Beyond Memories – Chapter 7 : Sekali Lagi Kembali Ke Amande

 

Sore berikutnya, Rio berangkat dari rumah batu yang di tempatkan di pinggiran Kerajaan Galarc untuk mengunjungi kota Amande. Miharu menemaninya dan Aishia dalam wujud rohnya.

 

Tujuannya adalah Mansion Liselotte.

 

Mereka pergi ke pintu masuk sebelah utara kota dan menjalani prosedur yang diperlukan untuk pergi ke dalam Mansion.

 

"Apa kamu gugup, Miharu-san?" 

Melihat wajah Miharu yang kaku, Rio mencoba mengkonfirmasi suasana hatinya.

 

"Ya, sedikit. Ini pertama kalinya aku bertemu dengan bangsawan......"

Miharu mengangguk dengan nada canggung. 

Celia juga putri seorang bangsawan, tapi tampaknya dia sudah lupa tentang itu.

 

{ TLN : Lah terus Celia apa cuk ? }

 

"Cecilia juga seorang bangsawan. Atau apakah dia tidak terlihat seperti itu?" 

Rio menanyakan pertanyaan itu menggunakan nama samaran Celia. Karena Rio ingin Miharu tenang, dia menunjukkan senyum menggoda di wajahnya.

 

"......Ah, umm, dalam kasus Cecillia, aku mendengar sebelumnya kalau dia adalah orang yang sangat dekat denganmu, jadi sepertinya tidak seperti itu..... Umm, aku masih berpikir dia cantik dan pintar. Dia hampir seperti seorang putri, kamu tahu?" 

Miharu tersentak dan mencoba membenarkan dengan panik. Dari sudut pandangnya, Celia adalah orang yang luar biasa dengan kehadiran yang mengesankan.

 

"Aku yakin dia akan senang mendengarnya. Jika kamu tidak merasa gugup saat berada di dekat Cecilia, maka kamu seharusnya baik-baik saja jika bertemu dengan Liselotte. Jadi jangan terlalu gugup." 

Kata Rio, tersenyum secara alami.

 

"Baik." 

Miharu mengangguk, menatap diam-diam ke arah Rio.

 

[ Syukurlah aku bisa bicara normal meski aku berdua saja dengan Haruto. ]

Miharu menghela napas lega.

 

Mungkin itu hanya imajinasi Miharu, namun dia sedikit khawatir kalau hubungannya dengan Rio telah menjadi agak canggung. Terutama sejak saat Rio kembali ke desa untuk memberitahu mereka tentang keberadaan Satsuki dan Miharu bertanya tentang kehidupan masa lalunya.....

 

Ada dua kemungkinan penyebabnya: yang pertama adalah fakta kalau Miharu sangat yakin bahwa Rio adalah Amakawa Haruto. Dan itu pasti.

 

Adapun alasan terakhir..... Entah kenapa, sejak Rio kembali ke desa, dia telah memberikan perasaan ingin menjauhkan diri darinya. 

Tentu saja, dia tidak akan melakukannya secara jelas dan berperilaku biasa ketika bersama yang lain, Rio bertingkah laku secara alami, tetapi Miharu telah merasakan jarak yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Lebih seperti perasaan kalau Rio menghindarinya, seolah-olah mereka semakin menjauh.....

 

Hal itu membuat Miharu merasa sangat sedih. 

Itu sebabnya, dia agak cemas tentang hari ini – situasi di mana hanya mereka berduaan. Sementara sebagian dari kegelisahannya disebabkan oleh pertemuannya dengan Liselotte, sebagian besarnya karena dia harus berduaan dengan Rio.

 

Meski begitu, Aishia bersama mereka dalam bentuk rohnya, jadi secara teknis mereka tidak berduaan. Selain itu, Miharu sendiri tahu kalau ada hal-hal yang lebih penting yang harus dia khawatirkan pada saat ini, jadi dia menyembunyikan keraguannya di dalam hatinya.

 

[ Benar— Hari ini aku datang atas nama Aki-chan dan Masato-kun. Ini memang keinginan egoisku. ]

Pikir Miharu.

 

"Aku yang akan melakukan semua pembicaraan, jadi kamu bisa fokus mendengarkan. Kamu hanya cukup membalas setiap kali Liselotte atau aku memanggilmu secara langsung. Ada topik yang harus diperhatikan adalah jika Liselotte menunjukkan produk yang mirip dengan yang ada di bumi."

Rio pasti mengira kalau Miharu merasa tidak nyaman, ketika dia berbicara kepadanya dengan lembut.

 

"O-Oke. Aku akan melakukan yang terbaik, seperti yang kita lakukan sebelumnya."

Kata Miharu, membulatkan tekadnya.

 

Liselotte Cretia. Fakta dia menggunakan pengetahuan dari Bumi untuk membuat produk di dunia ini tidak dapat disangkal. Untuk alasan ini, Rio dan Miharu telah mempertimbangkan semua kemungkinan reaksi yang mungkin ditimbulkan Liselotte jika Miharu, sebagai orang Jepang muncul di hadapannya.

 

"Jangan khawatir, Miharu-san. Aishia juga ada di sini."

 

"....Ya. Tolong jaga aku, Ai-chan."

Kata Miharu, tertawa ringan.

 

"Jika yang kemungkinan terburuk terjadi, aku akan mengandalkan Aishia." Kata Rio.

 

Kenyataannya, kemungkinan ‘terburuk’ terjadi sangat rendah. Itu hanya pendapat pribadi Rio, tetapi melihat sikap Liselotte yang biasa dan sikap yang diambilnya saat berinteraksi dengan pahlawan Sakata Hiroaki, Rio sampai pada kesimpulan kalau sikapnya Liselotte tidak akan tiba-tiba berubah.

 

[ Mengerti. ]

Jawab Aishia dengan singkat.

 

"Kamu melihatnya?" 

Kata Rio, menunjukkan senyuman.

 

"Fufu, meski aku tidak bisa melihatnya, aku bisa membayangkan dengan ekspresi seperti apa yang Ai-chan buat." 

Miharu mulai tertawa. 

 

Sebagai catatan, Aishia berada di dalam tubuh Rio dalam bentuk rohnya, tapi dia bisa berkomunikasi secara telepati dengan Miharu saat dia ada di dekatnya berkat kontrak sementara yang mereka buat sebelumnya. 

Dengan adanya Rio, itu berarti mereka bertiga bisa berkomunikasi dengan pikiran mereka.

 

Jadi, saat mereka mengobrol di sepanjang jalan, mereka sudah tiba di depan gerbang Mansion Liselotte. Rio berhenti pada jarak sepuluh meter.

 

"Kita sudah sampai di kediaman Liselotte."

 

"S-Sangat luas. Sepanjang jalan aku memikirkannya." 

 

Miharu menatap bagian luar Mansion dengan saksama. Mansion itu dikelilingi oleh dinding, bahkan tanpa di kelilingi dinding, melihat seluruh luas tanah milik Liselote dari posisi mereka bisa di bayangkan luasnya tersebut.

 

"Liselotte adalah putri seorang Duke dan juga presiden sebuah perusahaan perdagangan besar. Mengingat awalnya Amande bukan kota besar, tempat tinggalnya ini bisa di bilang lumayan kecil."

Kata Rio, menjelaskan.

 

Amande masih dalam pembangunan dan terus berkembang, jadi jika mereka memiliki lebih banyak lahan, maka Mansionnya akan jauh lebih luas.

 

Mereka berdua membicarakan hal itu di depan gerbang Mansion, ketika tiba-tiba, salah satu penjaga mendekati mereka.

 

"Selamat siang. Apa kalian mempunyai sebuah urusan di Mansion ini?" 

Tanya sang penjaga gerbang. 

 

Rio dan Miharu tidak menyembunyikan penampilan mereka, jadi wajah mereka tidak tertutup. Namun, meski pakaian mereka rapi, mereka jelas bukanlah bangsawan, dan mungkin juga, mereka terlihat mencurigakan. Warna rambut Miharu berubah berkat Artefak.

 

"Namaku Haruto. Aku datang ke sini untuk berbicara dengan Liselotte-sama. Jika dia sibuk saat ini, aku bersedia bertemu dengannya lain waktu." 

Kata Rio dengan nada hormat.

 

"Haruto-sama...... Tolong terima permintaan maafku ini karena tidak mengenalimu. Kamu adalah swordman yang menyelamatkan tuanku ketika dia diserang oleh monster, benar?"

 

"Aku tidak bisa mengatakan kalau akulah menyelamatkannya, tapi....."

Rio menjawab dengan rendah hati sambil tersenyum masam.

 

"Lalu gadis ini..... Mungkinkah kamu adalah rekan Haruto-sama?" 

Penjaga gerbang itu menjawab Miharu dengan pertanyaan itu.

 

"Iya. Namanya adalah Ayase Miharu."

 

Rio memberikan nama lengkap Miharu, yang membuat penjaga itu berpikir kalau Miharu adalah seorang bangsawan karena nama belakangnya. Penjaga itu melebarkan matanya karena terkejut dan mengundang mereka masuk. 

 

".....Baiklah. Maka, izinkan aku untuk memandu kalian ke pelayan tuanku. Tolong ikut denganku. Oi, Haruto-sama datang. Cepat kirim pesan ke Mansion."

Penjaga itu berbicara kepada Penjaga lain yang menjaga gerbang masuk. Salah satu dari mereka berlari menuju Mansion untuk memberitahu para pelayan tentang situasi saat ini.

 

Rio dan Miharu dibawa masuk melewati gerbang dan menuju taman. Miharu memandanginya, taman itu luas dan indah.

 

Kemudian, begitu mereka mencapai pintu masuk utama, pintu terbuka dan tiga orang pelayan keluar untuk menyambut mereka: Cosette, Natalie, dan Chloe.

 

"Ah, Haruto-sama. Selamat datang di Mansion." 

Cosette menyapanya dengan hormat dan menundukkan kepalanya. Natalie dan Chloe juga melakukan hal yang sama.

 

"Lama tidak bertemu, semuanya." 

Rio menjawab dengan nada ramah. 

 

Mendengar itu, Cosette mengangkat kepalanya dan menyadari kehadiran Miharu untuk pertama kalinya. 

Meskipun dia membuat wajah penasaran, dia tidak mengatakan apapun.

 

"Ya, senang bisa bertemu denganmu lagi. Aku sudah mendengar situasinya. Silakan masuk." 

Kata Cosette dengan ceria, mengundang Rio dan Miharu untuk masuk ke dalam Mansion.

 

"Terima kasih banyak." 

Rio menundukkan kepalanya dan mengikuti Cosette dari belakang.

 

"P-Permisi." 

Miharu menundukkan kepalanya dengan canggung dan mengikuti Rio dengan langkah takut-takut.

 

"Kami akan mengurus sisanya. Terima kasih." 

Kata Natalie kepada Prajurit yang telah menemani mereka. Prajurit itu segera pamit diri dan kembali ke gerbang Mansion.

 

"Aku minta maaf karena datang begitu tiba-tiba, tapi aku setidaknya berharap mendapatkan persetujuan untuk pertemuan di masa depan dengan Liselotte-sama." 

Kata Rio kepada Natalie ketika mereka berjalan memasuki Mansion.

 

Natalie menggelengkan kepalanya dan menjawab dengan nada hangat.

"Kamu adalah penyelamat tuan kami, jadi kami telah diperintahkan untuk selalu memprioritaskan kedatanganmu. Kamu mungkin harus menunggu sebentar, dan seharusnya kamu bisa bertemu dengannya hari ini. Untuk saat ini, izinkan kami untuk membawamu ke ruang tunggu."

 

"......Aku merasa terhormat mendengarnya." 

Rio menunjukkan senyum agak malu.

 

"In adalah ruang tunggu. Silahkan masuk." 

Begitu mereka tiba, Cosette membuka pintu ruangan dan mengundang mereka masuk.

 

"Permisi." 

Rio mengikutinya dan duduk di kursi. Miharu duduk di sampingnya dengan gugup. Setelah itu, salah satu pelayan membawakan nampan berisi teh.

 

"Sekarang, tunggu sampai tuanku tiba. Kami akan menunggu di luar ruangan, jika kamu membutuhkan sesuatu, silakan panggil kami." 

Para pelayan meninggalkan ruangan dengan hormat.

 

Begitu Miharu kembali berduaan dengan Rio, dia menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya. 

".....A-Aku tiba-tiba merasa sangat gugup."

 

“Jangan khawatir — aku yakin dia akan memberimu izin untuk bergabung dengan kami. Serahkan padaku."

Rio mencoba meredakan kekhawatiran Miharu, tapi kata-katanya bukan hanya janji kosong. Bahkan jika Liselotte menolak permintaannya, Rio punya beberapa cara untuk meyakinkannya.

 

"Maafkan aku, meskipun ini adalah permintaan egoisku, pada akhirnya kamu yang mengurus semuanya....."

Miharu merasa malu atas ketidakmampuannya dan meminta maaf.

 

"Aku melakukannya karena aku ingin. Jadi, jangan khawatir."

Rio memberi Miharu beberapa kata penyemangat. 

 

Pada saat itu, seseorang mengetuk pintu. Rio dan Miharu berbalik ke arah pintu masuk, yang terbuka beberapa detik kemudian.

 

"Maaf membuatmu menunggu, Haruto-sama." 

Orang yang masuk adalah pemilik Mansion, Liselotte. Di belakangnya ada Aria.

 

"Lama tidak bertemu, Liselotte-sama." 

Rio segera berdiri dan meletakkan tangan kanannya di dada untuk memberinya tanda hormat.

 

"S-Senang bertemu denganmu. Terima kasih banyak telah menerimaku." 

Miharu juga segera berdiri dengan canggung dan menundukkan kepalanya dengan tidak nyaman.

 

".....Kamu adalah Ayase Miharu-sama, benar? Pelayanku memberitahuku tentang namamu sebelumnya. Senang bertemu denganmu. Namaku Liselotte Cretia, Gubernur Kota Amande."

Setelah merekam wajah Miharu di benaknya, Liselotte menyambutnya dengan senyuman.

 

"Y-Ya. Merupakan suatu kehormatan berada di hadapanmu." 

Miharu menjawab dengan nada gugup.

 

"Sepertinya kamu punya sesuatu ingin dibicarakan denganku. Mari kita duduk dulu." 

Liselotte mempersilakan mereka untuk duduk dengan sikap ramah.

 

Begitu Rio duduk, dia langsung angkat bicara. 

"Aku di sini untuk membicarakan apa yang kita diskusikan sebelumnya – alasan mengapa aku ingin menghadiri perjamuan. Hal itu melibatkan Miharu-san, jadi aku ingin membawanya bersamaku."

 

"Bisakah kamu memberi detailnya lebih lanjut?" 

Liselotte mendesaknya untuk melanjutkan tanpa mengubah ekspresinya sedikit pun.

 

"Miharu-san adalah teman Sumeragi Satsuki-sama, pahlawan yang di panggil di Kerajaan Galarc. Aku pikir ini cukup bagimu untuk memahami situasinya."

 

Liselotte menutup matanya sejenak. 

".....Aria, tolong keluar sebentar. Tunggu di luar pintu dan pastikan tidak ada yang masuk."

 

".....Baik." 

Aria mengangguk dengan hormat dan meninggalkan ruangan seperti yang diperintahkan.

 

"Maafkan aku tentang itu, Pahlawan.... Sakata-sama dan Flora Ojou-sama masih ada di sini, Mansion, jadi ada kemungkinan mereka akan datang ke sini. Aku telah mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah mereka mengganggu percakapan kita."

 

"Terima kasih."

Rio menundukkan kepalanya dengan senyum tipis. 

Sakata Hiroaki adalah tipe yang memasuki ruangan tanpa bertanya, sesuatu yang sangat tidak diinginkan saat ini.

 

".....Sebenarnya, sejak aku melihat wajah Miharu-sama, aku mendapat kesan kalau wajahnya tidak umum di Kerajaan tetangga. Namun, itu tidak membuktikan kalau Miharu-sama berasal dari dunia yang sama dengan pahlawan. Kesaksian Haruto-sama membuatku ingin mempercayai kata-katanya, tetapi jika kamu tidak keberatan, bisakah aku berbicara dengan Miharu-sama sebentar? Kurasa aku bisa menentukan apakah dia benar-benar berasal dari dunia yang sama dengan pahlawan atau tidak." 

Liselotte menarik napas pendek dan menatap lurus ke arah Miharu saat dia berbicara.

 

"Ah, umm....."

Miharu menoleh ke Rio untuk meminta izinnya, lalu Rio mengangguk sedikit.

 

"Ya, tidak masalah."

Kata Miharu.

 

"Sekali lagi, senang bertemu denganmu, Miharu-san. Namaku Liselotte Cretia. Aku juga orang Jepang di kehidupanku sebelumnya. Bisakah kamu mengerti kata-kataku?" 

Liselotte tiba-tiba mulai berbicara bahasa Jepang. Bahasanya agak canggung, tetapi fakta kalau dia berbicara bahasa Jepang tidak dapat disangkal.