu dan Lilianna dan menjauh dari yang lain.
"Eh? Y-Ya."
Miharu melepaskan tangannya dengan gerakan santai dan mengikuti Takahisa di sebelah Liliana.
Meninggalkan Rio, Satsuki, Charlotte, Rui, dan Christina.
"Hehe, sepertinya Takahisa-sama dan Hiroaki-sama cukup posesif."
Begitu Takahisa pergi, Charlotte membuat komentar itu.
"H-Hei, Char-chan. Kamu tidak boleh mengatakan itu."
Kata Satsuki dengan senyum paksa.
"Hahaha. Setiap orang memiliki sikap posesif di dalam diri mereka. Hal yang sama berlaku untukku."
Kata Rui, mulai tertawa.
{ TLN : Posesif itu biasanya dari rasa cemburu yang berlebihan dan rasa takut kehilangan orang yang dia suka. }
"Wow, benarkah? Mungkinkah itu, Christina-sama....?"
Charlotte bertanya dengan nada penuh semangat.
Ekspresinya dipenuhi rasa ingin tahu.
"Putri Christina memang perempuan yang cantik, tapi aku sudah memiliki seseorang yang aku cintai. Aku tidak menganggap diriku posesif terhadapnya."
Kata Rui, menggelengkan kepalanya dengan jujur.
"Itu benar. Aku di sini hanya untuk mewakili Kerajaan kami. Sama seperti Haruto-san, aku hanya sebagai pasangannya untuk malam ini."
Kata Christina, menunjukkan senyum kecil.
Christina terlihat seperti mengolok-olok dirinya sendiri, tetapi alasannya bukan karena perasaan Rui yang tidak ditujukan kepadanya.
Charlotte bisa merasakan kalau hubungan antara Rui dan Christina murni bersifat politik, jadi dia menghela napas kecewa.
"Wah, jujurnya kamu mengatakannya. Jadi aku kira kita hanya memiliki tiga kandidat yang tersisa. Jika aku boleh bertanya, Satsuki-sama, mungkinkah Takahisa-sama dan Miharu-sama berpacaran?"
"Hmm, siapa yang tahu. Di sekolah kami ada rumor tentang itu, tapi......"
Kata Satsuki, menoleh ke arah Rio.
".........."
Rio memperhatikan Miharu dan yang lainnya dalam diam. Saat itu juga, seorang Ksatria melangka masuk dari pintu ruangan.
"Charlotte-sama, persiapannya sudah selesai."
Kata Ksatria itu, melaporkan.
"Semuanya, sepertinya waktunya sudah tiba. Tolong ikuti aku."
◇◇◇◇
Sementara itu, di lantai bawah aula......
Bangsawan penting dari setiap Kerajaan kecil akhirnya selesai memasuki aula dan menunggu kedatangan keempat pahlawan. Di sudut aula, Putri Pertama Kerajaan Rubia, Sylvie Rubia, dan para pelayannya sedang mengobrol dengan bangsawan dari Kerajaan lain.
"Pahlawan dari Kerajaan Galarc, Sumeragi Satsuki-sama, Pahlawan dari Restorasi, Sakata Hiroaki-sama, Pahlawan dari Kerajaan Centostella, Sendou Takahisa-sama, dan Pahlawan dari Kerajaan Beltrum, Shigekura Rui-sama telah tiba!"
Suara pembawa acara bergema di seluruh ruangan.
Para tamu, baik anggota Keluarga Kerajaan atau bangsawan, mulai bertepuk tangan dengan penuh semangat. Pada saat itu, pintu ke lantai atas aula terbuka.
Yang pertama muncul adalah Satsuki, dikawal oleh Rio dan Charlotte. Orang-orang dari Kerajaan kecil sudah mengenal Charlotte, jadi perhatian mereka sepenuhnya beralih ke Satsuki dan Rio.
Para putri muda sedang memperhatikan Rio dengan minat khusus. Rambut abu-abu berkilau, wajahnya terlihat seperti bishounen namun tegas, dan bersikap teguh dalam mengawal seorang putri dan pahlawan menjadikannya sosok yang sempurna.
Sementara itu, Hiroaki juga keluar dari pintu aula. Dia ditemani Flora dan Roanna, tetapi tidak seperti Rio, tidak ada yang perlu dikagetkan. Jadi, para bangsawan di aula bertepuk tangan dengan keras untuk menyambut mereka, tetapi mereka tidak membuat keributan seperti sebelumnya.
"Ooh!"
Yang muncul selanjutnya adalah Takahisa, Lilianna dan Miharu. Kerajaan Centostella tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Kerajaan tetangga mereka; meskipun merupakan Kerajaan besar, tidak banyak yang tahu wajah bangsawan Kerajaan mereka, jadi jumlah perhatian yang mereka terima cukup tinggi.
Para tamu bersorak dengan lebih antusias daripada saat mereka melakukannya kepada Hiroaki. Faktanya, semua orang yang hadir memastikan untuk mengukir wajah Takahisa dan kedua gadis itu di dalam kepala mereka.
Kemudian yang terakhir muncul adalah Shigekura Rui dan Christina.
"Ooh....."
Para bangsawan di aula mengangkat suara mereka dengan gembira. Lebih dari sekadar sorakan, reaksi mereka sekarang lebih seperti yang mereka lakukan dengan kelompok Rio. Alasannya karena masalah internal yang saat ini dialami Kerajaan Beltrum.
Putri Pertama dan Putri Kedua Kerajaan Beltrum, perwakilan dari faksi yang berlawanan, menghadiri perjamuan yang sama. Dengan kata lain: perhatian diarahkan kepada Christina dan Flora. Para tamu sangat penasaran untuk melihat bagaimana kedua saudara perempuan itu akan berinteraksi satu sama lain.
[ Ah, Apa ini? Mereka bereaksi lebih lemah saat aku masuk. Apa aku terlalu mudah ditebak karena membawa pasangan yang sama selama dua hari berturut-turut? Ataukah pahlawan dengan wajah tampan paling menarik perhatian? Cih, aku seharusnya meminta Liselotte untuk bergabung denganku juga..... ]
Hiroaki kesal karena sorakan orang-orang lebih lemah untuknya daripada ketika pahlawan lain muncul, dia mengerutkan kening.
Tidak seperti suasana hati Hiroaki yang memburuk, para tamu di lantai bawah aula mencapai puncak kegembiraan ketika mereka melihat keempat pahlawan muncul di depan mata mereka.
Pada saat itu, Duke Huguenot, Charles Albor, dan tokoh-tokoh penting lainnya juga memasuki aula dan turun berjalan ke lantai bawah, tetapi tidak banyal yang memperhatikan mereka.
Setelah itu, Francois berpidato untuk memulai perjamuan malam kedua yang akhirnya akan dimulai. Selama pidato tersebut, seseorang mencoba menyelinap melalu kerumunan orang-orang yang bersemangat. Orang itu adalah Reiss, yang berhasil menyelinap di antara para pelayan Kerajaan Rubia.
"Oi, Rei— Jean. Jean Bernard, kemana kamu akan pergi?"
Sylvie menyadari kalau Reiss mencoba memanfaatkan keributan itu untuk pergi, karena itu Sylvie segera memanggilnya. Dia telah mengawasi Reiss sepanjang waktu, tidak membiarkan dirinya lengah.
"Oh, tidak ada. Hanya urusan kecil dengan tembok. Jangan khawatir, aku akan segera kembali. Kalau mau, salah satu pelayanmu bisa menemaniku."
Kata Reiss sambil tersenyum ceria.
Sebagai catatan, 'urusan kecil dengan tembok' yang dia maksud adalah 'pergi ke toilet'.
".....Cih, kembalilah dalam sepuluh menit. Oi."
Kata Sylvie, memerintahkan salah satu Ksatria wanitanya untuk mengikuti Reiss.
"Terima kasih. Aku, permisi dulu."
Reiss mengangguk dengan hormat, lalu pergi dengan Ksatria wanita itu. Setelah meninggalkan ruangan, mereka berdua menuju toilet.
Koridor dipenuhi dengan tentara yang sedang berpatroli, memastikan secara ketat kalau tidak ada yang berkeliaran di tempat yang tidak seharusnya.
Khususnya, di pintu masuk ke lantai atas ruangan ada sejumlah besar penjaga untuk mencegah seseorang mendekati Satsuki dan yang lainnya.
Reiss menyipitkan matanya ketika dia melihat tangga yang menuju ke lantai atas.
"......Hei, berjalanlah lebih cepat."
Ksatria wanita itu berkata dengan kesal.
"Kenapa kamu sangat terburu-buru? Aku tidak bisa mengatakan kalau aku terkejut. Sepuluh menit sudah lebih dari cukup untuk kembali, jadi bersabarlah."
Jawab Reiss, dengan datar.
"Cih."
Ksatria wanita itu mendecakkan lidahnya dengan kesal, tapi tetap mengikuti Reiss tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Toilet berada di ruang terpisah dengan aula dan di dalamnya cukup besar. Ada jendela kecil untuk ventilasi, tetapi hanya memiliki satu pintu masuk.
Ksatria wanita membuka pintu dan memastikan tidak ada tempat untuk melarikan diri ke luar.
"Cepatlah."
"Ya, aku akan cepat-cepat."
Kata Reiss, melangkah masuk ke dalam.
"Seperti yang diharapkan dari toilet aula Kerajaan. Mereka telah membangunnya begitu luas tanpa tujuan, seperti mereka mengundang penyusup dengan sengaja. Aku akan meninggalkannya di sini."
Reiss mengeluarkan dua kristal esensi seukuran kepalan tangan dari sakunya dan meletakkannya di lantai. Salah satu kristal adalah artefak sihir untuk mengatur koordinat lokasi teleportasi sihir dan yang satu lagi adalah artefak dengan sihir penghalang dan penyegel yang mencegah aliran ode dan mana terdeteksi dari luar.
[ Persiapan selesai. Yang tersisa hanyalah menunggu pasukan yang akan tiba pada waktunya. Tapi dengan kehadiran anak laki-laki yang kami hadapi di Amande sebelumnya, ini mungkin akan menjadi menarik. Aku tidak bisa merasakan kehadiran roh kontraknya, tapi ada kemungkinan dia sedang beristirahat di dalam tubuhnya atau dia bergerak sendiri. ]
Reiss menatap kedua artefak di lantai dengan ekspresi puas, mengingat wajah Rio ketika dia datang bersama Satsuki dan Charlotte.
[ Namun kehadirannya tidak akan menjadi masalah untuk kesempatan ini. Selama pasukan bergegas ke tempat yang direncanakan, itu sudah cukup untuk pertunjukan pembuka. Tidak peduli apa yang terjadi selanjutnya, misiku selesai. Memikirkannya seperti itu membuat segalanya lebih mudah. Kurasa aku akan menghabiskan sisa waktuku untuk menyaksikan kekacauan di aula nanti dan bagaimana anak laki-laki itu mencegahnya. ]
Sambil memikirkan itu, Reiss tersenyum.
Kira-kira sepuluh detik kemudian, Reiss membuka pintu seolah-olah dia baru saja menyelesaikan apa yang harus dia lakukan.
"Maaf membuatmu menunggu. Sekarang, mari kita kembali." Kata Reiss.
◇◇◇◇
Sekitar satu jam kemudian, berbagai anggota Keluarga Kerajaan dan bangsawan bergiliran menyapa para pahlawan di lantai atas aula. Namun, karena Satsuki dan Hiroaki telah menyelesaikan salam mereka kepada para bangsawan Galarc dan Restorasi sehari sebelumnya, mereka hanya perlu bertemu para tamu dari kerajaan kecil.
Karena itu, mereka berdua memiliki lebih sedikit orang yang berkumpul di sekitar mereka daripada Takahisa dan Rui. Itu juga berarti Rio dan Charlotte juga tidak sibuk seperti di hari pertama.
Pada saat yang sama, karena Miharu adalah pasangan dari Takahisa, dia terpaksa untuk menanggapi lebih banyak orang daripada kemarin, sebagian karena Kerajaan Centostella yang tidak pernah muncul di acara seperti itu. Sementara itu, Raja Francois dan Michel sedang berjalan di sekitar ruangan untuk berbicara dengan bangsawan asing yang mereka temui.
"Ngomong-ngomong, Charlotte-sama. Apa kamu tidak perlu menyapa para bangsawan asing bersama Yang Mulia Raja dan Michel-sama?"
Rio bertanya kepada Charlotte, memanfaatkan sedikit waktu istirahat yang mereka miliki.
"Tidak, aku tidak perlu melakukannya. Ayah berkata kepadaku untuk fokus membantu Satsuki-sama dan menjadi pasanganmu, Haruto-sama. Beruntungnya, itu berarti aku bisa tetap tinggal bersama kalian berdua sepanjang malam."
Charlotte tersenyum riang dan melangkah maju lebih dekat dengan Rio.
".....Ngomong-ngomong, Char-chan, sepertinya kamu cukup menyukai Haruto-kun."
Satsuki memperhatikan sikap Charlotte yang begitu dekat dengan Rio dan memberinya tatapan bertanya-tanya.
"Itu sudah jelas. Haruto-sama adalah laki-laki yang sangat baik dan sopan. Ini seperti aku mendapatkan kakak baru."
Jawab Charlotte sambil bersandar di lengan Rio dengan gerakan genit.
"Hmm....."
Satsuki menatap Rio dengan mata sedikit mencela.
"Tidakkah kamu pikir kalau kamu terlalu dekat dengannya. Bukankah begitu, Haruto-kun?"
"Charlotte-sama, meskipun suatu kehormatan untukku ketika kamu mengatakan itu....."
Rio terdiam, menunjukkan ketidaknyamanan yang dia rasakan dengan cara yang samar.
"Apa aku merepotkanmu?"
Charlotte dengan lembut meraih lengan Rio dan menariknya ke dekat payudaranya yang masih tumbuh.
"Tidak, tidak sama sekali....."
Rio berusaha menjawab.
"Bagus Haruto-kun. Selamat atas adikmu yang baru dan sangat imut."
Satsuki bekata dengan cara yang angkuh sambil sedikit cemberut.
[ ....Hmph. Kenapa aku merasa jengkel, ya? ]
Pikir Satsuki, bingung dengan perasaannya sendiri.
{ TLN : Wkwkwwkwwk }
"Hubungan kita mungkin bisa disalahpahami oleh orang lain jika kamu bertindak terlalu akrab denganku, jadi aku sarankan agar menahan diri untuk melakukan hal-hal yang berlebihan."
Kata Rio, mencoba meyakinkan Charlotte dengan nada ramah.
"Mengapa tidak biarkan saja mereka salah paham?"
Charlotte menatap Rio dengan ekspresi menggoda yang tidak sesuai untuk usianya. Atau begitulah yang biasanya orang pikirkan.
Charlotte tertawa ringan, dan setelah melangkah mundur dari Rio, dia mulai berkedip ketika mengintip ke arahnya.
"Aku bercanda, Haruto-sama. Apa yang terjadi dengan janji yang kamu buat kepadaku kemarin? Kamu bilang kamu akan mengajakku menari, benar?"
"Hmm, jadi kamu menjanjikannya sesuatu seperti itu."
Kata Satsuki, menimpali dengan penasaran.
"Iya. Sebagai seorang wanita, aku lebih suka diundang lebih dulu, tetapi sebagai seorang Putri, aku akan memberikan giliran pertama kepada Satsuki-sama. Sekarang, kenapa kalian berdua tidak pergi untuk menari?"
Kata Charlotte, menyarankan.
"Itu tidak perlu.... Yah, tapi kalau Haruto-kun yang mengajaku, kurasa aku bisa menari dengannya."
Memalingkan muka, Satsuki mengatakan itu dengan wajah yang memerah.
"Maukah kamu menerima undanganku ini, Satsuki-sama?"
Rio mengulurkan tangannya secara dramatis sambil menunjukkan senyum yang sedikit geli.
"Y-Ya, hanya untuk satu lagu....."
Satsuki meraih tangan Rio dengan ragu-ragu.
Namun, tepat pada saat itu, pintu di lantai atas aula terbuka dengan suara ledakan besar. Semua orang di aula – termasuk Rio dan yang lainnya – secara refleks menatap ke arah pintu masuk itu. Beberapa orang bertopeng yang mengenakan pakaian hitam dengan membawa belati di tangan mereka, bergegas ke dalam aula.
"K-Kyaah!"
Para perempuan yang ada di aula mulai berteriak.
Para penyusup yang datang memasuki lantai pertama, yang berlari menuju tangga memanfaatkan keributan untuk naik ke lantai atas.
"Apa?!"
"Menjauh!"
"Lari!"
Para tamu di lantai pertama, semuanya menjadi panik.
"T-Tenang!"
"Biarkan kami lewat!"
"Tangkap para penyusup!"
Para Ksatria yang menjaga keamanan berteriak di atas keributan itu. Meskipun mereka mencoba mencegat para penyusup, namun kebanyakan dari mereka tertahan oleh kerumunan, sehingga mereka tidak bisa bergerak. Para penyusup mengambil kesempatan itu untuk mendekati tangga, mengabaikan tamu lainnya.
Sementara itu, para penyusup yang sudah berada di lantai atas mencoba menyerang para pahlawan dan bangsawan penting tuan rumah yang sedang berbicara dengan para tamu.
"Lindungi Keluarga Kerajaan dan para pahlawan!"
Keamanan di lantai atas jauh lebih ketat daripada di lantai bawah. Termasuk bangsawan dari Kerajaan Galarc, para pahlawan, dan tamu penting dari Kerajaan lain, ada sekitar tiga puluh peserta di lantai atas, sehingga memudahkan para Ksatria untuk bergerak dan membuat formasi dinding untuk memblokir para penyusup.
Ada sekitar dua puluh penyusup yang masuk melalui pintu ke lantai atas aula, membuat tiga puluh penjaga yang hadir menang jumlah. Namun, para penyusup tidak peduli dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk merobohkan formasi pertahanan yang telah dibentuk para Ksatria.
"Serang dari depan dan dari samping! Terobos!"
"Jangan biarkan mereka lewat! Semuanya, tetaplah di belakang kami!"
Komandan Ksatria di lantai atas aula meneriakkan perintah itu dengan keras.
"Satsuki-sama, Charlotte-sama, ikuti aku."
Rio membuat Satsuki dan Charlotte berdiri di belakang blokade manusia yang dibentuk oleh para Ksatria.
Mengetahui bahwa mereka adalah target utama. Miharu, Takahisa, Lilianna, Christina, Rui, Flora, Hiroaki, dan Roanna, serta Francois dan Michel juga mengikuti perintah komandan Ksatria itu.
"Hei, hei ini bukan lelucon, kan? Berkumpul di belakang kalian? Para penyusup itu juga datang dari tangga! Kalau terus begini, mereka akan menyerang kita dari kedua sisi!"
Menyaksikan bagaimana para penyusup dengan cepat mendekat dari bawah, Hiroaki mencari jalan keluar dengan panik. Namun, hanya ada satu tangga menuju ke lantai bawah, dan area dekat pintu masuk lantai atas sudah penuh dengan penyusup.
{ TLN : Hiroaki memang hero paling best ini wkwkwk }
Tida ada tempat untuk lari – mereka hanya bisa menunggu para Ksatria menangani para penyusup.
Namun, para penyusup tampaknya telah mensimulasikan serangan itu lebih awal, karena gerakan mereka tidak menunjukkan sedikit pun keraguan.
Meskipun para penjaga kalah jumlah, para penyusup melakukan taktik yang bagus.
Sementara itu, para Ksatria di lantai pertama mencoba menerobos kerumunan untuk memblokir pergerakan penyusup di sekitarnya, tapi karena penyusup itu berjumlah dua puluh orang, tidak banyak yang bisa dilakukan oleh satu atau dua Ksatria.
Para Ksatria bergerak dengan keputusan mereka sendiri karena kemampuan individu mereka yang hebat, tapi itu yang membuat kehancuran mereka sendiri. Ada lebih banyak Ksatria daripada penyusup di lantai pertama, tapi karena mereka tersebar di seluruh aula, mereka diliputi oleh kebingungan.
Para penyusup menggunakan belati mereka dengan niat untuk membunuh, sementara para Ksatria membawa tongkat dan hanya ingin menangkap mereka. Meski begitu, tidak banyak perbedaan dalam kekuatan bertarung.
Namun, para penyusup berkoordinasi bersama untuk melumpuhkan para Ksatria yang sendirian, sehingga para Ksatria di lantai pertama mulai dikalahkan sedikit demi sedikit. Pada tingkat ini, hanya masalah waktu sebelum para penyusup di lantai bawah berlari menaiki tangga.
[ Situasinya sama sekali tidak bagus. Para Ksatria mulai berkumpul di depan tangga, tapi jumlahnya masih terlalu sedikit. Jika terus begini, para penyusup akan segera tiba di sini. ]
Rio menatap lantai bawah saat dia memproses situasi di kepalanya dengan tenang.
Para Ksatria yang ada bersama mereka tampaknya telah berhasil mengalahkan beberapa penyusup, jadi untuk saat ini, mereka tidak akan menerobos dengan segera.
"Ap......"
Miharu dan Satsuki membeku ketakutan.
Mungkin itu pertama kalinya mereka terlibat dalam pertempuran seperti, jadi tidak heran mereka merasa seperti itu atas apa yang sedang terjadi.
"Satsuki-sama, tetaplah di sini bersama Charlotte-sama. Kamu juga jangan bergerak dari sana, Miharu-san. Aku akan menghentikan mereka yang ada di bawah."
Setelah memahami situasinya dalam beberapa detik, Rio memutuskan untuk mengambil tindakan.
[ Aishia, bisakah kamu memeriksa status lantai atas dalam dalam wujud rohmu? ]
[ Oke. ]
Aishia segera merespon. Pada saat yang sama, Rio berlari menuruni tangga.
"Tu– Haruto-kun?!"
Melihat Rio sedang berlari menuju tangga, Satsuki memanggilnya dengan panik dan mencoba mengejarnya, tapi Charlotte meraih gaunnya untuk menghentikannya.
"Satsuki-sama, tidak ada yang bisa kamu lakukan dengan pakaian seperti itu. Mohon ikuti arahan Haruto-sama. Akan sangat mengerikan jika sesuatu terjadi pada pahlawan Kerajaan kami."
Kata Charlotte mencoba membujuknya. Nada suaranya lebih serius dari biasanya, menunjukkan sedikit rasa tanggung jawabnya sebagai seorang putri.
"Ugh....."
Satsuki mengertakkan gigi dengan frustasi.
"Jangan khawatir. Haruto-san sangat kuat. Tolong percayalah padanya."
Miharu mendekati Satsuki untuk meyakinkannya. Namun, tangannya sedikit gemetar.
"Argh, baiklah! Terserah saja!"
Satsuki menerimanya dengan frustasi, tapi dia tetap di tempat mereka berada. Takahisa mendekati Miharu dengan panik, membawa Liliana dan ketiga pengawalnya.
"M-Miharu, jangan bergerak sendirian seperti itu."
Kata Takahisa dengan ekspresi khawatir.
"Hilda, jika kemungkinan terburuk terjadi, kamu diizinkan menggunakan sihirmu untuk melindungi kami dan para pahlawan."
Kata Lilianna memerintahkan salah satu pengawalnya.
Ada sekitar tiga puluh orang di lantai atas, jadi mustahil untuk membuat perisai sihir yang akan menutupi semuanya hanya dengan tiga Ksatria yang Lilianna miliki. Untuk alasan ini, mereka harus membatasi jumlah orang yang harus mereka lindungi.
Namun, kalaupun mereka melakukan itu, kelompok yang harus dilindungi masih cukup besar.
Setelah terdiam sejenak, Hilda mengangguk.
"....Dimengerti."
"Cih! Mereka datang dari tangga!"
Hiroaki berteriak. Ada enam Ksatria yang menjaga tangga, tetapi ada empat belas penyusup yang mendekat. Para Ksatria itu tidak mungkin bisa menanganinya.
"Kalian yang ada di tangga! Aku akan membantu kalian, jadi jangan ragu untuk membiarkan lewat lawan yang tidak bisa kalian kalahkan. Augendae Corporis!"
Rio berhenti di tengah tangga dan memanggil para Ksatria di sana. Kemudian, dia mengucapkan mantra sihir untuk mengaktifkan gelang yang berisi sihir penguatan tubuh. Namun, itu hanya kamuflase yang dia batalkan segera setelah dia diaktifkan. Seperti biasa, Rio memperkuat kemampuan fisiknya menggunakan spirit art.
"Ah, pahlawan yang dirumorkan. Aku bisa melihat kamu yakin dengan kemampuanmu, jadi kami akan menerima bantuanmu! Semuanya, jangan mati karena mencoba mengalahkan mereka semua! Kalahkan saja sesuai yang kalian bisa!"
Ksatria berperingkat tinggi di tangga memerintahkan para Ksatria yang ada di sana.
Jika mereka mati sia-sia, mereka hanya akan memberikan beban kepada yang lain. Fakta bahwa mereka tidak diperintahkan untuk mati adalah bukti nyata bahwa Ksatria ini berpikir logis dan rasional.
"Ya, pak!"
Penjaga lainnya menyiapkan senjata mereka dan melawan para penyusup di bawah tangga.
"Enam dari kalian, tahan mereka!"
Enam penyusup mendekati para Ksatria di tangga untuk memblokir mereka, sementara delapan lainnya memanfaatkan momen itu untuk naik dari samping. Rio berdiri di depan mereka.
"Izinkan aku membantu dengan sedikit yang aku bisa lakukan. Ini seharusnya akan sedikit mengurangi lawanmu. Jangan bergerak!"
Shigekura Rui membentuk busur yang merupakan Divine Armsnya dan berdiri di tangga di belakang Rio. Setelah mengatur postur tubuhnya dan membidik, pahlawan itu menembakkan panah listrik.