Beyond Memories – Chapter 2 : Kembali

 

Kembali sedikit ke beberapa saat lalu.... Langit timur menyambut fajar ketika cahaya mencapai langit barat dan permukaan di bawahnya.

 

"Ah.....!" 

 

Semua orang yang berada di taman Liselotte sedang melihat ke langit dengan ekspresi setengah kaget. 

Di sana, terbang melintasi langit ada makhluk yang mirip seperti naga hitam yang dilihat Liselotte dan yang lainnya beberapa hari yang lalu. Makhluk itu membuka mulutnya dan menyemburkan api hitam pekat ke arah tembok kota di bagian utara Amande.

 

Namun, semburan api hitamnya itu tidak mencapai permukaan. Seberkas cahaya muncul dari permukaan tanah dan menghantam serangannya itu, bersaing untuk melihat siapa yang lebih kuat. Pada saat berikutnya, semburan api hitam itu di dorong mundur dan kilatan cahaya menyilaukan melintasi langit seolah-olah itu adalah pilar cahaya.

 

[ Indahnya.... ]

Melihat pemandangan itu, Liselotte mencapai kesimpulan seperti itu. 

Sangat mungkin itu adalah mantra tingkat tertinggi yang dilengkapi dengan kekuatan penghancur yang besar, tapi gadis itu tidak bisa menahan diri untuk terpikat oleh keindahannya. Di sampingnya, Celia juga menatap langit dengan ekspresi terkagum-kagum. 

 

".....Dia mundur." Katanya dengan pelan. 

 

Makhluk seperti naga hitam itu dengan cepat menghindari kilauan cahaya yang mendorong kembali semburan apinya dan terbang menjauh dari arah lintasan itu. Semua orang yang ada di taman tidak bisa menyembunyikan keterkejutan mereka. Beberapa saat kemudian, Aishia mendekati Celia dengan langkah kaki ringan. 

 

"Aku sudah selesai. Kamu bisa membatalkan sihirmu sekarang."

Kata Aishia dengan nada santai, seolah-olah dia baru saja kembali dari jalan-jalan.

 

Para Revenant yang sebelumnya menyerang di sekitar taman telah sepenuhnya dimusnahkan. Bisa dikatakan kalau hal itu tidak berbeda seperti dengan hanya berjalan-jalan di taman untuk Aishia.

 

"O-Oke. Terima kasih atas kerja kerasmu." 

Celia menonaktifkan penghalang sihir Magicae Murum yang dia pertahankan sampai sekarang dan memandang Aishia seolah-olah dia ingin menanyakan sesuatu padanya.

 

"Haruto baik-baik saja."

Menebak apa yang di khawatirkan Celia, Aishia mencoba menenangkannya dengan kata-kata itu. 

 

Mendengar itu, ekspresi Celia sedikit rileks. 

Setelah mendengar kalau Haruto aman dari mulut Aishia sendiri, telah meringankan beban yang dia rasakan di dadanya. Dia tidak bisa menanyakan detailnya di depan Liselotte, tetapi Celia sepenuhnya mempercayai kata-kata Aishia.

 

"O-Ok." 

Pada akhirnya, yang dia lakukan hanyalah mengangguk sedikit.

 

"....Terima kasih banyak kalian berdua. Bantuan dari kalian telah sangat membantu mengurangi potensi kerusakan dan korban di sini. Aku mengucapkan terima kasih dari lubuk hatiku." 

Liselotte menundukkan kepalanya dengan hormat kepada Aishia dan Celia.

 

"T-Tidak, aku tidak terlalu membantu. Itu semua berkat Aishia." 

Melihat Aishia, Celia menggelengkan kepalanya dengan gugup.

 

"Aku bertarung hanya demi Haruto. Situasinya masih belum selesai, jadi kita harus mempertimbangkan apa yang akan terjadi."

Kata Aishia sambil melihat sekeliling taman. 

 

Berkat keterlibatan Aishia dan fakta bahwa para Revenant hanya mempermainkan para Ksatria saat mereka bertarung, kerusakannya tidak sebesar yang seharusnya, tapi masih ada beberapa korban jiwa. 

Beberapa Ksatria tidak sadarkan diri, jadi masih terlalu dini untuk berpikir optimis. Ada juga kemungkinan terdapat pertarungan di tempat lain, di luar Mansion.

 

".....Ya." 

Liselotte menunjukkan ekspresi serius.

 

"Tolong jangan cemaskan kami, Liselotte-sama. Kamu dapat kembali ke posmu. Jika kamu membutuhkan seseorang yang bisa menggunakan Cura, aku akan membantu dengan senang hati."

Kata Celia, mendesak Liselotte untuk segera mengambil tindakan.

 

"Aku minta maaf karena menempatkanmu ke dalam posisi ini. Jadi bisakah kamu ikut denganku? Aku harus mengkonfirmasi situasinya secepat mungkin." 

Setelah mengatakan itu, Liselotte menundukkan kepalanya sekali lagi.

 

Penyihir yang bisa menggunakan Cura sangat sedikit dan bahkan sangat jarang. 

Efektivitas mantra penyembuhan sangat bervariasi tergantung pada penggunanya, tetapi Celia telah menunjukkan kemampuan sihir yang hebat dalam pertempuran sebelumnya, jadi dialah yang paling diharapkan.

 

"Ya."

Celia setuju dengan segera. 

Ada kemungkinan besar dia bertemu orang-orang yang mengenalinya. Namun, meski saat ini dia sedang menyamar, gadis itu tidak bisa mengabaikan orang yang terluka di depannya.

 

{ TLN : Sensei memang yang terbaik cuk (´,,•ω•,,) }

 

"Kalau begitu ikuti aku."

 

Dengan demikian, Celia dan Aishia memasuki Mansion bersama Liselotte.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di ruang tamu di dalam Mansion, Roanna sedang menggunakan sihir penyembuhan untuk mengobati luka pada perut Duke Huguenot, yang telah dipukul dengan sangat keras oleh Revenant Alphonse.

 

"Guh.... Apa yang terjadi.... Di luar.....?" 

Dengan ekspresi kesakitan, Duke Huguenot menanyakan pertanyaan itu. Mulutnya bernoda merah karena darah yang dia keluarkan.

 

"Tolong jangan bicara dulu. Organ dalammu cukup sulit untuk disembuhkan." 

Roanna memarahi Duke Huguenot yang sedang terbaring dengan ekspresi serius. 

Di sampingnya, Stewart sedang melihat pemandangan itu dengan wajah yang sangat panik.

 

"Roanna-san..... Ayahku..... Ayahku akan baik-baik saja, kan?!" 

Stewart bertanya dengan suara panik.

 

"Tenanglah. Proses penyembuhannya akan memakan waktu cukup lama, tapi nyawanya tidak dalam bahaya."

Jawab Roanna dengan terus terang.

 

"....Oke." 

Stewart mengangguk, tetapi kekhawatirannya terlihat jelas.

 

[ Aku tidak tahu mengapa dia tidak sadarkan diri, tetapi Hiroaki-sama juga baik-baik saja. Tapi saat ini, aku masih mengkhawatirkan Flora-sama..... ]

 

Meskipun pada saat ini dia sedang menyembuhkan Duke Huguenot, Roanna mengkhawatirkan keselamatan dan keberadaan Flora sekarang. Meskipun dia tahu kalau membiarkannya lari dari Mansion saat itu adalah keputusan yang tepat, gadis itu telah mendengar bahwa para Revenant juga muncul di taman. Dia tidak bisa kalau tidak sangat khawatir tentangnya

 

"Apa Ksatria yang pergi mengirimkan pesan itu belum kembali?" 

Melihat ke luar pintu ruangan, Roanna bertanya dengan ekspresi frustasi.

 

"Dia baru saja bersama dengan Liselotte-sama!" 

Ksatria yang berjaga di luar ruangan itu segera merespon. 

 

Beberapa saat kemudian, Liselotte muncul bersama Ksatria yang mengirim pesan. Di sisinya ada dua pelayannya dan juga Celia dan Aishia.

 

"Ugh....."

Kelompok Liselotte melihat ke dalam ruangan dengan ekspresi serius. 

 

Ada lubang besar yang terbuka di dinding Lorong dan bagian dalamnya sangat berantakan. Di salah satu sudut ruangan adalah terbaring mayat dua orang Ksatria yang telah menjaga pintu masuk sebelum penyerangan.

 

Celia juga menunjukkan ekspresi serius, tetapi setelah memperhatikan kehadiran Duke Huguenot dan mantan muridnya Stewart dan Roanna, dia menurunkan tudungnya lebih rendah dengan gerakan santai.

 

".....Kalian berdua, sembuhkan para Ksatria yang terluka." 

Liselotte segera memerintahkan kedua pelayan yang bersamanya, berpikir lebih baik untuk menyembuhkan para Ksatria dengan luka ringan terlebih dahulu.

 

"Ya, Ojou-sama!" 

Kedua pelayan itu mengangguk, segera mengambil tindakan.

 

"Bisakah aku bertanya apa yang telah terjadi di sini?" 

Liselotte mendekati Duke Huguenot yang sedang berbaring dan meminta penjelasan orang-orang di sekitarnya.

 

"M-Monster masuk! Monster humanoid! Apa yang dilakukan para penjaga Mansion ini ?! Ayahku terluka karena ini!" 

Stewart berteriak, memarahi Liselotte dengan panik.

 

"Tolong terima permintaan maafku yang tulus atas keterlambatanku dalam mengambil tindakan....."

Liselotte meminta maaf dengan ekspresi sedih.

 

{ TLN : Cih... Semoga aja si Stewart jadi Revenant juga }

 

"H-Hentikan itu, Stewart."

Kata Duke Huguenot, membuat ekspresi kesal. 

 

"Roanna, jelaskan situasinya."

 

Stewart menunjukkan ekspresi pahit.

 

"Kalau begitu aku akan melanjutkan penyembuhannya." 

Celia segera mendekati Roanna dan bertukar tempat dengannya.

 

"Dan kamu...?” 

Roanna menatap Celia, yang wajahnya tersembunyi di balik tudungnya, dengan ekspresi penasaran.

 

"Seorang healer. Pertama-tama jelaskan situasinya kepada Liselotte-sama." 

Kata Celia sebelum meletakkan kedua tangannya di atas luka Duke Huguenot dan melafalkan mantra "Cura."

 

"Sekelompok monster humanoid tiba-tiba datang ke ruangan ini. Kami berhasil bertahan berkat Hiroaki-sama, tapi Duke Huguenot masih terluka parah....."

Roanna menjelaskan situasinya dengan menghela napas ringan.

 

".....Apa Hero-sama baik-baik saja?" 

Liselotte menatap Hiroaki dan bertanya dengan gugup. 

Hiroaku terbaring di lantai dan masih belum sadarkan diri.

 

"Ya. Setelah mengalahkan para monster itu, dia tiba-tiba pingsan, tapi nyawanya tidak dalam bahaya. Dan juga, kalau boleh aku bertanya, di mana Flora Ojou-sama? Kami berhasil membuatnya kabur, tapi...."

Roanna bertanya panik.

 

"Aku ingin kau mendengarkan apa yang akan kukatakan padamu dengan tenang......"

Melihat Roanna, Liselotte mulai menjelaskan.

 

".....Tolong beritahu aku." 

Roanna punya firasat buruk, tapi itu tidak menghentikannya.

 

Liselotte mengertakkan gigi dan menyatakan kebenaran dengan jujur. 

"Flora Ojou-sama telah diculik oleh seseorang."

 

"Apa katamu ?! Kenapa.... Bagaimana ini bisa terjadi ?!" 

Tentu saja, Roanna menjadi sangat panik.

 

"Kami masih belum tahu detailnya. Ketika monster-monster itu mulai menyerang taman, seorang pria tak dikenal berlari keluar dari Mansion bersama Flora Ojou-sama dengan memanfaatkan situasi yang sangat kacau."

 

"T-Tidak..... Itu tidak mungkin...."

Seolah-olah dunia telah berakhir, Roanna lulutnya melemah dan dia jatuh ke lantai.

 

".....Haruto-sama sedang mengejar pelakunya sendirian, tapi kita juga tidak bisa tetap diam. Masih ada kemungkinan kalau kaki tangan penculik itu masih berada di dalam Mansion, jadi bisakah kamu menceritakan padaku kejadian yang terjadi ketika Flora-sama dibawa keluar dari ruangan?"

 

[ Mungkin masih ada sedikit petunjuk. ]

Pikir Liselotte ketika Roanna masih sedikit syok.

 

"Saat monster humanoid menyerang kami, aku mendengar suara seorang pria yang datang dari lorong, j-jadi aku bilang padanya untuk.... Aku tidak percaya pria itu.... A-Apa yang telah aku lakukan......"

Roanna berkata dengan suara bergetar. 

 

Kemungkinan besar, pria itu adalah orang yang menculik Flora, yang membuat Roanna merasa bersalah atas apa yang terjadi.

 

".....Tidak ada gunanya mengkhawatirkan apa yang telah terjadi. Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan sekarang adalah percaya pada Haruto-dono. Kita berada dalam situasi yang sulit, jadi kamu membuat keputusan yang tepat dalam situasi seperti itu, Roanna. Liselotte, kamu juga. Situasi di sini sedang ditangani, jadi kamu bisa kembali ke luar untuk memberi arahan kepada yang lainnya." 

Kata Duke Huguenot dengan wajah pucat.

 

"A-Apa kamu baik-baik saja, Duke Huguenot? Tolong jangan paksakan dirimu...."

Liselotte bertanya dengan bingung.

 

"Jangan khawatir. Rasa sakitnya tidak lagi sekuat sebelumnya. Ini semua berkat kemampuannya yang luar biasa."

Kata Duke Huguenot, menatap Celia saat dia sedang menggunakan mantra penyembuhannya.

 

Celia memandang Roana dari bawah tudungnya. 

".....Itu tidak benar, Ojou-san di sana yang melakukan sebagian besar penyembuhannya. Yang aku lakukan hanyalah melanjutkan prosesnya. Setelah sentuhan akhir selesai, lukamu akan sembuh total." 

Kata Celia dengan rendah hati.

 

Celia sedikit takut kalau Roanna dan Stewart bisa mengenalinya dari suaranya, tapi tampaknya mereka berdua mengkhawatirkan hal lain.

 

"A-Ayah! Sekarang kamu baik-baik saja!" 

Stewart tersenyum cerah ketika dia melihat luka Duke Huguenot yang mulai tertutup.

 

"........"

 

Namun, Duke Huguenot mengalihkan pandangannya dari Stewart dengan ketidaknyamanan. Perbedaan antusiasme antara keduanya menunjukkan betapa berantakannya hubungan mereka berdua.

 

"Kalau begitu, aku akan pergi sekarang. Haruto-sama mungkin akan kembali kapan saja, jadi Cecilia-sama dan Aishia-sama juga harus ikut denganku. Grace, lanjutkan penyembuhan Duke Huguenot." Kata Liselotte.

 

"Baik. Tolong serahkan ini padaku, Cecilia-sama." 

Grace mengangguk dengan hormat dan pergi ke Duke Huguenot untuk bertukar tempat dengan Celia.

 

"Terima kasih." 

Celia melepaskan tangannya dari luka sang Duke dan menyerahkannya kepada Grace.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, Rio berlari melintasi atap distrik utara sambil menggendong Flora di pelukannya. Tujuannya, tentu saja, adalah Mansion Liselotte.

 

"......."

Flora menatap wajah Rio dari jarak cukup dekat. Namun, Rio tidak melakukan apa pun meski menyadarinya.

 

[ Haruto-..... sama..... Begitu dekat namun begitu jauh. ]

Flora mencengkeram pakaian Rio dengan erat. 

Wajahnya menunjukkan kesedihan yang luar biasa.

 

Pada saat itu, Rio mendarat di tembok yang mengelilingi distrik bangsawan dan berhenti sejenak.

 

"Dari sini kamu bisa melihat Mansion."

 

"Ya."

Flora mengangguk dengan suara yang hampir tak terdengar.

 

"......Apa kamu merasa kurang sehat? Aku mencoba menahannya sebanyak mungkin, tapi semua lompatan itu, pasti sangat kuat untukmu. Jika kamu merasa sedikit tidak enak badan, kita bisa istirahat sebentar, jika kamu mau." 

Sementara Rio menebak alasan mengapa Flora tampak begitu sedih, dia memutuskan untuk menawarkan alasan lain sebagai ungkapan pertimbangan.

 

"T-Tidak, aku baik-baik saja." 

Flora menggelengkan kepalanya dengan cepat: dia tidak merasa sedih karena alasan itu. Perhatian Rio mungkin sedikit salah, tapi dia memutuskan untuk melakukannya dengan cara itu dengan sengaja. Setelah mencapai kesimpulan itu, ekspresi Flora berubah menjadi lebih suram.

 

"Kalau begitu, ayo kita pergi. Aku yakin semuanya sangat mengkhawatirkanmu."

Kata Rio dengan tenang sebelum melompat sekali lagi.

Kali ini, tubuh Rio melayang ringan di udara, seolah-olah kakinya bertunas. Dia mendarat di atap gedung di dekatnya.

 

Hop, Float, Hop, Float.

 

Flora merasa seperti kelopak bunga yang sedang menari di atas angin. Tubuhnya terasa ringan, tapi hatinya terasa berat dan tertekan oleh permukaan tanah di bawahnya.

Keheningan yang singkat tapi tak berujung berlanjut di antara mereka, dan mereka berdua tiba di Mansion kira-kira satu menit kemudian.

 

◇◇◇◇

 

Dengan Flora di pelukannya, Rio melompati dinding-dinding yang digunakan Lucius untuk melarikan diri dan mendarat di taman Mansion Liselotte.

 

"Haruto!"

Celia menyadari kehadiran Rio dan berlari ke arahnya. Aishia ada tepat di sampingnya, jadi ada kemungkinan kalau mereka berdua telah menunggu kedatangannya sebelumnya.

 

Melihat kedua gadis itu, Rio menunjukkan senyum ramah.

"Maaf sudah membuat kalian khawatir."

 

"Jangan cemaskan itu. Flora Ojou-sama, aku senang kamu baik-baik saja."

Dengan tatapan canggung, Celia mengucapkan kata-kata itu.

 

Jelas sekali ada yang tidak beres dengan Flora, tapi Celia mau tak mau menahan perasaan tidak nyaman melihat Rio menggendongnya seperti seorang putri yang ada di novel.

Sesuatu seperti itu tidak akan pernah dia bayangkan ketika mereka masih bersama di Akademi.

 

"Terima kasih. Kamu....."

Flora memandang Celia, yang wajahnya ditutupi tudung, dengan ekspresi ingin tahu.

 

Pada saat itu, Liselotte menyadari kedatangan Rio dan berlari mendekatinya.

 

"Haruto-sama! Flora Ojou-sama! Kalian berdua baik-baik saja!"

Suara Liselotte penuh dengan semangat.

Ekspresinya sepertinya mengatakan bahwa beban yang besar baru saja diangkat darinya.

 

"Seperti yang dijanjikan, aku telah membawa Flora Ojou-sama kembali. Sayangnya, penculiknya berhasil melarikan diri......"

Rio menjelaskan situasinya dengan ekspresi pahit.

 

"Jangan khawatir! Aku tidak bisa cukup berterima kasih karena kamu bisa membawa Flora Ojou-sama kembali."

Sambil menggelengkan kepalanya, Liselotte dengan tegas menolak kata-katanya.

 

Situasinya berada diambang keputusasaan, tapi mereka entah bagaimana berhasil menghindari hasil terburuk yang mungkin bisa terjadi. Membawa kembali Flora dengan selamat adalah keberuntungan terbesar yang bisa diharapkan Liselotte.

 

"Lalu bisakah aku menyerahkan Flora Ojou-sama kepadamu?"

Karena Rio telah menyelesaikan tugasnya, dia ingin mempercayakan keselamatan Flora kepada Liselotte.

 

"Tentu saja. Untuk sekarang, mari masuk ke Mansion. Bisakah kamu ceritakan detailnya di jalan."

Kata Liselotte, mengangguk.

 

"Baiklah. Flora Ojou-sama, aku akan menurunkanmu di sini."

Mengatakan itu, Rio bersiap untuk menurunkan Flora dari lengannya.

 

Namun, Flora berpegangan erat pada pakaian Rio dan menunjukkan dengan jelas bahwa dia tidak ingin turun.

Celia dan Liselotte menatap Flora dengan mata lebar karena terkejut.

 

"U-Umm, kakiku masih terasa sakit.... Maafkan aku."

 

{ TLN : Bjir wkwkkwkwkw }

 

Flora menyadari kalau dia telah melakukan sesuatu yang memalukan dan mencoba menjelaskan dirinya sendiri dengan nada yang hampir tidak terdengar.

 

".....Aku mengerti. Jadi jika tidak terlalu lancang bagiku, aku akan mengantarnya ke Mansion seperti ini."

Rio menjawab, mengedipkan matanya sedikit.

 

"Terima kasih atas bantuannya, Haruto-sama."

Liselotte menunduk meminta maaf.

Gadis itu percaya kalau Flora masih merasa takut ketika dia diculik.

 

Celia sampai pada kesimpulan yang sama dengan Liselotte dan berbicara kepada Rio dengan nada lembut.

"Umm, terima kasih, Haruto."

 

"Ya, tentu saja."

Rio membalas dengan senyum ramah dan mulai berjalan.

 

"Uh...."

Ketika dia melihat senyum yang di berikan Rio pada Celia, Flora mengerutkan keningnya.