Daybreak Rondo – Chapter 6 : 「Malam Mereka Masing-Masing」
Pada hari yang sama, tepatnya di sore hari, bertempat ruang tamu Mansion Liselotte. Duke Huguenot baru saja mendengar laporan dari Kapten Pengawal Elit, Raymond Brandt.
"....Kelompok pengintai masih belum kembali?"
Tanya Duke Huguenot, mengerutkan kening.
"Ya, aku yakin pasti telah terjadi sesuatu yang tidak terduga."
Raymond memberikan laporannya dengan ekspresi pucat.
"Sesuatu yang tak terduga? Bukankah kita membentuk pasukan Ksatria dengan kemampuan tempur tinggi untuk mencegah hal seperti ini terjadi, kan?"
Duke Huguenot bertanya.
"Ada kemungkinan kelompok yang dikirim untuk mengintai telah menghadapi ancaman yang tidak bisa mereka tangani."
"Apa maksudmu itu seperti masih ada monster kelas tinggi yang berkeliaran di sana?"
"Mungkin juga mereka baru saja mengalami sebuah kecelakaan....."
Jawab Raymond dengan susah payah.
Meskipun kemungkinannya tidak nol, semua Ksatria telah menerima pelatihan yang keras. Tidak ada yang lebih memalukan daripada mengalami masalah seperti itu selama misi yang mereka jalankan.
".....Baiklah, aku mengerti. Kamu boleh pergi sekarang. Aku akan memberikan arahan lain segera."
Perintah Duke Huguenot, menghela napas dalam-dalam.
"Baik!"
Raymond mengangguk dengan suara kaku, lalu berbalik. Setelah beberapa saat, pintu ruangan tersebut ditutup.
"Sepertinya kami kekurangan Ksatria dengan kemampuan militer. Alphonse juga ada di kelompok itu.... Jadi dia memang tidak kompeten."
Suara kesal Duke Huguenot bergema di seluruh ruangan yang kosong itu.
◇◇◇◇
Sementara itu, di ruangan lain di Mansion Liselotte, Hiroaki sedang menikmati teh dengan Roanna dan Flora di salah satu ruang tamu yang terpisah dengan ruang tamu utama.
"......"
Untuk beberapa alasan, Hiroaki yang biasanya banyak bicara, tapi saat sedang menikmati tehnya dengan tenang. Flora juga tampaknya agak linglung, namun karena dia adalah gadis yang tidak terlalu banyak bicara sejak awal, jadi itu tampak biasa.
[ Benar-benar sunyi..... ]
Roanna diam-diam memperhatikan wajah Hiroaki, sedang bertanya-tanya apa yang menyebabkan perilakunya itu tidak seperti biasanya.
".....Ha."
Dengan cangkir teh yang masih ada di tangannya, Hiroaki menghela napas panjang.
Dia tampak jelas menunjukkan tanda-tanda kalau dia sedang mengkhawatirkan sesuatu. Namun, Flora masih berada di dunianya sendiri, jadi dia tidak memperhatikan sama sekali sikap anehnya Hiroaki.
[ Flora Ojou-sama juga nampak agak lesu. Aku ingin tahu apa yang terjadi pada mereka berdua..... ]
Tidak dapat menahan suasana canggung di ruangan itu, Roanna berbicara dengan gugup.
"Umm, Hiroaki-sama. Apa terjadi sesuatu?"
"Hm? Apa?"
Hiroaki menjawab dengan suara yang agak singkat.
Roanna mengumpulkan semua keberanian yang dia bisa untuk berbicara.
"Umm, kamu tampak tidak terlihat terlalu senang. Apa ada sesuatu yang mengganggumu....."
Mendengar perkataan itu, Flora memperhatikan percakapan mereka dan berbalik ke arah mereka untuk mendengarkan.
"Nah, bukan apa-apa....."
Kata Hiroaki sambil menggelengkan kepalanya berlebihan.
Bertentangan dengan perkataannya, sikapnya dengan jelas menunjukkan bahwa ada sesuatu yang mengganggunya, jadi Roanna menunggu dengan sabar sampai dia melanjutkan perkataannya.
"Tidakkah menurutmu kalau Flora bersikap lebih aneh dariku?"
Tiba-tiba Hiroaki berbicara dan menoleh ke Flora.
".....Heh?" Karena terkejut, tubuh Flora gemetar.
Hiroaki menatapnya dalam diam.
"........"
"Ah, umm, apa aku melakukan sesuatu yang aneh?"
Flora menunjukkan ekspresi kebingungan yang jelas.
"Hmm. Jadi kamu tidak menyadarinya. Sejak kita diserang oleh gerombolan monster, kamu berperilaku linglung."
Kata Hiroaki dengan nada sedikit tidak senang.
Seolah-olah Roanna telah menyadari sesuatu, dia menunjukkan ekspresi pengertian.
"K-Kurasa itu tidak benar......"
Sambil mengerutkan keningnya, Flora menggelengkan kepalanya.
"Yah, jika kamu bersikeras, baiklah. Tapi itulah yang aku lihat dari sudut pandangku, namun jika kamu tidak merasa begitu, maka ya sudahlah."
Kata Hiroaki dengan tajam.
Cara dia mengatakannya itu sudah cukup membuat Flora merasakan kebutuhan untuk memastikannya.
"U-Umm, aku terlihat seperti apa bagimu?"
"Hmm. Misalnya, kamu tampak agak tertarik dengan orang itu. Kamu selalu memperhatikan wajahnya sepanjang waktu, tahu?"
Kata Hiroaki sambil memperhatikan reaksi dari Flora.
{ TLN : Iri dia wkwkkwwk }
"Ah, umm, orang yang kamu maksud itu..... Umm. Apakah maksudmu adalah Haruto-sama?"
Kata Flora dengan ragu-ragu.
"Ya. Jadi kamu sadar kalau orang yang aku sebut itu adalah Haruto."
Kata Hiroaki dengan nada jengkel.
"Heh? Tidak..... Umm, itu...."
Flora tidak mengerti mengapa Hiroaki membentaknya seperti itu. Sejak dia dibesarkan sebagai seorang putri, dia tidak pernah di marahi karena perilakunya atau hal-hal yang dia katakan; Ketika digabungkan dengan kepribadian aslinya, tidak heran jika dia tidak tahu harus berbuat apa.
"Putri Flora mewakili kita semua, jadi mungkin dia tidak begitu yakin bagaimana mengungkapkan rasa terima kasih kita kepadanya karena telah menyelamatkan kita dari situasi darurat sebelumnya. Terlebih lagi Duke Huguenot juga sedang mencoba merekrutnya."
Kata Roanna, mendukung Flora.
"Hmm, begitu. Benarkah itu?"
Hiroaki bertanya dengan nada yang agak meragukan.
"Y-Ya." Flora mengangguk tidak nyaman.
"Yah, kurasa aku bisa mengerti. Tapi tetap saja, Haruto itu..... Tidakkah menurutmu kalian berdua bertingkah agak terlalu bersemangat tentang dia?"
Hiroaki bertanya dengan skeptis.
{ TLN : Skeptis/Skeptisisme adalah paham yang memandang sesuatu selalu tidak pasti. }
"Itu karena kamu sangat kuat, Hiroaki-sama. Ketika posisimu sendiri jauh yang tinggi, membuat orang-orang di sekitarmu tampak lebih rendah. Namun, bagi kami yang merupakan orang biasa, Haruto-sama adalah orang yang luar biasa."
Roanna menjelaskan, memuji Hiroaki pada saat bersamaan.
Jika itu adalah Flora, dia tidak mungkin bisa membuat perkataan yang begitu cerdik seperti itu dalam waktu singkat.
{ TLN : Njir wkwkkwkw }
"Ah, begitu ya.... Sekarang aku mengerti. Yah, kalau memang begitu, kurasa mau bagaimana lagi."
Hiroaki menunjukkan senyuman karena sedang dipuji.
[ Demi Roanna, kurasa aku akan menerimanya untuk hari ini. ]
Itulah yang dia pikirkan. Namun, dia masih kecewa pada Flora.
[ Jujur saja, aku selalu bisa mengandalkan Roanna untuk percakapan yang sangat hidup. Flora itu sangat manis, tapi tidak ada yang lebih dari itu. ]
Hiroaki menghabiskan banyak waktu dengan Flora dan Roanna, jadi dia sangat mengenal kepribadian mereka berdua. Flora bisa digambarkan dengan satu kata yaitu pemalu. Sederhananya, dia bisa dibilang sebagai gadis yang sangat pendiam.....
Tapi jika seseorang memutuskan untuk berbicara terus terang, maka bisa dikatakan kalau dia adalah gadis yang sangat suram. Flora sepertinya tidak terbiasa bergaul dengan anak laki-laki, jadi dia hampir tidak pernah berbicara ketika di hadapan lawan jenis. Bahkan ketika dia bersama dengan Hiroaki, seseorang yang dia kenal sejak cukup lama, masih ada rasa canggung selama percakapan yang mereka lakukan.
Paling tidak, dia sepertinya bukan tipe gadis yang secara agresif mendekati lawan jenis. Terlepas dari itu, fakta bahwa dia telah mencoba untuk mendekati Haruto secara terus menerus adalah aneh. Hiroaki tidak bisa berkata apapun tetapi merasa tidak puas melihat Flora berusaha lebih dekat dengan orang lain. Pikiran yang di miliki Hiroaki itu cukup egois, sungguh.
Hiroaki sepertinya tidak menyadarinya, tetapi bertentangan dengan keinginannya, dia juga tidak memiliki banyak pengalaman dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Itulah mengapa berurusan dengannya itu mudah dan sekaligus sangat sulit untuk ditangani.
Bisa dikatakan kalau Hiroaki adalah anak manja dan merepotkan.
◇◇◇◇
Setelah percakapan mereka berakhir, Flora mengucapkan selamat tinggal kepada Roanna dan Hiroaki, lalu menuju ke kamarnya. Pelayan yang Liselotte tugaskan untuknya telah membantunya untuk mandi dan mengganti pakaiannya, jadi dia sekarang berbaring di tempat tidurnya.
[ .....Apa benar kalau aku bersikap aneh hari ini? ]
Flora menjadi khawatir tentang apa yang dikatakan Hiroaki kepadanya sebelumnya; Hiroaki mengatakan kalau dia terlalu tertarik pada Haruto dan sepertinya tidak senang dengan itu.
Namun, itu adalah fakta yang tidak dapat disangkal olehnya, karena dia tertarik kepada Haruto.
[ Rio, Haruto. Nama mereka sangat berbeda. Warna rambut mereka juga berbeda. Dia juga memiliki banyak kenalan yang telah lama bersamanya. Alasan-alasan itu lebih dari cukup untuk membuktikan kalau dia bukan orang yang sama, namun...... ]
Ketika dia ingat bagaimana Haruto telah mengalahkan sekelompok Minotaur, Flora tidak bisa tidak berhenti memikirkan tentang Rio. Alasan di balik itu, mungkin karena Rio juga telah mengalahkan Minotaur untuk menyelamatkannya ketika mereka pelatihan lapangan beberapa tahun yang lalu.
Itu sebabnya Flora menatapnya sepanjang hari. Jika yang lain menganggapnya perilakunya aneh, maka sangat mungkin jika Haruto berpikir begitu juga.
[ Ugh, kenapa aku seperti ini..... ]
Flora merasakan kebencian yang mendalam pada dirinya sendiri. Kepalanya berputar karena tidak bisa mengikuti pikirannya sendiri, tetapi dia terus bertanya pada dirinya sendiri meskipun begitu.
[ Lagipula, apa yang mau aku lakukan? Jika Haruto-sama memang Rio, apa yang akan aku lakukan? ]
Sangat jelas, dia tidak bisa menemukan kebenaran dengan menanyakannya secara langsung, bahkan jika dia melakukannya, Rio kemungkinan besar tidak akan mengatakan yang sebenarnya kepadanya.
Lagipula, Kerajaan Beltrum secara tidak adil menuduh Rio, lalu membalasnya dengan permusuhan. Dosa itu tidak bisa dihilangkan begitu saja.
[ Haruskah aku meminta maaf? Tapi apa yang kami lakukan tidak bisa dimaafkan..... ]
Apa perasaannya yang sebenarnya? Flora ingin dimaafkan olehnya? Jika itu masalahnya, maka itu adalah akhir yang nyaman baginya.
"Nn....."
Setelah mencapai kesimpulan itu, Flora merasakan penghinaan yang kuat untuk dirinya sendiri, bahkan lebih kuat dari yang dia coba sebelumnya.
Matanya mulai meneteskan air mata.