Heroes In The Moonlight – Chapter 2 : 「Menuju Ibukota, Galtuuk」
Setelah Rio dan Miharu membeli pakaian formal mereka, hari-hari berlalu begitu saja. Mereka tetap sibuk dengan pelajaran menari mereka untuk perjamuan nanti, mereka memanfaatkan waktu luang yang ada untuk membawa Latifa dan yang lainnya dari desa roh ke kota, dan juga membawa Miharu bertemu dengan Liselotte lagi untuk persiapan mereka......
Hanya tinggal tiga hari tersisa sebelum perjamuannya tiba.
Pasa sore hari, semuanya sedang berkumpul di depan rumah batu untuk mengantarkan kepergian Rio dan Miharu ke perjamuan, dengan ditemani Aishia bersama mereka.
"Kami akan pergi sekarang. Pastikan untuk mendengarkan apa yang Celia-san dan Sara katakan, oke?"
Miharu berkata kepada Masato dan Aki.
"Yup. Jaga dirimu, Miharu Onee-chan. Dan jangan lupa untuk mencari informasi tentang Onii-chan juga."
Kata Aki, membalas.
"Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami. Tolong sampaikan salamku untuk Satsuki Nee-chan."
Kata Masato, menambahkan.
"Tolong jaga Aki, Masato dan kamu juga Latifa."
Rio berbicara kepada Celia, Sara, Orphia dan Alma, sebelum di akhir kalimatnya menyebut nama Latifa.
"Yup! Serahkan saja pada kami!"
Sara, Orphia, dan Alma mengangguk dengan tegas.
"Oke, Onii-chan!"
Kata Latifa, mengangguk dengan penuh semangat.
"Rio, pastikan kamu menjaga Miharu dengan benar. Karena kepribadiannya, mungkin saja dia sangat gugup. Aishia, tolong jaga Rio dan Miharu untuk kami."
Kata Celia.
"Tentu saja."
"Serahkan saja padaku."
Rio dan Aishia menanggapi bersamaan.
Celia tersenyum dan mengucapkan selamat tinggal.
"Sampai jumpa dan hati-hati."
"Semoga perjalanan kalian menyenangkan, Rio, Aishia-sama."
"Aku akan menunggu kalian kembali, Onii-chan, Aishia Onee-chan!"
Sara dan Latifa juga melakukan ucapan perpisahan mereka.
"Kalau begitu, ayo kita pergi Miharu-san?"
Rio tersenyum kepada semuannya dan mendorong Miharu untuk berangkat, dia sedang berpamitan kepada Aki dan Masato di tempat yang agak jauh. Miharu mengakhiri percakapan yang dia lakukan dan berjalan ke Rio.
"Terima kasih, Haruto-san."
Kata Miharu sambil menundukkan kepalanya.
"Sama-sama."
Rio mengangguk pelan.
"Ayo pergi."
Aishia mulai melompat dari tanah dan naik ke udara terlebih dahulu. Gerakannya lincah dan anggun.
[ Uh..... Tadinya aku mau meminta kepada Aishia untuk membawa Miharu-san..... ]
Aishia begitu percaya diri dengan tindakannya sehingga terkadang— tidak, cukup sering membuat Rio bingung.
"U-Umm, maukah kamu menggendongku, Haruto-san?"
Miharu bertanya kepada Rio.
Memanggil Aishia turun kembali untuk menggendong Miharu sepanjang perjalanan akan menjadi tidak sopan.
".....Ya, maaf."
Jika Miharu sendiri tidak keberatan, maka Rio tidak punya alasan untuk menolaknya. Pelajaran menari yang mereka ikuti telah memberi mereka lebih banyak kesempatan untuk lebih dekat satu sama lain.
Meskipun selama latihan mereka tidak terlalu canggung, tapi sekarang mereka berada dalam situasi yang sama sekali berbeda. Setelah membulatkan tekadnya, Rio mendekati Miharu dengan perasaan tidak nyaman di setiap langkahnya.
"Uh....."
Ketika Rio mulai menggendongnya seperti seorang putri, tubuh Miharu sedikit bergetar. Sebagai catatan, selama latihan menari, Miharu selalu merasa gugup karena dia harus merekatkan tubuhnya ke tubuh Rio, tapi baru-baru ini, dia mencoba mendekatinya atas kemauannya sendiri.
[ Sepertinya akhir-akhir ini Miharu berusaha secara agresif mendekati Rio..... ]
Karena mereka sudah saling mengenal sejak sebelum mereka datang ke Strahl, Sara, Orphia dan Alma segera menyadari hal itu dan saling bertukar tatapan dengan ekspresi biasanya.
Latifa sepertinya memikirkan hal lain saat dia melihat Miharu dengan intens.
"Sampai jumpa, Onii-chan, Miharu Onee-chan!"
Saat Rio menggendong Miharu, Latifa memeluknya dari belakang.
"Ya, kami akan segera kembali."
Jawab Rio sambil tersenyum.
"Sampai jumpa, Latifa-chan."
Kata Miharu.
Setelah beberapa saat, begitu Latifa melepas pelukanya dari Rio, mereka perlahan mulai naik ke udara dengan menggunakan spirit art.
"Jika memungkinkan, kami akan mencoba membawa Satsuki keluar dari kastil. Bagaimanapun, kami harus kembali dalam seminggu!"
Rio pergi dengan mengatakan itu dan akhirnya mereka pergi ke tempat tujuannya. Celia dan yang lainnya melihat mereka dari bawah sampai sosok mereka menjauh.
◇◇◇◇
Beberapa jam kemudian, di kota Amande.....
Sementara perjamuan itu akan diadakan di kastil kerajaan Galarc, ibukota Galtuuk. Mereka telah memutuskan sebelumnya kalau mereka akan menuju ke sana dengan kapal sihir pribadi milik Liselotte.
Rencananya adalah berangkat dari Amande besok dan tiba di ibukota pada sore hari, jadi mereka sudah ada di sana sebelum perjamuannya dimulai dua hari lagi.
Fakta kalau Miharu adalah teman para pahlawan dari dunia lain telah tersebar di seluruh Mansion.
Bisa dibilang, saat ini, warna rambut Miharu tidak lagi berwarna alaminya karena dia tidak menggunakan artefak sihir seperti Rio. Hal ini dilakukan karena akan sulit menjelaskannya kepada Satsuki tentang bagaimana rambutnya bisa berubah warna.
Liselotte telah mengetahui tentang keberadaan artefak yang dapat mengubah warna rambut, tapi Rio telah menawarinya beberapa artefak tersebut dan syaratnya agar dia merahasiakannya.
Setelah tiba di Amande, Aishia kembali ke wujud rohnya sementara Rio dan Miharu langsung menuju ke rumah Liselotte.
"Selamat datang, Haruto-sama."
Ketika mereka tiba di gerbang Mansion, penjaga di sana menyambut mereka dengan hormat. Sekarang, penjaga itu sudah bisa mengenali Rio hanya dengan melihatnya.
"Selamat siang. Aku mau membuat pertemuan; bisakah kamu mengurus prosedurnya?"
Kata Rio, tetapai sebelum dia menjelaskan alasannya datang ke Mansion, seorang penjaga lain berlari keluar dari Mansion.
"Kami sudah mengurusnya. Aku akan memandu kalian ke dalam, jadi tolong ikuti aku."
Setelah itu, Rio dan Miharu dibawa ke halaman Mansion. Setelah mencapai pintu masuk utama, mereka bertemu dengan seorang pelayan bernama Cosette.
"Haruto-sama, Miharu-sama– Selamat datang kembali."
Cosette sedikit mengangkat ujung rok seragamnya dan membungkuk dengan anggun.
"Senang bertemu denganmu lagi, Cosette-san."
Jawab Rio dengan menundukkan kepalanya.
Rio sudah bertemu dengan Cosette pada beberapa kali, jadi dia sudah mengenalnya. Miharu mengikuti Rio dan juga menundukkan kepalanya.
"Tolong, lewat sini."
Setelah mengundang mereka masuk, Cosette mulai berjalan. Rio dan Miharu mengikutinya. Cara berjalan Cosette sangat elegan dan anggun.
[ Dia sangat cantik. ]
Merasakan daya tarik seorang wanita dewasa, Miharu dibuat terpikat oleh penampilan dan sikap Cosette.
{ TLN : Pfffttttt dasar Cosette 😗 }
"Ngomong-ngomong, jika kamu tidak keberatan, bolehkah aku bertanya sesuatu karena penasaran? Ini bisa tentang sedikit mengarah ke privasi, jadi kamu tidak perlu menjawabnya jika kamu tidak mau."
Kata Cosette dengan pelan, berbisik kepada Rio.
"Aku tidak keberatan. Apa itu?"
Rio merespon dengan positif.
Membicarakan masalah pribadi selama percakapan dalam kepentingan memang sulit, tetapi jika tujuannya adalah untuk membentuk hubungan yang harmonis, percakapan seperti itu akan memberikan hasil yang positif.
Sejauh ini Rio sudah berbicara dengan Cosette beberapa kali, jadi tidak heran kalau dia ingin mengajukan pertanyaan yang lebih pribadi. Namun, pertanyaan Cosette jauh melebihi apa yang diharapkan Rio, membuatnya terkejut.
"Apakah kalian berdua sedang pacaran?"
Meski begitu, hubungan antara Rio dan Miharu belum dijelaskan kepada siapa pun selain Liselotte, jadi bisa saja mereka mudah untuk di salah artikan. Bisa dimengerti kalau Cosette menjadi penasaran dengan hal itu.
"Heh? Tidak, umm....."
Miharu tersipu malu dan menjawab dengan polos.
"Ahaha. Kami tidak punya hubungan semacam itu."
Jawab Rio sambil tersenyum tegang.
"B-Benar....."
Miharu menunjukkan ekspresi sedikit bertentangan, tapi tetap mengangguk.
"Eh.... Sungguh? Karena Haruto-sama selalu dikelilingi oleh perempuan cantik seperti Aishia-sama atau Cecilia-sama, jadi kupikir mungkin kamu tertarik kepada salah satu dari mereka."
Cosette merekam reaksi Miharu dalam benaknya dan berbicara dengan senyum anggun.
"Sayangnya, aku tidak punya hubungan seperti itu dengan siapa pun."
Rio menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan senyum tegang.
Cosette menutupi mulutnya dengan tangannya, tampaknya dia sangat terkejut. Kemudian dia memutuskan untuk tidak bertanya lagi tentang kehidupan cinta Rio.
"Ah... Ini adalah sesuatu yang paling tidak terduga..... Ah, maaf. Ini bukanlah sesuatu yang boleh aku gali terlalu dalam. Kita akan segera sampai di kamar tamu, jadi silakan kalian berdua beristirahat di sana. Seperti yang kalian tahu, Liselotte-sama sedang keluar kota sekarang, tapi dia akan kembali besok pagi."
Setelah itu, Rio dan Miharu sampai ke kamar yang sudah disiapkan untuk mereka, tetapi pada hari itu, mereka berdua tidur di tempat yang sama sekali berbeda.
◇◇◇◇
Beberapa jam kemudian, di ruangan tempat yang dibuat untuk para pelayan Mansion beristirahat.....
Duduk di sofa di samping rekan kerjanya Natalie dan Chloe, Cosette menghela napas.
".....Aku sudah mengiranya, tapi Haruto-sama memang lawan yang lebih tangguh daripada yang kukira."
Cosette berbicara sambil meminum tehnya.
".....Kamu masih belum menyerah?"
Natalie menatap Cosette dengan ekspresi lelah. Sementara itu, Chloe menunjukkan ketertarikan yang besar.
"Tentu saja. Aku tidak bisa hanya duduk diam ketika ada pria baik hati sepertinya dia di depanku!"
Cosette berkata dengan penuh antusias.
Wajah yang tampan, sikap yang baik hati yang memancarkan keanggunan dan berpendidikan, kemudian kekuatan yang jauh melebihi apa bisa dibayangkan oleh seorang manusia.....
Cosette telah bertemu banyak laki-laki melalui Ricca Guild, tapi tidak satu pun dari mereka yang begitu mempesona seperti Haruto.
"Tapi dia selalu dikelilingi oleh begitu banyak perempuan cantik, tahu? Bukankah kamu sendirilah yang mengatakan kalau Haruto-sama tidak akan menunjukkan ketertarikan pada seseorang kecuali orang itu seperti Liselotte-sama atau Aria?"
Sementara para pelayan Mansion lainnya juga sangat mengagumi Haruto, kebanyakan dari mereka segera menyerah setelah melihat kecantikan Aishia dan Cecilia yang sangat luar biasa.
Meski mereka terus mengagumi sosok Haruto, tapi mereka sudah benar-benar kehilangan harapan.
"Aku punya berita bagus tentang itu. Aku sudah mengkonfirmasi kalau saat ini Haruto-sama tidak dalam hubungan romantis dengan Miharu-sama, Aishia-sama, atau pun Cecilia-sama."
Kata Cosette, tertawa kecil.
[ Yah, namun kupikir Miharu-sama tidak merasakan sebaliknya. ]
Pikir Cosette dalam hatinya.
"Apa kamu menanyakannya secara langsung kepadanya? Kamu berani sekali....."
Natalie menatap Cosette dengan ekspresi setengah lelah dan setengah kagum.
Sementara itu, Chloe mendengarkan percakapan antara seniornya secara penuh perhatian, dalam diam.
"Yah, itu bagian dari tugas kita untuk mendapat informasi tentang tamu kita."
Sambil tersenyum, Cosette mengesampingkannya, dan mengatakan itu hanyalah salah satu pekerjaan mereka.
Natalie memelototinya dengan mata menyipit.
"Tapi kamu perlu ingat kalau Haruto-sama adalah tamu istimewa Liselotte-sama. Pastikan kamu tidak melakukan apa pun yang membuatnya tersinggung, oke?"
"Yare-Yare, tapi tugas kita juga adalah dekat dengan para tamu, kan? Hubungan menjadi lebih dekat dengan menanyakan pertanyakan pribadi, tahu?"
Kata Cosette sambil mengangkat bahunya. Lalu dia meminum tehnya lagi.
Para pelayan Liselotte memiliki perkerjaan baik dalam pekerjaan umum maupun pribadi, sehingga mereka juga mendapat hak istimewa dalam hal-hal yang berkaitan dengan Ricca Guild. Untuk mendapatkan kondisi yang menguntungkan, tidak ada metode yang lebih baik selain menjalin hubungan yang baik dengan klien, sehingga tugas para pelayan adalah mendekati para klien jika ada kesempatan.
"Dalam kasusmu, masalahnya adalah kamu terlalu dekat dengan klien, terutama dengan pria."
Kata Natalie.
"Kamu selalu saja terlalu serius seperti biasa. Tidakkah kamu tahu kalau cinta itu akan terasa lebih kuat jika ada rintangan di dalamnya? Itulah sebabnya kamu ditakdirkan selalu jomblo seumur hidup."
Kata Cosette, menghela napas lelah.
Saat ini, Cosette memiliki reputasi yang sangat tinggi dengan para klien pria yang punya urusan bisnis dengannya, dan dikenal telah memperoleh rekam jejak yang cukup menguntungkan sampai sekarang.
Bisa dibilang, ada beberapa ahli waris dalam kliennya yang sudah mengirimkan lamaran pernikahan kepadanya.
"S-Status lajangku tidak ada hubungannya dengan itu. Kamu seharusnya yang bercermin diri, karena kamu itu tipe yang sangat pemilih sehingga hubunganmu tidak bisa bertahan lama."
Kata Natalie sambil cemberut dan menolak kata-kata Cosette.
"Yah, aku tidak bisa menyangkalnya. Tapi aku selalu menarik garis yang jelas agar pekerjaanku tidak terpengaruh, jadi jangan khawatir."
Kata Cosette, tertawa nakal.
".....Kamu benar-benar serius? Aku tidak menyangka kamu akan begitu bersemangat kepada seseorang yang lebih muda darimu."
Natalie menempelkan tangannya ke dahinya dan menghela napas lelah.
"Memang benar kalau dia lebih muda dariku, tapi aku hanya lebih tua tiga atau empat tahun darinya. Tidak ada sangkut pautnya usia dalam hal cinta, dan tidak seperti bangsawan pria yang hanya berpikir untuk menikahi wanita muda saja, perbedaan kami ini lebih realistis."
Kata Cosette.
"Aku yakin kamu sudah tahu ini, tapi jika kamu memprioritaskan perasaan pribadimu dalam pekerjaanmu dan menyebabkan masalah bagi Liselotte-sama, aku akan melaporkan tindakanmu langsung padanya."
Kata Natalie, berbicara terus terang.
"Tentu saja. Itu sebabnya aku memberitahumu dari awal. Dia adalah lawan yang lebih tangguh dari yang aku kira. Pertama, kamu harus mengetahui lawanmu dahulu. Kemudian, jika peluangnya rendah, kamu harus sedikit demi sedikit meningkatkan posisimu..... Atau lebih tepatnya, Haruto-sama bukanlah tipe orang yang bisa kamu dekati dengan mudah, jadi kamu juga harus berhati-hati."
Cosette mengangguk dengan ekspresi serius, lalu mengatakan bagian terakhir dengan nada bercanda. Kata-katanya itu di arahkan kepada Natalie, kemudian dia juga menatap Chloe.
"K-Kenapa kamu berpikir kalau aku juga ingin mendekatinya?"
Natalie bertanya dengan nada tinggi.
{ TLN : Wkwkwkwk Natalie tipe apa nih cuk ? }
"Oh, apa aku salah? Ketika Haruto-sama mengalahkan Minotaur dalam satu serangan, aku merasakan kalau kamu juga menaruh hati kepadanya"
"Itu t-tidak.... benar!"
"Yang benar? Aku bermaksud memberimu petunjuk untuk bisa dekat dengan Haruto-sama karena aku adalah temanmu, tapi jika kamu tidak tertarik, kurasa aku tidak perlu melakukannya."
Kata Cosette, dengan santai memainkan peran orang bodoh.
"I-Itu tidak masalah."
Jawab Natalie.
"Umm, aku ingin tahu! Haruto-san..... Orang seperti apa Haruto-sama itu?"
Chloe yang telah mendengarkan dalam diam sampai sekarang, kemudian dia tiba-tiba mengangkat tangannya dan mengungkapkan pikirannya.
"Ara— Tidak seperti Natalie, Chloe tampaknya lebih jujur."
Cosette tersenyum ceria.
"Ah, tidak, bukan seperti itu. Aku tidak bermaksud seperti mau mendapatkannya atau semacamnya – hanya saja, aku pernah melakukan sesuatu yang kasar kepadanya di masa lalu dan aku ingin meminta maaf kepadanya!"
Chloe menjelaskan dengan panik.
"Kalau aku pikir-pikir, kamu sudah mengenalnya."
Kata Cosette, memutuskan untuk menerima penjelasan Chloe.
"Tapi sepertinya Haruto-sama tidak merasa terganggu atau terlihat merasa seperti itu, kan?"
Natalie bertanya, menggali lebih dalam untuk mengetahui lebih lanjut tentang tujuan Chloe.
"Itu mungkin benar, tapi aku tetap tidak bisa menerimanya. Haruto-sama bahkan telah menyelamatkan ibu dan adik perempuanku ketika kota di serang gerombolan monster....."
Chloe menundukkan kepalanya dengan menyesal.
"Baiklah, tugas seorang Senpai adalah membantu kouhai yang sedang dalam kesulitan. Demi kamu, Chloe, aku akan memberitahumu semua yang telah aku ketahui tentang Haruto-sama."
Kata Cosette.
"Kurasa kita tidak punya pilihan lain."
Setelah menghela napas lelah, Natalie menunjukkan sedikit senyuman.
"Dari apa yang aku amati, Haruto-sama adalah orang yang ramah dan terlihat santai, tapi dia tipe yang tidak akan memulai percakapan sendiri. Dia memiliki jarak yang cukup sangat jauh dengan orang lain karena dia cukup sensitif dan juga memiliki ruang pribadi yang cukup luas. Cara dia bersikap seperti terbiasa dengan wanita tidak berarti kalau dia tidak sepenuhnya kebal terhadap mereka. Bukannya seperti dia tidak punya rahasia, tapi aku sangat yakin kalau dia memiliki kepribadian yang sangat tulus. Pertahanannya mungkin sangat tinggi, tapi Haruto-sama memperlakukan orang yang dekat dengannya dengan sangat baik. Jika kamu bisa menempatkan dirimu pada posisi yang lebih baik daripada menjadi teman dan lebih rendah daripada menjadi kekasih, kamu akan terus-menerus terbuka di sekitarnya tanpa menerima tanggapan negatif."
Kata Cosette, menjelaskan semuanya dengan mudah.
"Aku mengerti, kamu telah melakukan mengamatinya dengan rinci. Seperti biasa, targetnya selalu laki-laki."
Natalie tidak bisa menahan senyum pahit.
"Terima kasih. Aku akan menganggapnya sebagai pujian."
Kata Cosette sambil tersenyum.
"Ngomong-ngomong, ini adalah peringatanku jika kamu ingin menaklukkannya: karena posisi kita, bahkan jika kita menjadi dekat dengan Haruto-sama, mengejarnya dengan terlalu gigih adalah ide yang buruk. Kita harus melakukan kontak dengannya perlahan tapi pasti, setiap kali kita punya kesempatan untuk meninggalkan kesan tentang diri kita kepadanya – tapi jangan berlebihan. Jika kalian tidak memiliki banyak pengalaman cinta, kalian tidak boleh bergerak terlalu agresif dengan cara kalian mengekspresikan perasaan yang kalian punya. Buat saja kontak dengannya sambil berpikir untuk mencari peluang tepat. Dengan begitu, suatu hari nanti, keberuntungan akan berpihak kepada kita. Kalian paham? Bukankah dia lawan yang cukup tangguh?"
Kata Cosette, mengakhiri dengan mengedipkan mata.
"S-Seperti yang aku bilang, aku tidak punya niat untuk mengincarnya...."
Chloe membuang muka tanpa berpikir.
"Yang benar? Nah, jika kamu nanti memutuskan untuk mendekatinya juga, kita akan membicarakannya lagi, kamu juga, Natalie."
Kata Cosette, tersenyum.
"Aku tidak peduli."
Natalie tidak memedulikannya sambil mengangkat bahunya.
"Aku ingin tahu apakah kalian memang mengatakan yang sebenarnya. Ada yang bilang kalau cinta itu buta. Kalian mungkin belum menyadari perasaan kalian yang sebenarnya. Suatu hari perasaan kalian mungkin tiba-tiba meledak, jadi berhati-hatilah."
Cosette melakukan kontak mata dengan Natalie dan memberi isyarat ke arah Chloe.
".....Ya, terserahlah."
Natalie memahami niat Cosette dan mengangguk dengan ekspresi lelah.
Chloe masihlah seorang pemula yang baru bekerja untuk waktu yang singkat.
Natalie menyangkalnya sendiri, tetapi ada kemungkinan perasaannya kepada Rio suatu hari akan berubah menjadi sesuatu yang romantis. Karena dia adalah senior bagi Chloe, sangat penting baginya untuk memperingatkannya tentang hal-hal seperti itu.
[ Huft..... Dia terlihat seperti sedang membicarakan dirinya sendiri, tapi sebenarnya dia melakukannya untuk Chloe. ]
Pikir Natalie.
Meski terlihat seperti orang yang tidak tertarik dengan urusan pekerjaan, fakta kalau Cosette memperhatikan detail kecil seperti itu membuatnya sulit untuk dibenci.
"Ngomong-ngomong, aku akan mencoba kesempatanku dengan semua yang aku miliki, jadi pastikan kalian memberitahuku setiap kali Haruto-sama berkunjung."
[ .....Aku menarik kata-kataku barusan. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri; sisi dirinya itu yang merepotkan. ]
Natalie menghela napas kecil.
◇◇◇◇
Hari berikutnya dimulai dengan cuaca yang bagus.
Setelah kembali ke Mansion, Liselotte menaiki kapal sihir pribadinya bersama Rio dan Miharu untuk menuju ke ibukota Galarc, Galtuuk.
Ibukota Galtuuk berada di timur laut Amande, kapal pribadi milik Liselotte sedang menuju ke sana bukan dengan melewati laut biru, tetapi dengan terbang di udara. Karena mereka pergi pada siang hari, mereka mungkin akan tiba paling cepat sore hari.
Kapal Sihir adalah perahu layar yang terbuat dari kayu dengan plat besi yang dipasang pada lambung dan sayap di kedua sisi untuk menyesuaikan ketinggian selama penerbangan.
Kapal-kapal sihir ini merupakan artefak sihir kuno yang sudah ada sejak era perang suci, tetapi karena mereka diproduksi secara massal selama perang suci, ada lebih banyak kapal-kapal sihir ini jika dibandingkan dengan artefak sihir kuno lainnya.
Meskipun demikian, untuk pembuatan sebuah kapal membutuhkan banyak biaya – Bahkan untuk seorang putri bangsawan biasa tidak akan mampu membeli sebuah kapal pribadi – sehingga kebanyakan rakyat biasa tidak pernah menginjakkan kaki di atasnya. Tentu saja, ini juga pertama kalinya Rio dan Miharu bepergian dengan transportasi semacam itu.
Setelah kapal sihir milik Liselotte meninggalkan Amande dan menstabilkan penerbangannya, Liselotte mengundang Rio dan Miharu untuk berdiskusi di salah satu ruang tamu di dalamnya.
Dia telah keluar kota selama beberapa hari terakhir dan segera pergi karena jadwalnya yang padat. Meski begitu, dia tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan sama sekali.
"Apa kalian menikmati perjalanannya dengan kapal ini?"
Liselotte bertanya.
"Interior kapalnya cukup nyaman dan menyenangkan."
Kata Rio sambil tersenyum.
"Aku setuju. Kapalnya sama sekali tidak bergetar, aku jadi terkejut."
Jawab Miharu jujur.
"Aku senang mendengarnya. Aku akan pastikan untuk menyisihkan waktu luang untuk nanti, jadi silakan nikamati pemandangannya dari dek kapal jika mau. Untuk saat ini, aku ingin sedikit mengobrol dengan kalian."
Kata Liselotte sambil tersenyum ramah, perkataannya mengarah ke Miharu.
"Ya, dengan senang hati!"
Miharu dengan senang hati mengangguk.
"Baiklah kalau begitu. Pertama, mari kita bahas rencana kita selama dua hari sebelum perjamuan dimulai. Hari ini kita akan sampai di ibukota sebelum matahari terbenam. Aku akan mengirim undangan, jadi silakan menginap di kediaman keluargaku untuk malam ini. Rencananya adalah mengunjungi Kastil besok paginya, jika kita beruntung, kalian seharusnya bisa bertemu Satsuki-sama sehari sebelum perjamuan."
Saat ini, Satsuki menolak semua pertemuan dari luar sampai perjamuan dimulai. Oleh karena itu, tidak ada yang bisa meyakinkan mereka kalau mereka akan bisa bertemu dengannya kecuali mereka pergi ke Kastil secara langsung. Tapi karena Miharu adalah temannya, kemungkinan suksesnya cukup tinggi.
"Hebat. Ngomong-ngomong, aku tidak tahu apakah ini cukup untuk menunjukkan rasa terima kasihku, tetapi aku meminjam dapur dari Mansion-mu untuk membuat beberapa kue dari duniaku. Silakan cicipi. Meskipun, ada beberapa makanan penutup yang serupa di dunia ini, dan aku juga tidak tahu apakah makanan penutup ini akan sesuai dengan selera kalian atau tidak....."
Sambil mengatakan itu, Miharu mengambil sebuah keranjang panjang dan menaruhnya di atas meja di depannya.
"Ah, wow. Terima kasih banyak. Aku sering mencoba membuat makanan ringan untuk pengembangan produk di Ricca Guild, tapi aku juga begitu menyukai makanan manis. Apa kamu tidak keberatan jika aku mencobanya langsung?"
Liselotte berkata dengan gembira.
Jika itu adalah kue yang tidak Liselotte ketahui, gadis itu dengan senang hati akan membayar resepnya, bahkan jika dia tahu resepnya, rasanya akan berbeda tergantung pada bagaimana itu dibuat.
"Tentu — silakan. Makanan penutup ini sudah didinginkan dengan artefak sihir, tetapi semakin cepat kalian memakannya semakin baik."
Setelah mengeluarkan kue-kue buatannya, Miharu mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah, mari kita mencobanya. Aria, tolong bawakan piring dan alat-alat makannya."
Perintah Liselotte dengan penuh semangat.
"Baik, Ojou-sama."
Aria mengangguk dengan hormat dan berjalan ke lemari tempat peralatan makan itu berada. Tak lama kemudian, ada peralatan makan sudah di siapkan untuk semuanya di atas meja.
"Kalau begitu, aku akan menyiapkannya."
Miharu membuka keranjangnya agar Liselotte dan Aria bisa melihat ke dalam. Begitu dia melakukannya, hembusan udara dingin bertiup dari dalam. Itu adalah efek dari artefak sihir yang dia katakan sebelumnya.
Bagian dalam keranjang itu dibagi menjadi empat bagian dan di setiap bagian terdapat kue di atasnya. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi jumlahnya banyak, jadi sulit bagi mereka untuk menghabiskan semuanya.
"Ah, hebat! Ada banyak sekali! Semuanya terlihat sangat cantik. Aku berpikir kalau aku bisa memakan semua kue ini....."
[ Kue pai apel, Mille Crepe, Cheese Cake dan Mont Blanc. ]
Mata Liselotte mulai bersinar terang dan kata-katanya yang gembira keluar dari lubuk hatinya. Ekspresinya adalah bukti nyata dari ketulusannya.
{ TLN : Untuk yang penasaran kue nya kaya gimana silakan browsing aja }
Aria tampaknya juga terpikat oleh kue-kue itu, saat dia melihat ke dalam keranjang dengan penuh minat.
"Ada cukup banyak, jadi kamu bisa mencobanya juga, Aria-san. Jika masih ada yang tersisa, kamu bisa membaginya kepada pelayan lain nanti."
Kata Miharu, membuat alis Aria sedikit berkedut.
"Terima kasih untuk kebaikanmu. Kue-kue ini cukup banyak jika hanya untuk kita bertiga. Aria, pergi dan cepat ambilkan piringnya lagi."
Dengan kata-kata itu, Liselotte mengijinkan Aria untuk mencobanya juga.
".....Ini suatu kehormatan bagiku. Aku akan menyiapkan lebih banyak teh juga."
Aria tersenyum tipis, segera pergi mengambil piring dan membuat teh lagi.
"Aku akan membagi kuenya. Kamu mau mencoba yang mana dulu, Liselotte-sama? Aku yakin.... kamu juga perlu penjelasan dengan makanan ini, jadi jangan ragu untuk bertanya."
Kata Miharu sambil melihat ke arah Aria yang sedang membuat teh di dapur kecil di ruangan itu.
Liselotte telah mengungkapkan kepada Rio dan Miharu fakta tentang bagaimana dia mempunyai ingatan akan kehidupan masa lalunya.
Itu sebabnya, tidak perlu menjelaskan apapun padanya tentang makanan ini, tetapi Miharu tidak tahu apakah Aria tahu tentang rahasia Liselotte itu atau tidak. Itulah mengapa Miharu mempertimbangkannya.
"Kamu tidak perlu cemas. Setelah pertemuanku denganmu, aku sudah mengungkapkan rahasiaku kepada Aria."
Jawab Liselotte.
"S-Sungguh?"
Miharu menunjukkan ekspresi bingung. Matanya terbuka lebar.
"Yup. Itu akan menyelamatkanku dari banyak penjelasan di masa depan, karena sepertinya aku akan sering bertemu denganmu beberapa kali. Aria selalu di sisiku dan dia adalah orang yang paling aku percayai."
"Tapi..... Aku minta maaf. Karena aku....."
"Tidak apa, karena sekarang banyak orang yang dipanggil dari Bumi, kemungkinan besar semakin banyak yang akan menemukan rahasia dari produk Ricca Guild, seperti yang kamu lakukan. Itu bisa membuat orang-orang itu mencariku secara langsung dan itu adalah kesempatan yang sempurna untuk mengungkapkan rahasiaku kepada Aria."
Kata Liselotte, menggelengkan kepalanya dengan sedikit senyum pahit.
[ Yah, aku juga belum memberitahu ayah dan ibu..... ]
Ekspresi agak bersalah muncul di wajah Liselotte.
Biasanya orang tuanya akan menjadi orang pertama yang akan dia ungkapkan kebenarannya, tetapi justru itulah yang membuat keputusan itu sangat sulit baginya.
"Ngomong-ngomong, selain yang lain, kamu tidak perlu berhati-hati kalau hanya ada Aria sendiri. Kami dapat berbicara seperti biasanya. Selain itu juga, Ricca Guild telah memproduksi beberapa kue dengan nama yang berasal dari Bumi. Kue pai apel, Mille Crepe, Mont Blanc dan ini..... Apa ini termasuk Cheese Cake?"
Liselotte tersenyum cerah.
"....Benar! Mana yang mau kamu coba dulu?"
Miharu menjawab dengan suara ramah, sebelum mengambil pisau yang ada di atas meja. Dia tampaknya merasakan sesuatu dari perubahan samar dalam ekspresi Liselotte.
"Terima kasih. Kalau begitu, mari kita mulai dengan pai apel dulu."
Kata Liselotte dengan riang, sambil menunjuk pada pai apel itu.
"Baik."
Miharu mulai memotong kue pai apel itu, dan setelah meletakkannya di atas piring, dia memberikannya ke Liselotte. Dia juga bertanya pada Rio kue apa yang dia inginkan dan dia menyajikannya padanya. Kemudian, dia menyajikannya untuk dirinya sendiri.
Liselotte menggunakan pisau dan garpu untuk memotong kecil kue itu dan kemudian memasukkannya ke dalam mulutnya.
"Mm! Sangat enak! Mungkinkah kamu sangat mahir dalam membuat kue, Miharu-san ?!"
Ekspresi Liselotte bersinar cerah.
Kulit di permukaan kue pai itu renyah, namun bagian dalamnya lembut. Rasa manis dari kue dan kulitnya yang pas menyatu dengan sempurna, menciptakan rasa harmoni yang sempurna di dalam mulut Liselotte saat dia mengunyahnya.
"Tidak, itu belum terlalu bagus. Kue-kuenya akan benar-benar terasa sangat enak ketika baru selesai dipanggang dan masih hangat, tetapi karena aku tidak bisa langsung memberikannya, aku membekukannya segera setelah selesai membuatnya. Aku berharap kulitnya painya masih renyah..... Yup, tapi jika sudah enak, maka itu baik-baik saja."
Miharu merasa lega mendapatkan tanda persetujuan dari Liselotte dan mulai mencicipi sepotong kuenya.
"Tidak, ini sangat enak. Kue ini sangat cukup untuk dijual di Ricca Guild – tidak, kue ini pasti akan sangat pas di menu eksklusifku! Jika memungkinkan, lain kali aku mau mencoba kue yang baru saja dipanggang."
Kata Liselotte memohon dengan ekspresi serius.
"Ahaha, aku tidak bisa bekerja secara eksklusif untukmu, tapi aku akan sangat senang membuatnya untuk kue yang baru dibuat."
Kata Miharu, menyetujui.
Liselotte berekspresi dengan gembira setiap kali dia mencicipi salah satu makanan penutup yang dibuat oleh Miharu.
Ketika Liselotte menikmati kuenya, Aria selesai membuat teh dan bergabung untuk mencicipinya. Minatnya tertuju kepada Mont Blanc dengan krim di atasnya, kemudian dia mengambilnya dan meletakannya di atas di piringnya.
".....Apa ini Mont Blanc ?"
Aria menyipitkan matanya dengan ragu ketika dia melihat kue itu di piringnya. Dia menyisihkan marron glace di atas kuenya untuk dinikmati nanti dan menggigit krimnya terlebih dulu.
{ TLN : Marron Glace itu semacam makanan manis atau bahan makanan yang manis, yang biasanya ada di hidangan pencuci mulut/hidangan penutup }
".....Wow, ini enak."
Rasa manis dari kastanye yang bercampur dengan rasa manis krimnya, membuat Aria menunjukkan ekspresi kagumnya dan mengomentari pendapatnya. Setelah meminum tehnya, lalu dia menggigit kue lagi.
"Mont Blanc ini kurang manis daripada Mont Blanc yang kami jual di Ricca Guild, karena rasanya itu membuatnya tetap kaya akan rasa dan teksturnya sangat pas. Aku merasa seperti bisa memakannya lagi dan lagi tanpa henti....."
Aria mengungkapkan pikirannya dengan nada kagum.
"Terima kasih banyak. Aku mencoba menggunakan sedikit gula untuk memaksimalkan rasa manis alami dari dari kastanye-nya."
Kata Miharu, menjelaskan.
"Jadi, rasa manis yang aku rasakan ini berasal dari kastanye itu sendiri....."
Aria menggigit kuenya lagi dan memastikan rasanya. Lalu, dia mulai memakan marron glace-nya sambil memejamkan matanya.