Daybreak Rondo – Chapter 3 : Penyusup

 

Mari kembali lagi ke Kerajaan Galarc. Di kota Amande, malam harinya setelah Rio mengalahkan Minotaur....

 

Kafetaria di lantai pertama penginapan yang dikelola oleh Ricca Guild juga dibuka untuk umum sebagai restoran yang mewah kelas atas. Rio sedang menikmati makan malamnya bersama dengan Celia dan Aishia di ruang pribadi; Tepat dari pintu ruangan pribadi mereka ada jendela terbuka, yang memungkinkan mereka untuk melihat ke halaman belakang yang luas sambil minum minuman mewah dan menikmati makanan mewah. Saat hari-hari yang cerah, pelanggan juga bisa menggunakan teras untuk makan.

 

"Memiliki taman yang begitu luas di belakang penginapan sungguh indah. Mereka merawatnya dengan cukup baik." 

Sambil menunggu hidangan berikutnya, Celia memandangi taman di luar dengan suasana hati yang bagus.

 

"Ini adalah sebuah penginapan. Akan sempurna jika mempunyai bak mandi yang cukup dalam untuk aku bisa berendam."

Kata Aishia, sederhana.

 

"Hal itu hanya seperti mimpi di sini. Bak mandi seperti yang ada di Rumah Batu sama sekali tidak umum di wilayah Strahl. Bukankah sudah cukup dengan adanya bak mandi di setiap kamar ?" 

Celia bertanya dengan senyum masam.

 

Di fasilitas tempat mereka menginap, setiap kamar memiliki kamar mandi sendiri, di mana terdapat bak mandi cukup dangkal untuk mandi. 

Jelas itu tidak bisa dibandingkan dengan bak mandi yang ada di Rumah Batu, tapi di wilayah Strahl bak mandi seperti itu sudah lebih dari cukup untuk standartnya.

 

"Aku mengerti, sepertinya kalian berdua sudah terbiasa dengan bak mandi yang dalam ya." 

Kata Rio sambil tersenyum.

 

"Yup, aku sangat suka mandi di sana. Itu membuatku mengantuk." 

Aishia mengangguk, berbicara dengan lembut.

 

"Gadis ini benar-benar tertidur, tahu? Aku terkejut ketika aku masuk setelah dia." 

Kata Celia, menghela napas lelah.

 

"Kehangatannya sangat nyaman."

 

"Mou....."

Perkataan Aishia membuat Celia mengembungkan pipinya.

 

"Ahaha."

Rio tertawa geli. 

 

Dari segi penampilan, Aishia terlihat lebih tua dari Celia, tapi di saat seperti ini sulit untuk membedakan siapa yang paling tua. Dan percakapan mereka ketiganya berlanjut sampai seorang pelayan mengetuk pintu dan membawa hidangan baru.

 

"Terima kasih telah menunggu. Apa kamu ingin memesan minuman yang lain?" 

Pelayan itu bertanya ketika memperhatikan botol minuman mereka hampir habis.

 

"Ayo kita lihat. Cecilia, kenapa tidak kamu yang memilih minuman berikutnya? Aku tidak terlalu akrab paham dengan itu." Kata Rio.

 

Karena Celia dibesarkan sebagai bangsawan, dia seharusnya tahu lebih banyak tentang merek dan pembuat dari minuman yang tersedia.

 

"Sebenarnya, aku juga tidak tahu terlalu banyak juga....."

Kata Celia sambil melihat menu. 

 

"Lalu bagaimana jika kita memilih anggur yang ada di tempat ini? Tolong bawakan yang itu saja." 

 

Anggur yang sepertinya dipromosikan di depan penginapan sepertinya menarik perhatiannya, jadi Celia segera memesannya.

 

"Baik."

Pelayan itu merespon dengan hormat dan pergi tanpa suara.

 

"Di mana anggur itu dibuat?" Rio bertanya.

 

"Di sini, di wilayah Duke Cretia. Anggur ini adalah produk yang dibuat di kebun anggur Ricca Guild, karena ini produk buatan lokal, kenapa kita tidak mencobanya?" 

Kata Celia, tertawa bahagia.

 

"Ya, menurutku itu pilihan yang bagus."

Rio mengangguk dengan senyum tipis. 

 

Biasanya Rio meminum minuman keras yang dibuat oleh orang-orang desa roh, tetapi mencoba beberapa minuman dari Strahl sepertinya bukan ide yang buruk. 

Apalagi saat ini, mereka sedang makan di Restoran mewah.

 

"Hidangan yang baru datang juga enak."

 

Aishia dengan elegan menggunakan peralatan makannya untuk mencicipi salah satu hidangan yang baru saja dibawakan oleh pelayan. 

Ruangan pribadi tempat mereka bertiga makan dikelilingi oleh lingkungan yang damai.

 

"....Kedengarannya ada keributan di luar sana." 

Kata Rio, melirik ke arah pintu ruangan. 

 

Beberapa suara keributan bisa terdengar dari luar, terdengar seperti seseorang sedang berdebat. Karena Restoran itu adalah tempat yang cukup tenang, suara-suara seperti itu bisa terdengar dengan cukup baik.

 

".....Apa ada perkelahian?" 

Kata Celia dengan cemas. 

 

Semakin lama waktu berlalu, pihak yang bertikai itu semakin dekat ke ruangan tempat Rio dan yang lainnya berada. Kemudian, tepat di sisi luar pintu, suara seorang pemuda mulai bergema.

 

"Sudah kukatakan padamu, aku mau menggunakan ruangan yang sama dengan yang aku gunakan terakhir kali. Jika yang kau inginkan adalah uang, aku bisa membayarnya tiga kali lipat dari tarif biasanya."

 

"Ini bukan masalah tentang uang. Ruangan itu sedang digunakan oleh tamu lain. Kami tidak bisa meminta mereka untuk pergi."

Seorang pria, yang tampaknya adalah seorang pelayan, dengan tegas menolak.

 

Mendengar dari percakapan keduanya, Rio bisa menebak tentang apa yang terjadi dan berbicara dengan nada lelah.

 

"....Sepertinya ruangan ini, mungkin diminati olehnya."

 

"Apa yang harus kita lakukan?"

Celia bertanya, menatap Rio.

 

"Mari kita tunggu sebentar dan lihat apa yang terjadi. Mereka mungkin mencoba menggunakan ruangan yang berbeda, jadi akan agak konyol jika keluar begitu saja seolah kita yang salah." 

Kata Rio sambil tersenyum ramah.

 

"Kami adalah tamu penting di sini. Para petinggi kami tidak akan senang dengan ini." 

 

Tiba-tiba, suara anak laki-laki yang berbeda bisa terdengar. Dia juga tampak sangat muda dan nadanya sangat sombong. 

Karena mereka menggunakan pengaruh mereka, jelas kalau mereka mencoba membuat ancaman. Dari ucapan keduanya, sepertinya mereka sudah terbiasa dengan hal-hal seperti itu.

 

"Jika yang kamu maksud adalah Liselotte-sama, maka tolonglah minta izinnya terlebih dahulu. Kami hanya menjalankan tugas kami."

Pelayan pria itu tidak menyerah.

 

".....Dasar orang bodoh keras kepala. Cukup – Tidak ada gunanya aku berbicara denganmu. Bersiaplah untuk membayarnya nanti." 

Kata pria kedua, memberikan peringatan terakhirnya.

 

"Terserah kamu saja."

Jawab petugas itu terus terang.

 

Sepertinya, pria pertama kehilangan kesabarannya saat dia mulai meninggikan suaranya karena kesal. 

"Cukup, Stewart. Kita akan menyelesaikannya dengan tamu itu sendiri."

 

"Kalian tidak bisa melakukannya."

Protes pelayan itu, tapi pria yang kesal itu meninggikan suaranya dengan nada sangat marah. 

 

"Menyingkirlah. Kau menghalangi saja."

 

"T-Tuan! Tolong jangan lakukan itu!" 

Pelayan itu berteriak panik; mungkin mereka telah mendorongnya jatuh ke lantai. 

 

Pertengkaran itu terjadi tepat di luar ruangan tempat Rio dan yang lainnya berada. Jelas sekali kalau kedua pria itu mengarahkan kepada ruangan Rio berada.

 

"....Aku akan menangani ini. Kalian berdua, bisa abaikan mereka." 

 

Rio menghela napas kesal dalam hatinya ketika menoleh ke Celia dan Aishia. Segera setelah itu, pintu ruangan mereka terbuka tanpa ketukan.

 

◇◇◇◇

 

Stewart Huguenot adalah putra tertua dari Duke Huguenot. Karena ayahnya adalah seorang bangsawan terpenting di Kerajaan Beltrum, dia tumbuh menjadi anak yang manja karena selalu mendapat apa yang dia inginkan.

 

Stewart senang dengan betapa sedikitnya perhatian yang diberikan ayahnya yang selalu sibuk. Semua orang di sekitarnya memujinya atas apa yang dia lakukan dan jika dia membuat kesalahan, tidak akan ada yang memarahinya. Tetapi bahkan untuk seseorang seperti Stewart pernah mengalami dua situasi sulit dalam hidupnya.

 

Yang pertama adalah ketika dia berumur sebelas tahun ketika dia berpartisipasi dalam pelatihan lapangan saat masih berada di Akademi Kerajaan; Saat itu, Flora hampir saja jatuh dari puncak tebing. Kesalahannya itu telah ditimpakan kepada Rio sepenuhnya, tapi itu adalah pertama kalinya Stewart menjadi korban kemarahan besar dari ayahnya.

 

Namun, bertentangan dengan emosi kemarahannya yang hebat, Duke Huguenot sangat dingin terhadapnya. Selain melecehkan putranya secara verbal, dia memintanya untuk menjelaskan secara rinci apa yang terjadi selama insiden itu.

 

"Tidak ada kesempatan kedua untukmu."

 

Duke Huguenot mengakhiri percakapan mereka dengan kata-kata itu, tatapannya yang dingin bercampur dengan suaranya mengandung kekecewaan dan penghinaan.

 

"B-Baik, tuan!"

 

Itu adalah pertama kalinya Stewart merasa takut terhadap ayahnya. Pada saat yang sama, dia menyadari kalau dia tidak akan pernah menerima cinta orang tuanya dalam bentuk apa pun. 

Karena Duke Huguenot tidak marah padanya karena dia adalah putranya, tetapi karena dia tidak memprioritaskan nama keluarganya di atas dirinya sendiri. 

Ketika dia berkata :

"Tidak akan ada kesempatan kedua untukmu."

 

Duke Huguenot menyatakan jika dia membuat kesalahan fatal seperti itu lagi, Stewart akan dibuang sebagai barang cacat. Bagi Duke Huguenot sendiri, putranya tidak lebih dari sekedar alat politik. Stewart akhirnya telah menyadari kenyataan yang pahit itu.

 

Mungkin sejak saat itulah Stewart menyadari arti sebenarnya dari status sosialnya. Meskipun sikap luarnya tidak berubah, dia selalu sadar apakah dia berurusan dengan orang yang lebih tinggi atau rendah dari dirinya dan selalu menekankan posisi sosialnya kepada orang yang lebih rendah darinya.

Akibatnya, Stewart mendiskriminasi orang-orang yang berpangkat lebih rendah dan bertindak hati-hati terhadap orang-orang yang berpangkat lebih tinggi.

 

Situasi tersulit kedua dalam hidupnya adalah ketika ayahnya, Duke Huguenot, telah kehilangan posisinya. 

Pada saat itu, dia mengetahui bahwa ayahnya yang menakutkan pun bisa jatuh.... Mungkin dia telah salah menilai statusnya mereka, atau mungkin ada faktor lain yang berkontribusi pada hasil tersebut. Meski begitu, saat dia mulai memikirkan semua itu, Stewart tiba-tiba merasa muak dengan kehidupan para bangsawan. Dia telah dibesarkan sebagai seorang bangsawan dan terbiasa hidup seperti itu, jadi mustahil baginya untuk mengubah hidup standar hidupnya begitu saja.

 

Namun, Stewart tidak percaya diri dan tidak yakin apakah dia memiliki kualitas untuk menjadi penerus ayahnya. 

Jika seseorang harus menjadi penerus, maka itu adalah adik laki-lakinya. Beberapa orang bahkan percaya bahwa Duke Huguenot telah mengangkat adiknya sebagai pemimpin keluarga berikutnya.

 

[ Sungguh merepotkan. ]

 

Ketika dia menyadarinya, Stewart meminta ayahnya untuk mengizinkannya menjadi seorang Ksatria. 

Hasilnya, permintaannya dengan cepat diterima dan dia ditempatkan di pengawal elite yang bertugas melindungi Flora. Karena insiden pelatihan lapangan yang pernah dia alami bersamanya, dia menjadi sangat canggung bertemu dengan Flora lagi. Namun, Stewart tidak berniat untuk menolak perintah ayahnya.

 

Maka dimulailah Stewart kehidupan barunya sebagai seorang Ksatria. Meski begitu, misi berbahaya hampir tidak pernah terjadi ketika dia mengawal Keluarga Kerajaan Putri Flora. 

Paling banyak, dia akan memusnahkan monster sebagai pelatihan dan menyelesaikan beberapa misi pengawalan untuk menghabiskan waktu.

 

Meski begitu, Stewart merasa puas dengan hidupnya. 

Ketika dia membunuh monster, dia tidak perlu memikirkan apa pun dan itu adalah sesuatu yang bisa menghilang stresnya. Selain itu, dia bertemu lagi dengan seorang kenalan lamanya selama hari-harinya di Akademi Kerajaan yaitu Alphonse Rodan.

 

Alphonse adalah putra kedua dari Marquess Rodan dan sederhananya, bisa di bilang contoh lain dari seorang putra yang manja. Dia sangat mirip dengan Stewart karena dia juga suka menyalahgunakan statusnya. 

Setelah ditugaskan sebagai pengawal elite yang sama dengan Stewart, Alphonse dan Stewart menjadi lebih dekat daripada sebelumnya. Mereka berdua membasmi monster bersama, makan dan minum di meja yang sama. Baru-baru ini, mereka berdua telah meningkatkan kemampuan mereka untuk menaklukkan wanita, sesuatu yang dilakukan semua pria bangsawan.

 

Seiring berlalunya waktu, pahlawan bernama Hiroaki telah menjadi tanggung jawab mereka setelah dia dipanggil, tetapi itu tidak berdampak signifikan pada kehidupan Stewart. 

Jika dia harus memilih sesuatu, maka itu adalah fakta kalau dia benar-benar menganggapnya orang yang merepotkan dan juga menjengkelkan. Itu karena sikap Hiroaki yang jelas merendahkannya.

 

Peristiwa yang terjadi hari itu tidak mengubah apa pun.

 

Anak laki-laki bernama Haruto tiba-tiba muncul di tempat insiden sebelumnya terjadi, dia mengalahkan Minotaur yang kuat di depan para pelayan Liselotte, yang memujinya dengan kagum – sesuatu yang bisa dimengerti.

Meskipun mereka tidak senang kalau bagian terbaik telah diambil oleh orang lain, sebagian besar Ksatria yang hadir – termasuk Stewart – telah terpikat oleh pertarungan Rio. Karena alasan inilah Stewart dan Alphonse memutuskan untuk menggunakannya sebagai topik percakapan untuk mendekati para pelayan cantik yang melayani Liselotte. Maka, setelah tiba di Amande, mereka berdua mulai berbicara secara ramah dengan para pelayan Liselotte. Namun, Hiroaki – yang sedang berjalan di dekat mereka – tiba-tiba menyela mereka.

 

"Ah, baiklah. Ikut campur dalam pertarungan orang lain dan mencuri semua perhatian bukanlah sesuatu yang patut dipuji."

 

Tepat di sebelahnya ada Flora dan Roanna. Suasana persahabatan yang dibangun oleh Stewart dan Alphonse lenyap dalam sekejap.

 

"Maaf karena bertanya, Hero-sama, tapi apa yang kamu maksud dengan itu?" 

Meskipun dia kesal, Stewart menanyakan pertanyaan itu dengan nada sopan kepada Hiroaki.

 

"Meski kita mengalami banyak dorongan, kita akhirnya bertarung dengan cara yang terkoordinasi. Jika orang lain mengganggu dalam pertempuran, menurutmu apa yang akan terjadi ? Tentu saja pertarungannya tidak akan berjalan sesuai rencana. Yah, orang itu mungkin mengira dia sedang membantu, tapi bagiku, dia mengganggu jalannya pertarungan mereka dan itu tindakan yang tidak sopan." 

Kata Hiroaki menghela napas putus asa.

 

"Hah....."

Stewart membalas ekspresi tercengang. 

 

Mengesampingkan bagian pertama perkataannya, tepat di bagian keduanya perkataannya Stewart benar-benar tercengang pada perkataannya itu. Dalam pertarungan hidup dan mati, sopan santun sama sekali tidak penting.

 

"Yah, aku bisa memahami perasaan jengkelnya ketika melihat sekelompok orang yang sedang berjuang dalam pertarungan mereka. Orang-orang seperti dia cenderung mencari perhatian dan memikirkan hal-hal seperti, 'Ya Ampun. Lihatlah aku, aku hebat, bukan? Aku akan membantumu.' Sikap seperti itu menghilangkan kesempatan bagi mereka yang sudah berjuang dan mencegah mereka untuk terus berkembang. Karena ada beberapa orang yang membenci kalau mangsanya diambil oleh orang lain begitu saja, dan merusak suasana." 

 

Pernyataan itu benar-benar menghina para Ksatria yang berada dalam medan perang. Namun, Hiroaki sepertinya tidak menyadarinya dan terus mengoceh tanpa berpikir dua kali sebelum berbicara.

 

Pada akhirnya, Roanna harus membuat Hiroaki menjauh dari tempat itu. Meski begitu, suasananya sudah benar-benar rusak dan para pelayan sudah mulai kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.

 

Sementara itu, Stewart pergi ke fasilitas khusus tamu yang telah di sediakan sebelumnya dalam suasana hati yang buruk. Fasilitas itu adalah bangunan indah yang dibangun tepat di sebelah Mansion milik Liselotte. 

Namun, meskipun ada makanan dan minuman yang enak, tapi tidak ada perempuan di sana. Para pelayan Liselotte ada, tapi tidak mungkin Stewart memperlakukan mereka sebagai pelayan miliknya sendiri.

 

Maka, selama kunjungan mereka di kota Amande, Stewart dan Alphonse pergi ke kota untuk membersihkan suasana hati mereka yang suram. Meskipun sebagian alasannya karena perkataan Hiroaki yang sangat bodoh, ada juga fakta kalau mereka berdua baru saja keluar dari pertarungan hidup dan mati, jadi mereka lebih stres dari biasanya.

 

Mereka berdua menuju ke bar yang ditargetkan untuk para orang kaya dan tanpa membuang waktu mulai minum dan makan dengan gembira. Setelah itu, mereka memutuskan untuk pergi ke bar lain yang berspesialisasi dengan hiburan dengan para wanita. Karena mereka pernah mengunjungi bar tersebut sebelumnya dan membayar lebih banyak dari seharusnya, mereka berdua disambut dengan hangat dan hormat. Kemudian, mereka berdua memilih dua gadis cantik di antara wanita yang tersedia di bar yang mereka datangi itu.

 

"Yah, yang dia lakukan hanyalah mengoceh dan bersikap seperti orang yang lebih hebat. Tidak ada yang lain selain tentang itu."

 

Mereka berdua mulai mengeluh tentang seseorang khususnya saat mereka minum dengan penuh semangat. Akhirnya, selama percakapan mereka itu muncul nama sebuah restoran terkenal.

 

"Ya, kita sudah pernah ke restoran itu sebelumnya. Aku bisa membawamu ke sana  sekarang, jika kamu mau." 

Kata Stewart, pamer. 

 

Gadis-gadis yang melayani mereka benar-benar setuju, jadi Stewart, Alphonse dan para gadis-gadis yang melayani mereka meninggalkan bar dengan semangat tinggi.

 

Namun, begitu mereka sampai di restoran tersebut, segalanya berubah secara tak terduga. Pada awalnya, mereka berdua bermaksud menyewa ruangan pribadi yang terbaik di sana, tetapi ketika mereka memesan ruangan itu..... 

 

"Tolong terima permintaan maafku. Ruangan itu sedang digunakan oleh pelanggan yang lain. Jika mau, kami bisa segera menyiapkan ruangan pribadi yang lain...."

 

Ruangan yang diinginkan Stewart telah digunakan oleh pelanggan lain. Seolah-olah seseorang menumpahkan seember air dingin ke kepalanya.

 

"Yah, kenapa kau tidak menunjukkan kepada kami opsi lain dulu?" 

Kata Alphonse dengan angkuh. Maka pelayan pria itu membimbing mereka ke dalam restoran.

 

"...Aku ingin tetap memesan ruangan yang aku minta sebelumnya. Bisakah kau mempersiapkannya untuk kami?" 

Kata Alphonse, masih bersikeras.

 

"Maaf, ruangan itu sudah digunakan oleh pelanggan lain."

 

"Kalau begitu suruh mereka pindah. Aku bersedia membayar tiga kali lipat."

 

"Maaf, aku tidak bisa melakukan itu." 

 

Alphonse bersikeras lebih jauh, tapi pelayan itu menggelengkan kepalanya dengan tenang.

 

"....Apa kau yakin kamar itu sedang ditempati?" 

Kata Alphonse dengan nada curiga. 

 

"Tentu saja."

Jawab pelayan pria itu, mengangguk dengan yakin. 

 

Pada titik inilah, para gadis yang menemani mereka mulai menunjukkan ekspresi khawatir. Mereka secara alami telah menyadari kalau situasinya perlahan semakin memburuk.

 

"Kalau begitu, aku mau melihatnya dengan kedua mataku sendiri apakah ruangan itu sudah ditempati atau belum." 

 

Kemungkinan besar bir yang Alphonse minum telah memberinya kepercayaan diri, atau mungkin dia mulai kesal dengan sikap tegas pelayan tersebut, ketika dia mulai berjalan maju tanpa memikirkan apa pun dan siapa pun.

 

"T-Tunggu, sebentar tuan!"

Tentu saja, petugas itu mencoba menghentikannya, namun Alphonse tetap tidak berhenti dalam langkahnya.

 

Kebiasaan buruk dari Alphonse muncul lagi.  Stewart memperhatikan pertengkaran Alphonse dengan pelayan itu dengan sedikit tenang. Jika mereka mundur di depan gadis-gadis yang mau mereka buat terkesan akan terlihat sangat memalukan, jadi dia memutuskan untuk tidak ikut campur. 

Jika keadaannya menjadi semakin rumit, Stewart akan mencoba menyelesaikan situasinya dengan uang. Lalu, mereka tiba di depan kamar yang mereka inginkan, tetapi gadis-gadis itu tampaknya ketakutan, sesuatu yang tidak terlalu positif untuk dikatakan.

 

"Kami adalah tamu penting di sini. Para petinggi kami tidak akan senang dengan ini." 

Kata Stewart untuk meyakinkan para  gadis-gadis yang datang bersama dengan mereka.

 

"....Jika yang kamu maksud adalah Liselotte-sama, maka tolonglah minta izin darinya terlebih dahulu. Kami hanya menjalankan tugas kami."

Sikap pelayan itu menjadi lebih tegas saat menanggapi kata-kata dari Stewart.

 

[ Apa-apaan ini? Aku bahkan membuat kompromi yang bisa mereka terima. ]

Stewart merajuk sesaat.

 

".....Dasar orang bodoh keras kepala. Cukup – Tidak ada gunanya aku berbicara denganmu. Bersiaplah untuk membayarnya nanti." 

Sebelum Stewart menyadarinya, dia mengucapkan kata-kata itu dengan nada dingin.

 

"Terserah kamu saja." 

Jawab pelayan itu dengan terus terang.

 

Alphonse sepertinya sudah kehabisan kesabaran saat dia mengangkat suaranya dengan sangat kesal.

"Cukup, Stewart. Kita akan menyelesaikannya dengan tamu itu sendiri."

 

"Kalian tidak bisa melakukannya."

Protes Pelayan itu.

 

"Menyingkirlah. Kau menghalangi saja." 

Kata Alphonse, mendorong pelayan itu ke samping dengan kasar

 

"T-Tuan! Tolong jangan lakukan itu!" 

 

Pelayan itu berteriak panik, tapi Alphonse sudah berada di depan ruangan tersebut. Tanpa repot-repot mengetuk pintunya, dia dengan cepat membuka pintu. 

 

◇◇◇◇

 

"Ada keributan apa ini...."

Rio menatap para penyusup itu dan berdiri dari kursinya sambil menghela napas. 

 

Untuk sesaat, Celia menunjukkan ekspresi terkejut saat melihat wajah Stewart dan Alphonse, namun mereka tidak menyadarinya.

 

[ .....Eh? Bukankah mereka dua ini..... ]

 

Sama seperti saat Rio bertemu dengan Flora dan Roanna, dia merasakan semacam dejavu saat melihat mereka berdua. Namun, dia memutuskan untuk bersikap seolah-olah itu adalah pertama kalinya dia bertemu dengan mereka.

 

Stewart dan Alphonse mengenakan pakaian kasual mereka sendiri dan bukan seragam Ksatria mereka, tapi mudah untuk mengatakan dari penampilan mereka kalau mereka berdua adalah bangsawan. Di belakang mereka ada dua gadis berpakaian elegan, tapi pada saat yang sama terlihat mencolok.

 

Pelayan yang didorong jatuh itu oleh Alphonse memasuki ruangan dan berlari ke arah kelompok Rio, menundukkan kepalanya dengan panik. 

"T-Tolong mohon maafkan aku, tuan!"

 

"Bisakah kamu menjelaskan apa yang sedang terjadi?" 

Rio menjawab dengan nada datar.

 

"Hm? Kau...."

Stewart sepertinya menyadari sesuatu ketika menyipitkan matanya dengan curiga.

 

"......!" 

 

Celia benar-benar tersentak dan dengan cepat menundukkan kepalanya. Stewart dan Alphonse adalah dua mantan muridnya. Dia khawatir kalau identitas aslinya akan terbongkar.

 

"Bukankah kau orang yang bernama Haruto itu?" 

Stewart menatap Rio dan bertanya.

 

".....Maafkan aku, tapi siapa kamu?" 

Rio bertanya dengan rasa ingin tahu.

 

"Ah, maafkan aku. Namaku Stewart Huguenot dan dia adalah Aplhonse Rodan. Kami adalah dua Ksatria yang kamu selamatkan sebelumnya, apa kamu ingat?" 

Stewart memperkenalkan dirinya dengan tenang saat dia memperhatikan wajah Rio.

 

".....Aku mengerti. Tolong terima permintaan maafku ini." 

Rio sedikit menundukkan kepalanya untuk menunjukkan kesopanan. 

 

Mendengar nama mereka berdua lagi, membuatnya teringat kepada mereka lebih jelas. Tidak mungkin Rio melupakan mereka, karena orang di depannya adalah penyebab di balik tuduhan palsu yang dia tempatkan kepadanya. Dan juga, Alphonse adalah mantan teman sekelasnya.

 

"Tidak, itu tidak masalah." 

Stewart menanggapi dengan tersenyum sombong.

 

[ Sementara keadaan ini semakin merepotkan, jika dia ini tidak punya latar belakang dari keluarga yang kuat, maka semuanya akan beres. ]

Stewart berpikir dengan sangat percaya diri.

 

"......."

 

Sebenarnya pelayan tersebut cukup terkejut melihat keduanya saling mengenal dan tidak begitu tahu harus berbuat apa. Gadis-gadis yang datang bersama Stewart dan Alphonse juga menunjukkan ekspresi bingung.

 

[ Ini agak aneh. ]

Pikir Rio. 

 

"Jadi, apa yang membawa kalian ke sini?" 

Rio bertanya, untuk jaga-jaga

 

"Kami mau menggunakan ruangan ini."

Alphonse menjawab, langsung ke inti permasalahan.

 

"Ruangan ini?" 

 

Pernyataan Alphonse sangat berani ​​sehingga Rio terkejut. Melihat lebih dekat, Rio menyadari kalau wajah Alphonse memerah. Sangat jelas terlihat kalau dia sedang mabuk.

 

[ Inilah sebabnya orang mabuk itu sangat menyebalkan.... Tidak, bukan hanya orang mabuk, lebih tepatnya seperti orang yang sok berkuasa. ]

 

Rio mencoba menahan keinginan untuk menghela napas lelah dan memutuskan untuk pergi untuk menghindari terlibat ke dalam sesuatu yang merepotkan. 

 

"Kami baru saja selesai makan. Silakan gunakan ruangan ini." 

Kata Rio sambil memberi tanda kepada kedua gadis yang duduk di belakangnya. 

 

Aishia dan Celia mengangguk dan berdiri dari tempat duduk mereka tanpa suara.

 

"A....."

 

Pada saat itulah Stewart dan yang lainnya menyadari kehadiran kedua gadis itu. Melihat kecantikan kedua gadis itu, Stewart dan Alphonse hanya bisa menelan ludah.

 

"Kemarilah, kalian berdua."

 

Rio menyuruh Celia dan Aishia mendekatinya dan kemudian melangkah di depan mereka seolah-olah dia sedang melindungi mereka. Mereka bertiga mencoba meninggalkan ruangan tanpa suara, tapi.....

 

"Oi, tunggu sebentar." Alphonse membuka mulutnya.

 

"Ya?" Rio menjawab.

 

"Mari kita kompromi. Mengapa kamu tidak bergabung dengan kami dan makan bersama?" 

Kata Alphonse, mengundang mereka sambil menatap Celia dan Aishia dengan saksama.

 

"Kami sangat berterima kasih atas tawaran tersebut, tapi sayangnya kami baru saja selesai makan."

Kata Rio, menggelengkan kepalanya terus terang.

 

"Oh? Jadi kau menolak undangan kami?" 

Alphonse bertanya dengan nada berani. 

 

"Maaf, tapi dengan berat hati kami menolaknya."

Jawaban Rio tidak berubah. Meski nadanya sopan, keberatannya sangat tegas.

 

"Aku mengerti. Aku tidak mengerti alasanmu menolak undangan dari seorang bangsawan. Kau mungkin ahli dalam berpedang, tapi kau tetaplah rakyat jelata. Benar kan, Stewart?" 

Alphonse berkata dengan nada ancaman, meminta respon dari rekannya.

 

Setelah jeda singkat, Stewart mengangguk sambil menatap ke arah Celia dan Aishia. 

 

".....Ya, kurasa aku setuju denganmu." 

 

Stewart menyimpulkan kalau Rio berada di Restoran ini karena dia adalah penyelamat dan tamu penting dari Liselotte. Karena kesimpulan itu, dengan membuat keributan akan memberinya beberapa masalah. Namun, mustahil baginya untuk membiarkan dua gadis cantik seperti Aishia dan Celia pergi begitu saja.

 

"Mohon maaf, aku akan tetap pergi."

Mendengar ancaman yang datang dari mereka berdua, Rio tidak goyah ketika dia menggelengkan kepalanya dan bersiap untuk pergi.

 

"Oi, tunggu sebentar. Meskipun kau adalah pengguna pedang yang hebat, mendapatkan kedudukan yang tinggi akan sangat sulit. Kau memiliki kemampuan yang mengesankan, jadi menyia-nyiakannya akan sangat disesalkan. Pernahkah kau berpikir untuk mendaki ke puncak dunia ini? Tergantung pada sikapmu, kami bisa merekomendasikanmu kepada atasan kami untuk menjadikankanmu seorang Ksatria."

Alphonse masih tetap keras kepala, jadi dia mencoba bernegosiasi dengan Rio lagi.

 

"Jangan khawatir, aku baik-baik saja seperti ini. Aku sudah cukup lelah, jadi permisi."

Kata Rio, menggeleng kepalanya terus terang. 

 

Merasakan kalau suasananya berubah suram sekali lagi, kedua gadis yang datang bersama Stewart dan Alphonse mundur perlahan di sudut ruangan.

 

"Tuan, jika kamu terus mengganggu pelanggan kami lebih dari ini, aku khawatir jika kami harus mengambil tindakan." 

Wajah pelayan itu mulai memucat, tapi dia tetap teguh meski begitu. 

 

"Alphonse, kurasa sudah cu....."

Kata Stewart, mencoba memperingatkannya. 

 

Karena ada kemungkinan reputasi mereka akan tercemar, Stewart memutuskan untuk berhenti sebelum keadaan menjadi semakin buruk.

 

".....Tunggu sebentar. Aku akan mencobanya sekali lagi. Setidaknya aku ingin kalian berdua bergabung dengan kami, bagaimana?" 

 

Alphonse sepertinya telah melewati titik di mana dia tidak bisa kembali, jadi dia mencoba untuk mengendalikan emosinya ketika dia berbicara kepada Celia dan Aishia dengan sopan.

 

"........"

Namun, Aishia dan Celia terdiam dan mengabaikannya seperti yang dikatakan Rio kepada mereka sebelumnya.

 

"Kuh......"

 

Alphonse pasti menganggap hal itu sebagai penghinaan terbesar dalam hidupnya. Karena ekspresinya berubah menjadi amarah pada saat ini.

 

"Baiklah, jika hanya itu yang mau kamu katakan. Kami akan pergi...."

Rio menghela napas pelan, dia memberi kode pada Aishia dan Celia untuk tetap bergerak. 

 

Saat kelompok Rio melewati pelayan itu, dia berbisik ke arah pelayan itu :

"Maaf atas keributan ini. Ah, dan juga kamu tidak perlu melaporkan hal ini kepada Liselotte-sama."

 

Pelayan itu telah mencoba untuk membela mereka, jadi Rio ingin berterima kasih padanya. Dia juga tidak ingin pelayan itu merasa bertanggung jawab atas keadaan yang konyol ini.

 

"Mohon terimalah permintaan maafku yang terdalam ini." 

Pelayan itu menundukkan kepalanya dalam-dalam ke arah Rio. 

 

Pelayan itu telah menerima perintah tegad dari Aria untuk memperlakukan penyelamat Liselotte dengan sangat ramah. Wajah Stewart menjadi gelap saat dia menyadari kesalahan mereka, sebaliknya Alphonse benar-benar termakan oleh kemarahannya sendiri.

 

".....Oi, tunggu." 

Kata Alphonse dengan nada marah, tetapi Rio tidak berhenti berjalan.

 

"Aku bilang tunggu!" 

Alphonse berteriak dan berdiri di depan pintu ruangan untuk menghalangi jalannya.

 

"Ya?"

Pada jawaban Rio yang masa bodo, Alphonse menatapnya dengan ekspresi permusuhan.

 

"Kau berani menghinaku?"

 

"A-Alphonse!" 

Stewart mencoba menghentikannya, tetapi Alphonse mengabaikannya.

 

"Kau sepertinya tidak tahu bagaimana harus bersikap di depan seorang bangsawan."

 

Tanpa mempertimbangkan pilihannya secara logis, Alphonse membiarkan emosinya mengendalikannya sepenuhnya. Dilahirkan dan dibesarkan sebagai putra bangsawan kelas tinggi, Alphonse tidak pernah belajar untuk menahan emosinya, itulah sebabnya dia mudah marah.

 

"Sayangnya, aku terlahir sebagai orang biasa, jadi aku tidak tahu. Apa aku telah menyinggungmu?" 

Kata Rio, memiringkan kepalanya sambil menunjukkan ekspresi penasaran. 

 

Meskipun Rio telah memilih kata-katanya dengan hati-hati, kalimatnya sangat provokatif.

 

Celia memahami niat Rio dan menunjukkan ekspresi khawatir. Melihat itu, Aishia memegang tangannya dengan kuat.

 

"Ha.... Hahaha.... Aku tidak pernah menyangka orang biasa sepertimu mencoba bertindak begitu bodoh. Aku bisa melihat kalau kau memiliki penilaian tinggi terhadap dirimu sendiri, tapi kau tetaplah rakyat jelata yang hanya memiliki sepasang wanita biasa dan pedangmu. Dan, aku bisa menggunakan hakku untuk menyerang kapan saja, tahu?" 

Alphonse berkata dengan senyum berkedut. 

 

Hak menyerang adalah hak istimewa yang dimiliki semua bangsawan yang memungkinkan mereka membunuh orang yang mencemari kehormatan mereka.

 

"He... Aku dengar persyaratan untuk hak menyerang bergantung pada hukum di masing-masing wilayah. Apa yang telah aku lakukan sampai kau berpikir aku menodai kehormatanmu?"

 

[ Cobalah, kalau bisa. ]

Itulah yang coba dikatakan Rio kepada mereka. 

 

Persyaratan hak untuk menyerang harus diselidiki setelah tindakan itu dilakukan. 

Jika Alphonse menyatakan kalau kehormatannya telah ternoda karena dia mencoba menggoda beberapa gadis dan ditolak, maka dia akan yang akan dianggap bersalah.

 

Belum lagi fakta bahwa Amande berada di bawah kekuasaan Liselotte. 

Lain ceritanya jika mereka berada di Kerajaan Beltrum – di mana Alphonse memiliki pengaruh yang besar – karena tidak mungkin pernyataannya yang tidak masuk akal itu diterima di Kerajaan lain.

 

Bisa dikatakan, orang biasa biasa tanpa pengetahuan tentang itu akan merasa terpojok dalam ketakutan untuk waktu yang lama, namun Rio tidak merasa takut bahkan sedetik pun.

 

"Guh....."

 

Merasakan kekurangan dalam logikanya, Alphonse menatap Rio dengan mata penuh kebencian. Dia juga tahu kalau dia berada dalam posisi yang kurang menguntungkan, namun harga dirinya menahannya untuk menyerah begitu saja kepada rakyat jelata yang ada di depannya setelah dia dipermalukan.

 

"Apa sudah selesai ?" 

Rio tidak repot-repot menyembunyikan kejengkelan dalam ucapannya.

 

Alphonse menatap Rio dengan tajam dan menerjangnya dengan tinjunya ke arah Rio.

"Tutup mulutmu, dasar rakyat jelata!"

 

"Kyaaa!" 

Celia berteriak dari belakang Rio.

 

Rio tidak bisa mengelak dari serangan itu dengan berpindah ke samping dan dia juga tidak bisa mundur, jadi pada akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi Alphonse secara langsung. 

Setelah menahan pukulannya, Rio menjepit lawannya ke tanah dengan gerakan yang anggun.

 

"Owh....!" 

Alphonse berteriak, rasa sakitnya tak tertahankan.

 

"Ap....!?" 

Tatapan Stewart benar-benar terpikat oleh teknik pengekangan Rio. 

 

"A-Alphonse! Oi, kau! Lepaskan dia!" 

Setelah mendapatkan ketenangannya kembali, Stewart keberatan. 

 

Saat itulah, Aishia memanfaatkan kesempatan untuk menarik tangan Celia dan menjauh dari konflik tersebut.

 

"Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu itu. Jika aku melepaskannya, dia akan segera menyerangku." 

 

[ Karena ini pembelaan diri yang sah. ]

Itulah yang dipikirkan oleh Rio. 

 

"B-Bacot!" 

 

Jawaban dari Rio tampaknya membuatnya semakin marah karena Stewart juga menerjang ke arahnya untuk memukulnya. Melihat itu, Rio dengan cepat berdiri dan menghindari serangan itu, menyebabkan Stewart tersandung dan kehilangan keseimbangan.

 

"Grr.....!" 

 

Stewart segera menyesuaikan keseimbangan tubuhnya dan menatap Rio dengan ekspresi penuh amarah. 

Alphonse mencoba untuk berdiri secara perlahan.

 

"Beraninya kau, brengsek!" 

Alphonse berteriak, menerjang ke arah Rio sekali lagi untuk memukulnya. 

 

Namun, Rio menghindari pukulannya tanpa harus bergerak dari tempatnya berdiri.

 

"Kuh!" 

 

Alphonse tidak berhenti dan terus mengayunkan pukulannya tanpa henti. Rio merasa cukup dan setelah menghela napas kesal, dia memblokir serangan yang masuk dengan tangannya dan menggunakan tangan yang lain untuk menahan lengan Alphonse dan lalu memutar lawannya.

 

"Gwah!?" Alphonse menunjukkan ekspresi kaget.

 

"Alphonse!? Apa!?" 

 

Stewart berusaha menyelamatkan temannya dengan menerjang ke arah Rio. Namun, Rio menarik tubuh Alphonse dan melemparkannya ke arah Stewart, menyebabkan keduanya jatuh secara dramatis.

 

"Guh....."

 

Semua orang yang ada di sana – tidak termasuk Aishia – memalingkan wajah mereka dari adegan menyakitkan itu.

 

Akibatnya, ruangan itu diselimuti oleh keheningan. 

Selama waktu itu, Rio perlahan mendekati ke arah mereka berdua dan menahan mereka berdua dengan mudah.

 

"Guh! Oi!"

 

"Apa yang kau lakukan !? Lepaskan, brengsek!"

 

Stewart dan Alphonse mengeluh dengan menyedihkan, tapi Rio tidak memperdulikan mereka. Dia terus menahan mereka tanpa menurunkan pertahanannya.

 

Namun, Rio tidak bisa tetap dalam posisi itu selamanya. 

Rio menghela napas lelah dan menoleh ke arah pelayan yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi bingung.

 

"Sepertinya masalah ini tidak bisa diselesaikan dengan cara damai. Bisakah kamu memanggil seseorang yang bisa menangani mereka berdua dengan benar?"