Setiap hari-hari yang berlalu, jarak antara kedua gadis itu semakin besar dan semakin jauh, menyebabkan Aki merasa tidak sabaran. Meskipun Miharu tidak memperhatikan gumaman Aki, Orphia mendengarnya dengan sempurna.
[ Tentu saja bakat Miharu-chan memang luar biasa, tapi.... ]
Orphia menatap Aki sebelum beralih ke Miharu.
Meskipun Orphia tidak memiliki pengalaman apapun tentang mengajar manusia – selain dari kasus Rio, tentu saja – sangat jelas bahwa bakat Miharu berada pada tingkat yang tidak normal.
Bisa di katakan kalau Rio adalah pengecualian khusus untuk manusia, dan selain itu, Miharu dan dua lainnya yang datang dari Bumi, sehingga mereka tidak dapat dibandingkan dengan manusia yang ada di dunia ini.
Satu-satunya hal yang seratus persen dikonfirmasi adalah bahwa Miharu, Aki, dan Masato sedang belajar spirit art dengan kecepatan yang tak terbayangkan oleh manusia di dunia ini. Itulah sebabnya Orphia secara berkala mengingatkan Aki bahwa dia tidak perlu merasa bersedih dengan hasilnya.
Sayangnya, Miharu belajar dengan kecepatan yang melebihi manusia normal di dunia ini, jadi itu tidak biasa di hindari bagi Aki untuk merasa rendah diri.
[ Aku bertanya-tanya apa perbedaan antara Aki-chan dan Miharu-chan? Apakah ini hanya masalah bakat? Aku tidak ingin menyimpulkannya dengan alasan itu. Bagaimanapun juga, Miharu-chan adalah yang paling bekerja keras. Bahkan pada saat ini, dia konsentrasinya sangat hebat.... ]
Ekspresi Miharu menunjukkan tekad mutlak.
Orphia juga menyadari kalau Miharu juga berlatih sendiri, bahkan jika tidak ada yang membantunya. Sebaliknya, mungkin karena peningkatan cepat Miharu, pikiran Aki kadang-kadang tampak sangat terganggu.
Aki tampaknya tidak memiliki masalah dengan kehidupan sehari-harinya, jadi mengamatinya dalam diam sedikit lebih lama seharusnya tidak menjadi masalah. Namun, Orphia khawatir tentang dia dan tidak tahu bagaimana membimbingnya di jalan yang benar.
[ Mungkin lebih baik jika berbicara dengan Miharu-chan tentang hal itu. Aku juga harus berbicara dengannya tentang beberapa hal dan kurasa tidak ada orang yang mengenal Aki-chan lebih baik darinya. ]
Orphia mungkin adalah instrukturnya dalam pelatihan spirit art, tetapi Miharu satu tahun lebih tua darinya, jadi Orphia merasakan kalau dia bisa mengandalkannya pada situasi seperti ini.
[ Yosh. Aku kira akan melakukannya malam ini! Aku juga akan memanggil Sara-chan dan Alma-chan! ]
Dengan keputusannya itu, Orphia tertawa kecil.
◇◇◇◇
Malam itu, di rumah tempat mereka semua tinggal bersama....
Setelah Latifa, Aki, dan Masato tidur. Orphia pergi ke kamar Miharu bersama Sara dan Alma, dan mengetuk pintu kamarnya dengan pelan.
"....Iya? Tunggu sebentar?"
Miharu masih terjaga, jadi dia segera membukakan pintu. Melihat Orphia dan lainnya datang, matanya melebar karena terkejut.
"Fufufu, bisakah kita mengobrol sebentar?"
Kata Orphia sambil tersenyum.
Karena Miharu dan yang lainnya mengenakan pakaian tidur mereka masing-masing, bisa dikatakan itu adalah undangan untuk pesta piyama versi dunia lain.
Meski biasanya penghuni rumah berkumpul di ruang tamu untuk mengobrol di malam hari, mereka berempat hampir tidak pernah mengobrol secara secara berkelompok, apalagi di kamar Miharu.
"Tentu saja, silakan masuk."
Miharu menyambut ketiganya tanpa ragu-ragu.
"Terima kasih."
Orphia dan yang lainnya masuk dengan gembira. Kamar Miharu memiliki luas sekitar lima belas meter persegi dan di tengahnya ada meja kecil. Orphia meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja.
"Apa kamu sedang berlatih Spirit Art sebelumnya?"
Sambil melihat sekeliling ruangan, Sara bertanya kepada Miharu.
Miharu mengangguk dengan ragu.
"Ah.... Ya. Bagaimana kamu bisa tahu?"
"Ada sisa-sisa ode dan mana yang melayang di sekitar kamarmu. Kepadatan ode yang tersebar lebih tinggi daripada yang dihasilkan artefak lampu, jadi aku pikir kalau kamu berlatih secara rahasia."
Kata Sara menyimpulkan dengan tertawa ringan.
"Aku mengerti...."
Miharu berkata pelan pada keterampilan pengamatan Sara.
Spirit Art yang Miharu gunakan itu cukup lemah, tapi menggunakannya terus menerus telah menyebabkan sejumlah besar esensi sihir dilepaskan tanpa dia sadari.
"Sepertinya berusaha sangat keras. Kamu sangat rajin Miharu."
Alma juga tertawa ringan.
"I-Itu tidak benar."
Miharu menggelengkan kepalanya dengan tidak nyaman.
Ini tidak seperti berlatih sendiri dilarang, tetapi jika dia berlebihan, maka tubuhnya akan menjadi sangat kelelahan, jadi itu tidak disarankan.
Miharu telah berlatih selama lebih dari satu jam sebelum mereka tiba, tetapi dia tidak ingin membuat mereka semua mengkhawatirkannya.
Namun Miharu tidak bisa menyembunyikannya begitu saja kepada Sara dan yang lainnya, karena mereka adalah gadis yang bertalenta di desa Seirei no Tami, jadi mereka pasti sudah menyadarinya.
"Aku bisa tahu bahkan jika kamu mencoba menyembunyikannya. Memang bagus kalau kamu berusaha keras, tapi kamu masih pemula jadi tidak perlu berlebihan dalam pelatihanmu."
Kata Sara, memperingatkan Miharu dengan nada lelah.
"Benar. Aku telah memberitahu kamu beberapa kali, jika kamu melepaskan terlalu banyak ode dari tubuhmu, kamu hanya akan merusak kesehatanmu, tahu?"
Orphia menegaskan kata-kata Sara dengan kata-katanya sendiri.
"Aku setuju."
Kata Alma, mengangguk.
"Ahaha, aku tidak merasa lelah atau apa pun, jadi aku rasa tidak ada masalah. Aku pikir sudah cukup latihan untuk hari ini. Nah, silakan duduk."
Kata Miharu, tertawa agak canggung.
"Baik. Permisi."
Sara menunjukkan senyum tegang sebelum duduk di salah satu kursi.
Kemudian Alma dan Ophia mengikutinya dan Orphia segera menuangkan teh.
"Kita biasanya berkumpul di ruang tamu, jadi berada di kamar seseorang adalah perasaan baru bagiku."
Kata Alma sambil melihat ke dalam ruangan.
"Aku juga berpikiran demikian. Jika kita berkumpul bersama seperti ini, apakah itu berarti ada sesuatu yang penting untuk dibicarakan?"
Miharu menanyakan itu dengan rasa ingin tahu sambil melihat ekspresi mereka bertiga.
"Jadi ada masalah apa, Orphia?"
Sara juga tidak tahu detailnya saat dia menoleh ke arah Orphia untuk mencari jawaban.
"Fufu, kurasa kalian bisa menyebut ini sebagai percakapan penting. Aku ingin berbicara tentang Miharu, Aki dan Masato sekali lagi, hanya di antara kita saja."
Kata Orphia dengan senyum cerah.
"Yah, memang benar kalau kita belum punya kesempatan untuk membicarakannya hal ini...."
Sara mulai mengingat waktu yang telah dia habiskan dengan yang lainnya. Meskipun dia telah memahami alasan Orphia, dia yakin ada hal lain di baliknya.
"Baiklah, aku mulai kalau begitu"
Orphia menggenggam tangannya di depan dadanya.
"Jadi, Miharu-chan.... Bagaimana kehidupanmu di desa? Apa ada sesuatu yang membuatmu cemas?"
"Heh? Umm..... Menurutku tidak ada?"
Miharu seketika terkejut atas pertanyaan itu, jadi dia menjawab sambil memiringkan kepalanya.
"Benarkah?"
Menatap wajah Miharu, Orphia bertanya sekali lagi.
"....Yup."
Miharu mengangguk dengan ragu.
"Apa kamu curiga kalau itu sebaliknya, Orphia?"
Sara bertanya, langsung ke intinya.
"Hmm, bukan begitu. Hanya saja mereka bertiga tinggal di desa yang tidak mereka dikenal, jadi aku selalu bertanya-tanya apakah merasa khawatir karenanya. Aku tidak hanya berbicara tentang Miharu-chan, tapi juga Aki-chan dan Masato-kun."
Kata Orphia, mencoba menjelaskan.
"Aku mengerti. Jadi, bagaimana Miharu?"
Sara bertanya.
"Aku tidak punya masalah apa pun tentang kehidupanku di desa ini. Semuanya memperlakukan kami dengan sangat baik, rasa terima kasihku tidak akan cukup untuk membalasa kebaikan Haruto-san dan kalian semua."
Miharu menjawab dengan senyum bahagia.
Sara dengan tegas bertanya ke subjek yang agak sensitif.
"Tapi bukankah kamu merasa kesepian? Kamu terpisah sangat jauh dari keluargamu, bukan?"
Untuk mencegah hal itu, Sara dan yang lainnya telah mencoba memberikan sambutan hangat, tetapi semuanya ada batasannya.
"Bohong kalau aku mengatakan jika aku tidak merasa seperti itu. Sedangkan untuk Aki, yang terkadang terlihat tidak terlalu bersemangat.... Dia telah dipisahkan dari kakak laki-lakinya yang tercinta, jadi wajar baginya untuk terlihat seperti itu."
Miharu menjawab sambil tersenyum sekilas.
"Tapi aku sangat bersyukur dan perasaan penyesalanku benar-benar hilang. Aku merasa kalau kami sangat diberkati saat ini dan aku sangat senang bertemu dengan kalian semua."
"Miharu...."
Orphia, Alma, dan Sara tersenyum dengan gembira.
"Aku yakin Aki-chan dan Masato-kun merasakan hal yang sama. Itu sebabnya meskipun kami merasa sedikit kesepian, kami akan baik-baik saja dengan semuanya di sini. Terima kasih banyak karena selalu bersama kami."
"Kami juga bersyukur karena kalian di sini. Aku sangat senang kita telah menjadi teman."
Kata Sara dengan ekspresi agak malu.
"....Iya."
Miharu mengangguk dengan ekspresi serupa.
"Kami juga akan berusaha untuk menjaga dan mengawasi Masato dan Aki, tapi jika ada yang kamu butuhkan, jangan ragu untuk membahasnya dengan kami."
Kata Alma, menambahkan.
"Terima kasih, Alma-chan."
Miharu menjawab sambil tersenyum bahagia.
Tiba-tiba, Orphia membuka mulutnya.
".....Bagaimana pelatihan Spirit Art-mu? Aku pikir Aki-chan dan Masato-kun merasa sedikit tidak sabar karena mereka tidak bisa mengejar perkembanganmu."
"Benarkah? Aku tidak menyadarinya...."
Sara menunjukkan ekspresi terkejut.
"Ini mungkin imajinasiku, tapi ketika saat pelatihan, aku merasakan hal seperti itu. Aku selalu memikirkan bagaimana kehidupan sehari-hari Aki-chan."
Kata Orphia, secara tidak langsung memberikan pertanyaan kepada Miharu.
".....Sepertinya tidak ada yang mengganggunya di luar pelatihan. Aku juga akan lebih memperhatikannya mulai sekarang."
Miharu menjawab dengan ekspresi bijaksana.
"Terima kasih Orphia-chan, karena telah mengkhawatirkan Aki-chan."
"Tidak, tidak. Aku adalah pelatih Spirit Art-nya. Tapi, aku terkadang dalam latihannya."
Kata Orphia dengan senyum tegang.
Miharu menggelengkan kepalanya.
"Itu tidak benar. Caramu dalam mengajar sangat mudah dipahami, kalau tidak, aku tidak akan belajar secepat ini."
"Itu karena kamu sangat berbakat. Tidak hanya itu – kamu juga sangat berusaha keras dalam pelatihanmu sehingga perkembanganmu meningkat pesat."
[ Tidak peduli seberapa berbakatnya seseorang, bakatnya akan sia-sia kalau dia tidak punya motivasi. ]
"Dan sepertinya kamu juga berlatih secara rahasia."
Kata Sara sambil tertawa ringan.
"A-Aku tidak sering melakukannya."
Miharu mencoba membuat alasan karena malu.
"Sepertinya kamu berusaha keras dalam pelatihanmu, apa ada alasan khusus untuk itu?"
Kata Alma, tertawa ketika dia bertanya-tanya apa motif dibalik ambisinya Miharu.
"Sebagian karena sangat menyenangkan, tapi...."
Miharu berhenti di tengah kalimatnya itu, menyebabkan yang lain mendesaknya untuk melanjutkan pada saat yang bersamaan.
"Tapi?"
"Di saat kami tinggal di sini dengan damai, Haruto-san melakukan yang terbaik di luar sana, kan? Aku tidak ingin dia melakukan semuanya sendirian....."
Melihat kalau dirinya menjadi pusat perhatian, Miharu menjawab dengan malu-malu.
"Aku mengerti. Jadi itu demi Rio."
Alma menekankan nama Rio sambil mengatakan itu.
"Ufufu, begitu ya. Sekarang aku mengerti."
Kata Orphia dengan gembira. Sementara itu, Sara menatap wajah Miharu dengan saksama.
"....Umm, aku pikir kalian semua salah paham tentang sesuatu....."
Setelah menerima tatapan dari ketiganya, Miharu tersipu malu.
"Salah paham tentang apa?"
Alma balik bertanya dengan ekspresi polos.
"Tidak, umm.... Aku hanya tidak ingin menjadi penghalang bagi Haruto-san. Kami telah diselamatkan olehnya, jadi aku ingin meningkatkan hal-hal yang bisa aku perbuat.... Dengan begitu, jika terjadi sesuatu, aku tidak akan ditinggalkan...."
Wajah Miharu semakin memerah, dia mencoba membela diri dengan panik.
"Jangan cemas. Semuanya sudah mengerti mengapa kamu berusaha sangat keras."
Kata Alma, menunjukkan senyum ramah.
"Jadi kamu ingin bersama dengan Rio."
Kata Orphia, mengangguk penuh pengertian.
"T-Tidak seperti itu! M-Maksudku, kamu tidak salah juga, tapi—!"
Miharu keberatan dengan panik.
Gadis itu frustrasi karena dia tidak bisa membalas orang yang telah menyelamatkannya. Dia menolak untuk berdiam diri dan ingin menjadi penghalang untuknya.
Itulah mengapa Miharu berusaha sebaik mungkin. Jika dia setidaknya bisa melindungi dirinya sendiri, dia bisa bersama Rio. Jika dia tidak berusaha dengan cukup keras, dia merasa kalau Rio akan pergi ke tempat yang jauh dan dia tidak mau kalau itu sampai terjadi.
Miharu tidak ingin Rio meninggalkan.
Sulit untuk menggambarkannya dengan perkataan untuk menjelaskannya, tetapi itulah perasaan sebenarnya.
"Yah, jika itu alasanmu di balik pembelajaran Spirit Art-mu yang sangat cepat, maka tidak masalah, bukan?"
Kata Sara, tertawa ringan.
"Kamu benar. Bagaimanapun, ini adalah hasil dari bakat dan kerja keras yang dilakukan Miharu-chan."
Orphia setuju sambil tersenyum.
"Tapi tetap saja, aku merasa kalau perkembangan belajarmu terlalu cepat.... Kecepatannya setara dengan orang-orang paling berbakat di desa. Yah, hanya ada sedikit orang yang memulainya di usia Miharu Onee-chan, jadi sulit untuk membuat perbandingannya...."
Alma berkata dengan ekspresi penuh perhatian.
"Jika Miharu dikontrak oleh roh, maka wajar saja perkembangan sangat cepat. Tapi, bukan itu saja masalahnya. Nah, kita harus mempertimbangkan fakta kalau dia berasal dari dunia lain...."
Kata Sara sambil merenungkan.
"Dikontak oleh roh? Heh?"
Seolah dia menyadari sesuatu, Miharu angkat bicara.
"Apa ada sesuatu, Miharu-chan?"
Orphia bertanya, memiringkan kepalanya karena penasaran.
"Sebelum kami datang ke desa ini di saat Haruto-san datang ke sini untuk menjelaskan situasinya, Ai-chan tinggal di rumah batu bersama kami dan membentuk kontrak sementara denganku sehingga dia bisa mengisi kembali esensinya."
Miharu menjelaskan, teringat peristiwa masa lalu.
"....Itu dia."
Kata Orphia dengan mata melebar. Sara dan Alma juga menunjukkan ekspresi serupa.
"Apakah itu alasan mengapa aku bisa belajar Spirit Art dengan cepat?"
"Benar. Kontrak sementara tidak bisa dibandingkan dengan kontrak nyata, tapi Aishia-sama adalah roh humanoid, jadi kemungkinan besar dia telah membangkitkan bakatmu dalam Spirit Art."
Kata Sara, menjelaskan.
"Jadi begitu.... Aku harus berterima kasih pada Ai-chan saat dia kembali nanti."
Miharu teringat saat-saat yang dia habiskan dengan Aishia dan tertawa ringan.