Daybreak Rondo – Chapter 1 : Menunju Amande

 

Setelah itu, rombongan Rio menuju ke gerbong kereta yang rusak.

 

Kereta itu telah dikirim terbang menuju sisi hutan dan telah sepenuhnya terbalik dengan sendirinya. Selain itu, dampak dari pedang batu Minotaur itu telah merusak lapisan logam di atap gerbong dengan sangat parah dan ada beberapa bagian dari kereta – seperti roda – tergeletak disekitarnya. 

Adegan itu terlihat seperti sebuah bencana.

 

Ada dua kuda yang dikirim terbang bersama dengan gerbong keretanya, tetapi para pelayan telah menyembuhkan mereka dan membawa mereka kembali ke jalan utama.

 

Liselotte memandang kereta dengan ekspresi tidak nyaman. 

 

"Apa masih bisa diperbaiki?" 

Liselotte bertanya kepada Rio. 

 

Bagi seorang mata seorang amatiran, gerbong tersebut telah rusak parah dan tidak bisa diperbaiki.

 

".....Aku mungkin bisa memperbaikinya." 

Rio menjawab sambil melihat bagian gerbong yang berserakan di sekitar.

 

"Yah..... Aku sudah mengiranya begitu. Tunggu, ehh!?" 

Liselotte menanggapi secara refleks, tetapi tidak lama kemudian dia terkejut mendengar tanggapan Rio.

 

Melihat ekspresi kaget Liselotte, Rio tertawa ringan. 

"Meskipun aku tidak bisa berbuat apa-apa untuk tampilan gerbongnya sendiri, tapi untungnya roda dan asnya belum hancur total. Jika aku melakukan perbaikan sementara, gerbongnya setidaknya akan bertahan sampai mencapai Amande."

 

{ TLN : As atau poros adalah pusat atau sumbu dari suatu lingkaran atau roda kendaraan. }

 

Aria senang bisa melihat sisi tidak biasa dari Liselotte, jadi dia menunjukkan senyuman yang hangat. Chloe juga melihat ekspresi Liselotte seolah-olah dia sedang melihat sesuatu yang sangat langka.

 

Menyadari tatapan dari bawahannya, Liselotte berdehem dengan ekspresi sedikit malu. 

"....Itu.... Kurasa itu memang sangat beruntung."

 

"Aku akan segera memulai perbaikannya. Namun, untuk perbaikan atap logamnya tidak mungkin dilakukan di sini. Karena itulah, bolehkah aku meminta izinmu untuk memotongnya?"

 

"Kamu ingin..... Memotongnya?" 

Permintaan Rio membuat Liselotte memiringkan kepalanya ke samping dengan ekspresi penasaran.

 

"Bagian penyok di atap itu menghalangi pintu masuk dan berat logam dan sangat mungkin menyebabkan laju gerbong kereta akan melambat. Aku pikir pilihan terbaiknya adalah dengan memotong bagian atapnya dan membuatnya lebih ringan, tapi jika kamu tidak menyetujuinya, aku dapat mencari solusi lain....."

 

"Tidak, tidak, itu tidak masalah sama sekali....."

Kata Liselotte dengan nada bingung. 

 

Meskipun Liselotte memahami niat Rio, gadis itu tidak tahu bagaimana cara Rio melakukannya.

 

"Kalau begitu, tolong mundur sedikit." 

Kata Rio, segera mulai pekerjaannya. 

 

Setelah menarik pedangnya, Rio mendekati gerbong kereta yang rusak di depannya.

 

"!?"

 

Flash. Atap itu logam dipotong dengan sempurna, hampir seperti sebuah kertas. Melihat pemandangan seperti itu, Liselotte dan para pelayannya melebarkan mata mereka karena kaget.

 

Namun, pelat logam itu terlalu besar untuk dipotong sekaligus, jadi Rio berulang kali pindah posisi dan mengayunkan pedangnya dengan gerakan terampil. 

Begitu bagian logam dari atapnya benar-benar terpotong, Liselotte berhasil menyuarakan pikirannya.

 

"....Keahliannya pedangmu benar-benar luar biasa."

 

“Itu semua berkat pedang ini.”

Jawab Rio, menunjukkan pedang yang dipegangnya pada gadis-gadis itu.

 

“Di pertarungan sebelumnya, kamu mengendalikan sihir angin dengan pedang itu..... Itu pedang sihir, kan? Dan juga artefak kuno.....”

Liselotte bertanya dengan nada ragu-ragu.

 

Bagi kebanyakan orang, pedang sihir adalah pedang yang tertanam mantra sihir di dalamnya, tapi pada kenyataannya arti sebenarnya adalah pedang dengan sihir kuno; pedang semacam itu terukir dengan sihir kelas kuno – yaitu, sihir yang tidak bisa lagi direproduksi dengan sihir modern. Kebanyakan orang menggunakan kata 'enchant' untuk merujuk pada arti yang sempit, tapi itu tidak berarti kalau arti kata itu tidak digunakan lebih luas lagi.

 

Kemampuan yang terdapat pada pedang Rio itu telah memungkinkannya untuk melawan Minotaur secara langsung dan menembakkan ledakan angin dengan kekuatan yang setara dengan sihir kelas tinggi. 

Sudah jelas kalau sihir semacam itu tidak ada lagi di wilayah Strahl. Itulah mengapa Liselotte menduga kalau pedang sihir Rio bukanlah pedang biasa dengan mantra sihir yang terukir di dalamnya, melainkan pedang dengan mantra sihir kelas kuno.

 

Namun, pedang sihir kelas kuno bukanlah barang yang bisa ditemukan di mana pun, dan bahkan jika ada di pasaran secara kebetulan, harganya tidak akan menjadi sesuatu yang orang biasa bisa beli. Bahkan Liselotte hanya memiliki beberapa – salah satunya telah digunakan oleh orang kepercayaannya, Aria.

 

{ TLN : Pedang Rio bukan Artefak kuno melainkan cuman tertanam batu roh yang bisa menyerap Mana pengguna, untuk jelasnya bisa baca ulang volume 3 dan 4. }

 

“Seorang teman dekatku yang memberikannya kepadaku. Aku menggunakannya dengan hati-hati.”

Kata Rio sambil mengangguk, hanya mengungkapkan sebagian dari kebenaran. 

 

Rio sebenarnya hanya ingin membuat Liselotte berpikir kalau kekuatan yang dia tunjukkan sebelumnya semata-mata karena pedangnya. Meskipun benar kalau pedang Rio tertanam mantra sihir di dalamnya, efek sebenarnya adalah menyerap spirit art pengguna dan membungkusnya di sekitar pedang. Dan juga, efeknya juga meningkatkan kekuatan spirit art penggunanya.

 

Rio tidak berniat menyebarkan keberadaan tentang spirit art di seluruh Sthral, jadi lebih mudah baginya untuk membiarkan orang lain untuk berpikir kalau kekuatannya berasal sepenuhnya dari pedang sihirnya.

 

"Ah, begitukah....."

Mata Liselotte melebar karena terkejut.

 

[ Paling tidak, itu berarti dia adalah orang yang sangat di percaya oleh temannya itu karena telah diberikan pedang artefak kuno yang hebat seperti ini. Sungguh orang yang misterius. Selain itu, dilihat dari kepribadiannya, dia bisa diandalkan, termpil, dan dia juga sangat murah untuk menolong kami. Menanyakan terlalu banyak pertanyaan yang mengorek masa lalunya akan sangat tidak sopan. Aku harap kami bisa menjalin hubungan persahabatan, kalau memungkinkan..... ]

Itulah yang Liselotte pikirkan.

 

"Yang tersisa hanyalah memasang kembali roda pada tempatnya dan membalik kereta. Setelah itu, aku akan memastikan tidak ada masalah lain. Itu bukan sesuatu yang perlu kamu khawatirkan, Liselotte-sama, jadi kamu bisa mengarahkan yang lain jika kamu mau. Mereka sepertinya menunggu perintah darimu." 

 

Saat Rio berbicara dengan Liselotte, dia melirik sosok di belakangnya. Ada beberapa pelayan yang sedang mengawasi obrolan mereka keduanya dengan rasa penasaran.

 

Menyadari hal itu, Liselotte menghela napas pelan. 

"....Kalau begitu, aku akan pergi. Aku akan meninggalkan pelayanku, Aria, di sini, jadi tolong bicaralah padanya jika kamu butuh bantuan. Ayo pergi, Chloe."

 

"B-Baik Ojou-sama!" 

 

Chloe menanggapi dengan panik dan mengikuti Liselotte dari belakangnya. Tepat sebelum mereka pergi, gadis itu menatap Rio dengan mata tertarik.

 

"Aku serahkan sisanya padamu, Aria. Jika kamu membutuhkan tambahan tenaga lagi, jangan ragu untuk bertanya." 

 

Liselotte mengedipkan matanya pada Aria saat dia mengucapkan kata-kata itu dan pergi. Kemungkinan besar, itu adalah sebuah isyarat yang memintanya untuk mengamati Rio saat mereka berduaan.

 

Aria memahami keinginan majikannya saat melihatnya dan mengangguk dengan hormat. 

 

"....Serahkan padaku."

 

◇◇◇◇

 

"Kenapa kalian semua bermalas-malasan seperti itu?"

 

Begitu Liselotte kembali ke jalan utama bersama Chloe, dia berbicara kepada para pelayannya yang ada di sana sambil menghela napas. 

Sebagai perwakilan dari mereka semua, Cosette melangkah maju.

 

"Kami sedang menunggu perintahmu selanjutnya, Liselotte-sama. Para ksatria mengatakan kalau mereka akan mengawasi sekeliling kita dan mengumpulkan kristal sihir dari para monster. Kami baru saja selesai menyembuhkan orang-orang yang terluka dan kuda-kuda juga. Kami juga sudah selesai mengumpulkan barang-barang yang berserakan."

Jawab Cosette sambil tersenyum.

 

"Baiklah, kalau begitu."

Jawab Liselotte dengan nada agak lelah. 

 

Para pelayannya telah memenuhi tugas mereka, jadi Liselotte tidak bisa menyalahkan mereka atas apa pun. Kemudian, pelayan yang berbeda – Natalie – melangkah maju.

 

"Selain itu, para Ksatria telah mengatakan kepada kami kalau mereka akan mengurus pedang besar yang tertancap di dalam tanah di sebelah sana setelah mereka selesai mengumpulkan kristal sihir..... Sepertinya kita kekurangan tenaga untuk memindahkannya juga." 

 

Natalie melirik ke sudut jalan saat dia memberikan laporannya. Ada pedang batu milik Minotaur, yang berdiameter sekitar tiga meter tertancap di dalam tanah.

 

"Kamu benar. Kita juga harus mengurus pedang juga....."

 

Liselotte menatap pedang batu tersebut dengan wajah sedikit bingung ketika dia mengingat pertarungan Rio sebelumnya. Sebaliknya, para gadis pelayannya menatap ke tempat Rio yang sedang memperbaiki gerbong.

 

"Umm, pertarungan sebelumnya benar-benar sangat luar biasa. Apa kamu berhasil mengetahui sesuatu tentang dia?" 

 

Natalie bertanya dengan ragu-ragu, ketika melihat ke arah Rio. Bahkan orang yang seserius sepertinya tidak bisa tidak merasa penasaran kepada Rio.

 

"Betul! Siapa sebenarnya pemuda yang sangat kuat dan keren itu?" 

Cosette bertanya dengan ekspresi yang dipenuhi rasa penasaran. Para pelayan lainnya juga mendengarkan percakapan dengan seksama.

 

"....Sepertinya dia kenalan Chloe."

Jawab Liselotte dengan terus terang.

 

"Ehh!?" 

Tidak menyangka semua perhatian tertuju padanya, Chloe kaget.

 

"Nee, ini tidak adil, Chloe. Jangan memiliki dia hanya untuk dirimu sendiri. Perkenalkan dia pada kami juga dong."

Jawab Cosette segera mendekati Chloe ketika dia menggelengkan kepalanya dengan panik.

 

"T-Tidak, tidak seperti itu! Kami tidak cukup dekat satu sama lain, dulu dia pernah tinggal di penginapan yang dikelola oleh keluargaku. Karena itu aku tidak bisa memperkenalkan kalian kepadanya!"

Kata Chloe, menggelengkan kepalanya dengan bingung.

 

"Aww, yang benar? Aku pikir itu lebih dari cukup untuk menjadi alasan untuk dekat dengannya. Bisakah kamu menceritakan saat kamu bertemu dengannya? Aku ingin mendengar lebih banyak tentangnya."

Cosette terus mendesak Chloe, lebih tepatnya terus menjatuhkan berbagai pertanyaan kepadanya.

 

"Hentikan, Cosette. Kau membuat Chloe menjadi bingung."

Natalie menegurnya dengan ekspresi jengkel.

 

"Cih. Karena sikapmu itu kamu tidak punya satu pun pacar, tahu?" 

Cosette menjawab sambil menghela napas lelah.

 

"Apa— Aku tidak ingin mendengar itu darimu! Ini bukan tentang berapa banyak lagi yang kita miliki, tahu!?" 

Natalie mengeluh dengan wajah memerah.

 

"Kalian berdua hentikan. Tidak ada yang mau mendengar kalian bertengkar sepanjang hari."

Liselotte menghentikan kedua gadis itu dengan nada lelah.

 

"Ahahaha."

Gadis pelayan lainnya tertawa ceria. Cossete dan Natalie bertukar tatapan sebelum cemberut karena malu.

 

Sementara itu, perhatian Chloe terfokus kepada Rio yang sedang memperbaiki gerbong di sisi hutan.

Wajahnya terlihat tampak agak sedih, yang membuat Liselotte langsung memperhatikannya.

 

"Apa ada masalah, Chloe ?"

Liselotte segera bertanya.

 

"Ah, tidak, bukan apa-apa Ojou-sama."

Chloe menggelengkan kepalanya dengan canggung.

 

"He... Dulu kamu menyukainya, kan?"

Cosette bertanya dengan senyum menggoda.

 

"K-Kamu salah! Bukan itu masalahnya! Aku pikir, dia juga tidak mengingatku."

Chloe keberatan dengan kebingungan, bahunya merosot karena sedih.

 

Kata-kata dari Chloe tersebut sepertinya telah memicu rasa penasaran yang lebih besar di dalam diri Cosette.

 

"Hmm.... Kamu harus menceritakan detailnya lagi kepada kami nanti."

 

"Sebelum kamu melakukannya, kalian semua akan membagikan air minum kepada para Ksatria yang sedang mengumpulkan kristal sihir. Kemudian, lakukan sekali lagi pemeriksaan kepada barang-barang yang berserakan di sekitar area ini."

Kata Liselotte, menghentikan mereka yang terus mengobrol.

 

"Oke. Kalau begitu, kelompok Grace akan bertanggung jawab untuk membawakan air minum kepada para Ksatria! Itu berarti aku bebas untuk membantu Haruto-sama jika diperlukan!"

Cosette menjawab dengan penuh semangat saat dia melihat ke tempat di mana Rio sedang bekerja.

 

Liselotte menggelengkan kepalanya saat dia tersenyum. 

"Tidak, tidak. Kamu hanya akan mengganggunya jika kamu ke sana. Sekarang, mulailah bekerja!"

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, Rio sedang memperbaiki gerbongnya dengan tangan cekatan. 

Karena dia tidak memerlukan bantuan siapa pun saat ini, Aria hanya memperhatikannya bekerja di sampingnya.

 

".....Kamu sangat mahir dalam hal ini."

Kata Aria, nada suaranya mengungkapkan  kekagumannya.

 

"Selama perjalanan, aku belajar beberapa keterampilan pertukangan sederhana."

Jawab Rio sambil memasangkan kembali roda ke bagian tubuh utama gerbong kereta.

 

"Hebatnya. Kamu juga menunjukkan skill berpedang yang luar biasa di pertarungan sebelumnya."

 

"Aku hanya diberkati dengan senjata yang hebat."

 

"Kamu terlalu rendah hati. Meskipun benar kalau pedang sihirmu sangat luar biasa, tapi kemampuan penggunanya di atas itu. Keterampilan hebat seperti itu bukanlah sesuatu yang bisa di capai dengan mudah. Kamu pasti telah melakukan beberapa latihan penting, kan?"

Aria bertanya.

 

"Terima kasih banyak. Aku terus berlatih tanpa melewatkannya sejak aku masih muda. Keterampilan berpedangmu juga sangat hebat, Aria-san."

 

"Terima kasih banyak atas pujianmu. Aku direkrut oleh Ojou-sama karena skill berpedangku. Ah, maafkan..... Aku pasti telah mengganggu pekerjaanmu karena obrolan ini." 

Aria meminta maaf dengan senyum tegang.

 

Rio menggelengkan kepalanya.

"Tidak apa, jangan pikirkan tentang itu. Aku tidak keberatan untuk melanjutkan, tentu saja, jika kamu mau." 

 

Sama seperti Liselotte dan Aria yang tertarik dengan Rio, Rio juga tertarik pada Liselotte dan teman lama Celia, Aria. Sekarang mereka berduaan, itu adalah kesempatan sempurna untuk berbicara dengannya.

 

"Tentu, pasti akan menyenangkan." 

Aria menyetujui.

 

"....Lalu, bisakah aku menanyakan sesuatu tentang apa yang kamu katakan sebelumnya?"

 

Aria mengangguk.

"Tentu."

 

"Kamu telah bekerja di bawah perintah Liselotte-sama untuk sementara waktu sampai saat ini ?"

 

"Bisa dibilang begitu. Aku pikir sudah lima tahun sejak aku secara resmi mulai bekerja untuknya." 

Aria menjawab sambil mengenang masa lalu.

 

"Lima tahun lalu.... Itu sebelum Amande memasuki masa keemasannya, kan?"

 

"Ya. Itu tidak lama sebelum Liselotte-sama diangkat menjadi gubernur Amande, tepatnya ketika Ricca Guild didirikan. Meskipun kami sebenarnya sudah mengenal satu sama lain bahkan sebelum itu."

 

Rio menghentikan pekerjaannya sejenak dan menunjukkan senyuman ramah kepadanya. 

"Kalau begitu, sepertinya kamu adalah orang yang paling dipercayai Liselotte-sama."

 

"Aku juga ingin mengetahuinya." 

Kata Aria, dengan senyum gelisah di wajahnya. 

 

"Ngomong-ngomong, Haruto-sama, kamu menyebutkan kalau beberapa tahun lalu kamu pernah mengunjungi kota Amande. Mungkinkah kita pernah bertemu secara kebetulan."

Kata Aria sambil tersenyum.

 

"Mungkin saja. Aku hanya tinggal selama satu malam, tetapi ketika aku mengunjunginya baru-baru ini, aku cukup terkejut melihat kota itu telah berkembang dalam waktu yang singkat." 

Jawab Rio, melanjutkan pekerjaannya.

 

"Suatu kehormatan untuk mendengarnya. Sejak Ojou-sama menjadi gubernur Amande, dia telah bekerja keras untuk pengembangan kota."

 

"Aku telah bepergian ke berbagai tempat, tapi menurutku kota Amande sangat mengagumkan. Kota itu adalah tempat yang bagus sehingga aku lebih sering mengunjunginya belakangan ini."

 

"Ah, begitukah? Aku yakin Liselotte-sama akan senang jika dia mendengarnya." 

Aria menundukkan kepalanya dengan senang.

 

"Kalau begitu, tolong sampaikan kata-kataku padanya. Aku sangat berterima kasih kepada Ricca Guild, karena hampir semua yang mau aku beli ada di sana."

Kata Rio sambil tersenyum. 

 

Mendengarnya, Aria ikut tersenyum. 

 

"Aku pasti akan menyampaikanya."

Jawab Aria.

 

"Selain itu, ada sesuatu yang ingin aku tanyakan kepadamu.... Apa kamu telah bepergian dalam waktu yang sangat lama, Haruto-sama? Dari apa yang aku lihat, kamu sepertinya masih remaja."

 

Rio berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk mencampuradukkan kebenaran dan kebohongan dalam jawabannya.

 

"Ya.... Aku sudah bepergian sejak berusia sebelas tahun. Umurku enam belas sekarang, jadi sudah sekitar lima tahun sejak aku memulai perjalanan ini. Jika aku ingat dengan benar, pertama kali aku mengunjungi kota Amande sekitar empat tahun lalu." 

 

Karena pertemuannya dengan Flora dan yang lainnya secara tidak terduga, Rio mengubah beberapa point dalam ceritanya.

 

"Dari usia yang begitu muda..... Meski aku juga menjadi seorang petualang di usia muda, tapi aku sedikit lebih tua darimu. Kalau tidak salah, pada usia sebelas tahun tidak mungkin untuk mendaftar sebagai petualang di guild petualang, kan?" 

Aria bertanya, matanya sedikit melebar. 

 

Guild petualang memiliki aturan umum kalau seseorang harus berusia dua belas tahun atau lebih untuk bisa mendaftar sebagai petualang.

 

"Iya. Atau lebih tepatnya, aku belum mendaftar sebagai petualang. Karena itu tidak cocok untuk perjalananku, jadi aku belum melakukannya. Sumber penghasilan utamaku adalah penjualan kristal sihir yang aku peroleh dengan mengalahkan setiap monster yang aku temui. Kamu bisa menganggapnya sebagai pelatihanku."

 

Guild Petualang adalah organisasi internasional yang didirikan dengan persetujuan semua Kerajaan. 

Tujuan awal Guild adalah untuk memaksa orang-orang yang tidak dapat bekerja di masyarakat umum untuk bergabung dengan pertahanan nasional yang kekurangan orang, secara tidak langsung menempatkan mereka di bawah kendali Kerajaan dan memaksa mereka untuk bekerja secara efektif.

 

Namun, organisasi internasional hanya sebatas nama. 

Sementara markas pusatnya memang ada, namun pengelolaan manajemannya dilakukan oleh cabang independen masing-masing Kerajaan. 

Alasannya karena semua Kerajaan perlu mengirim seorang pejabat untuk mengawasi operasi setiap cabang, yang membuatnya tidak mungkin untuk melintasi perbatasan Kerajaan.

 

Selain itu, untuk menjadi seorang petualang, diperlukan untuk mendaftar di cabang atau markas utama mereka, keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri. 

Misalnya, bergabung dengan salah satu cabang berarti petualang yang mendaftar itu akan dilarang bekerja di cabang lain (yang berarti jika seorang petualang bergabung dengan markas utama mereka, maka dia bisa bergerak bebas di antara cabang-cabangnya).

 

"....Kamu benar, meskipun bergabung dengan Guild petualang memiliki manfaat, tapi juga berarti tindakanmu akan dibatasi. Aku pernah dengar ada beberapa orang yang bukan tidak menyukai sistem itu dan memilih untuk tidak menjadi petualang."

Kata Aria dengan lantang.

 

[ Siapa dia sebenarnya? Untuk apa dia bepergian sendirian? Misteri di sekelilingnya membuatku semakin penasaran. ] Pikir Aria dalam benaknya.

 

"Baiklah. Aku akan mendirikan kembali gerbongnya ke posisi semula, jadi tolong mundur sedikit."

Kata Rio, setelah memasang roda kembali ke tempatnya.

 

"Akan sulit kalau kamu melakukannya sendiri. Biarkan aku membantumu."

Aria menyarankan.

 

Rio menggelengkan kepalanya. 

"Tidak perlu, sihir peningkatan fisik pada pedang ini lebih dari cukup untuk aku melakukannya sendiri."

 

"Liselotte-sama telah memberikan pedang sihir juga padaku, jadi tolong izinkan aku membantumu juga."

Kata Aria, bersikeras, tanpa niat untuk mundur.

 

Karena Aria ada di sana untuk membantu, dia tidak ingin menyerahkan segalanya kepada Rio.

 

"Aku akan baik-baik saja, jadi tolong tetap waspada dan perhatikan sekeliling kita."

Kata Rio, mengulurkan tangan kananya untuk menghentikan Aria untuk mengambil tindakan.

 

"Tapi....." Aria berhenti.

 

[ Para Ksatria telah melakukan itu sepanjang waktu.... ]

Itulah yang terlintas dalam pikirannya. 

 

Aria tahu kalau Rio lebih dari juga tahu kalau para Ksatria sedang berpatroli di sekitar. Kemungkinan besar Rio menawarkan Aria alasan agar dia bisa beristirahat.

 

Setelah itu, Rio memegang pedang di tangan kirinya dan mengayunkannya untuk menunjukkan kalau dia sedang menggunakan kekuatan dari pedangnya – di saat yang sama dia mengunakan spirit art-nya untuk meningkatkan kemampuan fisiknya.

 

"Ayo mulai." 

Rio meletakan pedangnya dan menggunakan kedua tangannya untuk mengangkat gerbong itu dengan mudah.

 

Mata Aria sedikit melebar. 

"....H-Hebat."

 

Para pelayan dan para Ksatria di sekitar mereka juga terkejut, perhatian mereka tertuju pada sosok Rio yang sedang mengangkat gerbong kereta dengan kedua tangannya.

 

"Yang aku lakukan hanyalah mengangkatnya. Ini semua berkat pedang sihir ini." 

Rio berkata kepada Aria, mengabaikan reaksi dari mereka yang terlalu dibesar-besarkan.

 

"Itu tidak benar, untuk bisa mempertahankan peningkatan fisik setelah meletakkan pedangmu membutuhkan kontrol esensi sihir yang sangat sulit. Meski begitu, kamu bisa melakukannya dengan sangat mudah.​"

 

Ketika sihir peningkatan fisik terus menerus diaktifkan melalui artefak sihir, umumnya cukup sulit untuk terus mempertahankannya setelah melepaskan artefaknya.

Selain itu, artefak sihir yang membutuhkan manipulasi esensi sihir untuk mengaktifkannya daripada mantra sihir verbal yang cenderung akan aktif secara teratur. 

Karakteristik itu terkenal pada kelas artefak kuno seperti pedang sihir yang mempunyai mantra sihir yang tertanam di dalamnya. Jika pengguna tidak memiliki kendali yang sesuai atas esensi sihirnya, maka penggunanya tidak akan bisa mengeluarkan potensi penuh dari senjata tersebut, dan ada beberapa kasus gagal untuk bisa mengaktifkan mantra sihirnya.

 

Meskipun Aria juga bisa melakukan hal yang sama, dia harus melalui pelatihan yang keras untuk mencapai level itu. Paling tidak, dia belum bisa melakukannya di usia Rio saat ini. Itu adalah bukti kalau Rio memiliki kendali yang tinggi atas esensi sihirnya, atau begitulah yang dinilai oleh Aria.

 

"....Sudah dua tahun sejak aku menggunakan pedang ini." 

Kata Rio, menatap ke langit dengan tatapan hampa. 

 

Sementara Rio harus menyesuaikan ceritanya untuk menyembunyikan keberadaan spirit art, dia tetap merasa agak nostalgia.

 

"......" 

Kesan yang diterima Aria setelah melihat sikap Rio, dia bisa menyimpulkan kalau Rio adalah pemuda yang dewasa dan pada saat yang sama agak kekanak-kanakan, yang membuat matanya sedikit melebar karena penasaran.

 

"Aku akan memeriksa apa ada masalah dengan roda di sebelahnya. Kalau tidak ada, kita bisa membawa ke jalan utama."

Kata Rio, menuju ke sisi lain gerbong. 

 

Untuk sesaat, Rio melirik wajah Aria.

 

[ Aria, ya. Itu nama yang sama dengan yang dikatakan Sensei sebelumnya, jadi dia pasti orang yang sama. Dia juga tidak terlihat seperti orang jahat..... Tapi entah mengapa, nama dan wajahnya tampak tidak asing bagiku. ]

Pikir Rio, merasa agak aneh.

 

◇◇◇◇

 

Pada akhirnya, gerbong tersebut berhasil lolos dari kondisi yang tidak dapat diperbaiki. Begitu dibawa kembali ke jalan utama, Aria segera melaporkan hasilnya ke Liselotte yang sedang membersihkan area itu bersama pelayan lainnya.

 

"Ojou-sama, perbaikannya telah selesai."

 

Ekspresi Liselotte menjadi cerah dengan cepat. 

"Benarkah !? Tunggu, kamu bahkan membawanya ke sini!" 

 

Ketika Liselotte melihat kalau Rio sedang menarik kereta dengan seutas tali, gadis itu menunjukkan ekspresi heran sekaligus kaget.

 

"Maaf sudah menunggu."

Kata Rio kepada Liselotte, menarik gerbong ke jalan utama.

 

".....Tolong maafkan aku, Haruto-sama, karena sudah membuatmu membawa gerbongnya setelah kamu memperbaikinya." 

Liselotte menundukkan kepalanya dengan ekspresi yang menyesal.

 

"Tidak apa, Aria juga membantuku membawa kereta dengan mendorongnya dari belakang. Aku juga meminjam sedikit kekuatan dari pedang sihirku, jadi ini jauh lebih mudah daripada berurusan dengan Minotaur."

Canda Rio, menggelengkan kepalanya.

 

"Wah, kamu memang orang yang bisa diandalkan."

Liselotte tertawa ringan. 

 

Tiba-tiba Cosette datang dan dengan sopan menawari Rio untuk minum dengan gelas kayu.

 

"Haruto-sama, tolong terimalah ini." 

Gelas kayu itu berisi jus buah manis di dalamnya.

 

"Terima kasih banyak, erm...." 

 

Rio menundukkan kepalanya, menunjukkan rasa terima kasihnya dengan senyuman. 

Namun, tidak butuh waktu lama baginya untuk menyadari kalau dia tidak mengetahui nama dari gadis pelayan itu.

 

{ Siapa saja,, tolong carikan Cosette pacar wkwkwk }

 

"Maafkan aku. Namaku Cosette, aku salah satu pelayan yang melayani Liselotte-sama." 

Cosette memegang ujuang roknya seragamnya dengan tangannya dan membungkuk dengan sopan.

 

"Pfffftt...."

Liselotte dan Aria, yang sangat mengenali kepribadian asli Cosette, hampir tidak bisa menahan tawa mereka saat melihat sikapnya itu.

 

"Terima kasih banyak, Cosette-san." 

Kata Rio dengan nada ceria, tidak menyadari ekspresi dari dua lainnya yang mencoba menahan tawa mereka.

 

"Aku juga ingin mengucapkan terima kasih atas apa yang kamu lakukan untuk kami sebelumnya. Mungkin kurang sopan bagiku untuk berbicara seperti ini, tapi aku mau tetap menyampaikan rasa terima kasihku. Maafkan keegoisanku." 

Kata Cosette, menundukkan kepalanya dalam-dalam untuk menunjukkan rasa hormat.

 

Rio memiringkan kepalanya dengan ekspresi gelisah.

"Tolong angkat kepalanya. Aku bukanlah seorang bangsawan, jadi kamu tidak perlu bersikap terlalu formal denganku."

 

"Aku tidak bisa menerimanya. Ojou-sama berhutang nyawa kepadamu, Haruto-sama. Sekarang, waktunya untukku untuk pergi.... Terima kasih atas waktumu." 

Cosette menggelengkan kepalanya sebelum menundukkan kepalanya dengan anggun dan membungkuk sebelum pergi.

 

"Melihat Cosette dan Aria, sepertinya semua pelayanmu sangt terlatih dengan baik, Liselotte-sama." 

Kata Rio dengan kagum.

 

"Erm, ya.... Terima kasih." 

Liselotte menganggukkan kepalanya sambil menunjukkan ekspresi yang sedikit rumit.

 

◇◇◇◇

 

Tak lama setelah itu, para Ksatria yang bertugas mengumpulkan kristal sihir mulai kembali satu per satu. 

Setelah semua Ksatria berkumpul, Duke Huguenot juga mendekat. Mereka berpikir tentang bagaimana cara memindahkan pedang Minotaur yang menghalangi jalan.

 

"Baiklah, mari kita segera pindahkan pedang ini."

 

"Akulah yang membuatnya tertancap ke dalam tanah, jadi jika kamu mau, aku bisa melakukannya sendiri."

Saran Rio.

 

"Hmm... Bukankah agak terlalu sulit untuk melakukannya sendiri? Aku pikir mencabut pedang yang tertancap di dalam tanah jauh lebih sulit daripada menangkapnya di udara dan menusukkannya ke bawah."

Kata Duke Huguenot secara logis.

 

"Izinkan aku mencoba terlebih dahulu, kalau begitu."

Kata Rio, mengepalkan gagang pedangnya dan mengayunkannya ke samping seolah-olah menyerap kekuatan di dalamnya.

 

Setelah itu, Rio berjalan menuju pedang Minotaur besar itu, dan meskipun pedang itu jauh lebih besar darinya, dia meraihnya dengan mudah.

 

".....Ha!" 

 

Dengan nafas kecil, Rio memasukkan semua kekuatannya ke dalam cengkeramannya dan mulai menarik pedang yang tertancap di dalam tanah.

Pedang itu perlahan mulai naik. Setelah beberapa saat, pedang itu terangkat sepenuhnya. Suara-suara kagum dan kaget mulai terdengar dari segala arah.

 

"Oohhh...."

 

"Ini cukup berbahaya, jadi menjauhlah."

 

Sayangnya bilah pedangnya cukup panjang, jadi Rio memperingatkan para Ksatria dan gadis pelayan yang berada di dekatnya untuk berhati-hati.

 

Liselotte menatap Rio dengan ekspresi kagum.

 

"....Bisakah kamu melakukan hal yang sama?" 

Liselotte bertanya kepada Aria yang berdiri di sampingnya.

 

"Aku tidak akan tahu sampai aku mencobanya sendiri, tapi.... Aku yakin, seharusnya bisa." 

Aria menjawab singkat.

 

"Oi, Oi. Ada ribut-ribut apa di sini." 

 

Hiroaki muncul dari gerbong. 

Sepertinya suara kegaduhan semua orang telah menarik perhatiannya.

 

Flora melihat bagaimana Rio mengangkat pedang besar Minotaur itu dengan tangannya dan dia melebarkan matanya dengan kagum. 

 

"....Sepertinya Haruto-sama sedang mengangkat pedang batu itu."

 

Sementara itu, mata Hiroaki juga tertuju kepada adegan yang sama. Dia mulai melihat ke arah Rio dengan tatapan masa bodo. 

 

"He, begitu ya....."

 

Masih memegang pedang besar di tangannya, Rio perlahan berjalan menuju sisi hutan. Para ksatria dan pelayan mulai berbicara di antara diri mereka sendiri saat mereka menyaksikannya.

 

[ Oh, bagus sekali..... Sekarang mereka semua menjadi kagum kepadanya. Pasti hebat ya, menjadi seperti Ikemen sialan ini. Itu seperti  menjalani kehidupan dengan mode mudah.... Semua orang menjadi terpana hanya karena dia membawa sesuatu yang berat. ]

Hiroaki memikirkannya sambil menunjukkan ekspresi yang tidak senang. 

 

{ TLN : Ikemen (イケメン) merupakan kosa kata dalam bahasa Jepang yang mengacu pada "Lelaki Keren", atau "Pria Tampan". }

 

Semua gadis di sekitarnya memandangi sosok Rio dengan ekspresi kagum. Bahkan Liselotte juga melihat Rio dengan ekspresi yang sama dengan perempuan lainnya. Hiroaki menemukan fakta itu sebagai hal yang paling tidak menyenangkan dari semuanya. Pada saat yang sama dengan perasaan tidak menyenangkan yang dirasakan Hiroaki, Rio memasuki hutan dan menaruh pedang batu itu perlahan di atas tanah.

 

Hiroaki napas frustasi. 

[ Kurasa sudah waktunya untuk menunjukkan kekuatan pahlawan sejati kepada mereka. ]

 

Hiroaki mulai berjalan menuju Rio dengan santai.

 

Ketika Liselotte menyadari kalau Hiroaki telah meninggalkan gerbong dan menuju ke sisi hutan, dia memanggilnya dengan nada heran. 

 

".....Hero-sama?"

 

"Lihat saja."

Kata Hiroaki dengan senyum puas, menuju ke sisi jalan tempat  Rio berada.

 

Ketika Rio menyadari kalau Hiroaki mendekatinya, dia sedikit memiringkan kepalanya.

 

"Oh, halo Hero-sama. Apa ada masalah ?"

 

"Aku hanya ingin tahu seberapa berat pedang batu itu. Pinjamkan saja padaku sebentar."

 

Hiroaki menunjukkan senyum provokatif, mengangkat pedang batu itu dengan kedua tangannya. Dengan suara erangan yang terdengar, dia mulai mengangkatnya. 

Meski sesaat tubuhnya tampak kehilangan keseimbangan, Hiroaki mampu mengangkatnya tanpa masalah. 

 

"Oohh!" 

Para ksatria mengangkat suara mereka, menunjukkan kekaguman mereka.

 

Roanna segera menghampiri. 

"Whoaa, hebat sekali, Hiroaki-sama."

 

"Ah, agak sulit untuk dibawa karena ukurannya yang cukup besar, tapi itu bukan masalah besar."

Kata Hiroaki tersenyum puas, penuh percaya diri.

 

[ Cara dia memposisikan tubuhnya masih terlihat seperti amatir, tapi kemampuannya untuk meningkatkan fisiknya masih sangat baik. Jika dia memiliki kekuatan sebanyak ini, dia mungkin lebih kuat dari seorang Kesatria rata-rata, jadi sangat masuk akal kalau dia sangat percaya diri akan kekuatannya itu, namun.... apa dia menggunakan spirit art? ]

Rio menganalisis Hiroaki dengan mata yang sedikit terkejut.

 

"Kamu sangat hebat, hero-sama."

Rio memujinya saat dia merenung.

 

"Hahaha. Yah, kamu juga tidak terlalu buruk. Ayo pergi."

 

Hiroaki menurunkan pedang batu itu kembali ke tempatnya dan menepuk pundak Rio sebelum kembali menuju ke gerbong tempat dia datang.

Roanna segera menyusul. Mungkin karena Hiroaki telah menjadi pusat perhatian, ekspresi gadis itu dipenuhi dengan rasa bangga. Melihat tingkah keduanya, Rio menunjukkan senyuman.

 

Hiroaki lewat di dekat tempat Liselotte berada dan memanggilnya dengan suasana hati yang bagus.

"Ayo, Liselotte. Ayo kita masuk ke gerbong. Kamu juga, Flora."

 

"Ah, oke."

Flora menjawab lebih dulu. 

 

Liselotte mengangguk dengan hormat dan menoleh ke arah Rio.

"Baiklah. Anoo, maukah kamu menemani kami, Haruto-sama? Tujuan kami selanjutnya adalah kota Amande....."

 

"Aku juga ada sedikit urusan di Amande, jadi aku tidak punya alasan untuk menolak.... Tapi, apa kamu yakin membiarkanku naik kereta yang sama denganmu?" 

Rio bertanya, dengan hati-hati memperhatikan ekspresi mereka semua. 

 

Kedudukan sosial Rio bisa dibilang tidak sesuai dengan seorang pahlawan, seorang Putri Kerajaan, dua orang Putri Duke. Biasanya, dia tidak akan di izinkan untuk bepergian bangsawan seperti mereka.

 

"Kamu tidak perlu khawatir tentang itu. Bagaimanapun juga, kamu adalah penyelamat kami."

Kata Duke Huguenot sambil tersenyum.

 

"Itu benar, Haruto-sama. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih secara formal, jadi kamu sangat disambut oleh kami."

Kata Liselotte, menundukkan kepalanya dalam-dalam.

 

Melihat itu, Rio berusaha menghentikannya dengan bingung. 

"....Tolong jangan kepalamu, Liselotte-sama."

 

"Ya, dia benar. Seseorang sepertimu seharusnya tidak menundukkan kepalanya begitu saja." 

Hiroaki setuju.

 

".....Maafkan aku atas sikapku." 

Kata Liselotte, mengerutkan kening ketika dia melihat Rio.

 

"Baiklah, ayo kita segera masuk."

Kata Hiroaki mulai berjalan menuju gerbong tanpa menunggu yang lain. 

 

Maka, Rio memutuskan untuk menemani Liselotte dan yang lainnya dalam perjalanan mereka ke Amande. 

 

◇◇◇◇

 

Liselotte membawa Rio ke dalam gerbong dan Rio masuk dengan ragu-ragu.

 

"Permisi."

 

Bagian dalam gerbong itu cukup luas untuk delapan orang duduk tanpa masalah. Di sana, yang pertama mengambil tempat duduk mereka adalah Hiroaki, Flora, Roanna, dan Duke Huguenot.

 

Hiroaki memperhatikan saat Rio masuk setelah mereka. 

 

"Yah, duduklah."

Katanya dengan nada angkuh.

 

"Haruto-sama, silakan duduk di sini."

Liselotte menunjuk ke kursi yang tersisa.

 

"Terima kasih banyak atas keramahanmu."

Rio menundukkan kepalanya dengan sopan sebelum dia duduk. 

 

Liselotte memutuskan untuk duduk di sebelahnya, di posisi terjauh dari tempat duduk Hiroaki, yang di posisi cukup tertinggi.

 

Melihat kalau dirinya berada di posisi cukup jauh dari Liselotte, Hiroaki menunjukkan ekspresi tidak senang. 

Namun, dia dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan menyilangkan kakinya. 

 

"Jadi, siapa kamu sebenarnya? Seorang bangsawan dari suatu tempat?"

Hiroaki bertanya kepada Rio.

 

Saat itu, Flora merasa sedikit kesal.

 

"Hiroaki-sama, mengajukan pertanyaan mendadak seperti itu tiba-tiba..... Kamu bersikap tidak sopan kepada Haruto-sama."

Kata Flora dengan gugup, ketika melihat Rio.

 

"Oi, Oi. Apa kamu mengatakan kalau kita memperbolehkannya naik di gerbong yang sama untuk tidak bertanya hal itu? Dalam diskusi semacam ini kita harus langsung ke intinya."

Hiroaki mengangkat bahu dengan sikap berlebihan.

 

"T-Tapi...."

Flora memperhatikan ekspresi Rio dengan ekspresi cemas. 

 

Ada prosedur yang tepat untuk melakukan hal semacam itu, jadi ketika seseorang dengan status yang lebih tinggi mengabaikan aturan itu, membuat seseorang yang berstatus lebih rendah semakin sulit untuk berbicara. Bagaimanapun, sistem masyarakat dibangun bekerja dengan cara seperti itu.

 

Rio menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis untuk menunjukkan kalau dia tidak marah. 

"Kamu tidak perlu memikirkan tentangku. Memang benar kalau latar belakangku belum dijelaskan kepada kalian."

 

"Yah, kalau dilihat dari penampilanmu, sepertinya kamu hanyalah pengguna pedang yang berpindah-pindah ke setiap-setiap tempat untuk meningkatkan kemampuan berpedangmu. Cerita seperti itu yang cukup klise, dan itulah yang membuatmu tampak mencurigakan. Orang-orang di luar  sana sangat senang dengan kehadiranmu, tapi aku ingin tahu lebih banyak tentang latar belakangmu sebelum aku bisa percaya padamu." 

Kata Hiroaki kepada Rio menunjukkan kejujuran mutlak. 

 

Sementara itu, Liselotte berusaha menahan keinginan untuk mengabaikan perbedaan status dan menyela pembicaraan.

 

[ Orang ini.... Dia mengatakan dengan lantang kalau dia tidak percaya padanya begitu saja. Apa dia tidak bisa bertanya dengan cara lebih sopan !? Padahal orang yang kamu tanya adalah orang telah menyelamatkan hidupmu. Meskipun kalau dia mau menanyakan sesuatu, dia harus bertanya dengan cara baik-baik. Geez, orang ini sangat menyebalkan. ]

 

Namun, Liselotte tidak punya pilihan lain selain tetap diam. Hal terbaik untuk dilakukannya adalah berterima kasih kepadanya di waktu yang berbeda, ketika Hiroaki tidak ada dalam pertarungan sebelumnya. Dengan pemikiran itu, Liselotte terus tersenyum di wajahnya.

 

{ TLN : Maksud Liselotte di sini saat si Hiroaki ngebacot doang tapi ujung-ujungnya ciut liat monster.... Kalian yang udah baca vol 6 sebelumnya pasti tahulah.... }

 

"Yah,  aku juga tidak mengharapkan semuanya mempercayaiku begitu saja.... Tapi, sayangnya aku tidak punya apa pun yang bisa membuktikan identitasku."

Kata Rio mengucapkan dengan sedikit cemberut.

 

"Yah, tingkat peradaban dunia ini masih tertinggal.... Jika saja kamu punya sebuah benda dengan simbol rumah bangsawan, maka kamu bisa membuktikan identitasmu....."

Kata Hiroaki, bertanya secara tidak langsung apakah Rio seorang bangsawan atau tidak.

 

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku bukanlah seorang bangsawan. Sebaliknya, aku hanyalah seorang pengembara yang bepergian dari satu kerajaan ke kerajaan lain tanpa memiliki tempat untuk kembali."

Kata Rio sejujur mungkin.

 

"Hmm..... Jadi itu sebabnya kamu bepergian ke setiap tempat?" 

Hiroaki bertanya, menatap Rio dengan curiga.

 

"Ya." Rio mengangguk singkat.

 

"Tapi bukankah cara bicaramu dan sikapmu terlalu sopan untuk seorang pengembara biasa?" 

Hiroaki bertanya, ketika melihat Roanna.

 

Roanna memberitahu kepadanya kalau sikap Rio tidak tampak seperti kalangan orang biasa.

 

"Aku merasa terhormat mendengarnya, tapi itu hanyalah keterampilan sederhana yang aku dapat selama perjalananku. Karena aku pengembara, aku harus berusaha untuk hidup damai dengan semua orang yang aku temui." 

Kata Rio, menundukkan kepalanya dengan hormat.

 

"Hahaha. Sepertinya kamu bisa berbicara dengan sangat sopan. Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana pengembara dan imigran diperlakukan di dunia ini. Jadi.... Bagaimana mereka diperlakukan?" 

Hiroaki bertanya kepada para bangsawan yang ada di sekitarnya dengan senyum ceria.

 

".....Ini tidak seperti mereka didiskriminasi secara terang-terangan, hanya saja penduduk asli memperlakukan mereka lebih rendah dari mereka. Itulah sebabnya mereka tidak merasakan keterikatan di tempat mereka berada, kebanyakan dari mereka memutuskan untuk pergi dari satu tempat ke tempat yang lain."

Duke Huguenot, yang tertua dari semuanya dan yang memiliki pengalaman paling banyak, menjawab dengan lantang.

 

"Ah, begitu. Jadi seperti itu. Yah, aku mengerti.... Itu juga masalah yang sama seperti yang ada di duniaku juga. Itu cukup merepotkan. Mungkin ada beberapa orang berbakat di antara para imigran, tapi mereka di perlakukan dengan sebelah mata  dibandingkan warga asli. Semakin ada dari mereka yang menonjol, maka penduduk asli akan mulai iri dengan mereka secara tidak adil."

Kata Hiroaki seolah dia mengerti situasinya.

 

"Pengetahuanmu sangat luar biasa, Hiroaki-sama."

Kata Roanna, menunjukkan ekspresi kagum.

 

"Eh, itu bukan masalah besar, tapi kurasa itu memberi kesan pada ceritamu...."

Hiroaki tersenyum puas dia melihat ke arah Rio.

 

"Aku berterima kasih atas kebaikanmu."

Rio memaksakan senyum di wajahnya dan menundukkan kepalanya dengan sopan .

 

"Yah, kamu juga tidak terlihat seperti orang jahat. Aku kira kamu lulus. Paling tidak, sekarang kamu memiliki cap persetujuan dari seorang pahlawan."

Hiroaki tertawa terbahak-bahak saat berbicara.

 

"Suatu kehormatan bagiku."

Sekali lagi, Rio menundukkan kepalanya dengan sopan. 

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di luar gerbong tempat Rio dan yang lainnya berada.....

 

"Nee, Aria. Kamu sedikit berbicara dengan Haruto-sama, bukan? Dia orangnya seperti apa?"

Cosette bertanya pada Aria dengan antusias.

 

Mendengar percakapan mereka keduanya, Natalie dan Chloe, yang telah berjalan di dekatnya, mendekati mereka untuk menguping.

 

Aria merasakan rasa penasaran bawahannya dengan sempurna.

 

"....Sepertinya dia setahun lebih tua dari Liselotte-sama, dia juga cukup tenang dan dewasa untuk usianya. Dia juga mengatakan kalau telah mengembara selama beberapa tahun sampai sekarang."

Kata Aria sambil menghela nafas.

 

Cosette dan Natalie juga pelayan veteran. Aria adalah pemimpin dari semua pelayan, tapi mereka berdua lebih seperti seperti teman dekat daripada bawahan.

 

"Apa ada yang lain? Seperti tipe tipenya atau semacamnya."

Cosette bertanya lebih lanjut, ekspresinya dipenuhi dengan minat.

 

"Tidak mungkin aku mengajukan pertanyaan pribadi semacam itu selama obrolan yang singkat itu."

Kata Aria dengan ekspresi lelah.

 

"Tapi, itu sesuatu yang bisa kamu amati saat kamu di dekatnya, kan ? Seperti, dia lebih suka tipe gadis yang tenang dan elegan atau gadis yang cerdas dan banyak bicara ?"

Cosette melanjutkan sambil sedikit mengedipkan mata yang menggoda.

 

"Sayangnya, aku tidak punya keterampilan pengamatan semacam itu."

Aria menggelengkan kepalanya.

 

"Mou. Aku tidak akan yakin tentang itu."

Cosette keberatan.

 

"Misalnya, bukankah pahlawan itu tampak seperti tipe orang yang lebih suka gadis yang pendiam dan patuh? Tentu saja, juga harus sangat menarik."

 

"H-Hei, kamu tidak sopan! Apa yang akan kamu lakukan jika seseorang mendengarkannya !?”

Natalie memotong pembicaraan dengan panik.

 

"Oh, kamu mendengarkannya ? Menguping itu tidak baik, loh ?"

Jawab Cosette blak-blakan.

 

"Ugh, aku berjalan di sebelahmu – tentu saja, aku bisa mendengarkannya."

Natalie menunjukkan ekspresi tidak senang saat dia membantah.