Daybreak Rondo – Chapter 8 : Dawn Rondo

 

Ketika Alphonse meninju wajah Hiroaki, Rio dan yang lainnya sedang dikawal menuju Mansion milik Liselotte oleh seorang tentara. Setelah tiba di taman, Rio bisa melihat Liselotte sedang berjalan di sekitar taman untuk memberi perintah kepada bawahannya.

 

"Liselotte-sama, aku telah membawa Haruto-sama dan dua temannya."

Prajurit itu mendekati Liselotte dan memberikan laporannya.

 

".....Haruto, aku merasakan kehadiran monster yang datang dari dalam Mansion." 

Liselotte berbicara, menatap langsung ke arah Mansion dengan ekspresi serius.

 

"Eh?" 

Rio mengikuti tatapannya, tetapi hanya ada kehening di sekitar Mansion. Tidak ada tanda-tanda keributan yang mungkin terjadi dan Liselotte maupun orang-orang di sekitarnya tampak terganggu. 

 

Liselotte berlari mendekati Rio. 

"Haruto-sama, aku senang kamu dan kedua temanmu baik-baik saja."

 

"Iya, terima kasih....."

Jawab Rio dengan wajah bingung.

 

"Aku mendengar kamu menahan serangan monster di gerbang masuk sebelah timur sampai bala bantuan tiba. Terima kasih banyak untuk itu. Sayangnya, meskipun aku ingin berbicara lebih banyak denganmu, kami berada dalam situasi darurat. Kamu akan aman di dalam Mansion, jadi aku akan membawamu masuk, aku akan memimpin jalannya." 

Liselotte sepertinya sedang terburu-buru karena hal pertama yang dia lakukan adalah menawarkan Rio dan yang lainnya tempat yang aman.

 

".....Apa ada monster yang menyusup ke sini?" 

Rio bertanya dengan ekspresi serius.

 

"Apa yang kamu katakan itu  mengacu pada monster humanoid? Aku mendengar kalau ada beberapa dari mereka yang berhasil memasuki kota, tapi berkat bantuanmu, pelayanku dapat menghentikan mereka sebelum mereka mencapai tembok tempat ini. Terlebih lagi, aku belum menerima laporan dari para prajurit yang sedang berpatroli di tempat ini, kalau keadaan di sini aman....."

Saat Liselotte menjawab, dia melihat ke arah Rio dengan ekspresi penasaran.

 

"Begitu ya." 

Rio mengerutkan keningnya dengan ekspresi gelisah. 

 

Bahkan jika Rio memberitahunya kalau ada monster di Mansion, Liselotte tidak punya alasan untuk mempercayainya. Meskipun jika dia menjelaskan latar belakang Aishia untuk bisa meyakinkannya, belum tentu semuanya akan begitu saja percaya cerita mendadak dengan mudah.

 

".....Apa ada sesuatu yang membuatmu khawatir?" 

Menyadari ada yang tidak beres, Liselotte bertanya. 

 

"Ya, sepertinya ada aura aneh yang datang dari Mansion. Apa ada seseorang di dalam?"

 

"Hero-sama dan Flora Ojou-sama ada di salah satu kamar tamu dengan pengawal mereka. Aku akan mengirim salah satu pelayanku untuk mengkonfirmasi situasinya." 

Saat Liselotte membuat mengatakan itu, suara ledakan bergema dari dalam Mansion.

 

"Kya?!" 

Liselotte dan Celia tidak bisa menahan teriakan mereka.

 

"Itu....."

Rio mengarahkan pandangannya ke sumber suara. 

Dinding lantai dua memiliki lubang besar, semburan air kuat mengalir keluar darinya.

 

"Apa?!" 

Liselotte berkata dengan ekspresi kaget. 

Pada saat itu, seorang pria berjubah – Lucius – keluar dari pintu depan Mansion dengan tergesa-gesa.

 

"Hahaha, permisi!" 

Di pundaknya ada seorang gadis yang sedang menendang dan meronta-ronta untuk membebaskan dirinya adalah Flora.

 

"Lepaskan aku! Ah, ada monster di dalam sana! Tolong, siapa pun selamatkan Roanna dan Hero-sama!" 

Flora telah berusaha melepaskan diri dari bahu Lucius, tetapi ketika dia menyadari ada seseorang di sekitarnya, dia mulai meminta bantuan.

 

"Bukankah aku sudah bilang, kalau kau melawan, aku akan memotong kakimu?" 

 

Lucius memukul bagian kaki Flora dengan pukulan  karate. Karena Flora dibawa  menghadap ke belakang, gadis itu mengira pukulan itu disebabkan oleh pedang, jadi dia menjerit ketakutan.

 

{ TLN : Njer iseng wkwkwkkww }

 

Liselotte tidak dapat memahami mengapa Flora dibawa seperti itu, namun dia jelas merasakan ada sesuatu yang tidak normal telah terjadi, jadi dia segera memberi perintah di tempat. 

"Siapa saja, tolong hentikan orang itu!"

 

"Ogah! Terlalu lambat! Ojou-chan ini milikku! Kau bisa mengejarku jika kau bisa, tapi kau tidak akan mendapatkannya kembali!" 

 

Kecepatan Lucius dalam berlari tidak normal. Faktanya, dia berhasil melarikan diri dari taman sebelum para prajurit dapat membentuk formasi pertahanan. 

Sementara itu, Rio melebarkan matanya dengan perasaan yang tak terlukiskan saat mendengar suara Lucius.

 

"Suara itu..... Mungkinkah orang itu...?"

 

Jantung Rio berdebar kencang. Suaranya sangat mirip dengan suara pria yang sangat dikenalnya..... Sebuah suara yang tidak akan pernah dia lupakan. Rio ingin segera mengejarnya, namun tiba-tiba segerombolan Revenant hitam pucat keluar dari pintu utama Mansion.

 

"Graaaargh!" 

Para Revenant mulai menyerang orang-orang di taman tanpa pandang bulu dan kekacauan segera terjadi.

Selanjutnya, dari lubang di dinding Mansion yang hancur sebelumnya, muncul Revenant hitam pekat – Alphonse.

 

"Hmph." 

Alphonse melompat turun dan menatap pemandangan di depannya yang bertiup melalui hidungnya.

 

"Kshaaa!" 

Salah satu Revenant menyerang kelompok Rio secara tiba-tiba.

 

Rio dengan cepat menghunus pedangnya dalam sekejap dan menggunakannya untuk menusuk jantung makhluk itu dengan satu serangan.

"Gwah ?!" teriakan terakhir monster itu.

 

".....Kalian bertiga, mundur ke belakangku." 

Rio berbicara kepada Celia dan yang lainnya ketika matanya mengikuti sosok Lucius. 

Wajahnya menunjukkan frustrasi yang ekstrim.

 

"Pergilah, Haruto." Kata Aishia.

 

"Aishia.....?"

 

"Kamu marah, bukan?"

 

Melihat bahwa Aishia telah menyadarinya, mata Rio melebar sedikit.

 

"Tapi......"

Saat Rio menatap ke arah Celia, dia mengerutkan keningnya. Di medan pertarungan yang kacau seperti ini, ada kemungkinan Celia bisa berada dalam situasi berbahaya.

 

"Jangan, Haruto." 

Kata Celia dengan suara dingin.

 

".....Cecilia?" Mata Rio sedikit melebar.

 

"Ingat apa yang sudah aku katakan padamu. Kamu perlu memprioritaskan apa yang kamu anggap benar – tidak, apa yang dikatakan oleh perasaanmu. Meskipun kita berada di posisi yang berlawanan saat ini, tapi sekarang kita berada dalam situasi yang sama seperti saat kamu menyelamatkanku, kan? Aku tidak ingin kamu membuat ekspresi seperti itu karena salahku. Kamu terlihat seperti sedang kesakitan sekarang." 

Kata Celia dengan ekspresi cemberut namun terlihat sedih.

 

"......Baik." 

Rio mengangguk dengan ekspresi bersalah. 

Dia ingin melakukan apa yang dia inginkan, namun dia merasa enggan karena dia tidak tahu apakah yang dia lakukan itu bisa dimaafkan atau tidak. 

Ketika dia menyelamatkan Celia dari pernikahan yang tidak diinginkannya, Rio menyuruhnya melakukan apa yang diperintahkan hatinya – itu hal yang sama yang dikatakan Celia padanya pada saat ini.

 

"Kali ini giliranku untuk menolongmu. Meski aku tahu, kalau aku tidak bisa berbuat banyak dibandingkan yang kamu lakukan, tapi..... Terra Carcerem."

Celia tiba-tiba berjongkok dan meletakkan tangannya di tanah, mengucapkan rapalan sihir. Sebuah lingkaran sihir muncul di permukaan, dan sihir itu langsung aktif tanpa jeda sama sekali.