Hagoita adalah palet kayu yang digunakan untuk bermain hanetsuki – mirip dengan permainan badminton – mereka berdua sedang menunggu dua lainnya untuk bermain dengan mereka. Ibu Suzune telah menyarankan mereka untuk mengenakan kimono untuk bermain hanetsuki, jadi mereka menghabiskan banyak waktu di depan cermin sebelum mencapai sampai ke titik ini.
"Ah, Haruto Onii-chan, Miharu Onee-chan!"
Ketika Suzune melihat dua orang yang telah menunggu itu datang, dia berlari ke arah mereka dengan penuh semangat.
"Selamat Tahun Baru, Suzune. Berhati-hatilah untuk tidak mengotori pakaian imutmu."
Amakawa Haruto memberinya peringatan dengan tersenyum tipis. Di sebelahnya adalah murid SMA lainnya, Ayase Miharu, yang tersenyum ramah kepada Suzune.
"E-Eh! S-Selamat Tahun Baru!"
Suzune tersipu ketika dia menundukkan kepalanya ke arah Haruto. Pada saat itu, Celia menghampiri mereka.
“Selamat Tahun Baru, Celia-Sensei. Kimono itu sangat cocok untukmu.”
Kata Haruto, menyapanya sambil tersenyum.
"A-Ah, ya. Terima kasih. Selamat Tahun Baru.... Untukmu juga, Miharu."
Pipi Celia memerah karena malu.
"Selamat Tahun Baru, Celia-Sensei, Suzune-chan."
Miharu membalas sapaan itu dengan membungkuk.
Ngomong-ngomong, Haruto mengenakan pakaian kasualnya, sedangkan Miharu mengenakan kimono lengan panjang dan memegang Hagoita dengan tangan kanannya.
"Kamu benar-benar cantik, Miharu.... Ini pasti yang mereka sebut Yamato Nadeshiko."
Kata Celia, terpikat oleh kecantikan Miharu.
Rambut hitam halus dan aura anggunnya sangat cocok dengan pakaian Jepang.
{ TLN : Yamato Nadeshiko (大和撫子) adalah istilah Bahasa Jepang yang mempunyai arti "personifikasi dari perempuan Jepang yang ideal" }
“T-Tidak, itu tidak benar. Sebaliknya, rambut perakmu sangat serasi dengan Kimono-mu, sehingga kamu terlihat seperti ilusi yang indah, Celia-Sensei.”
Kata Miharu berbicara dengan nada gugup, tersipu malu.
"Ahaha, terima kasih. Aku juga ingin mempercayainya.... Dan Suzune, segera bangun!"
Celia mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan senyuman dan memarahi Suzune, yang telah bertingkah aneh untuk sementara waktu sekarang.
"Ehe, ehehe, Haruto Onii-chan menyebutku imut...."
Suzune sangat senang dipuji oleh Haruto yang dicintainya.
Celia menghela napas lelah.
"Ya ampun....."
Tapi ujung bibirnya membentuk senyuman.
Miharu tertawa senang.
"Ahaha, haruskah kita mulai?"
"Ya, tapi aku tidak tahu aturan hanetsuki dengan baik...."
"Aturan utama dari game ini adalah tidak ada aturannya. Kamu harus memukul shuttlecock ke orang lain berulang kali tanpa henti. Apa kamu mau mencoba dulu denganku?"
"Oke."
Dengan demikian, telah diputuskan kalau Miharu dan Celia akan bermain di babak pertama.
"Baiklah. Suzune, bagaimana kalau kita mundur sedikit untuk melihat pertandingan mereka?"
Haruto memegang tangan Suzune dan mendesaknya untuk bergerak menjauh.
"Fweh!? O-Oke!"
Dengan wajah memerah, Suzune mengangguk.
Saat Miharu dan Celia menyaksikan interaksi antara keduanya—
"Hmph...."
– Miharu dan Celia, keduanya tampak cemburu.
AKU AKAN MENUNJUKKAN KEPADAMU KEDEWASAAN SEORANG DEWASA!
Ini adalah cerita yang terjadi tepat setelah Rio dan Aishia membawa Celia keluar dari ibukota Beltrum.
"Ayo kita pergi, Aishia."
"Ya."
Rio mengangkat Celia dan menggendongnya seperti seorang putri, perlahan naik ke atas langit menggunakan spirit art angin.
"Ah...."
Celia merasakan sensasi mengambang dan menempel lebih erat dengan Rio secara refleks.
Melihat bahwa Rio telah tumbuh dewasa, menjadi seorang pemuda yang dapat diandalkan dan baik hati, hati gadis itu menjadi lega. Merasakannya secara langsung membuatnya semakin bahagia, jadi dia memeluk Rio lebih erat.
"Fufu."
Celia tertawa pelan tanpa menyadarinya.
"Apa kamu takut, sensei?"
Rio bertanya, menatap langsung ke matanya; dia menyadari kalau Celia sedang memeluknya lebih erat dari sebelumnya. Mata mereka bertemu pada jarak yang sangat dekat.
Celia tidak bisa menahan rasa malunya dan kemudian tersipu sepenuhnya.
“....T-Tidak, aku tidak takut. Aishia juga membawaku terbang sebelumnya, jadi aku sudah terbiasa dengan hal ini.”
Jawab Celia, mengalihkan wajahnya dengn malu-malu.
Celia terlambat menyadari kalau dia digendong seperti seorang putri dan membuat jarak yang memisahkannya dari Rio hampir tidak ada.
[ Sangat dekat. ]
"Bagus, kalau begitu. Jika kamu takut, tolong katakan padaku. Aku akan menyesuaikan kecepatanku jika perlu."
Kata Rio, menawarkan, memiringkan kepalanya ke samping dengan ekspresi penasaran.
"A-Tidak apa-apa."
Celia mengangguk tidak nyaman.
[ Aku merasa sangat senang ketika kami berangkat, sehingga aku meminta Rio untuk membawaku.... Apa lebih alami meminta kepada Aishia saja? Tidak, tapi Rio setuju begitu saja..... I-Ini wajar, kan? ]
Jantungnya berdebar dengan cepat.
Ketika Celia menatap ke wajah Rio dengan heran, dia menyadari bahwa Rio tidak tampak gugup – atau lebih tepatnya, dia tidak gugup sama sekali dibandingkan dengan Celia.
[ Mungkinkah aku terlalu memikirkannya? Ya, ini benar-benar normal. Normal. Itu benar, aku harus digendong seperti ini sampai kami mencapai Kerajaan Galarc, jadi ini perlu. Tidak ada yang aneh dengan ini. ]
Celia memikirkan hal itu saat dia memperhatikan ekspresi Rio dengan hati-hati.
Memang benar — karena Aishia telah menggendongnya sampai mereka meninggalkan ibukota, sekarang giliran Rio yang menggendongnya.
[ Itu hal yang alami, kan? ]
[ Itu benar. Aku menempel erat padanya karena itu perlu, jadi akan aneh jika aku bersikap gugup karena itu. Aku adalah guru Rio, jadi aku harus menunjukkan kepadanya kedewasaan seorang perempuan dewasa. Aku harus menunjukkan kepadanya kalau dia bukan satu-satunya yang sudah tumbuh dewasa! ]
Alasan Celia digendong seperti seorang putri karena membuat pergerakan Rio lebih mudah. Tidak ada yang aneh tentang itu. Pikiran Celia mulai berputar dengan cara yang kekanak-kanakan.
"Sensei, kamu tampak agak gelisah. Apa kamu benar-benar takut?"
Rio bertanya ketika memperhatikan ekspresi Celia.
“T-Tidak sama sekali. Aku baik-baik saja. Aku seorang wanita dewasa, jadi aku bisa mengatasi kecepatan ini dengan sempurna. Kamu bahkan bisa melaju lebih cepat kalau kamu mau!"
Celia berpura-pura tenang saat menjawab dan berhenti memegangi Rio sekencang sebelumnya.
"Apa kamu yakin? Kalau begitu...."
Rio berbicara dengan nada geli dan mempercepat kecepatan terbangnya secara tiba-tiba.
"Hyaan!"
Suara itu keluar dari mulut Celia tanpa sadar. Dia dengan panik memeluk Rio lebih erat.
{ LOL, kedewasaan katanya. }
"Lihat? Itu berbahaya. Pastikan kamu memegangku dengan erat."
Rio tertawa ringan, menyesuaikan postur tubuhnya Celia lebih erat.
Hasilnya, keduanya menjadi lebih dekat dari sebelumnya. Celia meletakkan wajahnya di leher Rio, dan setelah jeda, telinganya serta wajahnya memerah.
Celia memarahinya karena terkejut.
"K-Kamu jahat, Rio! Asal kamu tahu, suara tadi itu suara kaget, bukan suara takut! Mengerti!?"
"Ahaha, maaf."
Rio meminta maaf sambil tertawa.
Aishia mengangguk puas, ketika dia terbang di sebelah mereka berdua.
"Imut."