Beyond Memories – Chapter 6 : Kesempatan Bertemu

 

Lima belas hari setelah Rio dan yang lainnya meninggalkan desa roh......

 

Perjalanan mereka berlangsung tanpa hambatan, mereka berhasil sampai ke wilayah Strahl dengan selamat. Semua ini berkat Rio, yang telah melakukan perjalanan dari desa ke Strahl beberapa kali dan mengetahui rute mana yang paling aman.

 

Saat itu, sebelum siang hari; lokasi mereka sekarang berada di ujung timur Kerajaan Galarc, yang dikenal sebagai Pegunungan Nephilim – pegunungan yang memisahkan wilayah Strahl dari Wilderness.

 

"Wilayah Strahl berada setelah kita melewati ini."

Kata Rio.

 

"Jadi ini....."

Tidak ada jejak peradaban manusia, tetapi Sara dan gadis-gadis desa roh lainnya menatap ke permukaan dengan ekspresi kagum.

 

"......."

Latifa juga melakukan hal yang sama.

 

"Apa kamu takut, Latifa?" 

Rio bertanya.

 

"Tidak! Karena Onii-chan bersamaku, aku baik-baik saja!" 

Masih dalam pelukan Rio, Latifa merespon sambil memeluknya lebih erat.

 

"Aku mengerti. Jika kamu merasa tidak enak, kamu bisa mengandalkanku atau teman-teman yang lain."

 

"Ya!" 

Latifa menanggapi dengan patuh.

 

"Kami kembali lagi ke wilayah Strahl....." 

Aki terlihat sangat gugup ketika dia melihat ke bawah dengan gelisah.

 

"Kuharap kita bisa menemukan Takahisa-kun." 

Kata Miharu, meraih tangan Aki dengan erat.

 

"Ya. Aku mengandalkanmu saat bertemu Satsuki-san nanti, Miharu Onee-chan." 

Kata Aki, memegang tangan Miharu lebih erat.

 

"Pertama, kita harus pergi ke rumah batu. Kita harus tiba di sana sebelum matahari terbenam. Aku akan memimpin jalannya, jadi ikutiku."

Kata Rio, kepada kelompok yang terbang di belakangnya.

 

"Baik!" 

Miharu dan yang lainnya mengangguk dengan tegas.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa jam kemudian, sebelum matahari terbenam.....

 

Rio dan yang lainnya mencapai pinggiran ibukota Kerajaan Galarc.

 

"Seharusnya di dekat bebatuan di sini....."

Rio mencari melalui ingatannya saat dia melihat area berbatu di bawahnya.

 

Sama seperti pohon yang tersembunyi di dalam hutan, rumah batu itu tersembunyi di area yang dipenuhi bebatuan. Rio bisa merasakan keberadaan Aishia yang semakin kuat, tetapi sulit untuk mencarinya dengan banyak bebatuan di sekitarnya.

 

[ Selamat datang di rumah, Haruto. ]

Tiba-tiba, suara Aishia bergema di kepala Rio.

 

[ Aishia, aku pulang— Aku mendapat kesulitan untuk menemukan rumah batu. Bisakah kamu membawaku ke sana ? ]

Rio tersenyum kecut. Jika mereka bisa berkomunikasi lewat telepati, itu artinya Aishia sudah dekat.

 

[ Ya, aku akan ke sana. ]

 

[ Hm ?.... Ah, itu dia. ]

 

Melihat sesosok mendekatinya dari arah kanan mereka, Rio menunjukkan sedikit senyum. Karena dia telah menatap lurus sepanjang waktu, menyadari kehadiran Aishia membutuhkan waktu lebih lama dari biasanya.

 

"Ah, itu dia, Aishia-sama." 

Sara dan yang lainnya juga memperhatikan kehadirannya.

 

"Selamat datang kembali." 

Aishia mendekati mereka dalam sekejap dan menyapa mereka.

 

"Ai-chan..... Kami kembali." 

Miharu tergerak saat melihat Aishia untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

 

"Selamat datang di rumah, Miharu."

Kata Aishia.

 

"Sudah lama tidak bertemu, Aishia-sama." 

Kata Sara dengan nada hormat.

 

"Lama tidak bertemu, Aishia Onee-chan!" 

Latifa menyapanya dengan nada ceria.

 

"Halo semuanya. Celia sedang menunggu kita, jadi ayo kita ke rumah batu dulu. Tolong, ikuti aku." 

Kata Aishia, berbalik ke tempat di datang. 

Mereka mengikutinya terbang melintasi langit dan dalam waktu kurang dari satu menit kemudian.....

 

"Kita sampai. Rumah batu ada di sana." 

Aishia menunjuk ke bawah. Celia berdiri di depan rumah batu sambil melambaikan tangannya.

 

"Perempuan itu, pasti sensei Rio."

Alma berkata dengan nada pelan.

 

"Aku gugup, tapi kuharap kamu bisa menjadi teman baik!" 

Kata Orphia, berbicara dengan antusias.

 

"Tentu."

Alma mengangguk dengan sedikit senyum. 

Setelah beberapa saat, mereka mulai mendarat ke bawah. Celia menyambut mereka dengan ekspresi yang sedikit kebingungan.

 

"A-Ada banyak orang......"

 

"Aku kembali, Sensei."

 

"Y-Ya. Selamat datang di rumah....."

Celia menanggapi dengan nada takut-takut. 

Dia melihat Latifa yang digendong seperti seorang pengantin, dan kemudian dia menoleh ke Sara dan yang lainnya.

 

[ Ada begitu banyak gadis manis.... Aku ingin tahu hubungan seperti apa yang mereka miliki dengan Rio?! ]

Celia terdorong oleh keinginannya untuk bertanya kepada  Rio, tetapi dengan ada begitu banyak orang yang hadir, dia tidak bisa lagi menahan keinginannya itu.

 

Sebagai catatan, Sara dan yang lainnya menggunakan saat ini menggunakan artefak sihir yang berbentuk kalung untuk menyembunyikan bentuk ras mereka masing-masing seperti telinga maupun ekornya. 

Sederhananya, saat ini penampilan gadis-gadis itu benar-benar manusia.

 

"........"

Latifa dan yang lainnya terpikat oleh penampilan Celia.

 

".....Dia masih sangat muda." 

Sara memandang gadis yang didengarnya dengan ekspresi penasaran.

 

"Dia setinggi Aki-chan dan Latifa. Tidak.... Mungkin dia sedikit lebih tinggi?" 

Kata Orphia, memiringkan kepalanya.

 

"Dia sangat cantik."

Sambil menatap Celia, Alma berkata seperti itu.

 

"A-Anoo, siapa orang-orang ini? Gadis bernama Miharu ada di antara mereka, benar?" 

Celia bertanya dengan ragu-ragu. Sepertinya dia tidak nyaman menjadi pusat perhatian.

 

"Ya, tapi aku tidak tahu harus mulai menjelaskan dari mana. Kita juga harus memperkenalkan diri, jadi bagaimana kalau kita masuk ke dalam dulu?" 

Rio membuat saran itu dengan ekspresi yang rumit.

 

◇◇◇◇

 

Mereka semua kemudian memasuki ruang tamu di rumah batu.

 

"Silakan duduk dulu. Bisakah kalian duduk sesuai dari mana kalian berasal? Dengan begitu, perkenalannya akan lebih mudah dilakukan. Kamu bisa duduk di sampingku, Sensei." 

Kata Rio, lalu duduk bersama Celia di sofa untuk tiga orang.

 

"Aku akan membuat teh."

Kata Aishia.

 

"Ah, aku akan membantumu." 

Miharu langsung menawarkan bantuannya seketika. 

Orphia juga melakukan hal yang sama. 

 

"Aku akan membantu juga....."

 

"Tidak apa, aku bisa melakukannya sendiri. Aku juga sudah mengenal semuanya, jadi kalian berdua tetaplah di sini." 

Mengatakan itu, Aishia pergi ke dapur. Mendengar perkataan Aishia, Miharu dan Orphia dengan patuh duduk.

 

"Mari kita mulai dengan perkenalan dan menjelaskan tentang situasinya."

Rio memulai pembahasan. Karena dialah satu-satunya selain Aishia yang mengenal semua yang hadir, jadi dia harus memimpin. 

 

"Pertama-tama, dia Celia-sensei. Mantan guruku."

Celia menundukkan kepalanya dengan canggung. 

 

"Halo......"

Setelah mereka melarikan diri dari Beltrum, gadis itu tidak tahu harus mulai dari mana dengan perkenalannya.

 

"Maafkan aku. Ini mungkin agak mendadak, tetapi aku sudah memberikan penjelasan singkat tentang keadaanmu – tetapi hanya informasi yang diperlukan. Mereka juga memiliki keadaan khusus, jadi aku dapat jamin kalau mereka tidak akan pernah mengungkapkan rahasiamu kepada siapa pun. Yang lain akan memperkenalkan diri mereka nanti, jadi bisakah kamu memulainya terlebih dahulu, Sensei?" 

Rio berkata dengan nada yang sedikit menyesal. 

 

Sementara itu, Sara dan yang lainnya menyaksikan percakapan keduanya dengan ekspresi gugup.

 

".....Baiklah. Itu janji, oke?" 

Celia menatap gadis-gadis yang sedang gugup itu dan setuju dengan ekspresi lelah.

 

"Umm, seperti yang Rio katakan, aku mantan gurunya. Namaku Celia Claire."

Celia mulai memperkenalkan dirinya dengan nada sopan. 

 

"Aku sebenarnya adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Beltrum, tapi sekarang aku ada dalam perlindungan Rio karena alasan tertentu. Apa kamu sudah memberitahu mereka tentang apa yang terjadi?"

Celia bertanya kepada Rio.

 

"Ya, aku memberitahu mereka situasinya secara garis umumnya. Aku minta maaf." 

Kata Rio, meminta maaf dengan canggung.

 

"Kamu tidak perlu meminta maaf." 

Celia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tegang. 

 

"Aku akan menunjukkan penampilanku yang sebenarnya kepada kalian." 

Celia membuka ikatan rambutnya, lalu melepaskan kalung yang ada di lehernya, warna rambutnya berubah dari pirang menjadi perak.