"Aah, aku tahu itu. Aku tahu kalau kamu pasti ada di dunia ini juga! Aku sangat senang! Meskipun aku tidak tahu apakah seharusnya aku bahagia karena hal itu..... Tapi, aku lega. Aku sangat senang bisa melihatmu lagi di dunia ini, Miharu-chan!"
Satsuki berlari ke arah Miharu dan memeluknya dengan erat; sangat mungkin gadis itu berjuang melawan kesepian dan kecemasannya karena menjadi satu-satunya orang yang dipanggil di dunia ini. Kelegaan yang dia perasaannya yang sebenarnya.
"Aku sangat senang bisa bertemu denganmu juga, Satsuki!"
Miharu membiarkan Satsuki memeluknya sesuka hatinya. Bahkan, dia juga memeluk kembali dirinya dengan erat.
"Mou! Aku punya banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Dari mana aku harus memulainya ya? Aku telah berpikir beberapa kali tentang apa yang harus aku katakan jika aku bisa bertemu dengan kalian lagi.... Tapi sekarang setelah itu benar-benar menjadi kenyataan, aku merasa sangat bingung sehingga aku tidak tahu harus berkata apa."
Mata Satsuki dipenuhi dengan air mata ketika dia mengutarakannya dengan penuh kebahagiaan.
"Aku juga punya banyak hal yang mau aku ceritakan kepadamu ketika kita bertemu lagi, tapi aku tidak tahu harus mulai dari mana."
Kata Miharu, setuju sambil tertawa ringan.
Sementara itu, Francois dan yang lainnya menyaksikan percakapan mereka berdua seolah-olah mereka sedang menyaksikan sesuatu yang sangat aneh terjadi.
Satsuki menyadari kalau dia sedang ditatap oleh semua orang yang hadir dan berhenti memeluk Miharu. Dia menatap ke arah Francois, dan mulai mengajukan pertanyaan.
".....Umm, apa ada yang salah?"
"Tidak, aku tahu kalau Divine Arms memiliki semacam sihir penerjemahan yang ditempatkan kepadamu, tetapi agak aneh mendengarnya ketika kalian melakukan percakapan seperti ini. Aku bisa mengerti semua yang kamu katakan, namun kata-kata dari Miharu-dono berada di luar pemahamanku."
Kata Francois, menjelaskan sambil tersenyum masam.
"Oh, sekarang aku mengerti..... Tunggu, apa? Miharu-chan, bukankah kamu juga seorang pahlawan?"
Ketika Satsuki menyadari kalau kata-kata Miharu tidak diterjemahkan ke dalam bahasa dunia itu, matanya melebar karena terkejut.
"Kurasa tidak. Aku tidak memiliki hal yang disebut Divine Arms itu."
"Lalu, bagaimana caranya kamu bisa berkomunikasi dengan orang-orang?"
"Aku telah mempelajari bahasa wilayah Strahl, tetapi hanya bahasa yang sederhana."
Jawab Miharu.
"A-Apa kamu mempelajarinya....? Habya beberapa bulan sejak kita dipanggil ke dunia ini, kan? Apa kamu mempelajarinya bahasa itu dalam waktu singkat.... dan juga sendirian?"
Satsuki mencoba untuk mengkonfirmasi karena dia tidak bisa mempercayainya. Lain ceritanya kalau Miharu punya seorang guru, tapi mempelajari bahasa dunia ini sendirian akan sangat sulit.
"Umm, Haruto-san mempunyai artefak sihir kuno yang memungkinkan seseorang dapat berkomunikasi seperti Divine Arms milikmu. Aku menggunakan artefak itu untuk belajar agar dapat melakukan komunikasi."
Kata Miharu, melirik Rio ketika dia menjawab dengan cara yang telah mereka persiapkan sebelumnya.
Kenyataannya Rio memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya, yang membuatnya mengetahui bahasa jepang. Itu sebabnya dia bis mengajarkan bahasa dunia ini kepada Miharu.
Namun, jika diceritakan akan menjadi terlalu aneh bagi siapa pun untuk dengan mudah mempercayainya, dan selain itu, Rio tidak ingin hal itu menyebar. Jika bukan karena situasi yang dihadapi Miharu, dia juga tidak akan memberitahu Liselotte apa pun.
Sebagai catatan, Liselotte juga mengetahui situasinya dan tahu kalau penjelasan Miharu itu hanyalah sebuah kebohongan. Bagaimanapun, Liselotte juga setuju dengan penjelasan itu. Karena adanya penjelasan yang cukup tentang sihir penerjemah yang ada pada Divine Arms, sehingga penjelasan tentang adanya artefak sihir kuno dengan kemampuan yang sama ada tidak terlalu jauh untuk diambil.
"Jadi, ada artefak yang seperti itu.... Oh, apakah dia adalah Haruto-san yang kamu maksud?"
Kata Satsuki, berbalik ke arah Rio dengan rasa ingin tahu.
"Ya. Saat aku dipanggil ke dunia ini tanpa tahu harus pergi ke mana, Haruto-san datang untuk menyelamatkanku."
Kata Miharu, mengangguk.
"Haruto...."
Satsuki mengatakan nama alias Rio dan menatap wajahnya dengan hati-hati.
"....Apa yang dia katakan?"
Kata Francois, menyela. Meskipun dia bisa memahami setengah percakapan berkat Satsuki, raja itu tampak tertarik dengan tanggapan Miharu.
"Umm, bisakah aku memberitahunya apa yang baru saja kamu katakan padaku?"
Satsuki bertanya kepada Miharu.
"Ya, tentu saja."
Miharu mengangguk tanpa ragu.
"Kami berbicara tentang bagaimana Miharu-chan mempelajari bahasa dunia ini dalam waktu yang singkat. Ternyata, ada semacam artefak sihir kuno yang memungkinkannya untuk seseorang menerjemahkan bahasanya, jadi dia menggunakannya untuk belajar bahasa dunia ini."
Kata Satsuki, menjelaskan secara singkat kepada Francois.
"Oh? Aku belum pernah mendengar artefak sihir seperti itu....."
Kata Francois, memandang Rio dengan penuh minat.
"Namun, selama aku belajar, aku menggunakannya terlalu sering dan pada akhirnya artefak itu rusak....."
Kata Miharu, menambahkan dengan malu-malu pada penjelasan yang telah mereka siapkan.
Miharu telah diberitahu kalau artefak sihir kuno sulit untuk buat ulang dengan menggunakan sihir modern, jadi itu adalah alasan yang cukup mudah untuk digunakan agar tidak ada yang curiga. Meski begitu, Miharu masih khawatir seseorang akan menyadari kalau dia sedang berbohong.
Karena itu, Miharu tidak bisa membiarkan rahasia Rio terungkap karena salahnya, jadi dia melakukan yang terbaik untuk menenangkan dirinya dengan menarik kecil dengan gugup.
"Sayangnya, artefak sihir kuno itu rusak karena dia menggunakannya secara berlebihan."
Satsuki menerjemahkan kata-kata Miharu sehingga Francois bisa memahaminya juga. Sebenarnya Satsuki juga berbicara bahasa jepang, tetapi bagi Francois dan yang lainnya, gadis itu seolah-olah berbicara dalam bahasa dunia itu.
"Haruto, apa kamu masih mempunyai artefak sihir kuno yang rusak itu?"
Francois mengajukan pertanyaan langsung kepadanya.
"Artefak itu adalah kenang-kenangan dari orang tuaku, jadi aku masih memilikinya..... Namun, inti sihir yang memiliki mantra terjemahan di dalamnya kelebihan muatan dan hancur berkeping-keping. Jadi, tidak bisa mungkin diperbaiki."
Jawab Rio tanpa ragu-ragu.
Inti sihir berbeda dari kristal sihir, karena kristal sihir dapat diisi kembali setelah sihir tersebut sepenuhnya habis, jadi sangat mirip dengan batu roh yang berasal dari desa Seirei no Tami. Inti sihir adalah artefak yang tidak pernah bisa diperbaiki manusia modern, jadi itu alasan yang tepat.
".....Aku penasaran. Jika kamu bisa memahami bahasa jepang dan bahasa dunia ini, lalu bagaimana kata-kataku terdengar bagimu?"
Kata Satsuki, bertanya dengan tiba-tiba.
"Kedengarannya seperti kamu sedang berbicara dengan bahasa jepang. Tapi jika aku berkonsentrasi dan mencoba mendengarkan bahasa dunia ini, maka kata-katamu akan terdengar seperti bahasa dunia ini.... Rasanya agak aneh mendengarmu mengubah bahasa begitu tiba-tiba...."
Miharu menjawab dengan senyum tegang.
"Hmm. Yah, aku tidak tahu harus berkata apa. Mungkinkah itu semua tergantung pada orang yang mendengarkan? Secara umum, kata-kata itu diubah menjadi bahasa yang dikenali otakmu sebagai bahasa indukkan, atau bahasa yang kamu sering gunakan dalam kehidupan sehari-hari...."
Satsuki berhipotesis dengan ekspresi tertarik.
"Omong-omong, Satsuki-dono. Kamu tidak seharusnya membiarkan tamu kami terus berdiri. Ada beberapa hal yang mau aku tanyakan, tetapi ini adalah pertemuan yang telah lama kamu ditunggu. Aku yakin kalian berdua sangat senang dan memiliki beberapa hal yang mau kalian bicarakan. Miharu-dono sepertinya sedikit gugup, jadi kenapa kalian tidak mengobrol berduaan di tempat lain?"
Membaca suasananya, Francois memberikan saran itu. Raja sepertinya ingin memperhatikan kedua gadis itu sehingga mereka berdua merasa nyaman.
Namun, alasan utamanya adalah hal lain. Sama seperti Satsuki dan Miharu yang memiliki hal-hal yang tidak dapat mereka katakan di depan Francois dengan mudah, Francois juga memiliki hal-hal yang sulit untuk dikatakan di depan Satsuki.
".....Apa itu tidak masalah?"
Satsuki ingin mengkonfirmasi kata-kata Francois.
"Tentu saja. Aku bisa berbicara dengan Miharu-dono nanti, tetapi jika itu tentang urutan kejadian dan detail dari apa yang terjadi, aku juga bisa menanyakan itu dari Haruto. Karena itu, aku harus berbicara dengan Liselotte dan Haruto tentang berbagai hal juga. Kalian berdua mungkin tidak akan mau menghabiskan waktu kalian ketika kami melakukannya selama itu, jadi akan lebih baik jika kalian mengobrol di ruangan lain."
Kata Francois dengan nada hangat sambil mengangkat bahunya.
"Aku mengerti. Terima kasih atas pertimbangannya. Kalau begitu, kami akan pergi ke kamarku. Kami juga tidak membutuhkan pendamping."
Kata Satsuki.
"Tidak masalah."
"Ayo pergi Miharu-chan."
Kata Satsuki, meraih tangan Miharu.
"O-Oke...."
Miharu menatap Rio dengan ekspresi ragu-ragu, sebelum menganggukkan kepalanya. Namun, sebelum dia meninggalkan ruangan, Satsuki berhenti dan berbalik ke arah Rio, pada saat itu, gadis itu menundukkan kepalanya.
"Haruto, terima kasih telah menyelamatkan Miharu-chan. Aku akan meminjamnya sebentar, tapi bisakah aku bicara denganmu nanti?"
"Ya, tentu saja."
Rio meletakkan tangan kanannya di dadanya dan mengangguk dengan hormat.
◇◇◇◇
Setelah Satsuki pergi bersama Miharu, Rio dan Liselotte melanjutkan pertemuan mereka dengan Raja Francois.
"Sekarang, tanpa basa-basi lagi, aku ingin mendengar tentang apa yang terjadi pada Miharu-dono dari mulut Haruto sendiri. Catatan yang dikirim Liselotte kepadaku tidak berisi detail apa pun. Apa kamu tidak keberatan?"
Mengatakan itu, Francois mengalihkan pandangannya ke arah Rio.
"Aku mengerti."
Rio menundukkan kepalanya dan mulai menjelaskan semua yang telah terjadi di sekitar Miharu sejauh ini.
Untuk memulainya, Rio menjelaskan ketika Miharu pertama kali dipanggil, Miharu saat itu berada di padang rumput yang luas di perbatasan antara Kerajaan Galarc dan Centostella. Gadis itu hampir diculik oleh pedagang untuk dijual sebagai budak, tetapi Rio yang lewat di sana ketika sedang melakukan perjalanannya, datang untuk menyelamatkannya.
Kemudian, setelah menempatkan Miharu dalam perlindungannya, Rio menggunakan artefak sihir kuno untuk mengajarinya bahasa dunia ini. Pada titik tertentu, keduanya menyadari kalau ada kemungkinan teman-teman Miharu telah menjadi pahlawan di dunia ini, sehingga mereka mulai mencari informasi tentang pahlawan masing-masing di setiap kerajaan.
Selian penjelasan tentang artefak sihir kuno, cerita itu tidak mengandung kepalsuan. Namun, Rio dan Miharu telah memutuskan sebelumnya kalau mereka tidak akan mengungkapkan keberadaan Aki dan Masato, jadi nama keduanya tidak muncul selama pertemuan mereka.
".....Sekarang aku bisa mengerti situasinya. Melindungi teman Satsuki-dono dan bekerja keras agar mereka berdua bisa bersatu kembali adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Selain itu, jasamu dalam menyelamatkan kota Amande, Liselotte dan Flora Ojou-sama juga sangatlah luar biasa. Biarkan aku memujimu sekali lagi, kamu telah menjalankan tugasmu dengan hebat.
Kata Francois dengan sopan begitu dia selesai mendengarkan penjelasan Rio.
"Merupakan suatu kehormatan bagiku untuk menerima kata-kata itu."
Kata Rio, menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Aku ingin mengkonfirmasi beberapa hal."
"Aku lebih dari bersedia untuk menjawabnya."
"Aku merasa aneh kalau ada seseorang yang memiliki kemampuan sepertimu tidak pernah menetap di kerajaan mana pun sampai sekarang. Aku dengar orang tuamu adalah imigran— Benarkah itu?"
Menatap langsung ke arah Rio, Francois menanyakan pertanyaan itu.
"Itu benar."
"Lalu darimana kamu mempelajari etiket seorang bangsawan? Aku tidak akan percaya kalau orang biasa dari jalanan dapat memperoleh keterampilan seperti itu."
Francois bertanya tanpa ragu-ragu, nadanya penuh dengan intuisi.
Pertanyaan itu adalah area yang di mana bahkan Liselotte sendiri, yang tahu kalau Rio memiliki ingatan tentang kehidupan masa lalunya, menahan diri untuk tidak menanyakannya tanpa pertimbangan terlebih dulu. Namun, masalah itu tidak terlalu sulit untuk dilakukan oleh seorang raja.
Liselotte menyaksikan ekspresi Rio dari samping dengan penuh minat.
"Salah satu kenalanku adalah seorang bangsawan, jadi aku mempelajari etiket yang diperlukan ketika berinteraksi dengannya."
Tidak terpengaruh dengan pertanyaan itu, Rio menjawab dengan lancar. Sebenarnya, dia pernah belajar etiket di Akademi Kerajaan Beltrum, tetapi dia tidak memilih itu dan mengatakannya secara langsung.
Sebagai catatan, kenalan yang dia bicarakan adalah Celia.
"Siapa nama kenalanmu itu? Dan dari Kerajaan mana mereka berasal?"
"Karena berbagai keadaan di masa lalu, mereka bersembunyi menggunakan alias. Aku minta maaf untuk mengatakan ini, tetapi aku tidak dapat mengungkapkan namanya tanpa izin dari mereka. Aku dengan rendah hati meminta maaf."
Jawab Rio, menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Meskipun menghindari pertanyaan Francois tidak akan menguntungkannya, itu tidak berarti kalau Rio bisa mengungkapkan keberadaan Celia, begitu saja.
"Aku mengerti. Jika kamu mengatakan bahwa mereka berada dalam situasi khusus, maka aku tidak akan bertanya lebih lanjut. Yang ingin aku ketahui adalah alasan di balik tindakanmu itu. Masa lalu dan hubunganmu hanyalah informasi tambahan yang akan mendukung jawabanmu itu."
Kata Francois dengan fasih.
"Aku secara pribadi tidak berafiliasi dengan Kerajaan mana pun. Aku juga tidak bergerak mengikuti perintah kenalanku juga. Hubunganku dengan mereka itu murni pribadi, dan mereka sama sekali tidak hubungannya dengan hal yang kita bicarakan ini. Selain itu, meskipun aku tidak tahu banyak tentang politik kerajaan, aku yakin kenalanku tidak menyimpan dendam terhadap Yang Mulia atau Kerajaan Galarc."
Jawab Rio, mencoba menghilangkan kemungkinan kecurigaan yang dirasakan Francois.
"Lalu kenapa kamu membuat Miharu-dono bertemu dengan Satsuki-dono kembali? Apa yang ingin kamu dapatkan dari itu?"
Francois bertanya secara terus terang, langsung ke intinya.
"Keinginanku adalah keinginan Miharu-san."
Kata Rio dengan singkat.
"....Hah?"
Francois mengeluarkan suara terkejut. Para Keluarga Kerajaan lain yang hadir juga tampak terkejut.
"Miharu-san ingin bertemu dengan Satsuki-sama. Itulah mengapa aku membantunya. Tidak ada alasan lain."
Kata Rio, menambahkan. Setelah dia mengamati reaksi Francois.
"....Itukah satu-satunya alasanmu mendekati Liselotte dan mendapatkan semua pencapaian itu?"
"Suatu kebetulan aku bertemu dengan Liselotte-sama selama masa krisis. Tentu saja, aku mempertimbangkan kemungkinan kalau pahlawan dari Kerajaan Galarc adalah Satsuki-sama dan berpikir untuk mendekati Liselotte-sama untuk kepentinganku sendiri. Namun, semuanya tidak akan berjalan begitu lancar jika bukan berkat bantuan Liselotte-sama dan keberuntungan Miharu-san kalau pahlawan itu, adalah temannya."
Rio menjawab dengan rendah hati.
Segera setelah itu, Francois tersenyum lebar dan tertawa terbahak-bahak.
"Bwa– bwahahahaha! Kamu mengatakan hal yang cukup menarik. Jadi itu semua demi Miharu-dono, untuk menolong seorang gadis yang dipermainkan oleh nasib malang– jadi kamu mengatakan kalau kamu mendapatkan semua pencapaian heroik itu karena alasan sederhana itu?"
"Menurutku membandingkan diriku dengan seorang pahlawan adalah pujian yang berlebihan untuk seseorang sepertiku....."
"Jangan konyol. Kamu menyelamatkan salah satu kota terpenting di Kerajaanku, seorang putri duke, seorang putri dari Kerajaan terkemuka, dan mengusir Half Dragon dalam prosesnya. Jika aku tidak dapat menyebut orang yang melakukan semua ini sebagai seorang pahlawan, lalu apa yang dibutuhkan bagi seorang pahlawan agar bisa disebut sebagai pahlawan? Belum lagi, setelah semua pencapaian itu, alasannya ternyata hanya karena seorang perempuan? Kedengarannya sangat mencurigakan, tapi itulah mengapa ini terlihat seperti sebuah cerita dari sebuah legenda. Kamu adalah seseorang yang layak dihormati."
Kata Francois, menunjukkan senyuman dan bersikap seperti tidak biasanya.
Laki-laki dan perempuan yang duduk di sudut ruangan itu memandang Francois seolah-olah mereka sedang melihat sesuatu yang langka.
".....Aku tidak layak menerima kata-kata itu."
Kata Rio dengan rendah hati sambil menundukkan kepalanya.
"Berbanggalah sedikit. Kamu telah melakukan cukup banyak dan merendahkan dirimu begitu saja. Namun.... Ha Ha Ha. Menyenangkan sekali, aku sudah lama tidak tertawa seperti ini. Mungkin karena aku biasanya berbicara dengan beberapa rubah licik di Kerajaan ataupun istana dan aku mengira ada motif tersembunyi di balik tindakanmu itu. Jika aku boleh bertanya secara pribadi — mungkinkah kamu jatuh cinta dengan Miharu-dono?"
Mencoba menahan tawanya, Francois mengajukan pertanyaan pribadi itu kepada Rio.
".....Tidak, aku tidak memiliki perasaan semacam itu kepadanya."
Kata Rio, menggelengkan kepalanya dengan ekspresi yang rumit.
"Ngomong-ngomong, berapa umurmu?"
"Aku berumur enam belas tahun."
"Oh? Kamu masih sangat muda dan kamu juga memiliki sikap dewasa yang melebihi usiamu. Aku tidak dapat menentukan orang seperti apa kamu dari yang aku lihat di laporan, jadi aku ingin melihat karakter aslimu selama pertemuan ini..... Ah, tapi sekarang aku bisa mengerti sedikit. Seorang pengguna pedang sihir dengan kemampuan hebat yang bisa mengalahkan Half Dragon."
Kata Francois, terlihat bersemangat.
"Suatu kehormatan bagiku."
Kata Rio, menunjukkan kerendahan hatinya.
"Kamu telah membawa orang yang menarik, Liselotte."
Francois tersenyum ketika dia melihat ke arah Liselotte.
"Aku merasa terhormat mendengarnya. Karena tidak ada selain kejadian malang yang terjadi baru-baru ini, aku menganggap bertemu Haruto-sama sebagai berkah yang bahkan bisa kami sebut keajaiban. Aku percaya kalau Yang Mulia akan melihat seperti apa Haruto-sama jika bertemu dengannya secara langsung, jadi aku senang mendengar pujian Yang Mulia untuknya."
Kata Liselotte dengan senyum gembira.
"Jadi maksudmu situasinya berjalan persis seperti yang kamu rencanakan, hmm? Sungguh menjengkelkan."
Bertentangan dengan kata-katanya, Francois menunjukkan senyum puas.
[ Sementara kehadiran Miharu-dono sangat berguna untuk menjaga suasana hati Satsuki-dono, anak ini mungkin secara tak terduga menjadi tangkapan yang lebih besar. Dan sepertinya Liselotte telah menjalin hubungan baik dengannya. Alasan mengapa dia meminta bertemu denganku sebelum perjamuan mungkin karena dia ingin memonopoli hubungannya dengannya. Sepertinya dia tidak berubah sama sekali. ]
Pikir Francois dalam benaknya.
"Dengan rendah hati, aku mohon ampun, Yang Mulia."
Kata Liselotte, menundukkan kepalanya.
"Aku sudah melakukan pertemuan yang cukup menyenangkan. Yang tersisa hanyalah mendengar beberapa hal dari Miharu-dono dan sampai pada kesimpulan. Karena aku menjadi tertarik kepadamu, aku ingin berbicara denganmu di lain waktu. Tapi pertama-tama, aku ingin meminta maaf kepadamu atas nama Kerajaan kami karena sudah mencurigaimu sebelumnya. Maafkan aku."
Kata Francois, meminta maaf dengan senyuman tegang.
Nada suaranya masih seperti orang yang berkuasa, tetapi sudah mengesankan kalau seorang raja meminta maaf kepada orang asing yang tidak jelas asal usulnya. Tindakan itu menunjukkan kalau Francois sangat menghargai Rio dalam waktu sesingkat itu.
"Tidak perlu, Yang Mulai tidak perlu meminta maaf kepada orang sepertiku."
Rio menundukkan kepalanya dengan penuh penekanan.
Senyum Francois sedikit melembut.
"Aku mengerti. Kemudian, izinkan aku memperkenalkan kepadamu putra dan putriku ini. Di adalah pangeran pertama, namanya Michel dan yang di sebelahnya adalah putri kedua, Charlotte. Mereka masing-masing berumur 21 dan 14 tahun. Kalian berdua, kemarilah dan perkenalkan diri kalian."
Michel dan Charlotte mendekati Rio, yang segera berdiri dan menundukkan kepalanya.
"Aku pangeran pertama, Michel Galarc. Aku sudah mendengar tentang kabar pencapaian yang kamu lakukan di Amande. Aku tidak pernah membayangkan bisa bertemu dengan pahlawan yang banyak diisukan itu. Ini suatu kehormatan bagiku."
Michel mengangkat bahu sedikit berlebihan ketika dia memperkenalkan dirinya. Anak laki-laki itu berambut pirang dan berpenampilan tampan, tapi ada aura yang kesombongan padanya.
"Tidak, justru akulah yang mendapat suatu kehormatan karena bisa menarik perhatian Yang Mulia."
Jawab Rio kepada Michel dengan senyum ramah.
"Senang bertemu denganmu, Haruto-sama. Aku putri kedua, Charlotte Galarc. Sungguh menakjubkan kalau pahlawan yang menyelamatkan Liselotte adalah laki-laki muda dan cerdas."
Charlotte tersenyum bahagia dan berbicara ke arah Rio dengan suara yang jelas dan imut.
Penampilannya sangat menggemaskan, rambutnya yang setengah panjang dengan warna merah pekat sangat cocok untuknya, dan meskipun wajahnya masih menampilkan jejak kepolosan, gadis itu memiliki sikap seperti seorang wanita dewasa.
"Aku tidak layak atas pujianmu. Terima kasih banyak, Charlotte Ojou-sama."
Seperti yang dia lakukan dengan Michel, Rio berbicara dengan Charlotte dengan ramah.
"Tidak, sangat jarang ayahku menyukai seseorang hanya setelah satu pertemuan, loh? Aku pikir kamu harus bangga karenanya."
Kata Charlotte, menunjukkan senyum riang.
"Tolong jangan katakan itu, Charlotte."
Kata Francois sambil tersenyum tipis.
Charlotte menunjukkan ekspresi yang agak nakal.
"Hehe, sepertinya ayahku merasa malu."
"Jangan terlalu menggoda ayah kita, Charlotte."
Michel menegurnya dengan nada lelah.
"Ya, Onii-sama."
Charlotte mengangguk dengan patuh.
"Seperti yang kamu lihat, Charlotte masih sedikit kekanak-kanakan, tapi dia adalah adik perempuan yang perhatian. Dia memiliki kepribadian yang ramah, dia mungkin akan berbicara denganmu tentang beberapa hal. Jadi, tolong perlakukan dia dengan baik."
Kata Michel, menunjukkan sikap seorang kakak yang baik.
"Sesuai keinginanmu Yang Mulia."
Rio tersenyum dan mengangguk, mengamati bagaimana mereka berdua cukup dekat sebagai saudara kandung.
◇◇◇◇
Sementara itu, ketika Rio sedang berbicara dengan Francois dan yang lainnya......
Di lantai tertinggi salah satu dari berbagai menara kastil Kerajaan Galarc, Miharu dipandu ke ruangan tempat tinggal Satsuki.
Satsuki menuju dapur untuk menyiapkan teh dan beberapa makanan ringan, sementara Miharu duduk menunggu di sofa di ruang tamu. Gadis itu melihat sekeliling ruangan dengan penuh minat – dekorasi di ruangan itu jelas mahal dan membuat interiornya terlihat seperti kamar di hotel bintang lima yang mewah.
Beberapa menit kemudian, Satsuki kembali ke ruang tamu.
"Terima kasih telah menunggu. Ini, silakan."
Satsuki meletakkan teh dan sandwich di atas meja dan duduk di sofa di depan Miharu.
"Terima kasih. Apa kamu tinggal di ruangan ini sendirian?"
Kata Miharu, mengangguk dan bertanya.
"Iya. Mereka menawariku pelayan pribadi juga, tapi aku mengatakan kepada mereka kalau aku bisa melakukan sesuatu sendiri dan juga melarang siapa pun untuk memasuki ruanganku. Terdapat ruang tamu dan ruang makan, serta dapur dan kamar mandi dengan fasilitas yang lengkap. Ada tiga kamar tidur, jadi agak besar untuk tinggal sendirian, tapi rasanya seperti aku sedang tinggal di apartemen."
Kata Satsuki, menunjukkan senyum pahit.
"Apa ada kemungkinan kalau mereka bisa menguping percakapan kita....?"
"Tidak ada yang bisa memasuki ruangan ini tanpa izinku. Kamu bisa bicara tanpa khawatir, jadi kamu bisa mengatakan semuanya. Dilihat dari caramu bersikap, aku merasa ada hal-hal yang tidak dapat kamu ceritakan kepadaku di depan raja, apa benar?"
Melihat kegugupan yang dibuat Miharu, Satsuki menunjukkan ekspresi penasaran dan tersenyum.
"Ya. Sebenarnya, Aki-chan dan Masato-kun datang ke dunia ini bersamaku, tapi sekarang mereka bersembunyi di tempat yang berbeda......"
"Aku mengerti, jadi mereka berdua ada di dunia ini juga. Kurasa agak beruntung karena kalian bertiga tidak terpisah..... Aku senang kalian aman. Apa kamu akan memberitahu raja tentang keduanya?"
Satsuki memproses semua informasi yang dia miliki dengan cepat.
"Tidak. Haruto-san memberitahuku bahwa akan berbahaya bagi kami bertiga untuk muncul bersamaan ketika kami tidak yakin dengan situasinya."
".....Jadi itulah mengapa kamu datang ke kastil sendirian?"
"Aku yang memintanya. Haruto-san bermaksud datang ke kastil sendirian untuk melakukan kontak denganmu, tapi aku merasa tidak enak jika menyerahkan semuanya kepadanya....."
Miharu menggelengkan kepalanya perlahan. Ekspresinya menunjukkan jejak rasa bersalah.
"Jadi begitu..... Aku ingin melihat Aki-chan dan Masato-kun lagi, tapi kupikir itu keputusan yang benar untuk tidak membawa mereka ke kastil. Aku akan menceritakan tentang diriku nanti, jadi pertama-tama, bisakah kamu menceritakan kepadaku secara kronologis apa yang terjadi pada kepada kalian bertiga? Dan juga tentang Haruto-kun— orang yang menyelamatkanmu."
Satsuki menatap Miharu dan tersenyum ramah. Miharu menyetujui dan mulai menceritakan apa yang terjadi.
"Pada awalnya, kami tiba-tiba berada hamparan padang rumput yang luas. Tidak ada apa-apa di sekitar kami, ponselku tidak bisa mendapatkan sinyal sama sekali, dan kami tidak tahu harus berbuat apa."
".....Itu situasi yang cukup rumit. Kalau aku tiba-tiba berada di sebuah kastil, jadi aku tidak mendapat masalah yang sangat sulit, namun kalian tiba-tiba berada di hamparan padang rumput yang luas, ya."
Kata Satsuki, menunjukkan ekspresi sedih.
"Ya, kami benar-benar bingung saat itu. Kami memutuskan untuk mencari pemukiman atau sesuatu dan mulai berjalan, tapi....."
Mengingat itu, Miharu mengerutkan keningnya.
Satsuki sepertinya menyadari perubahan ekspresi Miharu dan menahan napasnya.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Umm, orang pertama yang kami temui adalah pedagang budak yang hampir menculik kami."
Jawab Miharu dengan nada paling cerah yang dia bisa.
"Tunggu! Apa terjadi sesuatu kepada kalian ?!"
Satsuki bertanya dengan panik.
"Tidak, segera setelah kami dipaksa masuk ke dalam gerbong, Haruto-san muncul dan menyelamatkan kami. Aku tidak tahu apa yang terjadi, namun aku pikir ada perkelahian. Haruto-san menyelesaikan segalanya untuk kami dengan pedagang budak itu....."
Kata Miharu, menjelaskan apa yang terjadi dengan samar. Dia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi di luar, tetapi dari teriakan yang dia dengar dia yakin bahwa ada semacam keributan telah terjadi.
"Kamu jauh lebih tangguh daripada aku.... Bahkan kamu hidup dengan keberanian dan akhirnya kamu berhasil menemukanku lagi. Aku merasa malu karena aku selalu pesimis setelah aku berada di dunia ini."
Kata Satsuki, menunjukkan ekspresi bersalah.
"Aku bersama Aki-chan dan Masato-kun. Dan kami bertiga memiliki Haruto-san, yang membantu kami dengan berbagai hal. Berkat itulah aku bisa memberikan yang terbaik."
Kata Miharu, menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan senyum masam.
".....Haruto-kun itu terdengar seperti orang yang luar biasa. Aku bisa mengatakannya kalau kamu sangat mempercayainya. Jadi siapa dia itu?"
Satsuki bertanya.
"Apa maksudmu dengan siapa dia?"
Mungkin karena pertanyaan Satsuki memiliki implikasi yang luas, atau mungkin karena pertanyaan mendadak tentang Rio telah mengejutkannya– Miharu mempertanyakannya dengan menunjukkan ekspresi terkejut.
"Bagaimana ya harus bilangnya.... Penampilannya hampir seperti setengah orang jepang dengan darah Barat, kan? Rambutnya yang berwarna abu-abu dan nama Haruto mungkin terdengar juga seperti orang Jerman, tapi juga bisa terdengar seperti nama orang jepang.... Makanya aku penasaran sama dia. Aku belum pernah melihat seseorang dengan wajah sepertinya, jadi aku bertanya-tanya mengapa dia melakukan semua ini demi kalian bertiga...."
Satsuki menambahkan mendetail itu ke pertanyaannya, secara tidak langsung menanyakan apakah Haruto adalah orang jepang.
"Umm, Haruto-san adalah orang dari dunia ini yang lahir dan besar di wilayah Strahl. Hanya saja.... Aku ingin kamu menahan diri untuk tidak mengatakan ini kepada siapa pun yang mau kukatakan padamu tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin Haruto-san. Apakah kamu tahu daerah yang bernama Wilderness di sebelah timur Galarc?"
Miharu memilih kata-katanya dengan hati-hati.
Sebagai catatan, Miharu telah berbicara dengan Rio sebelumnya untuk menentukan seberapa banyak dia bisa memberitahu Satsuki tentang dirinya.
".....Ah, tentu."
Satsuki mengangguk perlahan.
"Orang tua Haruto-san berasal dari tempat yang jauh di timur Wilderness yang disebut wilayah Yagumo. Mereka bermigrasi ke sini, tetapi tampaknya orang-orang dengan warna rambut hitam dan ciri-ciri Ais Timur di bumi tinggal di sana."
"Jadi itu sebabnya dia memiliki wajah yang mirip dengan orang Jepang....."
Satsuki menerimanya dengan penuh minat.
"Jika kamu mencari di wilayah Strahl, kamu seharusnya dapat menemukan beberapa orang dengan wajah serupa yang dimiliki leluhur mereka di Yagumo. Namun, jumlah mereka sangat sedikit....."
Kata Miharu, menambahkan.
"Heh, sungguh..... Ah, sepertinya kita sudah keluar dari topik. Tapi aku tidak mengerti mengapa aku tidak bisa menceritakan ini kepada orang lain. Apa ada alasan mengapa dia merahasiakannya?"
Satsuki bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Umm, bagian yang tidak bisa kamu ceritakan kepada siapa pun belum aku ceritakan..... Bisakah kamu berjanji padaku kalau kamu tidak akan memberitahu siapa pun?"
Dengan kata-kata yang tidak jelas, Miharu menanyakan pertanyaan itu kepada Satsuki.
"....Yup, aku berjanji."
Satsuki mengangguk dengan ekspresi serius.
Dengan senyum ramah namun agak sedih, Miharu mulai menjelaskan.
"Alasan kenapa Haruto-san melakukan banyak hal untuk kami, karena dia sangat baik. Itulah alasan utama dan yang terpenting. Tapi mungkin saja fakta kalau kami adalah sesama orang jepang juga berperan kecil dalam hal itu."
[ Itu benar. Haruto-san— Haru-kun — dia mengenalku dan Aki-chan. Dia mengenal kami, tapi dia tidak mengatakan apa-apa dan tetap menyelamatkan kami. ]
Miharu merenungkan kebenaran yang tersembunyi itu di hatinya.
".....Aku tidak mengerti maksud perkataanmu"
Kata Satsuki, menunjukkan ekspresi bingung.
"Haruto-san memiliki ingatan tentang kehidupan sebelumnya. Ingatan ketika dia masih orang jepang....."
Kata Miharu dengan tegas.
"....Aku terkejut."
Kata Satsuki setelah jeda yang lama.
"Apa itu sulit dipercaya?"
Miharu bertanya dengan gugup.
Satsuki menghela napas dan mengangkat bahunya.
"Jika aku masih di jepang, mungkin aku tidak akan percaya. Tapi sekarang, untuk beberapa alasan aneh, aku bisa dengan mudah menerimanya.... Lagi pula, aku juga ada di dunia lain. Mungkinkah itu yang dikenal banyak orang sebagai reinkarnasi? Dengan kata lain, Haruto-kun memiliki ingatan tentang hidupnya di bumi?"
"Iya. Dia adalah seorang mahasiswa ketika masih di jepang."
Kata Miharu, mengangguk.
"Seorang mahasiswa jepang, ya.... Ah, maka artefak sihir yang kalian bicarakan tadi mungkinkah...."
Kata Satsuki, mengingat percakapan mereka sebelumnya.
"Artefak itu adalah kebohongan untuk menyembunyikan rahasia Haruto-san dari raja. Tolong maafkan aku."
Miharu menundukkan kepalanya dengan ekspresi bersalah.
"Tidak apa, jangan pikirkan itu. Sekarang aku mengerti situasinya. Hanya saja..... Apa kamu yakin tentang ini? Memberitahuku rahasianya, begitu saja....?"
Satsuki bertanya pada Miharu dengan ragu.
"Ya, aku mendapat izinnya dengan syarat kamu harus tetap diam tentang itu."
"Meski begitu, itu masih langkah yang cukup berisiko jika kamu ingin merahasiakannya. Tentu saja, aku tidak akan memberitahu siapa pun, tetapi aku tidak mengerti apa yang dia dapatkan dengan melakukan ini...."
"Itu karena aku mempercayaimu Satsuki-san. Untuk alasan itu, Haruto-san juga bersedia untuk mempercayaimu. Dia bilang padaku kalau dia tidak ingin kami berbohong padamu karena dia tidak ingin merusak hubungan yang kita berdua miliki....."
Kata Miharu, menunjukkan ekspresi hangat.
"Begitu, ya. Jadi begitulah alasannya. Sekarang aku bisa mengerti mengapa kamu sangat mempercayainya. Dia orang yang sangat tulus, bukan begitu? Kalau begitu..... Aku akan mempercayainya juga. Aku akan berterima kasih dengannya nanti, dan aku ingin mengobrol dengannya."
Satsuki merasa seolah-olah dia lebih memahami Rio sekarang dan sangat terkesan.
[ Argh! Aku sangat malu karena berpikir kalau dia adalah orang yang mencurigakan! ]
Satsuki memarahi dirinya sendiri di dalam benaknya.
"Kamu bisa memanggil Haruto-kun ke kamarmu."
Miharu berbicara dengan kata-kata itu tanpa terlalu memikirkannya.
"Oh, itu ide yang bagus."
Satsuki bertepuk tangan, seakan mengerti sesuatu.
"Heh?"
Miharu terkejut.
"Ayo kita tanyakan kepada raja."
Kata Satsuki dengan penuh antusias.
"Bertanya? Sekarang juga?"
"Iya. Aku akan bertanya padanya apakah tidak apa-apa bagimu dan Haruto-kun untuk tinggal di kamarku malam ini."
Satsuki menunjukkan senyum riang. Apa yang baru saja dia katakan jauh melebihi harapan Miharu.
{ TLN : Bjir wkwkwwkwkk, sasuga satsuki }
◇◇◇◇
Tak lama kemudian, di ruangan tempat Rio sedang berbicara dengan Francois.....
"Ngomong-ngomong, Haruto. Apa kamu tertarik untuk mendapatkan gelar bangsawan karena pencapaianmu di Kerajaan kami? Untuk pengguna pedang sehebat dirimu, aku bisa menjaminmu untuk memiliki hidup yang sukses. Bagaimana?"
Francois bertanya.
".....Tolong terima permintaan maafku yang paling dalam. Tawaran yang sangat menggiurkan bagi seorang imigran sepertiku dan aku sangat menghargainya, tapi....."
Ekspresi Rio sedikit menegang ketika dia menolak tawaran kaku.
Itu adalah tawaran langsung dari raja sendiri – bobotnya sangat berbeda dari tawaran bangsawan. Meskipun itu bukan pendekatan formal, menolak raja bukanlah keputusan yang mudah. Ekspresi Michel menunjukkan wajah yang tidak senang.
"Oh? Mungkinkah Liselotte sudah duluan?"
Francois bertanya dengan rasa ingin tahu. Dia tidak terlihat kesal sama sekali.
Di satu sisi, untuk melayani putri seorang bangsawan, di sisi lain, untuk melayani Kerajaan – dan Raja sendiri – sebagai seorang Ksatria. Bagi siapa pun dengan nilai-nilai standar sebagai seorang bangsawan, pilihan terakhir adalah keputusan yang paling jelas.
Namun, karena Liselotte adalah bangsawan yang dimaksud, ceritanya akan sangat berbeda. Itulah seberapa berharganya nama yang dimiliki Liselotte Cretia, putri Duke Cretia, pada saat ini yang namanya cukup besar.
"Aku pernah memberikannya tawaran. Namun, aku juga mendapatkan tanggapan yang sama."
Kata Liselotte, menambahkan.
"Apa ada alasannya?"
Francois bertanya langsung kepada Rio.
".....Aku pernah menjelaskannya pada Liselotte-sama juga, tapi saat ini aku sedang dalam perjalanan untuk menemukan seseorang yang memiliki hubungan dengan orang tuaku. Saat ini, aku telah menghentikan perjalananku untuk membantu Miharu-san, tetapi setelah aku selesaikan hal itu, aku berencana untuk melanjutkan perjalananku di seluruh dunia."
Rio menjawab sambil menurunkan pandangannya dengan rendah hati.
"Aku bisa mengerti. Tentu saja, menjadi seorang Ksatria, sama saja seperti menjadi seorang bangsawan, meski mempunyai hak istimewanya sendiri, tetapi sebagai gantinya mereka harus mengabdikan diri mereka pada Kerajaan. Karena hal itu, kamu tidak akan bisa melakukan perjalananmu dengan bebas....."
Kata Francois sambil berpikir, menerima jawabannya.
"Karena itu, aku telah meminta Haruto-sama untuk mempertimbangkan tawaran kita jika dia berencana mencari tempat tinggal permanen di masa depan."
Kata Liselotte, menambahkan, mengisyaratkan hubungan baik yang dia miliki dengan Rio.
Sementara itu, Rio lah yang membuat pilihan – dan tidak ada jaminan kalau satu-satunya pilihan adalah Liselotte dan Raja saja – gadis itu telah memberikannya tawaran itu untuk meningkatkan kemungkinan Rio akan memilihnya di masa depan.
Bahkan jika lawannya adalah raja, seseorang seperti Rio diambil darinya tidak sangat dia inginkan. Tidak ada salahnya membangun sebuah fondasi yang tepat untuk masa depan.
"Aku mengerti, kamu menang tidak pernah menyia-nyiakan waktumu."
Kata Francois, memahami maksud di balik kata-kata Liselotte.
[ Yah, mengatakan "menyerah" akan terlalu kasar. Meskipun, aku mungkin akan mengatakannya jika itu bukan orang lain selain kamu Liselotte. ]
Raja tersenyum.
{ TLN : Intinya si Raja ini paham bener sama kemampuan Liselotte }
Tepat pada saat itu, seseorang mengetuk pintu ruang tamu.
"....Siapa?"
Dengan tatapan tajamnya, Francois memerintahkan salah satu pelayan untuk pergi ke pintu untuk melihat siapa itu. Pelayan itu segera berdiri dan mengikuti perintah yang telah diberikan padanya.
"Satsuki-sama dan Miharu-sama telah kembali."
Pelayan wanita itu membuka pintu dan mempersilakan keduanya untuk masuk.
"Ooh, Satsuki-dono, Miharu-dono. Kalian lebih cepat dari yang aku kira. Apa kalian sudah selesai mengobrol?"
Kata Francois, menunjukkan ekspresi terkejut.
"Ya, kami tidak ingin membuat semuanya menunggu terlalu lama, dan ada juga yang ingin aku tanyakan..... Apa kamu sudah selesai berdiskusi?"
Kata Satsuki, memperhatikan sekeliling, suasana agak damai di ruangan itu.
"Kurang lebih begitu. Anak laki-laki ini adalah pengguna pedang yang sedang melakukan perjalanan dengan pedang sihir dan cukup kuat untuk mengalahkan Half Dragon. Aku datang ke sini dan bertanya-tanya bajingan macam apa dia ini, tapi pada akhirnya dia ternyata adalah anak laki-laki yang berpendidikan dan seorang pria sejati. Dia seseorang yang cukup menarik, jika harus aku bilang. Sekarang.... Apa yang ingin kamu bicarakan?"
"Ah.... Umm, bagaimana aku harus mengatakannya ya? Aku punya sebuah permintaan. Tapi sebelumnya, aku bertanya-tanya apa rencana Miharu-chan dan Haruto-kun malam ini."
Kata Satsuki.
"Apa kamu ada hal yang sudah kamu rencana sebelumnya, Liselotte?"
Francois bertanya pada Liselotte, karena dialah yang membawa mereka.
"Liselotte....."
Satsuki mengatakan nama itu sambil menatapnya dengan rasa penasaran.
"Ah, benar juga. Aku belum memperkenalkanmu kepada Liselotte. Sebelum menjawab pertanyaanmu, izinkan dia untuk memperkenalkan dirinya"
"Tentu saja, Yang Mulia. Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu, Hero-sama. Aku putri tertua dari Keluarga Duke Cretia, Liselotte. Senang berkenalan denganmu."
Kata Liselotte, menunjukkan senyum ramah dan memperkenalkan dirinya dengan sikap yang anggun.
"Ya, aku pernah mendengar tentangmu. Sebagai seorang wanita, produk-produk dari Ricca Guild sangat tidak tergantikan bagiku. Aku mendengar kalau kamu adalah seorang wanita bangsawan muda, tapi aku tidak membayangkan kalau kamu masih semuda ini....."
Jawab Satsuki sambil melihat wajah Liselotte.
"Kamu mungkin senang kalau tahu bahwa Satsuki-dono sangat menyukai produk-produk Ricca Guild."
Kata Francois, memberitahu Liselotte dengan tersenyum baik.
"Whoa, ini suatu kehormatan bagiku."
Kata Liselotte, tersenyum cerah.
"Aku belum menjelaskannya padamu sebelumnya, tapi Liselotte-sama lah yang membawa kami ke sini."
Kata Miharu, berbicara kepada Satsuki yang berdiri di sampingnya.
Sekilas, itu tampak seperti penjelasan demi Satsuki, tapi sebenarnya itu penjelasan untuk Liselotte juga. Miharu telah mendapat izin untuk mengungkapkan kepada Satsuki rahasia di balik produk Ricca Guild.
[ Itu semua tergantung pada apakah Satsuki-sama telah menyadari pesannya atau tidak. Dari apa yang aku lihat, ada kemungkinan 50:50 yang dia punya? Bahkan jika dia menyadarinya, kurasa dia belum akan memberitahu kepada siapa pun. ]
Pikir Liselotte, membuat hipotesis berdasarkan kata-kata yang baru saja diucapkan Miharu.
"Sungguh? Terima kasih, Liselotte-san."
Kata Satsuki, menundukkan kepalanya dengan anggun.
"Tidak, itu sudah menjadi tugasku sebagai seorang bangsawan Kerajaan Galarc dan aku juga punya hutang pada Haruto-sama..... Bagaimanapun, tolong angkat kepalamu."
Kaa Liselotte, menundukkan kepalanya sebagai balasan.
"Jika memungkinkan, aku ingin berbicara denganmu di lain waktu."
Kata Satsuki setelah mengangkat kepalanya.
"Dengan senang hati aku menerimanya. Aku akan berada di ibukota selama perjamuan, jadi kamu bisa memanggilku kapan saja kamu mau."
Kata Liselotte, menyetujuinya dengan senyum ramah.
Berdasarkan posisi sosial mereka, meminta pertemuan dengan Satsuki hal yang sangat sulit bahkan untuk putri seorang Duke seperti Liselotte, namun akan berbeda jika Satsuki yang mengundangnya.
"Iya. Aku akan menemuimu lagi dalam waktu dekat. Aku akan menantinya."
"Terima kasih banyak. Ah, benar. Kamu sebelumnya bertanya tentang rencana Haruto-sama dan Miharu-sama malam ini. Sebenarnya aku merencanakan agar mereka menginap di rumah keluargaku agar mereka bisa mempersiapkan perjamuan nanti. Dan kami tidak punya rencana lain secara khusus."
Liselotte menjawab pertanyaan Francois.
"Hmm. Mereka berdua akan menghadiri perjamuan untuk menemanimu, benar? Jika Miharu-dono dan Haruto tidak keberatan, aku ingin mengundang mereka untuk makan malam nanti..... Dan apa permintaanmu Satsuki-dono?"
Francois bertanya.
"Sebenarnya, aku berharap Miharu-chan dan Haruto-kun bisa menginap di ruanganku malam ini."
Kata Satsuki, menjelaskan permintaannya.
"Ap–?"
Michel tersentak.
{ TLN : Iri dia wkkwwk }
"Mengesampingkan Miharu-dono..... Haruto juga?"
Francois bertanya kepada Satsuki dengan tenang meminta penjelasan lebih lanjut.
"Iya. Masalah yang didapat Miharu-chan sudah jelas, jadi aku juga ingin berbicara dengan penyelamatnya, Haruto-kun."
Kata Satsuki, menjelaskan dengan percaya diri.
"Hmm....."
Francois memikirkan semuanya dengan tenang.
"Apa yang kamu katakan? Apa kamu tahu apa artinya membiarkan seorang laki-laki tinggal di kamar yang sama dengan perempuan yang belum menikah sepertimu?"
Kata Michel, menegur Satsuki dengan keras.
"Oh, tapi Miharu-chan juga akan tinggal juga. Lagipula, Haruto-kun akan tidur di ruangan yang berbeda. Apa sebenarnya yang kamu simpulkan dari itu?"
Meskipun mengetahui arti dibalik kata-kata Michel, Satsuki melawan balik dengan logikanya.
[ Miharu-san mungkin sudah memberitahunya tentang rencananya. Memang benar akan lebih mudah keluar diri dari Kastil jika kita semua tinggal di ruangan yang sama..... Aku bisa memahami rasa keberatan sang pangeran. ]
Rio mencapai kesimpulan itu.
Pada kenyataannya, Satsuki terlalu proaktif. Miharu masih belum memberitahunya tentang rencana mereka akan keluar dari Kastil, jadi itu adalah kesalahpahaman yang sepele.
"Meski begitu, tidak perlu berbicara di ruanganmu di malam hari, kan?"
Kata Michel, bersikeras.
"Oh? Ada beberapa hal yang perlu kami bicarakan yang bukan hanya tentang kami. Jika kami ingin berbicara dengan santai, malam hari adalah waktu yang tepat, bukan?"
Kata Satsuki, terus terang.
"Tapi....."
"Cukup, Michel."
Michel sepertinya masih belum ingin menyerah, menyebabkan Francois menegurnya.
"Ayah....."
Keluh Michel.
"Ayolah, Onii-sama. Dengarkan dulu apa yang mau ayah katakan."
Kata Charlotte, dengan nada riang.
".....Bagaimana pendapatmu, Ayah?"
Setelah dibuat tenanf oleh kata-kata adik perempuannya, Michel menghela napas dan meminta pendapat Francois.
"Yah, kita tidak mempunyai hak untuk membatasi kehidupan pribadi Hero-sama tanpa alasan yang tepat. Lain ceritanya kalau dia ingin berduaan dengan Haruto, tapi Miharu-dono juga ada di sana."
Kata Francois, dengan mudah.
"Guh...."
Dengan ekspresi kesal, Michel memelototi Rio, sampai sejauh ini, tidak ada yang menanyakan pendapat Rio.
{ TLN : Sepertinya muncul lagi calon orang bakayarou nih wkwkkw }
[ Huft, karena ada perbedaan antara status sosial kami. Aku kira lebih baik untuk diam. ]
Pikir Rio, menghela napas lelah.
Jika seseorang meminta pendapatnya, Rio tidak punya pilihan selain menjawab. Masalah yang yang sedang dibahas melibatkan dirinya, tetapi tidak cukup baginya untuk menekankan pendapatnya sendiri dan menyebabkan masalah lainnya nanti. Meski memperhatikan tatapan Michel, Rio tetap diam.
"Apa kamu punya keluhan lagi untuk dikatakan?"
Francois mengarahkan pertanyaan itu kepada Michel.
"Tidak.... Jika itu yang ayah katakan, baiklah."
Michel tidak bisa menentang ayahnya, jadi dia dengan enggan menerima kata-katanya.
"Terima kasih atas persetujuanmu, Raja Francois."
Dengan selesainya disuksi itu, Satsuki mengungkapkan rasa terima kasihnya.
Francois mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu tidak perlu berterima kasih padaku. Tapi.... Mari kita lihat. Kalian tidak harus menganggapnya sebagai pertukaran, tapi kalau kalian tidak keberatan, bagaimana jika kita semua makan malam bersama malam ini? Kalian bertiga juga, tentu saja."
Kata Francois, kalimat terakhirnya ditujukan kepada Satsuki, Miharu, dan Haruto.
"Tentu saja, aku akan senang hati menerimanya. Bagaimana menurut kalian, Miharu-chan, Haruto-kun.....?"
Satsuki mengangguk puas dan menoleh ke keduanya untuk meminta pendapat mereka.
"Ya, aku setuju jika Haruto-san setuju juga....."
Miharu menjawab menyerahkan keputusan itu kepada Rio.
".....Maafkan aku, Haruto-kun. Aku beranggapan kalau kamu juga akan setuju, tapi jika kamu tidak bisa kamu boleh menolaknya."
Kata Satsuki, memperhatikan ekspresi Rio saat dia meminta maaf dengan menyesal.
"Tidak, bukannya aku mau menolaknya, hanya saja aku tidak berpikir kalau aku layak ikut....."
Jawab Rio dengan ekspresi yang rumit.
Karena Rio berada di depan Francois dan yang lainnya, dia tidak bisa menjawab dengan cara lain.
"Ahaha. Nah, Haruto tidak dalam posisi di mana dia bisa menolak atau senang karenanya. Jangan menanyainya lebih jauh lagi, Satsuki-dono. Kamu, tidak keberatan kalau begitu, kan, Haruto?"
Francois tertawa terbahak-bahak ketika mendengar jawaban dari Rio.
"Tentu...."
Rio tidak mencoba menghindar dan menganggukkan kepalanya dengan menunduk.
"Kemudian sudah diputuskan. Miharu-dono dan Haruto akan tinggal di ruangan Satsuki-dono, tapi sebelum itu, Liselotte akan bergabung dengan kita untuk makan malam hari ini."
Kata Francois, suasana hatinya sedang bagus.
"Itu akan menjadi suatu kehormatan bagiku."
Liselotte tersenyum cerah.
"Sekarang, Michel dan aku punya tugas penting yang harus diurus, jadi kami akan pergi sekarang. Charlotte akan tetap tinggal di sini sehingga kalian berlima bisa mengobrol bersama. Ayo kita pergi Michel. Aku akan mempercayakan sisanya kepadamu, Charlotte."
Francois mengatakan itu, sebelum mereka pergi.
"Serahkan saja padaku. Aku akan memastikan Miharu-sama dan yang lainnya disambut dengan baik. "
Merasa antusias dengan perannya sebagai tuan rumah, Charlotte tersenyum manis.
◇◇◇◇
Setelah pertemuan mereka dengan raja, keempat perempuan itu dan Rio melanjutkan percakapan mereka.
"Sekarang semuanya sudah ada di sini, bagaimana kalau kita mengobrol sesuatu yang menyenangkan."
Kata Charlotte, tersenyum saat dia melihat wajah semua orang.
Urutan tempat duduknya adalah: Rio dan Liselotte, duduk di dekat pintu, dan Charlotte, Miharu, dan Satsuki, duduk di depan mereka.
"Karena aku laki-laki, aku bisa keluar dari ruangan ini karena takut mengganggu obrolan kalian...."
Kata Rio, merasa agak tidak nyaman.
Meski Rio tinggal di rumah batu dan dikelilingi oleh banyak perempuan, namun saat ini, satu-satunya orang yang dia dia kenal antara gadis-gadis di ruangan itu hanya Miharu.
"Aku tidak bisa membiarkan itu. Ayahku bilang kalau kita berlima harus mengobrol bersama."
Jawab Charlotte.
".....Baikalah, kalau begitu aku akan tinggal dan dengan rendah hati bergabung dalam percakapan."
"Tidak perlu bersikap terlalu formal. Aku secara pribadi sangat tertarik kepadamu, jadi aku berharap bisa berbicara lebih banyak denganmu."
Charlotte menatap Rio sambil mengedipkan matanya dengan genit. Tidak aneh jika seorang pria yang tidak terbiasa dengan perempuan akan salah memahami perilaku yang dilakukan Charlotte itu.
"Aku merasa terhormat mendengarnya. Kalau begitu, aku dengan senang hati akan menemanimu."
Rio menganggap kata-kata Charlotte sebagai sebuah pujian dan membalasnya dengan lancar. Dia setuju untuk berpartisipasi dalam percakapan dengan ekspresi yang lebih positif dari sebelumnya.
".....Baik. Sekarang, apa yang harus kita bicarakan? Mungkin akan lebih tepat untuk membahas apa yang ada di pikiran semuanya....."
Charlotte melihat wajah semua orang sekali lagi, lalu menatap Miharu yang ada di sebelahnya. Memiringkan kepalanya sedikit dan tersenyum ramah.
"Sebenarnya, aku sudah memperkenalkan diriku kepada Haruto-sama, tapi aku belum berkenalan dengan Miharu-sama. Namaku Charlotte Galarc, putri kedua kerajaan ini."
Miharu tampak merasa gugup saat berada di depan seorang putri untuk pertama kalinya. Dia menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"Y-Ya. Namaku Ayase Miharu. Senang bertemu denganmu, Yang Mulia."
"Wah, kamu tidak perlu formalitas itu. Kamu dan Satsuki-sama berasal dari dunia lain, yang membuatmu dekat dengan dewa suci. Meskipun aku seorang putri, status sosialmu tidak jauh denganku."
Menunjukkan ekspresi yang rumit, Charlotte meletakkan tangan di pipinya.
Sebenarnya, alasan mengapa Charlotte memperlakukan Miharu dengan setara adalah karena dia adalah teman dekat dari pahlawan Satsuki, dan bukan hanya karena dia berasal dari dunia yang berbeda. Tentu saja, dia tidak bisa mengatakan itu dengan keras.
"Itu tidak benar. Aku hanya orang biasa."
Miharu menjawab dengan rendah hati, menyangkal kata-kata Charlotte seolah-olah itu terlalu dilebih-lebihkan.
"Hehe, Miharu-sama sepertinya adalah orang yang sangat sederhana. Apa dia selalu seperti ini, Satsuki-sama?"
Charlotte tersenyum anggun dan menoleh ke Satsuki.
"Yah, dia gadis yang sangat baik. Dia memiliki kepribadian yang baik, pandai memasak, selalu bekerja keras, dan pintar. Meskipun dia sedikit pemalu di sekitar anak laki-laki, tapi itu yang membuatnya imut! Di sekolah menengah, Miharu-chan digosipkan sebagai gadis paling imut di sekolah."
Kata Satsuki, menyebutkan kepribadian Miharu dengan penekanan.
"Wow.... Benarkah? Ketika aku melihat Miharu-sama, aku bisa sedikit memahaminya. Apa kamu tidak setuju, Liselotte?"
Kata Charlotte, berbalik ke arah Liselotte sambil tersenyum.
"Iya. Kepribadian Miharu-sama digambarkan dengan cukup akurat."
Kata Liselotte, mengangguk sambil tersenyum.
"I-Itu tidak benar.... Aku hanya orang yang membosankan dan Satsuki-san jauh lebih menakjubkan daripada aku. Dia adalah idola sekolah kami."
Miharu menundukkan kepalanya ke bawah dengan wajah memerah dan mulai memuji Satsuki.
"Aww, itu tidak benar. Anak laki-laki di kelasku dan aku mengatakan kamu adalah yang paling imut. Dan juga, masakanmu sangat populer sehingga anggota klub kuliner mengatakan kepadaku kalau mereka ingin mencobanya, tahu?"
Kata Satsuki, mulai tertawa.
"K-Kamu bohong. Ini pertama kalinya aku mendengar itu."
Kata Miharu, semakin memerah malu.
"Tidak, itu yang sebenarnya. Laki-laki di sekolah sangat lambat, tahu? Tidak banyak yang memiliki keberanian untuk mengaku perasaan mereka..... Tapi ada beberapa yang melakukannya kepadamu, kan?"
Satsuki bertanya.
"Memang benar, tapi aku tidak pernah berpacaran dengan siapa pun, dan selain itu, aku tidak dekat dengan anak laki-laki mana pun..... Bukankah ada yang menembakmu juga, Satsuki-san?"
"Yah, aku tidak bisa menyangkalnya, tapi jumlahnya tidak terlalu banyak."
Jawab Satsuki dengan senyum pahit.
Sebenarnya, ketika Satsuki dan Miharu masa sekolah disekolah menengah atas, seluruh siswa disekolah mereka menganggap mereka berdua sebagai gadis tercantik di sana.
Namun, karena Miharu merasa tidak nyaman di sekitar anak laki-laki, dia bukanlah tipe yang mendekati mereka secara langsung, jadi dia tidak pernah mengerti betapa populernya dirinya dari sudut pandang mereka.
Adapun Satsuki, karena dia adalah seorang putri dari keluarga kaya dan penting, jadi para anak laki-laki merasakan kalau dirinya sangat sulit dijangkau dan didekati.
Liselotte sepertinya bisa membayangkan situasi mereka di sekolah Miharu dan Satsuki ketika dia mulai tertawa ringan.
"Aku rasa aku bisa membayangkan tentang bagaimana hari-hari kalian disekolah. Kalian berdua pasti memiliki banyak penggemar."
"Tidak, tidak. Mengesampingkan Miharu-chan, hal itu mungkin terjadi padaku."
"Mungkin untuk Satsuki-san, tapi aku tidak....."
"Whoa, kalian berdua sangat sinkron.Aku merasa cemburu."
Kata Charlotte, menunjukkan senyum geli.
"Terima kasih."
Satsuki menjawab dengan agak malu.
"Tapi Char-chan, kamu sudah kenal Liselotte-san sejak lama juga kan? Kamu adalah putri kedua dan dia adalah putri seorang Duke."
"Ya, kami sudah saling mengenal sejak kita masih kecil – Mungkin kamu bisa menyebutnya sebagai teman masa kecil. Liselotte setahun lebih tua dariku, tapi kami dulu menghadiri Akademi Kerajaan bersama. Jika aku pikir-pikir, kami juga sering mengadakan pesta teh saat itu. Ini membawa sebuah kenangan."
"Iya. Aku ingat kami biasanya bertemu sekali atau dua kali dalam seminggu."
Kata Liselotte, bernostalgia sambil tersenyum.
"Tapi kemudian Liselotte meninggalkanku dan lulus dari akademi dengan cepat dalam beberapa tahun. Ketika dia mendirikan Ricca Guild, dia mulai menjadi sangat sibuk sehingga kami tidak bisa mengadakan pesta teh lagi. Aku kesepian loh. Kamu harus lebih sering datang untuk mengunjungiku."
Kata Charlotte, cemberut manis.
"Ya, aku sangat menyesal soal itu."
Kata Liselotte, mengangguk dengan senyum tegang.
"Tapi aku senang bisa mengobrol dengan semuanya hari ini. Aku sudah mendengar berbagai hal menarik dari Satsuki-sama dan yang lainnya."
"Aku juga."
Sementara itu, satu-satu anak laki-laki di ruangan itu yang merasakan rasa tidak nyaman yang tak terlukiskan.
[ .....Haruskah aku berada di sini? ]
Sebagai satu-satunya laki-laki yang hadir, Rio merasa tidak kalau ini bukan tempatnya. Karena dia juga bukan orang yang banyak bicara pada awalnya, berada dalam situasi bersama empat orang perempuan memperburuk rasa keadaannya.
"Ngomong-ngomong, aku agak penasaran seperti apa Haruto-sama itu."
Kata Charlotte, mengganti topik pembicaraan.
"Aku?"
Kata Rio, menunjukkan ekspresi bingung.
"Yup. Percakapan menjadi serius ketika ayah dan kakak laki-lakiku yang hadir, tetapi aku ingin tahu lebih banyak tentang dirimu. Miharu-sama, menurutmu, orang seperti apa Haruto-sama itu?"
Kata Charlotte, mengalihkan tatapan penasarannya ke arah Rio.
Miharu sedikit tersentak karena Charlotte bertanya begitu tiba-tiba.
"Heh? Orang seperti apa Haruto-san....?"
"Iya. Kalian berdua telah tinggal bersama selama beberapa bulan sejak kalian datang ke dunia ini, kan? Kamu seharusnya menjadi orang yang paling mengenalnya dari kita semua."
Charlotte membuat pernyataan logis, menyebabkan Miharu tidak punya pilihan lain untuk menjawab.
"Umm..... Haruto-san adalah orang yang luar biasa."
Miharu sepertinya malu untuk berbicara tentang orang yang duduk di depannya, jadi kata-katanya pendek dan tidak pasti.
"Ya, aku setuju dengan itu. Dia kuat, cerdas dan memiliki karakter yang baik. Apa kalian berdua bepergian berduaan selama ini?"
Charlotte bertanya, berusaha agar percakapannya tetap berjalan.
"Tidak, ada beberapa orang yang tinggal bersama kami juga."
Kata Rio.
"Oh, sungguh? Orang seperti apa mereka? Aku harus mengakui kalau aku agak penasaran dengan gaya hidup yang kalan berdua jalani."
"Ada satu anak laki-laki berumur dua belas tahun, sedangkan yang lainnya adalah perempuan, termasuk Miharu-san. Kami bukan keluarga, tapi mereka semua adalah temanku yang berharga. Saat ini mereka tinggal di pinggiran ibu kota."
Rio menjawab dengan memilih kata-katanya dengan hati-hati.
[ Sangat mungkin jika Cecilia-sama dan Aishia-sama juga tinggal bersamanya. ]
Liselotte berasumsi dari penjelasan Rio.
"Apa itu berarti kamu tinggal serumah dengan anak laki-laki dan perempuan? Pasti itu tempat yang ramai dan menyenangkan."
Kata Charlotte sambil tersenyum.
"Iya. Kadang sedikit gaduh, tapi menyenangkan."
Kata Rio, Rio tersenyum ramah.
"Jika ada banyak perempuan, itu berarti Miharu-chan bisa nyaman di sana."
Kata Satsuki, menunjukkan ekspresi ramah.
"Iya. Aku bisa mendapatkan banyak teman berkat Haruto-san."
Kata Miharu, mengangguk dengan bahagia.
"Aku penasaran, berdasarkan lingkungan seperti itu, apa menyebabkan satu atau dua kisah cinta muncul?"
Charlotte bertanya tiba-tiba.
"....Heh?!"
Memproses arti kata-kata itu, Miharu tersentak kaget.
"....Kurasa tidak ada hal seperti itu."
Rio menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan senyum tegang.
"Apa itu karena Haruto-sama tidak memiliki perasaan seperti itu kepada penghuni lainnya? Namun, kamu tidak tahu apa yang mereka rasakan tentangmu, bukan?"
Charlotte bertanya dengan logis.
"Itu.... Seharusnya tidak...."
Karena Rio tidak bisa memastikan perasaan orang lain, dia menjawab dengan tidak pasti.
"Menurut pendapatku, aku merasa lebih aneh kalau para perempuan yang tinggal seatap denganmu tidak merasakan apa-apa meskipun mereka tinggal dengan seseorang yang sehebat dirimu."
Kata Charlotte, menatap langsung ke arah Rio.
"Aku merasa terhormat mendengarnya, tapi aku berpikir kalau kamu terlalu memujiku terlalu tinggi, Charlotte-sama."
Rio menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
"Hee.... Menurutku tidak seperti itu. Kepribadian dan keterampilan yang kamu miliki lebih dari cukup, dan jika rasa estetikaku tidak merosot, maka aku dapat mengatakan kalau kamu adalah orang yang sangat tampan. Kedua orang tuamu adalah imigran, sehingga kamu mempunyai wajahnya yang sangat eksotis. Kamu juga berpikiran sama, kan, Liselotte?"
Charlotte mengarahkan pertanyaan itu ke Liselotte.
Diajak bicara secara tiba-tiba tidak membuat Liselotte gugup seperti Miharu. Nyatanya, gadis itu membalasnya dengan senyuman.
"Iya. Setiap kali Haruto-sama berkunjung, para pelayanku selalu bersemangat."
"Lihat? Sepertinya aku benar."
Kata Charlotte, menatap Rio dengan ekspresi puas.
"Hahaha....."
Rio tidak tahu harus menjawab apa, jadi dia memberikan senyum tegang lagi.
Rio tidak terlalu terbiasa bergosip tentang cinta di antara para perempuan, jadi dia tidak tahu betul bagaimana menghadapi situasi tersebut. Ketika dia tinggal di Kerajaan Karasuki, gadis-gadis di desa menanyakan pertanyaan serupa, tetapi hanya itu pengalaman yang dia miliki.
"Aku ingin sekali mendengar pendapat Miharu-sama, yang tinggal bersama Haruto-sama. Apa penghuni lain mengaguminya juga? Tentu saja, kamu bisa mengatakannya sesuai isi pikiranmu."
Charlotte menoleh ke Miharu dengan ekspresi dipenuhi rasa penasaran yang jelas.
"Eh, tidak..... Umm.... Uh....."
Alur percakapan itu membuat Miharu melihat ke arah Rio yang sedang duduk di depannya. Ketika dia melakukan kontak mata dengan Rio, yang terlihat tidak nyaman, wajahnya menjadi memerah padam.
"Cukup, Char-chan. Tidak mungkin Miharu-chan bisa berbicara kalau banyak orang di sini, terutama di depan Haruto-kun. Topik seperti ini harus didiskusikan di antara teman dekat saja, dan yang terpenting, harus secara pribadi. Dan juga, Miharu-chan tidak pandai dalam hal semacam ini, jadi jangan terlalu menggodanya."
Pertanyaan Charlotte menjadi cukup berani, tetapi tidak ada yang bisa memperingatkannya karena posisinya selain Satsuki, yang menghela napas lelah.
"Hehe, aku minta maaf untuk itu. Sebagai seorang putri yang tidak punya pengalaman jatuh cinta, aku merasa sangat tertarik pada bagaimana mereka anak muda yang saling mencintai."
Kata Charlotte, menjelaskan.
"Hmm, yah, baik keluarga kerajaan atau bangsawan memiliki kehidupan cinta yang unik. Sebenarnya, aku sedikit tertarik dengan itu."
Satsuki mengubah topik pembicaraan, membuat Miharu menghela napas lega.
"Aturan umumnya adalah pernikahan politik, jadi menikah karena cinta merupakan sebuah pengecualian. Hal itu berlaku untuk bangsawan dan keluarga kerajaan. Yah.... Sebenarnya ada pengecualian bisa duduk bersama kalian saat ini."
Kata Charlotte, menjelaskan dan berbalik ke arah Liselotte.
"Heh, apa Liselotte-san adalah pengeculian itu?"
Satsuki bertanya dengan ekspresi tertarik.
"Ya, itu benar. Seperti yang kalian semua tahu, jadi aku telah menerima hak untuk memilih pasanganku sendiri."
Jawab Liselotte, menanggapinya dengan rasa malu.
"Aku tidak bisa mengatakan ini kepada banyak orang, tetapi karena aku adalah seorang perempuan yang merupakan anggota keluarga kerajaan, aku sangat iri kepada Liselotte. Bahkan jika itu demi kerajaan atau keluarga sendiri, tidak ada satu orang perempuan pun yang ingin menikahi seseorang yang tidak mereka cintai. Laki-laki bebas untuk memilih pasangannya sendiri sampai batas tertentu, tapi kami tidak punya pilihan sama sekali."
Kata Charlotte, mengungkapkan pikirannya sendiri.
"Aku kira tidak banyak kasus di mana pasanganmu adalah seseorang yang kamu cintai..... Ngomong-ngomong, aku belum pernah bertanya hal itu sebelumnya, tapi.... Apa yang akan terjadi dalam kasusku sebagai seorang pahlawan?"
Satsuki bertanya, ekspresi seperti dia memikirkan masa depannya.
{ TLN : Maksud Satsuki itu, dia bebas atau gak pilih pasangan hidupnya }
"....Well, kami awalnya ingin kamu menikah dengan salah satu keluarga kerajaan kami, namum kami tidak dapat memaksamu, karena pahlawan adalah murid dari Enam Dewa Bijaksana."
Jawab Charlotte dengan senyum yang sulit dibaca dan nadanya ceria.
"Aku mengerti. Jika tidak ada paksaan untukku menikahi seseorang, maka aku tidak perlu khawatir. Aku juga tidak ingin bersama seseorang yang tidak aku sukai. Selain itu, aku juga belum menyerah untuk kembali ke bumi."
Kata Satsuki, mengangkat bahunya.
"Jika begitu, kami harus menemukan seseorang yang luar biasa untuk bisa membuat Satsuki-sama tetap tinggal di dunia ini."
Kata Charlotte dengan nada bercanda.
[ Sepertinya aku tidak bisa lengah di sekitar putri ini. Sunguh melelahkan...... ]
Rio menghela napas kecil di benaknya.
Sekilas, Charlotte tampak seperti gadis yang murni dan polos, namun topik pembicaraannya cukup berani dan dia juga tidak tahu apa itu privasi. Ekspresinya juga sulit dibaca.
Fakta bahwa Francois telah meninggalkan mereka kepada Charlotte adalah bukti kepercayaannya kepadanya. Karena perbedaan antara status sosial mereka, Rio juga tidak dapat berbicara dengan bebas, jadi ada kalanya dia tidak punya pilihan selain tetap diam.
[ Tidak membawa Aki dan Masato adalah pilihan yang tepat. ]
Rio menghela napas lagi dan berkonsentrasi untuk mendapatkan kembali energinya.
◇◇◇◇
Setelah itu, mereka terus membahas tentang cinta dan topik lainnya sampai tiba waktunya makan malam. Rio menjadi sangat lelah karena percakapannya dengan Charlotte, karena Michel dan Francois juga ikut makan malam, jadi masih terlalu dini baginya untuk lengah.
Namun, tidak seperti yang diharapkan Rio, makan malam terasa damai dan santai. Tidak ada topik mendadak yang harus dia waspadai, dan percakapan berakhir dengan cepat setelah mereka kembali dengan Satsuki ke ruangannya.
"Akhirnya hanya kita bertiga. Ayo duduk agar kita bisa bicara."
Mendengar kata-kata Satsuki, Rio dan Miharu duduk di sofa di ruang tamu. Satsuki menuju ke dapur untuk menyiapkan teh yang cukup untuk mereka bertiga.
Rio dan Miharu terus-menerus bersama orang lain sejak mereka datang ke kastil, jadi ini pertama kalinya Rio dan Miharu berduaan setelah sepanjang hari.
"Berapa banyak yang kamu ceritakan kepada Satsuki-san?"
Rio bertanya sebelum Satsuki kembali.
"Aku secara singkat memberitahunya tentang apa yang terjadi setelah kami dipanggil ke dunia ini. Dan, karena dia bertanya padaku tentangmu, aku juga memberitahunya kalau kamu mempunyai ingatan tentang kehidupan masa lalu. Aku juga mengatakan kepadanya kalau Aki-chan dan Masato-kun ada bersama kita, tapi aku masih belum memberitahunya tentang rencana kita untuk keluar sebentar dari kastil. Aku juga belum memberitahunya tentang Takahisa-kun atau rencana kami untuk masa depan."
Kata Miharu, mulai menjelaskan.
".....Aku sedikit penasaran tentang kalian yang kembali begitu cepat. Dan tentang bagaimana kalian sampai membuat keputusan bahwa malam ini, aku harus tinggal bersama kalian berdua?"
Kata Rio, sedikit terkejut.
Rio berasumsi kalau Satsuki mengundangnya untuk menginap di ruangannya untuk mempermudah mereka melarikan diri, tapi ternyata Miharu masih belum mengatakan apapun kepadanya.
"Umm, ketika aku memberitahunya tentangmu, dia bilang dia ingin berbicara denganmu juga, jadi dia berkata kami harus kembali ke raja ketika kalian masih ada di sana....."
Meskipun Satsuki adalah seorang pahlawan, dia bahkan tidak cukup berani untuk berasumsi kalau dia bisa membiarkan Rio tinggal di ruangannya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin dari raja. Karena raja adalah orang yang sibuk, jadi dia ingin menyelesaikan sesuatu secepat mungkin.
"Dia sepertinya orang yang cukup proaktif."
"Yup. Karena motonya adalah 'tidak ada waktu yang lebih baik daripada sekarang' "
Rio dan Miharu tertawa bersama.
"Tampaknya kalian berdua sedang bersenang-senang. Apa yang sedang kalian bicarakan?"
Kata Satsuki, tiba-tiba muncul di ruang tamu dengan nampan berisi teh.
"Ada beberapa hal yang perlu kami jelaskan dan tanyakan kepadamu, jadi aku bertanya kepada Miharu-san tentang seberapa banyak informasi yang dia katakan kepadamu. Kami juga berbicara sedikit tentang kepribadianmu, Satsuki-sama." Kata Rio.
"Umm, aku memikirkan ini ketika waktu makan malam dan di saat kita mengobrol dengan Char-chan, tapi... Ini membuatku merasa tidak nyaman, jadi bisakah kamu tidak menyebutku dengan akhiran -sama? Ini mungkin bukan hal yang bagus jika berada di depan orang lain, tapi, kamu tidak harus bersikap terlalu hormat seperti itu. Setidaknya saat hanya kita bertiga."
Kata Satsuki, menunjukkan senyum pahit.
"....Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan memanggilmu Satsuki-san."
Kata Rio, tersenyum ramah dan mengubah cara dia memanggil Satsuki.
"Iya. Sekali lagi, senang bertemu denganmu, Haruto-kun. Miharu-chan sudah memberitahuku tentangmu, Aki-chan dan Masato-kun. Terima kasih sudah menyelamatkan mereka bertiga dan, yang terpenting, terima kasih telah mempertemukanku lagi dengan Miharu-chan."
Satsuki tersenyum bahagia dan menundukkan kepalanya ke arah Rio.
"Tidak, tidak, aku tidak seperti melakukan sesuatu yang besar."
"Itu tidak benar. Mengurus kebutuhan untuk tiga orang dan mengajari mereka segalanya yang perlu diketahui tentang dunia ini tanpa meminta imbalan apapun adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Kamu bahkan bersusah payah untuk mencariku dan membawa Miharu-chan ke sini. Itu bukanlah sesuatu yang bisa dilakukan orang normal, bahkan jika kami menghitung kalau kamu memiliki ingatan sebagai orang jepang. Itulah sebabnya, aku ingin mengucapkan terima kasih dengan benar. Yah, meskipun aku memiliki posisi sosial yang tinggi, aku tidak memiliki kekuatan nyata...."
"Perasaanmu sudah lebih dari cukup untukku. Kamu tidak perlu berterima kasih kepadaku dengan cara lain."
"Tapi, aku masih merasa tidak enak.... Baiklah, kita bisa kesampingkan hal itu dulu. Jadi, apa yang ingin kamu jelaskan kepadaku?"
"Kami ingin tahu tindakan apa yang kamu rencanakan, bagaimana Miharu-san akan diperlakukan di Kerajaan Galarc di masa depan, apa yang terbaik untuk Aki dan Masato untuk di pertimbangan dan juga tentang kakak mereka, Takahisa-san. Aku pikir itu dulu. Namun, masih ada satu hal lagi, tapi bisa kita bisa menyimpannya untuk nanti."
Kata Rio, menjelaskan.
".....Aku tahu di mana Takahisa-kun berada. Kalian mungkin sudah tahu, tapi ada tiga pahlawan lain yang akan menghadiri perjamuan nanti. Apa kalian sudah mengetahuinya?"
"Tiga pahlawan lain, selain kamu? Aku tahu kalau faksi Duke Huguenot, yang membelot dari Kerajaan Beltrum, pasti akan memperkenalkan pahlawan mereka, Sakata Hiroaki. Tapi selain itu, aku hanya mendengar ada kemungkinan Kerajaan Centostella juga akan memperkenalkan pahlawannya, yang identitasnya masih disembunyikan...."
Ini adalah pertama kalinya Rio mendengar berita tentang kehadiran tiga pahlawan.
"Pahlawan yang akan hadir dari Centostella sudah dikonfirmasi untuk berpartisipasi. Selain itu, pahlawan Kerajaan Beltrum juga akan berpartisipasi."
Kata Satsuki.
".....Dari Kerajaan Beltrum?"
Kata Rio, matanya melebar karena terkejut.
Jika begitu, mereka pasti akan bertemu kembali dengan faksi Duke Huguenot di perjamuan nanti. Rio tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi.
"Benar. Namun, pahlawan resmi dari Kerajaan Beltrum adalah Rui Shigekura, yang merupakan nama putra dari seorang perusahaan besar, jadi dia tidak berhubungan dengan Takahisa-kun."
"Apa kamu memiliki hubungan pribadi dengan pahlawan Kerajaan Beltrum?" Rio bertanya.
"Mm, jika kamu memiliki ingatan tentang kehidupan masa lalu di Jepang, maka seharusnya kamu tidak asing dengan nama Perusahaan Industri Shigekura."
"....Ya, aku memiliki ingatan yang samar tentang nama itu. Kalau tidak salah, itu adalah nama perusahaan besar yang mewakili jepang."
Rio mendapatkan kembali ingatannya sembilan tahun yang lalu, tetapi dia masih dapat mengingat beberapa hal mendetail.
"Keluargaku juga menjalankan perusahaan yang cukup besar, jadi aku mengenalnya karena itu. Cukup untuk mengetahui tentang nama dan wajahnya."
"Sumeragi..... Ah, mungkinkah kamu dari Sumeragi Grup?"
"Oh, kamu mengenalinya? Yup, aku adalah putri salah satu eksekutif yang bekerja di sana."
Kata Satsuki, mengangguk sambil tersenyum.
"Aku terkejut."
Rio tahu kalau Satsuki adalah seorang Ojou-sama dari keluarga kaya, tetapi dia tidak pernah membayangkan kalau Satsuki adalah seorang putri dari eksekutif perusahaan yang begitu penting.
"Ahaha, ini tidak seperti aku seorang bangsawan yang ada di dunia ini. Aku hanya seorang gadis biasa. Pokoknya kita kembali ke topik.... Dari ketiga pahlawan tersebut, sudah jelas kalau Sakata Hiroaki dan Shigekura Rui bukanlah Takahisa-kun. Masalahnya adalah pahlawan yang dipanggil dari Centostella."
"Empat dari enam pahlawan yang sudah diketahui, kemungkinan besar pahlawan adalah Takahisa-kun. Kamu juga tidak tahu nama pahlawan itu, benar?"
Rio bertanya.
{ TLN : Totalnya ada 6 Pahlawan (Rui, Hiroaki, Satsuki, Takahisa) .... Hmm, sisa 2 lagi... }
"Ya. Kerajaan Centostella cukup tertutup. Meski tidak ada permusuhan dengan mereka, tetapi belum ada hubungan diplomatik dengan Kerajaan Galarc, bahkan jika Kerajaan ini adalah tetangganya. Itu sebabnya mereka memiliki kecenderungan untuk merahasiakan informasi tentang kerajaan mereka, yang membuat Kerajaan ini tidak mengetahui nama pahlawan mereka yang akan menghadiri perjamuan nanti. Menurutku, jika mereka akan berpartisipasi, memberitahu kami tentang pahlawan mereka tidak akan mengubah apapun bagi Kerajaan mereka."
Kata Satsuki, menjelaskan. Ekspresinya tampak sedih.
"Tapi sepertinya Kerajaan Centostella biasanya tidak mengirim duta besar Kerajaan mereka ke perjamuan yang diadakan oleh kerajaan lain. Yah, mereka biasanya tidak diundang, dan ada beberapa konflik sampai menit terakhir tentang apa Kerajaan Galarc harus mengundang Kerajaan mereka atau tidak, tapi aku secara pribadi mintanya karena ada kemungkinan kalau aku bisa bertemu kembali dengan Miharu-chan atau Takahisa-kun. Jadi pada akhirnya, Kerajaan mereka diundang untuk berpartisipasi, tetapi mereka tidak menanggapi sampai baru-baru ini dan baru mengatakan kalau mereka akan menerimanya."
".... Apa kamu memberitahu mereka tentang namamu ?"
Rio bertanya, untuk mengkonfirmasinya.
"Iya. Aku tidak tahu pertukaran seperti apa yang mereka lakukan, tapi Takahisa-kun mungkin telah mendengar namaku dan meyakinkan mereka untuk berpartisipasi. Ini mungkin hanya sekedar angan-angan, tapi aku hanya bisa berharap begitu."
Kata Satsuki, mengangguk dengan ekspresi puas.
"Kamu benar. Yang tersisa hanyalah tentang apakah kita perlu memberitahu Aki tentang ini atau tidak."
Kata Rio, mengangguk dan menatap ke arah Miharu yang duduk di sebelahnya.
"Aku yakin Aki-chan akan senang mendengarnya. Tapi ada kemungkinan kalau itu akan tidak terjadi dan dia tetap meminta kita untuk menghadiri jamuan nanti....."
"Mungkin kita harus merahasiakan ini sampai kita memastikan kalau Takahisa-san adalah pahlawan dari Centostella?"
".....Baik. Meski kita memberitahunya, kita akan merahasiakan detailnya untuk saat ini."
Kata Miharu, menyetujui dengan ekspresi khawatir.
"Ya."
Rio tidak mempunyai rasa keberatan khusus, jadi dia hanya mengangguk.
"Tunggu sebentar. Dari perkataan kalian, hampir seperti kalian berniat untuk meninggalkan kastil sebelum perjamuan nanti untuk bertemu dengan Aki-chan."
Satsuki tiba-tiba menyela dengan nada curiga. Dia merasa aneh kalau mereka berdua membicarakan pertemuan dengan Aki dan Masato seakan itu mudah, meski mereka berada di dalam kastil.
"Itu adalah hal terakhir yang ingin aku bicarakan. Jika memungkinkan, aku ingin kita menyelinap keluar dari kastil malam ini untuk bertemu Aki dan Masato."
".....Menyelinap keluar?"
Berpikir kalau dia salah dengar, Satsuki berkedip berulang kali.
"Ya, selama kamu menyetujuinya, kita bisa meninggalkan kastil sebentar. Aku yakin mereka tidak akan membiarkanmu pergi meski kamu memintanya, jadi kita akan pergi tanpa ada pemberitahuan....."
"Bagaimana caranya? Ruangan ini berada di lantai tertinggi menara dan ada beberapa penjaga di luar ruanganku, bahkan di malam hari. Meski kita bisa keluar, kastil ini dikelilingi oleh tembok besar, jadi aku selalu berpikir kalau melarikan diri itu tidak mungkin..... Jika kita ditemukan, kamu akan dituduh melakukan kejahatan yang sangat serius, loh?"
Rio melihat sekeliling ruangan.
"Ya, berjalan kaki akan sangat berisiko. Karena itu, kita akan terbang. Aku baru saja melakukan pencarian esensi sihir di ruangan ini, dan tampaknya tidak ada semacam artefak pendeteksi esensi sihir. Selama tidak ada yang masuk untuk memeriksamu di tengah malam, kita seharusnya tidak akan tertangkap."
"T-Tunggu. Kamu baru saja mengatakan terbang seperti itu adalah sesuatu yang sangat normal...... Aku tidak bisa mengerti ini."
Kata Satsuki, menunjukkan ekspresi bingung. Dengan tangan kanannya, dia menekan keningnya dan dengan tangan kirinya dia memberi isyarat agar Rio berhenti.
"Haruto-san bisa melakukannya."
Kata Miharu dengan percaya diri.
".....Apa kamu memiliki semacam artefak sihir yang bisa membuatmu untuk terbang?"
Satsuki bertanya dengan ekspresi ragu.
"Aku tidak punya, sebenarnya ada teknik yang memungkinkan penggunanya untuk menggunakan esensi sihirnya untuk terbang, meski itu tidak diketahui secara umum, aku ingin memintamu untuk merahasiakannya."
"Jadi ada yang seperti itu....."
Kata Satsuki dengan ekspresi terkejut.
"Seperti yang kamu katakan sebelumnya, jika kita tertangkap, mereka akan menuduhku telah melakukan kejahatan yang sangat serius. Jika kamu takut hal itu terjadi, kami tidak akan memaksanya. Namun, jika kamu sudah mempertimbangkan risikonya dan memutuskan kalau itu layak untuk dilakukan, maka kami akan mengajakmu untuk bertemu Aki dan Masato."
".....Bagaimana menurutmu, Miharu-chan?"
Satsuki, bertanya.
"Aku takut untuk membayangkan apa yang akan terjadi jika kita tertangkap, dan aku tahu itu adalah sesuatu yang tidak seharusnya kita lakukan, tapi aku tetap ingin kamu pergi untuk menemui Aki-chan dan Masato-kun. Mereka berdua sangat ingin melihatmu, terlebih lagi karena mereka tidak bisa datang ke kastil."
Kata Miharu, meletakkan tangannya di dadanya.
"Aku mengerti...."
Kata Satsuki, memejamkan mata dan merenungkan masalah itu.
"Jujur, jika aku berkata kalau aku tidak keberatan, itu pasti bohong..... Tapi aku juga ingin bertemu mereka berdua. Jadi dua masalah di sini, pertama tentang seberapa besar risiko ditemukan, dan kapan lagi aku bisa bertemu Aki-chan dan Masato-kun jika aku melewatkan kesempatan ini."
"Masalah utamanya adalah jika ada seseorang yang biasanya datang ke ruanganmu di tengah malam. Jika ada yang seperti itu, maka kita harus memikirkan cara lain untuk membuatmu bertemu dengan mereka berdua tanpa diketahui kerajaan. Tentu saja, jika Kerajaan tidak melakukan pemeriksaan itu, maka kita tidak perlu melakukannya terlalu jauh."
Kata Rio, mencoba memperdalam dua masalah yang diungkapkan Satsuki dengan lebih mendalam.
"Tidak pernah ada yang berani masuk ke ruanganku tanpa izin dariku, apalagi datang untuk mengunjungiku di malam hari. Jadi kemungkinan untuk tertangkapnya hampir nol. Kecuali jika menara ini terbakar atau ada penyusup. Bertemu keduanya tanpa disadari kerajaan cukup sulit. Bahkan jika Kerajaan memberiku izin untuk pergi, mereka pasti akan menugaskan seorang pengawal untukku. Paling tidak, pilihan yang terbaik adalah mencegah mereka berdua datang ke kastil sampai perjamuan selesai dan Kerajaan memutuskan bagaimana menangani Miharu-chan."
Kata Satsuki, menjelaskan.
"Menurutmu bagaimana Kerajaan akan memperlakukan Miharu-san ke depannya?"
Rio bertanya.
"Kerajaan mungkin akan mengundangnya untuk tinggal di kastil terlebih dulu. Jika Miharu-chan menerimanya, kemungkinan besar mereka akan memperlakukannya seperti yang mereka lakukan padaku. Mereka akan menjamin hidupnya mudah dan tidak akan pernah kekurangan apa pun, tetapi itu agak menyesakkan.... Meskipun, kamu akan dapat bebas tapi hanya sampai batas-batas tertentu."
"....Apa aku bisa menolaknya?"
Miharu bertanya dengan ketakutan.
"Mungkin. Sepertinya para pahlawan dunia ini memiliki otoritas yang sama dengan para Paus di Eropa abad pertengahan, jadi mereka tidak akan bisa bersikerad di depanku. Tapi setidaknya, mereka mungkin ingin selalu mengetahui lokasimu. Mereka mungkin mencoba untuk mengawasimu secara diam-diam, atau mengirim orang untuk menjagamu dengan kedok keamanan.... Dan juga, ini pasti akan terjadi jika kamu tinggal di kastil, nama dan wajahmu akan tersebar ke seluruh Kerajaan juga, ada risiko tinggi kamu akan terlibat dalam situasi yang lebih rumit. Tunggu, ini salahku juga, tolong maafkan aku Miharu-chan! Mengatakan semua ini membuatku merasa sangat bersalah....."
Kata Satsuki, mengerutkan kening, ekspresinya sangat menyesal.
"T-Tidak, itu bukan salahmu. Aku datang kesini karena aku juga menyadarinya. Haruto-san sudah memperingatkanku tentang hal yang sama sebelum kami datang ke sini."
Kata Miharu, menggelengkan kepalanya dengan panik.
"Sebenarnya, kami juga mendiskusikan masalah ini dengan Liselotte-sama dan dia sampai pada kesimpulan yang sama. Meskipun dia tidak berpartisipasi dalam politik Kerajaan, Liselotte-sama tetaplah warga Kerajaan Galarc, jadi prediksi kami yang tumpang tindih itu berarti banyak hal yang akan terjadi seperti yang Satsuki-san katakan. Namun, kalau kita menunggu sampai perjamuannya selesai, saya merasa kita bisa menemukan jawabannya."
Kata Rio. Kemungkinan prediksi mereka benar-benar sangat tinggi akan terjadi.
".....Lalau, jika hal itu benar-benar terjadi, apa yang akan kalian lakukan setelah perjamuan selesai? Apa kalian akan tinggal di kastil, atau kalian akan tinggal di luar seperti yang kalian lakukan sampai sekarang?"
Satsuki bertanya.
"Umm..... Sebenarnya.... Kami bertiga memiliki pendapat berbeda tentang itu....."
Miharu menjawab sambil melirik Rio.
".....Yang benar?"
Satsuki menunjukkan ekspresi terkejut.
"Iya. Aki-chan ingin sekali bertemu dengan Takahisa-kun lagi. Jika kami bisa menemukannya, aku tidak berpikir dia akan tidak akan menerima opsi di mana kami mencegahnya untuk ikut dengan kakaknya."
"Jadi begitu.... Lalu bagaimana dengan Masato-kun?"
"Masato-kun juga ingin bertemu dengan Takahisa-kun lagi. Namun, jika itu membuatnya kehilangan kebebasannya, kurasa dia tidak akan memilih untuk tinggal di Kastil.... Sangat mungkin dia akan memilih untuk tinggal bersama Haruto-san."
Kata Miharu, membuat asumsi tentang kemungkinan keputusan yang akan dibuat Aki dan Masato.
"Heh, benarkah begitu? Lalu bagaimana denganmu, Miharu-chan?"
Satsuki bertanya.
"A.... Aku ingin tinggal bersama Haruto-san juga. Tapi aku belum mengatakannya kepada Aki-chan dan Masato-kun."
Sangat menyadari kehadiran Rio, Miharu memberikan jawabannya.
"....Itu sedikit tidak terduga. Apa kamu sudah mengetahuinya, Haruto-kun?"
Satsuki bertanya, menunjukkan ekspresi terkejut.
"Tidak, ini pertama kalinya aku mendengar itu....."
Rio menoleh ke arah Miharu, seolah-olah dia mencoba untuk mengkonfirmasi ketulusan di balik keputusannya.
"Umm, apa tidak boleh?"
Miharu bertanya.
"Tentu saja, aku tidak punya masalah dengan itu. Aku akan terus berpindah-pindah, tetapi kita masih bisa hidup seperti yang telah kita lakukan selama ini."
Rio mengabaikan pertanyaan itu, menunjukkan senyuman untuk menyembunyikan perasaannya.
"Ngomong-ngomong, jika Takahisa-kun ternyata adalah pahlawan dari Centostella, Aki-chan pasti akan ikut bersamanya, benar? Dalam hal ini, kalian berdua akan berpisah. Apa rencanamu tentang itu, Miharu-chan?"
Satsuki bertanya.
Miharu merenungkan masalah tersebut sejenak dan menjawab dengan tegas.
".....Jika begitu, Aki-chan akan aku percayakan kepada Takahisa-kun dan aku akan berbicara dengannya sehingga dia bisa mengerti keputusanku."
[ Kami mungkin tidak bisa kembali ke bumi. Jika itu terjadi, kami harus mempertimbangkan siapa yang tinggal dengan siapa dan di mana mereka tinggal..... Aku harus berbicara dengan Aki-chan tentang hal itu. Terlebih lagi, jika Haruto-san adalah Haru-kun. ]
Itulah yang dipikirkan Miharu.
Bagi Aki, membicarakan tentang ayahnya dan Haruto adalah hal tabu. Itulah mengapa, Miharu tidak pernah berbicara tentang hal itu. Namun, karena dia sudah seperti kakak perempuannya selama bertahun-tahun, Miharu tidak bisa terus melarikan diri selamanya.
"Begitu ya..... Ini sedikit mengejutkan, karena kamu dan Aki-chan tampak selalu dekat — hampir seperti saudara perempuan sungguhan. Bolehkah aku bertanya mengapa kamu sangat ingin tinggal dengan Haruto-kun?"
Satsuki dapat merasakan tekad yang kuat di balik kata-kata Miharu, tetapi dia tidak mengerti mengapa gadis itu bertindak sejauh ini untuk berpidah dari Aki hanya untuk tinggal bersama Rio.
"Itu...."
Karena mereka berdua sudah seperti saudara kandung. Namun, masih terlalu dini untuk menanyakan detailnya.
"Sejak aku datang ke dunia ini, aku punya banyak teman dekat. Aku berutang banyak kepada mereka dan aku ingin tetap bersama mereka. Aku ingin membayar hutangku kepada mereka semua. Aku juga yakin kalau Aki-chan merasakan hal yang sama. Aku juga tidak ingin pergi jauh darinya..... Meskipun aku tidak bisa memutuskan apa yang paling penting bagiku, aku harus membuat pilihan dan sulit untuk dijelaskan...."
Menyembunyikan perasaannya terhadap Aki, Miharu mencoba mengungkapkan pikirannya dengan frustasi.
Penjelasannya tidak hanya ditujukan pada Satsuki, tapi juga Rio. Miharu melirik Rio untuk melihat reaksinya, tapi Rio hanya menunjukkan senyuman.
"....Aku bisa mengerti. Itu bukanlah sesuatu yang bisa kamu jelaskan dengan mudah. Aku minta maaf karena sudah bertanya."
Kata Satsuki, mengangguk.
"Aku senang mendengarnya. Aku belum memberitahu yang lainnya tentang keputusanku ini."
Satsuki mengerutkan kening.
"Aku bisa memahami itu bisa menyebabkan permusuhan jika kamu melakukannya. Sangat mungkin Aki-chan akan mulai berteriak marah jika dia mendengar apa yang baru saja kamu katakan."
".....Ya. Karena itu, aku masih belum memberitahunya."
Kata Miharu, setuju dengan ekspresi khawatir.
"Meskipun kalian hidup terpisah, itu tidak seperti kalian tidak akan pernah bertemu lagi. Kalian mungkin tidak dapat sering bertemu satu sama lain, namun itu tidak mengubah ikatan yang kalian miliki dan tujuan yang kalian capai untuk bisa kembali ke bumi. Bisa dibilang, bukankah lebih baik kalau kita melibatkan Kerajaan dan membuat mereka membentuk perjanjian sehingga kalian bisa bertemu kapan pun kalian mau?"
Rio, bertanya. Miharu menunjukkan ekspresi menjadi gelap ketika Rio berkata 'kembali ke Bumi'.
"Oh? Kamu mengatakannya seperti itu hal yang mudah untuk dilakukan."
Jawab Satsuki dengan nada yang agak bersemangat.
"Kamu harus hidup terpisah karena urusan pribadi Kerajaan. Aku tidak ada masalah untuk membuat kesepakatan semacam itu. Mempertimbangkan tindakan Yang Mulia Raja Francois, aku tidak berpikir kalau dia akan menolaknya tanpa berpikir dua kali jika kamu yang memintanya. Tentu saja, aku juga akan melakukan apa pun yang aku bisa untuk membantu kalian."
"Hmm. Ketika kamu mengatakan itu, harapanku menjadi semakin meningkat."
"Aku tidak bisa banyak membantu dalam dalam hal kekuatan politik, tetapi aku akan mencoba menemukan cara agar kalian semua bisa kembali ke bumi."
Kata Rio, mengangkat bahu.
"Aku bersyukur untuk itu, tapi bahkan penyihir paling terkenal di Kerajaan tidak tahu bagaimana cara tentang kembali ke bumi. Mungkin saja, ada kemungkinan kalau mereka berbohong, tapi apa kamu tahu sesuatu?"
Satsuki bertanya, menatap wajah Rio dengan saksama.
"Ya. Aku bisa mengetahui kalau pemanggilan para pahlawan menggunakan sejenis sihir ruang-waktu. Kerajaan Galarc seharusnya mengetahui hal itu juga. Namun, karena sihir modern di wilayah Strahl hanya dapat menggunakan sihir ruang-waktu pada tingkat dasar, belum lagi artefak dengan sihir seperti itu sangat langka, jadi aku pikir itu normal bahkan seorang penyihir paling terkenal di Kerajaan tidak tahu banyak tentang itu."
"Jadi begitu....."
Satsuki menghela napas dalam-dalam.
"Menurut pendapatku, apa yang membuatnya rumit, karena untuk menggunakan sihir teleportasi diperlukan sebuah koordinat titik tujuan. Hampir tidak mungkin menemukan titik koordinat bumi. Dan juga, aku tidak bisa membayangkan jumlah esensi sihir yang dibutuhkan untuk memindahkan kalian semua dari sini ke bumi."
".....Dari apa yang baru saja kamu katakan, kamu sepertinya mengetahui langkah-langkah untuk menggunakan sihir ruang-waktu ?"
"Aku hanya memberitahu hal ini kepada orang-orang yang dekat denganku, dan memang benar kalau aku punya beberapa artefak sihir semacam itu."
Kata Rio, menjelaskan.
".....Aku mungkin salah, tapi kamu agak sedikit aneh, tahu? Maksudku, kamu juga memiliki pedang sihir yang kuat."
Kata Satsuki, dengan nada setengah lelah.
"Aku kira memang benar kalau aku memiliki beberapa artefak sihir yang cukup langka di wilayah Strahl dan aku juga mungkin membawa lebih banyak rahasia daripada orang normal."
Jawab Rio sambil tersenyum masam.
"Umm, Satsuki-san. Mengatakan ini kepada orang-orang di Kerajaan bisa membuat Haru......"
Kata Miharu, menyela dengan nada tidak nyaman.
"Jangan khawatir. Aku tidak berniat mengatakan ini kepada orang lain tanpa izin dari Haruto-kun terlebih dahulu. Bahkan jika kita bertemu Takahisa-kun. Aku tidak akan pernah mengkhianati seseorang yang aku percayai."
Kata Satsuki, mengangguk sambil tersenyum.
"Terima kasih banyak."
Kata Miharu, menghela napas lega.
"Jangan berterima kasih kepadaku– Akulah yang seharusnya berterima kasih. Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya sesuatu....."
Satsuki mencoba tersenyum, tapi ekspresi aneh tiba-tiba muncul di wajahnya.
"....Jika kita berasumsi kalau Takahisa-kun juga seorang pahlawan, bukankah itu berarti alasan kalian bertiga dipanggil ke dunia ini adalah karena aku dan Takahisa-kun menyeret kalian bersama kami.....?"
"Umm....."
Miharu ragu karena memikirkannya, jadi Rio yang memutuskan untuk menjawab.
"Itu mungkin saja."
"....Aku tahu itu. Maafkan aku."
Satsuki menundukkan kepalanya.
"Ah, kamu tidak perlu meminta maaf. Kamu juga di bawa ke dunia ini juga bukan karena keinginanmu. Kalau aku yang terpilih menjadi pahlawan, maka yang terjadi justru sebaliknya."
Miharu menjawab dengan panik.
"Memang benar kalau kamu yang secara langsung dipanggil, tapi itu tidak mengubah fakta kalau itu bertentangan dengan keinginanmu. Aku berpikir kamu tidak harus merasa bertanggung jawab atas sesuatu yang tidak bisa hindari."
Kata Rio, menambahkan.
"Teman-teman....."
Satsuki menggigit bibirnya dengan ekspresi tak berdaya.
"Ngomong-ngomong, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Rencana awalnya adalah menyelinap keluar dari Kastil malam ini untuk bertemu Aki dan Masato. Jadi, apa kamu sudah membuat keputusan?"
Rio bertanya pada Satsuki sekali lagi.
"....Aku akan pergi. Tolong bawa aku ke Aki-chan dan Masato-kun."
Satsuki menjawab dan membuat permintaannya dengan tekad.
"Apa kamu yakin?"
Rio menunjukkan ekspresi yang sedikit terkejut.
"Ya. Menyelinap keluar dari Kastil memang melanggar aturan, namun kemungkinan untuk tertangkap cukup rendah. Aku bersedia mengambil risiko kecil itu untuk bisa bertemu dengan Aki-chan dan Masato-kun lagi. Mungkin aku akan ragu jika Miharu-chan tidak ada di sini."
"Kurasa dengan membawa Miharu-san meski agak berisiko adalah keputusan yang tepat."
Kata Rio, menoleh ke Miharu sambil tersenyum.
Mengungkap keberadaan Miharu kepada Kerajaan akan membawa risiko yang tidak diketahui di masa depan, tapi berkat kehadirannya, pembicaraan dengan Satsuki berakhir tanpa hambatan. Jika Rio datang ke Kastil sendirian dan mencoba mendekati Satsuki sendirian, mungkin dia akan lebih berjuang keras untuk berhasil melakukannya.
"Tidak, Haruto-san lah yang telah melakukan semua hal yang tidak perlu ini untuk kepentingan kami. Akulah yang harusnya mengambil risiko, jadi gunakan aku sesukamu jika kehadiranku bisa membantu sedikit membantumu."
Kata Miharu, tampak agak sedih.
".....Aku akan mencoba menghentikan Miharu-chan agar tidak mendapat masalah karena aku. Itu sebabnya, Miharu-chan, kamu tidak perlu memedulikanku — Ketika kamu berbicara dengan raja, katakan padanya apa yang kamu pikirkan dan jika mereka memintamu melakukan sesuatu yang tidak kamu inginkan, katakan saja tidak. Jangan korbankan dirimu untuk kebaikan orang lain."
Kata Satsuki, mengingatkan Miharu dengan nada bersalah.
"Umm..... Oke. Terima kasih banyak."
Miharu mengangguk dan menunjukkan senyum berani.
[ ......Itulah keputusannya, Aishia– Bisakah kamu pergi ke rumah batu dan memberitahu yang lain kalau kami akan ke sana? Kembalilah dalam dua atau tiga jam untuk membantuku membawa Satsuki-san dan Miharu-san. ]
Rio berbicara kepada Aishia menggunakan telepati.
[ Oke. ]
Aishia menjawab dan berpisah dari tubuh Rio, tetap dalam wujud rohnya.
"Ngomong-ngomong, kita akan pergi nanti nanti malam, ketika Kastil sudah lebih tenang, kan?"
"Iya."
Kata Rio, mengangguk.
"Lalu kita bisa mengobrol sampai saat itu. Ah, benar juga, ada sesuatu yang ingin aku pastikan....."
"Apa itu?"
"Ini tentang Liselotte-san. Aku tahu dialah yang membawa kalian berdua ke sini, tapi seberapa banyak kalian menjelaskan situasi kalian kepadanya?"
Satsuki, bertanya.
"Bisa dibilang, cukup banyak. Namun, kami belum memberitahunya tentang Aki dan Masato, kami juga telah melakukan beberapa percakapan yang cukup mendalam. Ngomong-ngomong, seberapa banyak yang kamu perhatikan tentang dia dan Ricca Guild?"
Rio menjawab dengan hati-hati.
".....Aku telah menyadari kalau nama produk-produk dari Ricca sama persis seperti yang ada di bumi. Orang-orang di dunia ini sepertinya tidak menyadarinya, jadi aku menganggap pasti ada rahasia dibaliknya dan aku tidak pernah menunjukkannya kepada siapa pun."
Kata Satsuki, menjelaskan.
"Kamu melakukannya dengan baik untuk menyadarinya. Aku terkejut kamu bisa melakukannya bahkan dengan sihir penerjemah yang kamu miliki."
Kata Rio, menunjukkan ekspresi terkejut.
"Yah, sihir terjemahan itu masih sebuah misteri dan aku akan berada dalam masalah serius jika sihir itu berhenti bekerja. Sihir ini tidak hanya membantuku untuk membaca dan menulis, karena aku telah menguji berbagai hal dan belajar dari itu. Jadi, kalau aku perhatikan kata-kata yang diterjemahkan oleh sihir terjemahan tidak sesuai dengan gerakan bibir seseorang yang bicara, kecuali untuk produk-produk Ricca Guild yang pengucapannya sama persis sama dengan terjemahannya. Jika itu hanya satu atau dua produk, maka saya tidak akan terlalu memikirkannya, tapi semua produknya yang membuatku berpikir kalau itu bukan hanya sebuah kebetulan belaka."
Kata Satsuki, menjelaskan.
"Jika kamu telah menyadarinya sebanyak itu, maka kurasa akan baik-baik saja kalau aku memberitahumu. Sama sepertiku, Liselotte-sama juga memiliki ingatan akan kehidupan sebelumnya."
"Apa itu berarti kamu juga memberitahunya tentang dirimu juga?"
"Ya. Liselotte-sama memberiku izin untuk memberitahumu tentang itu jika kamu menyadari rahasia di balik Ricca Guild sendiri."
"Aku mengerti. Maka itu bearti dia orang yang bisa kita percaya, bukan?"
"Tentu. Dia adalah bangsawan dari Kerajaan Galarc, jadi mempercayainya tanpa syarat dari sudut pandang itu sulit. Namun, dia berjanji untuk membantu kita dengan apa pun yang dia bisa selama itu tidak membawa kerugian bagi Kerajaan. Ditambah dia juga cukup dikenal di seluruh negeri karena kepribadiannya yang baik sebagai Gubernur Amande."
Kata Rio, menjelaskan secara singkat kepribadian Liselotte.
"Ya, terima kasih. Aku ingin mengucapkan terima kasih secara pribadi, jadi aku akan mencoba untuk berbicara dengannya saat kami bertemu lagi."
Satsuki menghela napas lega karena dia bisa mempercayai Liselotte.