Twilight Overture – Chapter 3 : 「Berbelanja」
Keesokan paginya, setelah Rio menghabiskan malam pertamanya bersama Celia dan Aishia....
Setelah selesai sarapan, Rio dan yang lainnya menuju ke kota Amande. Lebih tepatnya, tujuan mereka adalah Ricca Guild untuk membeli kebutuhan sehari-hari untuk Celia.
Semua toko-toko di kota telah memulai bisnisnya sejak dini hari, membuat jalanan penuh dengan pedagang dan pelanggan mereka.
“Ini Amande. Seperti yang kamu pernah dengar, kota ini cukup sibuk dan ramai.”
Dari dalam tudungnya, Celia mengamati semua kios yang berbaris di sepanjang jalan dengan penuh minat.
“Pertama, ayo kita beli beberapa pakaian untukmu di Ricca Guild. Sensei, pastikan agar tidak terpisah dariku....” Saran Rio.
"Ayo berpegangan."
Aishia menggenggam tangan kiri Rio dengan penuh keakraban.
"....Oke. Jadi bolehkah aku memegang tangan kirimu ?"
Celia melirik wajah Rio dan meminta izinnya dengan malu-malu.
"Tentu. Sebaliknya, biarkan aku yang melakukannya."
Rio mengangguk, menggenggam tangan Celia.
"Y-Ya...."
[ D-Dia sepertinya sudah terbiasa dengan ini. ]
Pikir Celia di kepalanya, menggenggam tangan Rio dengan gugup.
Setelah itu, mereka bertiga berjalan melewati kerumunan dan menuju ke Ricca Guild – atau lebih tepatnya, cabangnya yang berspesialisasi dalam pakaian wanita. Karena sudah lama sekali sejak terakhir kali Celia pergi berbelanja, jantungnya berdegup kencang dan langkahnya dipenuhi kebahagiaan.
Ketika mereka berhenti di depan gedung, Rio berbalik ke arah kedua gadis itu.
"Baik. Saat kalian berbelanja, aku akan pergi ke tempat lain. Jika kamu butuh sesuatu, tanyakan saja Aishia – aku akan segera dengan koneksi telepati kami."
"Aku mengerti. Sampai jumpa Haruto."
Celia mengangguk senang, menggunakan nama alias Rio dengan keras.
Mereka berdua telah memutuskan sebelumnya bahwa mereka akan memanggilkan Rio sebagai 'Haruto' ketika berada di depan umun, dimana orang lain mungkin dapat mendengar mereka, karena surat perintah penangkapan Rio masih aktif, bahkan sekarang.
"Tolong jaga Cecilia, Aishia."
Kata Rio, menggunakan nama alias Celia.
Karena secara teknis Celia telah diculik di depan umum, dia tidak bisa begitu saja berjalan di jalan seperti itu tanpa penyamaran – itulah sebabnya dia menggunakan nama samaran.
Selain itu, rambut perak Celia juga berubah menjadi pirang dengan artefak sihir yang sama digunakan oleh Rio untuk mengubah warna rambutnya.
"Serahkan padaku."
Aishia mengangguk dengan tenang, tapi tegas.
"Baik. Sampai jumpa."
Rio mengangguk sambil tersenyum dan berbalik.
Setelah Rio menghilang di tengah kerumunan, Celia menurunkan tudung jubahnya dan berbalik ke arah Aishia.
"Ayo kita masuk?"
"Oke."
Aishia mengangguk, juga menurunkan tudungnya juga.
Keduanya masuk melalui pintu gedung.
“Baiklah, mari kita mulai dari lantai pertama sampai ke lantai terakhir. Maukah kamu membantuku memilih, Aishia?”
Celia berkata kepada Aishia dengan suara bersemangat.
"Tentu." Aishia menyetujui.
Dengan demikian, keduanya memulai perjalanan belanja panjang mereka. Seperti yang dikatakan Celia, keduanya mengunjungi semua lantai secara berurutan.
Bangunan itu memiliki total empat lantai: di tiga lantai pertama terdapat berbagai jenis pakaian dan aksesori kecil, sedangkan lantai empat sepenuhnya didedikasikan untuk pakaian dalam.
“Oh, Ricca Guid memiliki banyak variasi pakaian. Seperti yang aku harapkan, produknya berkualitas tinggi. Semuanya menarik perhatianku.”
Celia tertawa ringan, saat dia memilih pakaian.
Dia biasanya tipe yang terisolasi, tetapi dalam hal pakaian, Celia memilih barang yang paling dia sukai dengan terampil. Selain itu, dia juga tidak boros, jadi dia memeriksa label harga dengan hati-hati saat dia membeli.
Kedua gadis cantik itu sangat jelas menonjol di dalam toko, mereka menarik perhatian para karyawan dan pelanggan yang ada di dekatnya.
"Bagaimana dengan ini?"
Celia menunjukkan setiap pakaian yang dia pilih satu per satu kepada Aishia untuk mendengar pendapatnya. Sebagai gantinya, Aishia memberinya pendapat yang jujur dengan mengingat selera Rio.
"Haruto lebih memilih pakaian yang lebih baik."
Jika Rio ada di sini bersama mereka, dia mungkin akan berkata.
"Bagaimana kamu bisa tahu seleraku?"
Dengan kedutan di senyumnya.
“Begitu ya, aku mengerti. Aku mulai memahami selera Haruto. Aku akan mengambil ini, kalau begitu.”
Celia mengangguk dengan ekspresi puas.
Setelah itu, mereka berdua pergi ke lantai berikutnya dan memilih berbagai potong pakaian yang bagus. Lalu, mereka pergi ke lantai empat untuk memilih pakian dalam.
"Oke, sekarang aku memiliki semua pakaian yang aku inginkan, mari kita pergi ke bagian pakaian dalam."
Celia mulai menaiki tangga dengan gembira, tapi tiba-tiba berhenti.
"....N-Nee... M-Mungkinkah kamu juga tahu jenis pakaian dalam yang disukai Haruto?"
Celia bertanya dengan malu-malu.
"Gak. Kami tidak pernah memilih pakaian dalam bersama."
Aishia menggelengkan kepalanya dengan tenang.
Alasan mengapa Aishia tahu selera Haruto dengan sempurna sekarang sudah jelas: kedua kalinya mereka berbelanja dengan Miharu, Rio juga ikut bersama mereka. Aishia sangat ingat dengan komentar yang dibuat Rio ketika Miharu menanyakan pendapatnya.
"A-Aku mengerti...."
Celia menghela nafas lega. Gadis itu merasa lega, tetapi pada saat yang sama tertekan.
"Tapi...." Kata Aishia.
Celia membeku dalam siaga tinggi.
"Ehh?"
"Dia mungkin tidak suka dengan pakaian dalam yang terlalu mencolok."
Aishia menjawab, membuat Celia menelan gugup.
"....K-Kenapa?"
"Berdasarkan dari pakaiannya biasa yang di sukainya."
"A-Ah. Yah, kamu benar.... B-Baiklah kalau begitu. Mari kita pilih beberapa."
Saat jantungnya berdebar kencang, Celia mengangguk dan menaiki tangga dengan langkah cepat. Aishia mengikuti diam-diam di belakangnya.
“Wow, ada banyak variasi ukuran di sini. Cabang di Beltrum memiliki pilihan yang sangat sedikit dan selalu terjual habis. Dengan semua ini, seorang yang pe-.... seseorang yang seukuraan denganku seharusnya bisa menemukan pakaian dalamnya dengan mudah.”
Saat mereka memasuki toko pakaian dalam, mata Celia menyala seperti nyala api.
"Kamu dapat memilih semua yang kamu inginkan – itulah mengapa Haruto membawamu ke sini."
Aishia menjelaskan.
Pada kenyataannya, produk-produk dari Ricca Guild – terutama yang didedikasikan untuk perempuan – memiliki kualitas yang sangat tinggi sehingga produk dari bisnis lain bahkan tidak dapat dibandingkan dengannya.
Karena alasan itulah, dengan persetujuan Miharu, Aki dan Masato, Rio meyakinkan dirinya sendiri bahwa jika mereka harus pergi berbelanja ke suatu di wilayah Strahl, maka mereka harus pergi ke kota Amande.
Setelah Miharu dan yang lainnya belajar membaca dan menulis, mereka menyadari bahwa beberapa produk dari Ricca Guild mempunyai nama Jepang. Bagi mereka itu sesuatu yang misterius, tapi itu adalah cerita untuk lain waktu.
“Fufu.... Maka aku harus lebih berterima kasih pada Haruto. Sekarang, mari kita mulai memilih beberapa. Kita bisa mulai dengan memilih pakaian dalam yang bagus.”
Celia tampak sangat bahagia. Faktanya, dia memilih pakaian dalam yang paling disukainya dengan senyum cerah. Dengan langkah ringan, gadis itu pergi dari satu tempat ke tempat lain dan menanyakan pendapat Aishia seperti yang dia lakukan sebelumnya.
“Terima kasih banyak karena terus menjadi klien kami. Jika kamu menginginkan sesuatu, atau ingin kami mengukur ukuran temanmu, jangan ragu untuk bertanya kepadaku.”
Seorang karyawan toko mendekati Aishia, menawarkan jasanya sambil menundukkan kepalanya.
“Oh, kalau begitu aku akan menerima tawaranmu. Tapi wow, kamu sepertinya sering datang sampai mereka mengingatmu.”
Celia menerima bantuan karyawan itu sebelum berbalik ke arah Aishia.
"Aku baru ke sini dua kali." Jawab Aishia.
“Kamu sangat cantik sehingga meninggalkan kesan yang kuat, nona. Orang yang kamu bawa terakhir kali juga cantik, dan kamu membawa keindahan lain hari ini.”
Melihat Celia, petugas menambahkan komentar itu sambil tersenyum.
Celia tersenyum malu-malu.
“Ahaha. Terima kasih banyak atas pujiannya.”
Kata Celia dengan sopan.
“Kami datang untuk membeli pakaian dalam untuknya, jadi jangan khawatirkan aku.”
Kata Aishia kepada karyawan toko, memintanya untuk mengukur Celia.
"Baik. Jadi haruskah kita mulai?"
"Ya, silahkan."
Maka karyawan toko itu mulai mengukur tubuh Celia.
"Tolong, ikuti aku."
Setelah dipandu ke ruang pribadi yang juga berfungsi sebagai ruang ganti, Celia membuka pakaiannya untuk mengukur dadanya.
“Kulitmu sangat cantik. Kamu juga memiliki sosok yang menawan— Aku cukup iri padamu.”
Saat melakukan pengukuran, karyawan tersebut mengamati kulit Celia dengan penuh perhatian.
"Ahaha, itu hanya tubuh yang terlihat seperti anak²."
Kata Celia dengan senyum mencela diri sendiri, menyebabkan karyawan itu menggelengkan kepalanya dengan kuat.
"Itu tidak benar. Kamu mungkin memiliki tubuh mungil, tetapi kamu juga memiliki lekuk tubuh di area yang penting. Itu bentuk tubuh yang sangat feminin."
"....Ahaha, terima kasih."
Celia tersenyum dengan tidak nyaman.
Setelah itu, karyawan tersebut mengambil semua tindakan yang diperlukan, dan Celia dapat mencoba berbagai macam pakaian dalam yang menarik.
◇◇◇◇
Sementara itu, Rio berada di kota untuk mengumpulkan informasi sendiri.
Tujuannya adalah untuk mencari informasi tentang para pahlawan, yang kemungkinan teman dari Miharu, Aki dan Masato. Namun, dia juga mencari informasi tentang Lucius, tentara bayaran yang telah membunuh ibunya.
Rio berjalan melewati pasar-pasar dan mengunjungi penginapan yang buka untuk makan siang, dan mengbrol dengan penjaga toko sambil membeli sesuatu.
[ Tidak ada bedanya dengan yang terakhir kali. Para pahlawan, orang itu..... Tidak ada informasi baru tentang mereka.... ]
Rio meninggalkan penginapan tempat dia mengumpulkan informasi dan menghela nafas lelah. Dari apa yang dikatakan Celia kepadanya, Kerajaan Galarc juga memiliki batu suci untuk memanggil seorang pahlawan, tetapi masih belum ada informasi tentang identitas tentang pahlawan itu sampai sekarang.
Satu-satunya informasi yang beredar di kota ini adalah kesaksian orang-orang yang melihat pilar cahaya yang muncul dari ibukota Galarc. Mungkin saja tiap kerajaan mengendalikan aliran informasi secara berbeda, tebak Rio.
[ Jika sudah begini, lalu haruskah aku menyelinap ke setiap kastil kerajaan? Bukannya tidak mungkin dengan bantuan dari Aishia, tapi.... Ini sedikit berisiko. ]
Situasinya benar-benar berbeda dari apa yang terjadi dengan Celia.
[ Jika ada, aku ingin melakukan pendekatan langsung, aku perlu koneksi.... Dan itu harus dengan bangsawan yang cukup penting. Namun, risikonya tidak akan hilang sepenuhnya.... ]
Sangat mungkin bahwa pendekatan langsung akan menghasilkan sesuatu yang merepotkan – lagipula, Rio sudah mengalami kekacauan yang di buat oleh keluarga kerajaan dan bangsawan.
Rio terus berpikir dan berpikir, lalu berakhir dengan menghela nafas panjang.
[ Untuk saat ini, tujuan utamaku adalah untuk mengkonfirmasi nama para pahlawan dari semua kerajaan. Hal terbaik adalah jika aku bisa mengumpulkan informasi itu di kota-kota, bahkan jika aku harus menyusup ke dalam kastil, baiklah.
Dan kontak langsung akan ditinggalkan sebagai prioritas kedua. Selama aku bisa mengetahui keberadaan mereka dan nama mereka setidaknya..... ]
Rio memutuskan untuk menunda kontak langsung. Melakukan hal-hal seperti itu akan memakan waktu lama.
Bagaimanapun, Rio harus memikirkan kehidupannya bersama dengan Celia mulai sekarang. Meskipun dia telah berjanji akan mengajarinya berbagai hal tentang sihir dan spirit art, setidaknya dia tidak harus mengajarinya bahasa umum seperti yang dia lakukan kepada Miharu dan yang lainnya.
Yang tersisa hanyalah—
Lucius....
Rio teringat akan janji untuk membalas dendam atas kematian ibunya dan mengertakkan giginya.
Menemukan tentang orang itu mungkin tugas yang jauh lebih sulit daripada mencari tentang keberadaan teman-teman Miharu, Aki, dan Masato.
[ Aku telah menemukan informasi bahwa dia menjadi pemimpin dari kelompok tentara bayaran terkenal selama hari-harinya sebagai seorang petualang, tetapi namanya tidak muncul lagi dalam beberapa tahun terakhir. Kelompok tentara bayaran tempatnya berada – "Celestial Lions" – terkenal di beberapa daerah di wilayah Strahl, tetapi tidak ada informasi tentang dimana dia berada sekarang. ]
[ Apa orang itu mati? ]
Ketika Rio memikirkan hal itu, emosi yang tak terlukiskan tumbuh di dalam dirinya, membuatnya mengerutkan keningnya.
Rio tidak peduli jika dia sudah mati, tetapi kebenciannya tidak begitu ringan untuk menerima bahwa status hidup dan mati orang yang tidak diketahui. Api balas dendam yang membara di lubuk hatinya belum padam, bahkan setelah pertemuan dengan Miharu dan Celia.
Rio mengepalkan tangannya dengan erat.
[ ....Aku harus memeriksanya sedikit lebih jauh. ]
Rio menenangkan hatinya dengan nafas dalam dan mulai berjalan lagi.
◇◇◇◇
Sekitar satu jam kemudian, setelah selesai mengumpulkan informasi, Rio berdiri di sebelah Aishia di depan ruang ganti di lantai dua Ricca Guild.
"Nee, bagaimana menurutmu?"
Mengenakan pakaian yang dia coba, Celia mulai berputar di depan Rio dan Aishia. Ujung roknya berkibar lembut.