The Silver Bride – Chapter 6 : 「Melawan Pasukan Kerajaan Beltrum」
"Aku sudah memutuskan."
Rio tiba-tiba berbicara kepada Charles yang berada dibawah kakinya
"Heh!? J-Jangan bilang kalau kau berencana membunuhku !?"
Saat dia meneriakkan itu, tubuh Charles bergetar.
“Jangan terburu-buru, bajingan. Aku akan menculik gadis ini – dia calon istrimu, kan?”
Kata Rio, memprovokasi Charles dengan cara yang jelas.
"K-Kau! Apa kau pikir akan lolos begitu saja!?"
Charles berteriak, wajahnya merah karena marah.
Gerbong itu sudah dikelilingi oleh pasukan besar Kerajaan Beltrum; Jumlah mereka mencapai ratusan ksatria. Begitu bala bantuan tiba, jumlahnya akan menjadi lebih banyak lagi.
"Kalau begitu, cobalah tangkap aku. Jika kau bisa."
Rio mencibir, menyingkirkan pisaunya dan mengangkat Celia dengan gaya seorang putri.
"Kya! Tunggu, ya.....? Ah, u-umm..... Charles-sama!?"
Celia berteriak kebingungan, tersipu malu dalam saat dia diangkat.
"C-Celia!? Sial, kau bajingan!"
Masih di bawah kaki Rio, Charles menggeliat frustrasi.
"Celia!?"
Ayah Celia, Roland, berteriak.
Karena tidak tahan dengan pemandangan itu, Roland ditahan oleh beberapa tentara.
"Maafkan aku ayah. Aku pasti akan bertemu denganmu lagi...."
Wajah Celia diwarnai dengan kesedihan, tapi dia menunjukkan senyum terbaik yang dia bisa ke arah Roland.
".....Apa.... Celia!?"
Tubuh Roland kehilangan semua kekuatannya, membuatnya berdiri dengan wajah tertegun.
[ Kita mulai! ]
Melompat dari gerbong, Rio berbicara kepada Celia melalui telepati.
"J-Jangan biarkan dia lolos!"
Charles berteriak panik, bangkit perlahan.
Namun, Rio sudah mendarat di tanah bersama Celia dan berlari menuju para tentara dengan tombaknya yang mengarah padanya.
"Jangan bergerak!"
"Kenapa mereka masih disana !? Maju!"
Ksatria yang memerintah dan Charles berteriak pada saat bersamaan. Meskipun para prajurit bingung dengan perintah yang bertentangan, kebanyakan dari mereka mematuhi Charles dan mendekati Rio dengan tombak mereka terulur. Namun, Rio terus melaju ke arah para prajurit yang mendekatinya tanpa menunjukkan sedikit pun rasa takut.
"!?"
Para prajurit memperlambat kecepatan pendekatan mereka dan tiba-tiba mengarahkan tombak mereka ke tanah.
"Tidak! Dia akan melompati kerumunan orang! Siapkan tombak kalian!"
Ksatria yang memerintah berteriak, tapi sudah terlambat.
Rio telah mempersiapkan kecepatan yang cukup untuk melompat sebelum memasuki jangkauan serangan para tentara. Dia menghindari rintangan itu dengan mudah.
“....A-Apa yang kalian lakukan !? Apa kalian semua tidak kompeten !? Tangkap dia segera!”
Setengah terkejut, Charles mulai meneriaki para prajurit yang panik.
"Photon Projectilis!"
Para penyihir, yang telah menunggu di sudut, mulai melafalkan mantra mereka dan menembakkan peluru cahaya ke arah Rio. Namun, peluru itu tidak mengenainya sama sekali.
"Goblok, jangan menembak! Bagaimana jika itu mengenai Celia!? Kejar mereka dan tangkap mereka! Gunakan Griffin untuk mengejar mereka dari langit! Panggil Ksatria Udara segera!"
Charles meninggikan suaranya, mengeluarkan satu demi satu perintah.
Rio melompat sejauh dua meter dengan mudah, dengan anggun mendarat di luar lingkaran pasukan. Jarak yang dia lompati dua kali lebih tinggi dari seorang ksatria yang meningkatan kemampuan fisiknya dengan sihir. Melihat itu, semua penjaga menunjukkan ekspresi tertegun. Rio memanfaatkan kesempatan itu untuk berlari lagi.
Tidak bisa berbuat apa², para prajurit hanya bisa menyaksikan Rio melarikan diri. Namun, Ksatria Udara, yang mengendarai Griffin mereka, segera bereaksi dan memulai pengejaran.
"Dengarkan! Ksatria Udara baru saja memulai pengejaran mereka. Seluruh pasukan akan segera dimobilisasi untuk mengepung seluruh ibukota. Pasukan transmisi akan mengatur komunikasi jarak jauh dan dengan cepat menyebarkan informasi berikut : Buronan yang dicari menggendong seorang gadis berpakaian pengantin di pelukannya. Dia mungkin memiliki artefak sihir kuno untuk penguatan kemampuan fisiknya. Seorang ksatria biasa tidak memiliki kesempatan untuk melawannya. Hanya ksatria yang dapat meningkatkan kemampuan fisik mereka yang boleh memasuki operasi!"
Ksatria yang memerintah berteriak keras kepada semua ksatria yang bingung, menyebabkan mereka mendapatkan kembali ketenangannya dengan terengah-engah.
“Y-Ya Pak! Segera!"
Pasukan transmisi juga mulai bergerak cepat.
“Mereka yang hadir harus tinggal dan menjaga daerah ini. Vanessa, kamu akan bertanggung jawab. Berkoordinasilah dengan pemimpin regu dan posisikan mereka dengan baik.”
Kata Komandan ksatria itu kepada Vanessa Emerle, ksatria wanita di sampingnya.
"Dimengerti, pak!"
Vanessa memberi hormat padanya dengan tindakan cepat.
Charles meninggalkan gerbong dan marah pada komandan ksatria.
“K-Kau, Alfred! Mengapa kau dengan mudahnya memberi perintah meskipun kau membiarkan penyusup itu pergi !?”
Alfred menghela nafas sedikit.
“Orang yang memberi perintah dengan cara yang mudah adalah kamu, kan? Tadi, ketika aku memberi perintah kepada tentara di bawah komandoku, bukankah kamu yang membatalkan perintahku, merusak segalanya?”
Kata Alfred keberatan.
"Aku tidak ingat pernah meninggalkan tanggung jawab tempat ini kepadamu!"
"Memang. Aku percaya itu tanggung jawabmu dan bawahanmu yang masih belum bertindak. Dengan kalian berdua yang tidak dapat membuat keputusan, dalam hal posisi, aku menganggap diriku paling sesuai untuk mengambil alih komando."
"Guh...."
Charles pasti menyadari kalau dia salah, ketika dia menunjukkan ekspresi marah dan terdiam.
Alfred mengabaikan keadaan Charles dan melanjutkan percakapan dengan cepat.
"Yah, terserah. Lebih penting lagi, apa kau mempunyai petunjuk tentang motif bandit itu? Apa tujuannya?"
".....Dia bilang, dia punya dendam padaku."
Jawab Charles, mendecakkan lidahnya.
Alfred menghela nafas sedikit.
"Aku mengerti. Yah, itu membuat jumlah tersangka yang cukup banyak."
“D-Diam! Kau juga harus mengejar penjahat itu juga! Pergi dan tangkap dia!” Teriak Charles.
“Itulah yang ingin aku lakukan. Bagaimanapun, wibawa kerajaan ini telah ternodai. Vanessa akan bertanggung jawab atas area ini, tapi kurasa kau bisa menangani semuanya dari sini, kan?”
"Tentu saja!"
"Kalau begitu aku serahkan padamu. Aku pergi."
Dengan itu, Alfred menendang tanah dan mulai berlari. Dia belum melafalkan mantra apa pun, tetapi kecepatannya jauh di atas seorang kstaria biasa dengan kemampuan fisiknya yang ditingkatkan.
“Pergi sekarang juga! Sial, sial, sial!”
Charles berteriak keras, menginjak-injak tanah tanpa melihat punggung Alfred.
Karena itu, Charles tidak menyadari kalau sang pahlawan, Rui Shigekura, juga pergi ke arah yang sama.
Sementara itu, di sudut taman tempat beberapa tamu berada, duta besar Kekaisaran Proxia, menyaksikan kekacuan itu dengan ekspresi yang menyenangkan.
[ Sementara hal-hal telah berubah menjadi agak menarik, itu cukup mengganggu. Sebagai duta besar di bawah perlindungan mereka, tidak akan terlihat bagus jika aku menyelinap pergi dari sini. Seorang bandit yang cukup berani untuk melakukan hal seperti itu, dan roh yang tidak pernah mengungkapkan dirinya.... Betapa menarik.... ]
Reiss menghela nafas, menyesali kenyataan bahwa dia tidak bisa berbuat apa-apa selain menonton dalam diam.
Minatnya itu sangat tergucang kepada duo yang tidak pernah mengungkapkan identitas mereka; Rio dan Aishia.
∆∆∆∆
Sementara itu, Rio berlari melewati atap distrik bangsawan, menuju ke sisi barat ibukota. Karena sebagian besar bangsawan menghadiri pernikahan Celia, satu-satunya yang tersisa di distrik itu adalah para pelayan yang mengurus rumah. Para ksatria keamanan dan tentara yang berpatroli terkadang melihatnya saat melompat dari atap ke atap, tetapi mereka tidak dapat mengikutinya. Hanya para ksatria udara yang menaiki Griffin yang bisa mengunci pandangan mereka dan terus mengejar.
[ Hei, tunggu, Rio! Ini terlalu cepat! Tidakkah kamu bergerak terlalu cepat !? ]
Kepala Celia berputar-putar.
[ Aku tahu. Pastikan untuk berpegangan lebih kuat. Pasukan Griffin di udara sedikit menjadi masalah, jadi aku akan meningkatkan kecepatanku sedikit lagi. ]
Kata Rio, meningkatkan kekuatan yang dia pegang pada Celia.
[ B-Baiklah! ]
Celia menjawab dengan ragu-ragu.
Tubuh Rio lebih kuat dan tangguh dari yang Celia harapkan, mengungkapkan betapa dia telah tumbuh sejak terakhir kali mereka bertemu.
[ Kamu telah tumbuh menjadi pemuda yang luar biasa, Rio. ]
Celia tidak bisa tidak memikirkan itu sebagai kebahagiaannya.
[ Terima kasih banyak. ]
Jawab Rio malu-malu.
[ ....Eh, ah, apa kamu mendengarnya !? ]
Terkejut, Celia tersipu malu membuat wajahnya memerah.
Celia tidak mengira pikirannya yang tiba-tiba itu bisa tersampaikan, jadi dia bertanya-tanya apakah dia telah memikirkan sesuatu yang benar-benar memalukan.
Ahaha. Karena kita sudah melakukan kontak begitu lama, sepertinya ikatan yang menghubungkan kita telah diperkuat untuk sementara waktu. Itulah sebabnya meskipun kamu tidak berkonsentrasi, pikiranmu akan tetap tersampaikan kepadaku.
[ Mou! Ah, heh.... Aku tidak memikirkan sesuatu yang aneh, kan !? ]
Celia menjadi panik.
[ ....Tidak, tidak ada yang aneh. ]
[ Heh, apa maksudnya jeda kalimatmu ? ]
[ Haha, itu bukan apa-apa. ]
Rio tertawa geli.
[ Mou! ]
Celia cemberut malu-malu.
[ Apa kamu sudah terbiasa dengan kecepatan ini? ]
Rio bertanya, karena khawatir pada Celia.
[ Ya, aku baik-baik saja. Aku sudah terbiasa, jadi silakan percepat sebanyak yang kamu mau. ]
Celia menyadari bahwa kegugupannya yang sebelumnya telah menyebabkan Rio lebih berhati-hati dan memperhatikannya. Berpikir tentang itu, gadis itu menunjukkan senyum bahagia.
[ Maka, aku akan menerima kata-katamu. ]
Rio meningkatkan kecepatannya di level yang berbeda.
[ Seberapa cepat kamu bisa lari? ]
Celia bertanya takut-takut.
[ Jika aku ingin, aku bisa melaju lebih cepat, tapi itu membutuhkan jalan yang lurus. Kecepatan ini sangat cocok untuk berlari melintasi atap, bahkan jika ada rintangan. ]
[ Aku mengerti. Aku ingin tahu sihir macam apa itu.... ]
[ Mari kita tinggalkan penjelasannya nanti. Bahkan pada kecepatan ini, perlu sedikit waktu bagi kita untuk benar-benar lolos dari para pengejar. Jadi, kita akan turun ke sebuah gang sekarang. Di sana, aku akan menyerahkanmu padanya, dan kita akan bertemu lagi nanti. ]
[ M-Menyerahkan padanya? Bertemu nanti lagi nanti? ]
Penjelasan Rio yang tiba-tiba membuat Celia memiringkan kepalanya ke samping.
[ Itu adalah rencananya. Aku sudah menyiapkan tempat sebelumnya dengan temanku..... Dia adalah gadis yang pertama kali berbicara denganmu.... Oh, itu dia. ]
Rio tiba-tiba melompat turun dari atap. Celia sedikit takut saat bersiap untuk pendaratan, tetapi Rio menggunakan spirit art angin untuk dengan lembut turun ke gang.
Mereka berada di area kelas menengah atas yang terletak relatif dekat dengan tembok kastil yang mengelilingi distrik bangsawan. Gang tersebut telah dipastikan tidak memiliki jalan keluar sebelumnya, dan dengan banyaknya bangunan di sekitarnya, sulit untuk dikenali dari atas.
"Aishia."
Rio bersembunyi di balik bayang-bayang bangunan dan menyebut nama rekannya, yang telah tinggal dalam wujud rohnya selama ini. Partikel cahaya mulai berkumpul membentuk sosok seorang gadis cantik.
Melihat Aishia yang tiba-tiba muncul, Celia melebarkan matanya karena terkejut.
"Apa!?"
“Aishia, bawa Celia Sensei bersamamu, dan tinggalkan ibukota sesuai rencana. Aku akan tinggal untuk mengulur waktu.”
"Oke."
Aishia mengangguk sekali, lalu mengambil Celia dari lengan Rio dan membawanya.
"E-Eh? Tunggu! Apa artinya ini !?"
Celia memprotes ketika dia menyadari bahwa Aishia menggendongnya seperti seorang putri.
“Persis seperti yang aku katakan. Aku akan menjadi umpan dan mengulur waktu untukmu dan Aishia agar dapat melarikan diri dari ibukota. Aku akan bertemu denganmu lagi nanti, jadi jangan khawatir. Adapun tentang siapa Aishia.... Tanyakan padanya saat kamu pergi. Dia gadis yang bisa di percaya.”
"Ehh, t-tunggu! Itu berbahaya! Kamu mungkin kuat, tapi lawanmu adalah seluruh pasukan kerajaan!"
Celia berteriak panik untuk menghentikannya.
"Tidak apa-apa. Ada banyak cara yang bisa dilakukan di daerah perkotaan. Jaga Celia untukku, Aishia. Aku lebih suka kita menyembunyikan diri sebanyak mungkin, jadi jika kamu berencana untuk terbang, pastikan tidak ada yang melihatmu."
Kata Rio dengan ringan, sebelum berbalik dan berjalan menjauh dari gang.
"Yup, serahkan padaku."
Aishia mengangguk dengan percaya diri.
Rio berbalik sesaat dan mengangguk singkat. Kemudian, menunjukkan senyum lembut kepada Celia yang mencoba mengatakan sesuatu, sebelum melompat kembali ke atap dan mulai berlari.
∆∆∆∆
Setelah menyerahkan Celia kepada Aishia, Rio kembali berlari melintasi atap seolah dia seorang pemain akrobat. Para Ksatria Udara di langit segera menyadari kehadirannya.
"Itu dia! Tidak salah lagi!"
"Tapi Celia-sama tidak terlihat bersamanya!"
Kapten Ksatria Udara melihat ke bawah ke gang tempat Rio keluar dan segera menganalisis situasinya.
“Hmph, dia mungkin putus asa setelah merasa terpojok. Gang dimana dia berasal tidak memiliki jalan keluar..... Beri tahu unit darat untuk mencari di setiap area itu, termasuk di dalam tempat tinggal. Kirimkan sinyalnya!”
Pada saat itu, sekitar setengah dari pasukan Griffin yang patroli berbalik dan melepaskan ledakan sihir yang kuat dari udara.
"Signum Ignis!"
Rio menatap Griffin di langit dan berkonsentrasi dengan menarik napas dalam-dalam.
[ ....Mereka meminta bala bantuan, ya? Aku tidak terkejut. Yang tersisa bagiku adalah mengalihkan para pengejarku dengan keributan. ]
"Photon Projectilis!"
Para ksatria di udara menembakkan sihir ofensif ke arah Rio; Rentetan peluru cahaya yang sangat banyak ditembakkan ke arahnya. Namun, dia menghindari setiap serangan tersebut dengan gerakan lincah.
"A-Aku tidak bisa mengenainya!"
"Cih! Kenapa dia begitu keras kepala !?"
Para ksatria mengerutkan kening mereka dengan tidak sabar.
"Tetap tenang. Bandit itu kemungkinan besar memiliki artefak sihir kuno yang kuat dengan mantra penguat kemampuan. Yang harus kita lakukan adalah menguncinya di satu tempat. Pada saat itu, bala bantuan dari unit darat akan tiba. Terus serang."
Kapten yang memimpin regu dengan tenang memberi perintah.
"Photon Projectilis!"
Mematuhi komandan mereka, para ksatria mulai menembakkan peluru cahaya sekali lagi. Rio melakukan persis apa yang diinginkan lawan-lawannya dan dengan perlahan menghindari serangan dan mengulur waktu agar unit darat tiba.
Kira-kira satu menit kemudian, para ksatria cadangan tiba – semuanya ada sepuluh. Bangunan-bangunan itu padat rapat, tetapi jalannya lebar dan luas, membantu unit darat segera mengidentifikasi gang tempat Celia bersembunyi.
"Dia di sana. Ayo pergi!"
Ksatria yang tampaknya adalah pemimpin unit darat langsung menuju ke gang.
[ Aku tidak akan membiarkannya! ]
Rio menjadi sadar akan tindakan regu bala bantuan dan melompat dari atap, memblokir pintu masuk ke gang.
"Apa!?"
Pada kemunculan Rio yang tiba-tiba, para ksatria terkejut. Rio tidak membiarkan momen kelemahan itu menjadi sia-sia dan menyerang para ksatria sebelum mereka bisa menarik pedang mereka. Karena lengah, pemimpin regu itu menerima pukulan langsung yang kuat di perut dan tak lama kemudian, para ksatria lainnya menjadi sasaran serangan satu sisi. Jadi, enam ksatria tersingkir dalam sekejap.
Namun, bala bantuan kelompok kedua sepertinya mendekat dari kejauhan.
[ Aku pikir jumlah mereka terlalu banyak. ]
Rio mengeluarkan dua belati dari mantelnya dan melangkah mundur untuk saat ini. Lebih banyak peluru cahaya mulai di tembakkan dari atas langit.
“.....Whoah”
Rio bergerak dengN pola zigzag, menghindari hujan peluru saat dia memasuki gang, tapi empat ksatria dari unit darat mengambil kesempatan itu untuk melancarkan serangan balik.
Sebagai tanggapan, Rio mengambil langkah berani ke depan dan menyerang para ksatria secara langsung. Dia mengayunkan kedua belati di tanganya untuk menangkis serangan para ksatria dan memutar tubuhnya untuk melancarkan tendangan berputar ke salah satu dari mereka. Kemudian, dia memperlebar jarak sekali lagi, menggunakan taktik Hit and run.
"Kuh! Jangan berikan dia waktu untuk istirahat! Bala bantuan kita akan segera datang! Buat dia lelah sampai dia kehabisan tenaga!"
Salah satu ksatria yang tersisa berteriak, bertukar pandang dengan dua ksatria lainnya dan berpencar untuk menyerang Rio dari tiga arah sekaligus.
"Ya pak!"
Itu adalah taktik yang menggunakan kekuatan tekad mereka di garis depan. Namun, Rio juga bertekad untuk memenuhi perannya sebagai umpan – dia tidak berniat mundur. Mengayunkan kedua belatinya, Rio dengan cekatan menangkis berbagai serangan yang di lancarkan oleh para ksatria.
Tidak terpengaruh oleh kerugian dalam jumlah, Rio menjatuhkan lawannya satu demi satu: pertama satu orang, lalu dua, lalu tiga; setiap kali mereka menyilangkan senjata, seseorang terjatuh. Namun, regu bantuan tiba tanpa memberinya waktu untuk istirahat.
[ Mungkin agak sulit.... Untuk keluar dari sini tanpa menimbulkan korban. ]
Rio menunjukkan ekspresi muram.
Rio tidak ingin membunuh siapa pun sejauh ini, itu karena Celia, tetapi cukup sulit untuk menahan diri dan melawan banyak lawan pada saat yang bersamaan. Jika bala bantuan terus berdatangan, kemungkinan besar dia harus menggunakan spirit art yang khusus untuk pertarungan kelompok.
[ Tapi aku sudah membuat keputusan. Aku tidak ingin melakukan apa pun yang meninggalkan rasa tidak enak di mulutku. ]
Rio tidak menyerah. Lagipula, dialah yang menyuruh Celia untuk tidak menyerah. Dia telah memutuskan untuk mempertahankan cita-citanya sampai akhir, meskipun cita-citanya terlalu sempurna untuk menjadi nyata.
"!?"
Rio merasakan kehadiran yang tidak menyenangkan dan menyengat di dekatnya, jadi dia dengan cepat menghindar ke samping. Segera setelah itu, kilatan serangan ringan yang tidak diragukan lagi jika mengenainya secara langsung akan membuatnya pingsan. Namun serangan itu mengenai tanah di belakang Rio dan menghancurkannya.
[ Dia.... ]
Tampak di kejauhan ada menara yang menjulang tinggi, di atasnya, Rio bisa melihat sosok anak laki-laki dengan busur di tangannya.
Anak laki-laki itu adalah Rui Shigekura – pahlawan yang dipanggil oleh Kerajaan Beltrum.
Rui tampaknya terkejut karena tembakannya yang tiba-tiba tidak mengenainya, karena dia menunjukkan ekspresi heran.
[ Akan sangat menyebalkan jika dia terus menembak dari jarak seperti ini. ]
Pikir Rio tenang.
Untuk sesaat, Rio mempertimbangkan untuk melancarkan serangan balik dengan spirit art ke arahnya, tapi dia tidak perlu melakukan itu.
"Cukup. Sekarang aku akan melanjutkan untuk menangkapnya."