Twilight Overture – Chapter 8.5 : Sementara itu, Pahlawan dan Dalang....

 

Tak lama setelah Minotaur dan Revenant muncul....

 

Rio, Aishia dan Celia sedang terbang di atas hutan, dalam perjalanan menuju ke Amande, ketika tiba-tiba Aishia menunjuk arah ke suatu tempat.

 

"Haruto, ada pertempuran yang besar yang terjadi di sana."

Kata Aishia, menunjuk ke arah tempat yang mereka tuju. 

 

Rio memfokuskan penglihatannya ke arah di mana Aishia memberitahukannya.

 

"....Sepertinya begitu. Ada banyak ode yang tersebar di tempat itu."

 

Di pelukan Rio, Celia cemberut dan memfokuskan penglihatannya juga, tapi tidak dapat merasakan esensi sihir dari tempat yang ditunjuk. 

 

"Aku tidak dapat melihat apapun...."

 

"Salah satu kelompok yang bertarung adalah monster." 

Aishia berbicara.

 

"Bagaimana kamu bisa tahu?" Rio bertanya.

 

“Mereka berbeda dengan roh. Monster memiliki kehadiran yang unik. Aku tidak suka sama sekali. Aku bisa merasakan aura berbagai monster dari tempat itu.”

Aishia menjelaskan.

 

"Aku mengerti. Jadi yang diserang adalah orang?"

 

"Mungkin."

 

Rio berpikir sejenak. 

"....Mari kita periksa apa yang terjadi. Agak mengkhawatirkan kalau pertempuran itu cukup dekat dengan Amande."

 

"Oke."

Aishia mengangguk dan mereka bertiga menuju ke arah pertempuran itu berlangsung dan mengamati situasinya dari atas langit.

 

Rio mengamati pemandangan yang terjadi di bawahnya. 

 

"Ksatria? Sepertinya sekelompok bangsawan sedang diserang. Mereka dikepung oleh kawanan monster dalam jumlah besar..... "

 

"Augendae Corporis.... Wow, mereka ada banyak sekali. Akankan orang-orang itu baik-baik saja?" 

Celia bertanya.

 

"Ada gerombolan orc dan goblin.... Mereka kalah jumlah, tapi sepertinya mereka bisa bertahan. Dan juga, tidak tampak akan ada korban jiwa...." 

 

[ Tapi mereka tidak boleh lengah. ]

Itulah yang dipikirkan Rio.

 

Para Ksatria telah memperkuat kemampuan fisik mereka dengan sihir, jadi mereka seharusnya tidak memiliki masalah untuk melawan goblin dan orc, tetapi dengan jumlah sebanyak itu, pertarungannya bisa berubah menjadi kekacauan.

 

"Ada seseorang yang sangat kuat di sana." 

Kata Aishia, menunjuk ke arah seorang perempuan yang telah memukul mundur musuh. Perempuan itu adalah Aria.

 

"....Kamu benar. Dia mungkin menggunakan artefak sihir kuno dengan mantra peningkatan fisik yang kuat." 

Melihat sosok Aria, mata Rio melebar sedikit karena terkejut.

 

Aria dengan gerakan anggun memenggal satu demi satu kepala monster. Raymond dan para Ksatria lainnya melihatnya dari belakangnya dengan ekspresi takjub.

 

"Apa kalian berbicara tentang perempuan yang bertarung di depan jalan?" 

Celia bertanya sambil menajamkan penglihatannya.

 

Augendae Corporis  tidak meningkatkan penglihatannya sebanyak yang bisa dilakukan oleh spirit art yang digunakan Rio dan Aishia, sehingga Celia tidak bisa melihat dengan jelas orang-orang yang ada di bawahnya.

 

"Itu seragam yang dipakai seorang pelayan, kan?" 

Sesaat Celia meragukan matanya saat dia melihat perempuan yang bertarung mengenakan seragam maid.

 

"Ya."

Rio mengangguk dengan senyum tipis. 

 

Saat itu, mata Celia melebar karena terkejut.

"Tunggu.... Ehh?"

 

"Apa ada yang salah?" 

Rio bertanya dengan rasa ingin tahu.

 

"Ah, tidak.... Dia hanya terlihat mirip seperti temanku.... Aria....?" 

Celia memiringkan kepalanya dengan ragu.

 

"Temanmu ada di bawah sana?" 

Rio bertanya, sedikit kaget.

 

"Y-Ya. Dia yang mengenakan seragam maid dan mengayunkan pedang itu – dia adalah temanku yang melayani Ricca Guild, atau lebih tepatnya, putri Duke Cretia. Tapi, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas...."

Celia mengangguk dengan bingung.

 

“Jadi temanmu yang melayani putri Duke Cretia.....”

 

[ Yang berarti, ada kemungkinan majikannya juga ada di sana. ] Pikir Rio.

 

[ Jika demikian, maka sangat masuk  akal kalau ada begitu banyak Ksatria yang mengawalnya. ]

 

[ Sudah pasti majikannya Liselotte Cretia.... ]

Rio menduga.

 

"Haruto, ada yang aneh. Itu adalah monster yang sama yang menyerang kita sebelumnya."

Kata Aishia, menunjuk ke arah kerumunan monster yang Aria lawan.

 

Di antara mereka ada sekelompok Revenant.

 

"....Kamu benar. Makhluk itu cukup kuat.... Apa dia akan baik-baik saja?" 

 

Mengesampingkan kemampuan tempur mereka, tubuh dan kemampuan fisik Revenant yang sangat kuat sulit untuk dilawan bahkan untuk seorang Ksatria yang telah meningkatkan fisiknya dengan sihir.

 

"Ada beberapa monster yang lebih kuat di hutan."

Kata Aishia dengan suara keras yang aneh.

 

"MROOOGH!" 

Raungan salah satu Minotaur bergema di seluruh hutan.

 

"Apa.... Monster itu juga ada di sini?" 

Mata Rio melebar karena terkejut.

 

"R-Rio, monster apa itu....?" 

Celia bertanya dengan ekspresi cemas.

 

"Itu adalah monster yang menyerang kami ketika pelatihan tempur di lapangan saat aku masih ada di Akademi."

 

"Monster itu Minotaur, kan....? Ah, Aria!" 

Celia berteriak panik; Aria mulai berlari ke arah Minotaur dan kelompok Revenant.

 

"....Dia tidak ragu sama sekali melawan segerombolan monster itu."

Kata Rio, kagum.

 

Aria berada di tengah pertempuran yang sulit. Bahkan dia tidak bisa melenyapkan para Revenant secara instan seperti goblin atau orc, jadi dia dipaksa untuk bertahan, membuatnya sulit untuk bertarung dengan benar.

 

"Aria...."

Celia memperhatikan situasi Aria dengan frustrasi.

 

"Sensei...."

Rio melihat ekspresi Celia dengan ketidaknyamanan. 

 

"Aishia."

Kata Rio, menoleh ke arah Aishia dan memanggilnya, tapi dia sama sekali tidak memperhatikan. Sebaliknya, dia menatap area hutan di bawahnya.

 

"Aishia?"

 

"....Maaf, ada apa?"

 

"Apa yang terjadi?"

 

"Tidak, bukan apa-apa. Mungkin hanya imajinasiku. Ada apa, Haruto?" 

Aishia menggelengkan kepalanya, tapi kata-katanya sedikit mengganggu pikiran Rio.

 

"Aku punya ide, jadi aku akan bergabung dalam pertempuran di bawah sana. Bisakah kamu membawa Sensei ke tempat yang aman?" Rio bertanya.

 

Aisia ragu-ragu sejenak sebelum menyetujui. 

"....Oke."

 

Namun, Celia keberatan dengan ekspresi bingung. 

"Eh!? Ah, tidak, kamu tidak boleh! Itu berbahaya!" 

 

Perasaannya berharap agar Rio menyelamatkan temannya dan tapi di lain sisi hatinya enggan untuk membiarkan Rio menunju bahaya, menyebabkan cukup banyak konflik di hati Celia.

 

"Sensei, temanmu dalam bahaya...."

 

"Ada satu lagi."

Kata Aishia dengan nada tajam. 

 

Tatapan Aishia terkunci pada minotaur baru yang mendarat tepat di tengah formasi pertahanan.

 

“Ini tidak bagus. Aku harus cepat— Aku mengandalkanmu, Aishia!”

 

Dengan perkataan itu, Rio dengan cepat turun ke bawah.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, saat Rio turun ke medan perang—

 

[ Fiuh, hampir saja. Tidak normal bagiku untuk mengekspos diriku seperti itu.... ]

 

Jauh di dalam hutan, Reiss menyembunyikan kehadirannya. Karena sekelilingnya ditutupi oleh pepohonan hutan, mustahil baginya untuk melihat langit di atas kepalanya. Namun, tingkat deteksinya bahkan melebihi itu.

 

[ Aku mungkin sudah terlambat menyadarinya, tapi entah bagaimana aku berhasil mengirim semua pion yang diperlukan. Kurasa aku harus menahan diri untuk tidak menggunakan kekuatanku mulai sekarang. Aku tidak ingin mereka merasakan kehadiranku. ]

Keringat dingin mengalir di permukaan punggungnya.

 

[ Namun, aura roh ini.... Apa ini seperti yang aku pikirkan?Setelah semua yang aku lakukan. Sungguh rangkaian peristiwa yang tidak menguntungkan. Untuk saat ini, aku tidak punya pilihan selain melihat bagaimana perkembangan situasinya.... ]

Wajahnya, tersembunyi dalam kegelapan jubahnya, menunjukkan ekspresi khawatir yang tidak biasa baginya.