Heroes In The Moonlight – Chapter 3 : Satsuki Sumeragi

 

Keesokan harinya, setelah mereka makan siang di Mansion, Liselotte mengunjungi Kastil Kerajaan Galarc bersama Rio dan Miharu. Tujuan mereka, tentu saja untuk bertemu Satsuki sebelum perjamuan dimulai.

 

Dalam keadaan normal, mereka berdua tidak akan pernah diizinkan untuk masuk, tetapi berkat Liselotte, yang telah mengurus persiapan yang diperlukan di depan pintu masuk Kastil, Rio dan Miharu dapat masuk tanpa masalah.

 

Begitu mereka masuk ke dalam Kastil, Liselotte memberikan sebuah surat kepada salah satu penjabat Kastil yang ditujukan kepada raja – meminta pertemuan mendadak dengan raja dari Galarc, François. 

Para bangsawan memiliki hak istimewa untuk membuat janji dengan raja selama mereka memiliki alasan yang bagus, dan Liselotte baru saja menggunakan hak istimewa itu. Dalam beberapa kasus, janji yang dibuat itu akan memakan waktu hingga satu bulan, tetapi kali ini pejabat itu kembali dengan jawaban dari raja yang mengatakan kalau mereka bisa menemuinya.

 

Namun, informasi yang akan dibahas harus dianggap sangat sebagai kerahasiaan tinggi, karena mereka akan menggunakan ruang resepsi kerajaan daripada ruang audiensi tempat pertemuan resmi biasa diadakan.

 

Rio, Miharu, dan Liselotte dibawa ke ruang resepsi, dan tak lama kemudian, Francois muncul. Francois berusia akhir empat puluhan, usia ketika para raja mulai bertambah usia. Tatapan dan posturnya tegas – Khas seorang raja yang berkuasa.

 

Di kedua sisi Francois berdiri seorang laki-laki berusia dua puluhan dan seorang gadis remaja awal. Mereka berdua mengenakan pakaian yang tampak mahal, bersama dengan fakta kalau mereka  berdua bersama dengan raja, menyiratkan kalau mereka adalah anggota keluarga kerajaan. Beberapa pelayan yang mengenakan gaun maid juga muncul.

 

"Terima kasih banyak sudah datang. Aku belum pernah melihat wajah Liselotte lagi sejak aku menerima laporan invasi yang terjadi di Amande. Aku pikir kalau bertemu dengannya lagi di perjamuan besok, tapi....."

Francois menatap Miharu dan Rio. Mereka berdua tidak berkata apapun, hanya menerima tatapan Francois dalam diam dengan menduduk ke bawah.

 

"Merupakan kehormatan besar berada di hadapan Yang Mulia. Aku ingin menyampaikan permintaan maaf yang tulus karena telah meminta pertemuan yang tiba-tiba ini meskipun Yang Mulia sedang sibuk dengan persiapan untuk perjamuan yang akan diadakan besok. Aku sangat berterima kasih karena Yang Mulia segera menanggapi permintaanku."

Kata Liselotte, memberikan salam hormat menggantikan Rio dan Miharu.

 

"Itu bukan masalah. Bahkan jika kamu telah membuat janji sebelumnya, situasinya tidak akan berubah. Karena kamu telah membawa orang tersebut secara langsung, kamu jadinya tidak perlu melakukan langkah-langkah yang tidak perlu. Selain itu, aku tahu kalau kamu juga sibuk. Bagaimanapun, mari kita semua duduk terlebih dahulu."

Kata Francois dengan nada hangat, lalu duduk di kursi yang ada. Laki-laku dan gadis yang menemaninya duduk di kursi yang ada di sudut ruangan.

 

"Permisi." 

Liselotte menundukkan kepalanya dan duduk dengan anggun. Rio dan Miharu juga menundukkan kepala dan duduk di kedua sisi Liselotte. Tidak seperti Miharu, yang gerakannya canggung karena gugup, Rio menyesuaikan postur tubuhnya, seperti yang dilakukan seorang bangsawan.

 

"....Apa gadis inilah yang bernama Miharu-dono? Orang yang mengaku sebagai teman Satsuki-dono?" 

Francois bertanya.

 

"Dia adalah Haruto-sama, yang menempatkan Miharu-sama di bawah perlindungannya setelah dia dipanggil ke dunia ini dan yang memintaku untuk mengatur pertemuan yang bisa membuatnya bertemu dengan Satsuki-sama. Selanjutnya, Haruto-sama membantu mengusir monster selama invasi di Amande dan menyelamatkan Putri Flora ketika dia diculik."

Kata Liselotte, menjelaskan.

 

Francois menunjukkan ekspresi penuh minat. 

"Aku mengerti. Jadi dia adalah pengguna pedang sihir yang kamu sebutkan sebelumnya. Aku telah mendengar tentang pencapaian yang kamu buat itu. Kamu telah menjalankan tugasmu dengan sempurna, baik itu untuk Miharu-dono dan yang lainnya. Kamu bisa mengangkat kepalamu." 

Akibatnya, Francois memberinya izin untuk berbicara

 

Meskipun itu adalah pertemuan tidak resmi, karena dihadapan sang raja, ada aturan etiket ketat yang harus diikuti. Itulah mengapa Rio tidak melihat langsung ke wajah Francois. Seandainya jika dia bergabung dalam percakapan antara raja dan Liselotte, Rio akan dicap tidak sopan.

 

Namun, begitu Rio diberi izin untuk berbicara, dia akhirnya membuka mulutnya. 

"Suatu kehormatan besar untuk menerima kata-kata pujian dari Yang Mulia." 

Rio mengangkat kepalanya sedikit sehingga Francois bisa melihat wajahnya dan kemudian menurunkannya lagi.

 

"Itu sudah tertulis dalam laporan, tapi kamu masih cukup muda dari apa yang aku lihat. Mengalahkan Half Dragon dengan pedang sihir di usiamu yang masih muda adalah sebuah pencapaian besar. Aki telah mendengar kalau orang tuamu pendatang, tetapi aku melihat kalau kamu mampu mengikuti etiket bangsawan. Anak yang cukup menarik. Aku ingin mendengar lebih banyak tentangmu nanti." 

Francois menatap Rio dengan penuh minat. Laki-laki dan perempuan yang duduk di sudut ruangan juga menatapnya dengan rasa penasaran.

 

"Itu akan menjadi suatu kehormatan bagiku." 

Rio memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa lagi dan menundukkan kepalanya dengan hormat. Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu ruangan dan segera masuk.

 

"Permisi." 

 

Seorang gadis remaja muncul. Dia mengenakan seragam khas Ksatria perempuan di dunia ini, hanya yang ini yang memiliki lebih banyak detail agar terlihat lebih mewah. Meskipun begitu, fitur wajah gadis itu benar-benar mirip dengan orang Jepang.

 

Dia memiliki mata besar dan tatapannya bermartabat. Sosoknya yang ramping, feminin, dan rambutnya yang diikat ke belakang, mencapai pundaknya. Dia adalah gadis yang cantik.

 

Karena dia sedikit kehabisan napas, sepertinya gadis itu datang dengan berlari ke sini. Namun, dia sepertinya tidak memedulikan sekeliling ruangan, karena matanya terfokus dan dengan cepat tertuju pada Miharu.

 

".....Miharu-chan!" 

Gadis itu adalah Sumeragi Satsuki – berteriak dengan keras setelah dia menarik napasnya. Dia berbicara dalam bahasa Jepang.

 

"Satsuki!" 

Miharu berdiri dan melihat langsung ke arah temannya itu. Karena Satsuki berbicara dalam bahasa Jepang, Miharu melakukan hal yang sama yang serupa.