"Whoa....."
Masato langsung terpikat oleh penampilan Celia.
"......."
Miharu dan yang lainnya menatapnya perubahan pada penampilan Celia dengan kagum.
"Seperti yang kalian lihat, ketika aku berada di depan orang lain, aku mengubah penampilanku untuk menyembunyikan identitasku..... Umm, agak memalukan dilihat seperti ini?"
Mengatakan itu dengan malu-malu, Celia meminta bantuan Rio. Namun, Rio mengangkat bahunya dan tertawa.
"Tunggu? Jangan bilang.... Kalau ada yang aneh dengan wajahku?"
Setelah terengah-engah, Celia mulai menyentuh wajah dan rambutnya dengan panik; ada kemungkinan kalau ada yang salah dengan penampilannya.
Namun, dia tidak menemukan sesuatu yang aneh, Celia menoleh ke Rio saat dia dengan ragu-ragu menurunkan tangannya.
"Semuanya kagum ketika melihat betapa manisnya dirimu, Sensei."
Rio berkomentar dengan senyum geli.
"M-Manis..... K-Kenapa kamu tersenyum?"
Celia tersipu dan mengembungkan pipinya, menatap tajam ke arah Rio.
"Maafkan aku. Aku tidak menyangka kalau semuanya menjadi segugup ini, jadi ini cukup lucu untukku."
Melihat Miharu dan yang lainnya, Rio tertawa ringan.
".....Maaf sebelumnya."
Sara menunduk.
"Kamu sangat cantik sehingga aku tidak bisa berkata-kata."
"Terima kasih."
Celia mengucapkan terima kasih dengan nada malu.
"Sekarang, aku akan memperkenalkanmu kepada Sara dan yang lainnya. Karena ada beberapa dari mereka, kalian bisa berbicara satu sama lain untuk mengetahui detailnya di lain kali."
"Oke."
Kata Sara, mengangguk.
"Dia adalah Sara. Dia seumuran dengaku dan kami bertemu setelah aku kabur dari Beltrum. Kami sudah cukup dekat sejak saat itu, tetapi pada kenyataannya dia bukan manusia dari wilayah Strahl."
"Dia adalah salah satu orang-orang yang kamu bicarakan sebelumnya, kan? Mereka yang hidup jauh di dalam hutan....."
Celia mencoba memastikan keraguannya dengan takut-takut.
"Ya, kamu benar."
Kata Rio, mengangguk.
Sampai sekarang Rio telah menyimpan rahasia tentang desa roh dari Celia, tetapi Sara telah mengizinkannya untuk memberitahu Celia detailnya.
"Begitu....."
Celia menatap wajah gadis-gadis itu.
Dia sudah tahu tentang keberadaan mereka, tetapi dia tidak akan pernah menyangka kalau hari ini, dia bisa bertemu mereka. Sara dan yang lainnya datang dari luar wilayah Strahl.
"Mereka menyebut diri mereka ‘Seirei no Tami', tetapi itu adalah nama umum, jadi tidak mengacu pada ras masing-masing. Bisa dibilang itu adalah letak rahasia mereka...."
Melihat bahwa dia harus menjelaskan banyak hal, Rio mulai bicara.
"Rio, serahkan penjelasannya kepadaku."
Kata Sara, menarik napasnya dalam-dalam, merasakan kalau lebih baik jika dia yang menjelaskan.
"Tentu, silakan."
Rio mengangguk patuh.
".....Sama seperti bagaimana kamu mempercayai Rio dan kami sampai-sampai kamu mengungkapkan identitasmu kepada kami, kami juga akan melakukan hal yang sama. Karena kamu adalah guru yang sangat di percayai Rio, jadi kami juga mempercayaimu."
Berbicara dengan nada yang agak canggung, Sara melepaskan kalung sihir dari lehernya.
Hingga saat ini, Sara memiliki penampilan seperti manusia normal. Namun, ketika dia melepas kalung sihir itu, sepasang telinga rubah tiba-tiba muncul dari kepalanya. Di saat yang sama, ekor berbulu halus muncul dari belakangnya.
"Eh ?!"
Mata Celia membelalak karena terkejut.
"Artefak sihir yang baru saja dilepaskan Sara jauh lebih kompleks daripada yang kamu gunakan untuk mengubah warna rambutmu, Sensei. Aku rasa, aku tidak perlu memberitahumu cara kerjanya setelah kamu melihatnya sendiri."
Rio menjelaskan dari sebelahnya.
Di wilayah Strahl, Beastmen, Dwarf, dan Elf adalah spesies yang hidup sebagai penduduk biasa – satu-satunya pengecualian adalah budak seperti Latifa.
Selain itu juga, populasi mereka sangat sedikit. Karena alasan ini, nilai yang mereka punya sebagai barang dagangan sangat tinggi dan ada pedagang kaya ataupun bangsawan yang menginginkan mereka sebagai budak peliharaan.
Karena itu, Sara dan yang lainnya takut karena mereka tidak bisa membayangkan reaksi Celia ketika melihat mereka berwujud seperti itu.
Namun, Rio telah memberitahu mereka bahwa tidak apa-apa jika itu Celia, tetapi mereka tidak bisa meredakan kecemasan mereka.
"Ah, umm..... Apa kamu termasuk ras..... Beastmen?"
Celia berkedip berulang kali saat dia melihat wajah dan telinga Sara. Dia hanya tampak terkejut, karena tidak ada jejak ketakutan atau rasa jijik di ekspresinya.
"Benar. Tepatnya, Sara adalah manusia serigala perak."
Jawab Rio.
"Senang bertemu denganmu."
Sara menundukkan kepalanya dengan malu-malu.
"Ya, aku juga....."
Dengan gerakan yang canggung, Celia pun melakukan hal yang sama.
"Umm, apa pendapatmu tentangku?"
Kata Sara, mengambil risiko, bertanya langsung ke intinya.
"Yah, ini pertama kalinya aku melihatnya, jadi... Kurasa aku agak terkejut. Kamu sangat cantik."
Jawab Celia dengan ekspresi bingung.
".....Terima kasih."
Terkejut dengan yang di katakan Celia, Sara mengucapkan terima kasih dengan canggung. Melihat reaksi Celia, Orphia, Alma dan Latifa menghela napas lega.
"Seperti yang aku sudah katakan, bukan? Celia Sensei tidak akan peduli tentang hal semacam itu."
Kata Rio, tertawa ringan.
"Apa maksudmu, Rio?"
Celia bertanya dengan ekspresi bingung.
"Kamu tahu bagaiman Demi-Human diperlakukan seperti budak di wilayah Strahl, kan?"
"Ah, aku mengerti sekarang. Tidak heran mereka sangat berhati-hati. Maaf."
Kata Celia sambil tersenyum tegang.
"T-Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf! Justru kamilah yang seharusnya meminta maaf karena telah berpikir buruk tentangmu."
Kata Sara, meminta maaf dengan panik.
"Jangan pikirkan tentang itu."
Kata Celia, tersenyum dan menoleh ke Orphia, Alma, dan Latifa.
"Tapi jika kamu manusia serigala, lalu mereka juga....?"
"Aku seorang High Elf! Namaku Orphia!"
Orphia berbicara dengan senyuman dan melepaskan kalung sihirnya sama seperti Sara. Pada saat itu, telinga Elf-nya muncul.
"Namaku Alma, seorang Dwarf kuno."
Alma menundukkan kepalanya dan melepaskan kalung sihirnya. Begitu dia melepasnya, telinganya berubah menjadi telinga Dwarf yang khas.
Melihat kemunculan dua ras baru, Celia menoleh ke Rio dengan ekspresi terkejut.
"......Aku pernah membacanya di buku, tapi High Elf dan Dwarf kuno itu sama seperti bangsawan Elf dan Dwarf, benar?"
"Ya. Sebenarnya di desa mereka tidak ada sistem seperti itu, tapi lebih mudah memahaminya jika dilihat seperti itu. Sara berasal dari keluarga yang sangat penting, jadi mereka bertiga adalah putri dari ras keluarga yang terpenting di sana."
"Ah, begitu..... Lalu, siapa yang satunya lagi?"
[ Dan mengapa kamu bepergian dengan orang-orang yang berstatus seperti itu? ]
Pikir Celia, tapi dia tidak mengatakannya dan menoleh ke Latifa.
"Namaku Latifa! Aku seorang manusia rubah dan adik perempuannya Onii-chan! Senang bertemu denganmu!"
Latifa memperkenalkan dirinya dengan nada tinggi, dia terlihat gugup dan buru-buru melepas kalung sihir di lehernya. Pada saat itu, telinga dan ekor rubahnya muncul.
".....Ya, senang bertemu denganmu. Tunggu! A-Adik ?! Kamu punya adik perempuan ?! Dan dia adalah sangat menggemaskan dengan telinga rubahnya! K-Kamu tidak pernah memberitahuku tentang ini!"
Celia melihat ke telinga Latifa dengan ekspresi terkejut dan menundukkan kepalanya, tapi setelah memproses kata-katanya, ekspresinya berubah sekali lagi.
"S-Sensei, tenanglah dulu. Aku akan menjelaskan semuanya."
Rio menjawab dengan panik. Saat itu juga, Aishia kembali dari dapur.
"Aku selesai menyeduh tehnya. Mari kita tunggu sebentar lagi dan itu akan siap."
Setelah meletakkan nampan di atas meja, Aishia duduk di kursi kosong di sebelah Rio.
"Y-Ya....."
Celia menjadi tenang karena kehadiran Aishia, tapi dia masih malu karena kehilangan ketenangannya di depan yang lain.
"Penjelasannya cukup panjang, jadi untuk saat ini, aku akan memberitahumu intinya saja. Aku bertemu Latifa setelah melarikan diri dari Kerajaan Beltrum. Aku akhirnya merawatnya, jadi meskipun kami tidak memiliki hubungan darah, aku sudah seperti kakaknya."
Kata Rio, menjelaskan.
"Ah, jadi begitu....."
Celia mengangguk dengan ekspresi sedih. Ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, tetapi dia menahan diri untuk tidak melakukannya.
"Karena itu, Miharu-san, Aki dan Masato telah tinggal di dalam desa, tapi sekarang aku tahu di mana Satsuki-san berada, jadi aku memutuskan untuk membawa mereka kembali ke Strahl. Akan sangat sulit untuk membawa mereka sendirian, jadi Sara, Orphia, dan Alma membantuku. Mereka bertiga juga menggunakan kesempatan ini bagus untuk belajar lebih banyak tentang dunia luar."
Rio menjelaskan langsung ke intinya.
".....Aku memahami situasinya. Kamu sedang berbicara tentang mereka bertiga di sana, kan?"
Menghela napas sedikit, Celia menoleh ke kelompok yang duduk agak jauh dari Sara dan yang lainnya.
"Ya, mereka bertiga adalah orang-orang yang terlibat dalam pemanggilan para pahlawan. Gadis yang tertua adalah Miharu-san, gadis yang satunya adalah Aki dan yang laki-laki adalah adiknya, Masato." Kata Rio.
"Halo, namaku Ayase Miharu. Senang bertemu denganmu."
Miharu memperkenalkan dirinya dengan sedikit gugup
"Namaku Sendou Aki."
"Dan aku Sendou Masato."
"Senang bertemu dengan kalian. Miharu, Aki dan Masato, benar? Dan juga, Sara, Orphia, Alma dan Latifa.... Oke, aku sudah menghafal nama semuanya. Sekali lagi, senang bertemu dengan kalian semua. Ah, apa tidak masalah jika aku berbicara dengan kalian secara biasa? Kalian juga bisa memanggilku dengan cara biasa di rumah ini."
Jawab Celia sambil tersenyum ramah.
"Tentu saja."
Mereka semua mengangguk pada saat bersamaan.
"Aku sangat kagum. Meskipun ada begitu banyak orang kamu bisa menghafalnya....."
Masato kagum pada bagaimana Celia bisa menghafal nama semua orang dengan begitu cepat.
"Pikirannya bekerja secara berbeda dari punyamu."
Kata Aki, tertawa ringan.
"Hee.... Dan tidak sepertimu. Dia sangat cantik dan memiliki kepribadian yang baik – dia sempurna."
Jawab Masato sambil tersenyum.
"B-Berisik, aku sudah tahu saat melihatnya dari awal."
Aki menunjukkan ekspresi marah.
"Haha, mereka bertengkar lagi. Terlihat kalau mereka sangat dekat."
Kata Latifa, tersenyum.
"Itu tidak benar!"
Aki dan Masato membantah pada saat bersamaan.
"......Fufu, kalian sangat lucu."
Celia tersenyum ramah.
Rio memperhatikan ekspresi wajah Celia dan memutuskan untuk mengumumkan dimulainya gaya hidup baru mereka.
"Sebelumnya, aku minta maaf atas keputusan mendadak ini, tapi sampai perjamuannya dimulai, kita semua harus hidup bersama untuk sementara waktu. Mungkin akan sedikit ramai dari biasanya....."
"Tidak masalah. Sampai saat ini hanya ada Aishia dan aku, jadi aku tidak sabar menunggu hal-hal menjadi lebih hidup."
Kata Celia sambil tersenyum cerah.
Meski masih ada beberapa masalah yang harus dihadapi, tampaknya hari-hari ke depan akan sangat menyenangkan.
◇◇◇◇
Mereka semua berbicara di ruang tamu selama sekitar satu jam. Namun, dengan malam yang semakin dekat, raungan perut Masato menandakan dimulainya persiapan makan malam.
"Kami akan menyiapkan makan malam, jadi kalian berdua bisa mandi."
Orphia membuat saran itu sambil melihat ke arah Rio dan Masato. Maka diputuskan kalau mereka berdua akan mandi bersama. Setelah mereka pergi ke kamar mandi dan terjun ke dalam bak mandi.....
".....Nee, Haruto An-chan."
Masato berbicara tiba-tiba.
"Hm? Ada apa?"
Tanpa sadar Rio menatap langit-langit, tetapi menoleh ke Masato ketika namanya di panggil. Karena Masato memasang ekspresi serius yang tidak biasa, Rio secara refleks menyesuaikan postur tubuhnya.
"Apa ada seseorang yang kamu sukai di antara kelompok gadis-gadis itu?"
Masato mengajukan pertanyaan langsung.
".....Kamu membuatku takut. Ada apa ini, dengan pertanyaanmu yang mendadak itu?"
Pada pertanyaan aneh yang tiba-tiba itu, Rio menunjukkan ekspresi lelah.
"Yah, aku hanya ingin tahu apakah kamu menyukai seseorang. Padahal kamu dikelilingi oleh banyak perempuan cantik."
Masato tertawa dan mulai menjelaskan pertanyaannya.
"Aku tidak tahu bagaimana harus menjawabmu....."
Rio menatap langit-langit dengan ekspresi cemas.
"Jadi? Ada yang kamu suka?"
Masato bersikeras, bertanya lebih jauh ke Rio.
"Menurutku ini bukan waktu yang tepat untuk hal seperti itu."
Jawab Rio sambil tersenyum tipis.
"Kenapa?"
Masato bertanya dengan rasa ingin tahu.
".....Karena aku awalnya bepergian dengan suatu tujuan. Bahkan jika aku menyukai seseorang, aku tidak akan bisa tinggal bersamanya selamanya. Karena saat ini, aku tidak bisa jatuh hati kepada siapapun."
Kata Rio yang nadanya mengandung kesedihan.
"Tapi..... Tidak bisakah kalian bepergian bersama?"
Masato menunjukkan ekspresi bingung.
"Tidak sesederhana itu....."
Rio tersenyum pahit.
Sekarang setelah Rio mengetahui bahwa Lucius masih hidup dan telah bertarung dengannya, tidak ada jalan untuk kembali. Mulai sekarang, kehidupannya akan menjadi masalah pertumpahan darah. Rio akan mencoba membunuh Lucius dan Lucius juga akan mencoba membunuhnya.
Selama salah satu dari mereka masih hidup.... Tidak, bahkan jika salah satu dari mereka berhasil hidup, perasaan dendam baru bisa lahir pada orang lain.
Itu akan menjadi awal dari siklus balas dendam tanpa akhir. Rio akan hidup dalam ketakutan akan bahaya yang tidak terlihat – menjadi sasaran balas dendam dirinya sendiri. Itu adalah konsekuensi dari menjalani jalan balas dendam.
[ Karena alasan ini, aku tidak bisa mencari kebahagiaanku sendiri, dan tidak dapat membuat orang yang aku cintai membahayakan dirinya sendiri untuk orang sepertiku – ]
Itulah yang dipikirkan Rio, tetapi dia tidak mengatakannya dengan keras.
"Bagaimana denganmu, Masato? Apa ada seseorang yang kamu sukai?"
Menghindari topik itu, Rio mengajukan pertanyaan.
"Tidak, tidak ada."
Masato menggelengkan kepalanya terus terang.
"Mengapa?"
Rio bertanya.
"Tidak, yah..... Sekarang aku tahu kenapa kamu kesulitan menjawabnya."
Sambil mengatakan itu, Masato menggaruk kepalanya.
"Maksudku, mereka semua sangat manis dan aku juga mengagumi mereka. Jujur saja, mereka sangat cantik. Tapi....."
"Tapi?"
Rio mengulangi kata-kata Masato.
"Untuk beberapa alasan, aku tidak melihat mereka seperti itu. Mungkin karena aku sudah menghabiskan banyak waktu bersama mereka – mereka semua tampak seperti kakak perempuanku. Dan....."
Masato berhenti dan menatap Rio.
[ Selain Aki Nee-chan, sepertinya mereka semua mencintaimu. Aku baru saja bertemu Celia-san dan sepertinya dia juga merasakan hal yang sama. Ah, tapi aku tidak begitu yakin dengan perasaan Miharu-oneechan.... ]
".....Dan Apa, Masato?"
Rio menunjukkan ekspresi penasaran.
"Tidak, bukan apa-apa. Aku merasa sedikit pusing, jadi aku akan keluar sekarang."
Masato menggelengkan kepalanya saat dia tersenyum masam dan berdiri.
".....Sepertinya kamu telah berlatih dengan baik."
Rio memandang otot Masato dan tersenyum.
".....Tunggu. Mungkinkah kamu menyukai laki-laki ?!"
Masato tersentak dan buru-buru menyembunyikan tubuhnya.
"Ha.... Biarkan aku istirahat."
Jawab Rio dengan ekspresi lelah.
◇◇◇◇
Sementara itu, ketika Rio dan Masato sedang mandi, kelompok yang terdiri dari delapan orang perempuan – Miharu, Aishia, Celia, Latifa, Sara, Orphia, Alma, dan Aki – bekerja sama untuk membuat makan malam.
Miharu dan Orphia memimpin dapur dan yang lainnya membantu mereka sebagai asisten. Meskipun mereka agak berisik, semuanya berjalan lancar.
Akhirnya Rio dan Masato keluar dari kamar mandi, dan setelah satu jam, makan malam sudah siap. Meja yang telah dibuat Dominic di ruang makan cukup besar, tetapi dengan sepuluh orang yang duduk, ruangan itu tampak agak sempit.
"Aku ingin duduk dengan Onii-chan! Celia-san bisa duduk di sana!"
Latifa segera duduk di samping Rio dan mendesak Celia untuk duduk di kursi kosong di sisi lain Rio.
"Terima kasih..... Permisi."
Celia tertawa ringan dan duduk.
Aishia sedang duduk di sebelahnya. Miharu, Sara dan yang lainnya juga mengambil tempat duduk mereka. Jadi, setelah semuanya sudah duduk—
"Mari makan!"
Kata Orphia dan mereka memulai makan malam mereka.
Tujuan utama dari makan malam itu adalah untuk berbicara dan mengenal Celia lebih baik.
"Terima kasih atas makanannya! Semuanya terlihat sangat enak. Aku sangat lapar! Yum!"
Dengan mata berbinar, Masato mengulurkan sumpitnya untuk mengambil makanan. Dia mengisi mulutnya dengan Karaage yang masih panas, dan setelah mengutarakan pendapatnya, dia mengunyah nasi putih di yang ada di piringnya.
{ TLN : Karaage adalah teknik memasak Jepang di mana berbagai makanan — paling sering ayam, tetapi juga daging dan ikan lainnya — digoreng dengan minyak. }
"Jaga sopan santumu— Celia-san juga ada di sini."
Kata Aki sambil cemberut kesal.
"Fufu, menurutku anak-anak laki yang makan dengan antusias itu hebat."
Celia memuji Masato sambil tersenyum.
"Eh! Dengar itu ?!"
Masato tersenyum lebar.
".....Jangan terlalu percaya diri."
Kata Aki, menghela napas lelah.
"Kamu harus makan juga, Aki Nee-chan. Bagaimanapun, Miharu Onee-chan dan yang lainnya sudah berusaha keras untuk membuatkan makan malam untuk kita."
"Ap–! Aku membantu kamu tahu!"
"He... Memang apa yang kamu lakukan?"
Masato bertanya dengan senyum mengejek.
"Ugh..... Ini salad dan sausnya."
Aki tersipu malu dan menunjuk ke salad yang ada di atas meja.
"Hmm, kurasa aku sudah cukup dengan ini."
"Rasanya pasti enak! Aku tahu kamu tidak suka sayuran, tapi pastikan untuk memakannya juga."
Aki sudah meletakkan salad di piring Masato.
"A-Aku baik-baik saja seperti ini. Oi! Jangan terlalu banyak!"
Masato mencoba menghentikannya dengan panik, tapi sudah terlambat. Di piringnya ada segunung kecil salad.
"Eww, aku benci tomat......"
Masato mengerang kecewa.
"Jika kamu tidak makan semua makananmu, kamu tidak akan sekuat Haruto-san." Kata Aki.
"Saladnya enak, Aki. Ini dibumbui dengan sangat baik."
Setelah mendengar percakapan antara dua bersaudara itu, Rio menimpali.
"T-Terima kasih banyak."
Komentar Rio yang tiba-tiba itu, membuat Aki mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan malu-malu. Makan malam mereka berlangsung dengan lancar sampai Celia tiba-tiba angkat bicara.
"Ngomong-ngomong, Rio. Apa kamu sudah memutuskan rencanamu ke depanmu? Masih ada sedikit waktu sebelum perjamuan di mulai."
"Ya, tentang itu. Miharu-san ingin ikut juga, jadi aku berpikir untuk pergi ke Amande bersamanya untuk bertemu Liselotte. Tidak ada jaminan kalau kami akan segera dapat bertemu dengannya, jadi mungkin perlu waktu beberapa hari....."
"Memang benar, kamu tidak akan tahu sampai kamu pergi. Lalu, apakah kami akan menunggu di sini?"
"Iya. Aku juga berencana agar kita semua berbelanja nanti, jadi kalian tidak keberatan tentunya."
"Aku mengerti. Aku akan memanfaatkan waktu ini untuk berteman dengan semuanya."
Kata Celia, mengangguk senang saat dia melihat Sara dan yang lainnya.
"Ehehe! Aku juga menantikannya!"
Kata Latifa, tersenyum senang.
"Aku yakin kamu akan akrab dengan semuanya, Sensei. Sepertinya mereka juga mau lebih dekat mengenalmu."
Rio melihat sekeliling sambil tersenyum.
"Iya. Mereka sudah mengajariku beberapa resep dan kami juga berjanji untuk mandi bersama, benar?"
Dalam suasana hati yang baik, Celia menoleh ke Latifa.
"Yup!"
Latifa mengangguk dengan penuh semangat.
Nada suaranya agak kaku, tapi mungkin itu karena dia dan Celia memiliki perbedaan usia terbesar di antara seluruh kelompok. Bisa dikatakan, hubungan antara keduanya sepertinya berjalan baik, jadi tidak ada masalah.
"Berteman baiklah dengan Sensei saat aku pergi, Latifa."
Rio tersenyum ramah.
"Tentu!"
Latifa mengangguk dengan senyum riang.
"Kalian adalah saudara yang cukup dekat, Tapi dalam arti yang berbeda dari Aki dan Masato."
Celia menunjukkan senyuman hangat saat dia mengarahkan pandangannya ke arah Aki dan Masato, yang biasanya mulai bertengkar tentang apapun.
◇◇◇◇
Setelah semua makanan sudah dihabiskan dan semuanya merasa kenyang.....
"Aku akan membersihkan sisanya, jadi kalian semua bisa mandi."
Rio menawarkan diri untuk bersih-bersih.
"Lalu, seperti yang kita janjikan, ayo mandi bersama!"
Latifa berbicara dengan nada bersemangat.
"Fufu, kalau begitu ayo pergi setelah menghabiskan teh kita. Aku akan membantu membersihkan juga."
Orphia setuju dan segera menawarkan bantuannya untuk Rio, di saat yang sama Miharu bangkit dari tempat duduknya.
"Jangan khawatir, Orphia, Miharu-san. Ini caraku berterima kasih atas makan malam yang enak."
Kata Rio, mengarahkan mereka agar bisa santai.
"Aku akan membantu mencuci piring, Haruto An-chan!"
Masato juga menawarkan bantuannya.
"Terima kasih." Kata Rio.
"Terima kasih banyak, Onii-chan, Masato-kun! Aku akan bersiap-siap dulu!"
Latifa mengungkapkan rasa terima kasihnya dan segera menuju kamarnya untuk bersiap untuk mandi.
Maka, saat Rio dan Masato sedang bersih-bersih, para gadis pergi ke kamar mereka masing-masing dan kemudian pergi ke ruang ganti bersama untuk melepas pakaian mereka dan bersiap untuk mandi.
"Ehehe! Aku yang pertama!"
Latifa langsung melepas bajunya dan berlari cepat ke bak mandi.
"Latifa, jangan berlarian."
Sara bari saja melepas bra-nya, tapi tidak butuh waktu lama baginya untuk menyadari kelakuan Latifa. Sambil meletakkan tangannya di pinggangnya, Sara mencoba memberi peringatan, tapi saat itu bra-nya jatuh ke bawah.
"Fufu, kamu berani sekali."
Kata Orphia, tertawa ringan.
"M-Mou, jangan menatapku. A-Ada apa, Celia-san?"
Sara menutupi dadanya dengan lengannya, tetapi menyadari kalau dia sedang ditatap oleh Celia.
"Tidak, hanya saja.... Ekormu...."
Celia menatap ekor Sara.
"Ekorku.....?"
Sara menunjukkan ekspresi penasaran.
"Umm.... Bolehkah aku menyentuhnya?"
".....Tentu, aku tidak keberatan."
Sara setuju dan tersenyum.
"Kalau begitu, permisi....."
Sara meraih ekornya sendiri agar lebih mudah disentuh dan Celia mengulurkan tangannya dengan takut-takut.
Kemudian, dia tangannya menyentuh ekor Sara, mata Celia melebar karena terkejut.
"Ini..... Teksturnya sangat lembut!"
Bulu dari ekornya tebal dan lembut sehingga terasa luar biasa. Karena terkesan oleh betapa lembutnya ekor Sara, Celia terus mengelus ekornya tanpa henti. Setiap kali ekornya disentuh, Sara menggigil karena merasa geli.
"U-Umm, rasanya enak, tapi aku jadi sedikit geli."
Kata Sara dengan sedikit memerah di wajahnya.
"Ah, maafkan aku! Rasanya sangat menyenangkan untuk di sentuh, aku benar-benar kehilangan diriku untuk sesaat....."
Celia tertawa sambil menunjukkan ekspresi agak sedih.
"T-Tidak apa, silakan lanjutkan membelai ekorku sesukamu."
Sara meminta sambil tersenyum.
"Terima kasih! Aku ingin mencucinya juga!"
Celia menjawab dengan gembira.
Sara berkedip berulang kali, tetapi memahami permintaannya, dia mengangguk dengan sedikit tertawa.
".....Tentu. Jika kamu mau."
"Fufu, kita akan masuk duluan. Ayo pergi."
Orphia menunjukkan senyum geli saat dia menuju ke kamar mandi bersama Miharu, Alma, dan Aki. Di sana, Latifa dan Aishia sudah mulai membasuh tubuh mereka.
"Hmm, hm-hmm."
Latifa mengibaskan ekornya secara ritmis sambil memainkan melodi sebuah lagu dengan mulutnya.
[ .....Aku juga ingin menyentuh ekor Latifa. ]
Celia menatap ekor Latifa dengan penuh minat.
Sepertinya dia bermaksud menyentuhnya juga nanti. Untuk saat ini, Celia memutuskan untuk membasuh tubuhnya terlebih dahulu.
"Apa kita akan mencuci rambut dan tubuh kita dahulu?"
Mengatakan itu, Celia pergi ke area pembasuhan dan duduk di bangku di sebelah Sara.
Setelah Sara membasuh seluruh tubuhnya kecuali ekornya—
"Umm, apa kamu masih ingin mencuci ekorku?"
Tanya Sara dengan malu-malu.
"Ya, dengan senang hati! Apa tidak masalah untuk membersihkannya seperti mencuci rambut biasa?"
Celia mengangguk senang dan memindahkan kursinya ke belakang Sara.
"Iya, tidak masalah."
Sara mengangguk.
"Kalau begitu, permisi....."
Celia dengan lembut meraih ekor Sara dan membasuhnya dengan air hangat, lalu menggunakan sampo dan menciptakan gelembung.
"Fufu, rasanya enak."
Merasa sedikit geli, Sara tersenyum.