The Silver Bride – Chapter 5 : 「Pengantin Perak」

 

Keesokan paginya, Charles dan Celia bersiap untuk upacara di dataran di pinggir jalan yang membentang ke pinggiran ibukota. Mereka berencana untuk berangkat ke ibukota pada siang hari dan menuju ke Kuil besar di dekat kastil yang didedikasikan untuk menyembah Enam Dewa Bijaksana, kemudian mengadakan pernikahan mereka di altar luar kuil.

 

Saat ini, ribuan orang dari kelompok dan regu keamanan berkumpul dengan keluarga dan teman mereka untuk memberi selamat dan memberkati kedua mempelai.

 

Misalnya, di pavilliun mempelai pria, seorang kesatria memimpin dan mengantar seorang pria yang mengenakan pakaian hitam pekat kepada Charles.

 

"Charles-sama, aku telah membawa Reiss-dono."

 

"Ah, Reiss-dono. Akhirnya kamu datang." 

Mengenakan pakaian pengantin pria yang mewah, Charles menyambut Reiss dengan senyum lebar.

 

“Bagaimanapun, kita berteman baik, jadi wajar saja. Aku senang bisa hadir di acara membahagiakan ini untukmu; Aku ingin mengucapkan selamat yang tulus atas pernikahanmu, Charles-sama.”

Kata Reiss menunjukkan senyum palsu yang hampa.

 

"Terima kasih. Kapan kamu sampai di ibukota kami?"

 

"Aku baru saja tiba."

 

"Aku mengerti. Jika kamu datang lebih awal, maka aku akan memberikan sambutan yang layak, tapi...."

 

“Tidak, tidak, jangan pikirkan tentang aku. Meskipun kita mungkin secara resmi berdamai satu sama lain, aku tetaplah duta besar Kekaisaran Proxia. Jika aku bertindak terlalu ramah denganmu, pasti akan ada orang-orang yang akan menunjukkan perasaan tidak menyenangkan mereka. Jadi untuk saat ini, anggap aku seolah-olah sedang menyelinap keluar, jadi izinkan aku berpartisipasi.”

 

Charles mengerutkan kening dengan perasaan bersalah.

 

“Aku sangat berterima kasih atas kemurahan hatimu. Namun, karena kamu sudah melakukan perjalanan jauh ke ibukota, wajar jika aku memperlakukanmu seperti tamu yang sangat terhormat. Tidak perlu memedulikan mata minoritas kecil. Silakan kunjungi rumahku setelah upacara selesai.”

 

“Hehe, lagipula hari ini akan menjalani malam pertamamu sebagai pasangan yang sudah menikah. Bagaimana kalau aku mampir ke rumahmu dalam beberapa hari? Aku ingin memberikan hadiah pernikahanku secara pribadi.”

 

“Hahaha, aku mengerti. Jadi malam ini aku akan memastikan untuk bersenang-senang.”

 

"Ya, silahkan nikmati malammu.... Hm?"

 

Reiss mengangguk dengan senyum palsu di wajahnya, ketika dia tiba-tiba merasakan sesuatu dan menggelengkan kepalanya sedikit.

 

[ Meski hanya sesaat, tapi aku merasakan kehadiran roh yang terwujud barusan. Apa dia ada di ibukota? Dengan kehadiran semua kerumunan ini, menemukannya akan sulit. Selama aku tidak mendekati dengan sembarangan, kehadiranku seharusnya tidak dapat dideteksi..... ]

 

"Apa ada masalah, Reiss-dono?" 

Charles bertanya dengan ekspresi penasaran.

 

"Tidak, bukan apa-apa. Aku tidak ingin mengganggu kunjungan tamumu yang lain, jadi aku pergi Kuil besar duluan." 

Kata Reiss sambil tersenyum.

 

“Kalau begitu izinkan aku memberimu beberapa pemandu. Jika kamu butuh sesuatu, beri tahu mereka.” 

Kata Charles, mengarahkan salah satu kesatria dengan memberikannya pandangan sekilas sebagai kode.

 

“Aku sangat berterima kasih. Sampai jumpa lagi."

Reiss menunduk sekali dan pergi dengan kesatria pengawal.

 

[ Sepertinya akan sulit untuk mencarinya sendiri. Kurasa aku harus berbohong dulu sekarang. ]

Pikir Reiss dalam hati.

 

“Sekarang, sudah waktunya aku mengunjungi Celia. Kamu — panggil para istriku. Kami akan pergi ke Celia bersama-sama.”

Charles memerintahkan seorang kepada kepala pelayan di dekatnya

 

"Baik, Charles-sama." 

 

Kepala pelayan itu mengangguk dengan hormat dan meninggalkan tenda dengan langkah-langkah ringan. Charles mendengus melalui hidungnya dengan ekspresi penuh kemenangan.

 

"Akhirnya hari ini tiba. Aku tidak sabar menunggu malam tiba."

Charles mengatakan kata-kata itu sambil tersenyum senang pada dirinya sendiri.

 

∆∆∆∆

 

Sementara itu, dengan mengenakan gaun pengantin ala putri, Celia menunggu dengan siaga di tenda yang telah ditentukan, terpisah dari paviliun Charles.

 

"Apa kamu di sana, Celia?" 

Suara manis Charles menggema dari luar. 

 

Ada ksatria yang di tempatkan untuk berjaga di luar tenda, jadi dia mungkin bertanya meskipun dia sudah tahu jawabannya.

 

Celia menghela nafas kecil, sebelum memaksakan senyum ke wajahnya dan merespons. 

 

"Ya, aku disini."

 

Charles lalu segera memasuki tenda. Di belakangnya ada enam wanita mengenakan gaun dan enam kesatria dengan armor lengkap.

 

“.....O-Ooh, luar biasa! Ini sungguh biasa, Celia! Kamu benar-benar cantik!”

Charles memuji Celia karena senang melihatnya saat mengenakan gaun pengantinnya. 

 

Para wanita dan ksatria di belakangnya tidak bisa membantu tetapi membuka mata mereka pada kecantikan yang benar-benar natural.

 

Bahan di bagian atas gaunnya sangat pas dan kontras dengan roknya yang terbentang lembut, membuat sosok Celia terlihat semakin menawan. 

Selain itu, kombinasi dari rambut perak Celia dan gaun putih polosnya memancarkan perasaan yang anggun dan indah, seolah-olah dia adalah peri musim dingin.

 

"Terima kasih banyak, Charles-sama." 

Celia menundukkan kepalanya dengan anggun.

 

"....Luar biasa, sangat menakjubkan."

Kata Charles, mengangguk beberapa kali, sebelum mengulurkan tangan untuk menyentuh pipi Celia.

 

Celia berusaha mati-matian untuk menekan keinginannya untuk tidak menunjukkan jijik dan takut; Untuk menyembunyikan perasaannya itu, dia menoleh ke samping menunjukkan ekspresi malu.

 

"Apa kamu merasa gugup? Jangan khawatir. Aku ada di sini bersamamu."

 

"....Baik." 

Celia mengangguk dengan kepala menunduk. Suaranya sedikit gemetar.

 

“Hahaha, kamu pasti sangat gugup. Aku telah membawa istriku untuk membuatmu santai, tapi..... Sebelum itu, izinkan aku memperkenalkan pengawal elit yang akan menemani kita selama parade berlangsung.”

 

Charles berbicara dengan nada ceria, melepaskan tangannya dari pipi Celia dan berbalik ke arah para ksatria di belakangnya. Para ksatria itu sepertinya terpikat oleh kecantikan Celia yang mengenakan gaun pengantinnya, tetapi ketika Charles menoleh untuk melihat mereka, mereka semua menyesuaikan postur mereka dengan benar.

 

“Mereka adalah para ksatria yang menjagaku selama aku tinggal di kediaman.... Kan? Aku telah melihat wajah mereka dalam beberapa kali sebelumnya.” 

 

Mereka semua lebih tua dari Celia, tetapi mereka hampir berusia dua puluhan.

 

Charles menoleh ke para ksatria sambil tertawa. 

 

"Hahaha, kamu masih mengingat wajah mereka semua? Anggaplah diri kalian orang yang beruntung."

 

"Suatu kehormatan untuk mendengarnya."

Jawab mereka dengan gembira.

 

“Orang-orang ini adalah ordo ksatria elit baru di bentuk di bawah komandoku. Mereka dulunya adalah anggota Royal Guard, tetapi mereka dipilih secara khusus untuk melindungimu. Mereka adalah ksatria sejati, baik dari segi garis keturunan dan keterampilan.”

Charles menyombongkan diri.

 

“Jadi mereka adalah yang elit yang terbaik – itu sangat meyakinkan. Semuanya, terima kasih banyak atas pekerjaan kalian hari ini.” 

Kata Celia, mengarahkan senyum lembut ke arah para ksatria.

 

Pria yang bertindak sebagai pemimpin kelompok ksatria itu meletakkan tangannya di dadanya dan menjawab dengan bangga. 

 

"Ya, nyonya besar! Kami tidak akan membiarkan sesuatu terjadi padamu, jadi jangan khawatir, Celia-sama."

 

Para ksatria lainnya juga dengan penuh semangat mengangguk dengan tatapan yang agak bodoh.

 

"Hei, Hei. Aku harap kalian juga melindungiku."

 

"Tentu saja. Namun, seorang ksatria sekaliber Charles-sama tidak akan pernah membuat kesalahan, bahkan dalam situasi yang tidak terduga, bukan? Sebaliknya, kami hanya akan menjadi penghalang."

 

“Hahaha, kata-kata yang bagus. Mulutmu mahir juga dalam berbicara.”

Charles tertawa terbahak-bahak.

 

"Bukankah kamu harus segera kembali, Sayang?" 

 

Salah satu wanita di belakang Charles berbicara kepadanya dari samping.

 

"Hm, kamu benar. Celia, aku sudah membawa Tenasina dan yang lainnya. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal mereka dengan baik, karena aku harus mengawasi penyelenggaraan parade sekarang."

 

"Aku mengerti." 

Celia mengangguk dengan hormat.

 

“Bagus, kalau begitu aku akan pergi sekarang. Tenasina, sisanya aku serahkan kepadamu. Tolong, jaga Celia.”

Mengatakan kata-kata itu, Charles meninggalkan tenda bersama para ksatria lainnya.

 

“Ya, berhati-hatilah, sayang. Aku akan memastikan untuk mengobrol dengannya.”

Saat mereka melihatnya pergi, Tenasina dan para wanita lainnya menundukkan kepala tanpa suara.

 

Ketika Celia melakukan kontak mata dengan Tenasina, hawa dingin yang aneh menjalar di punggungnya, tetapi dia memutuskan untuk mengundang mereka untuk duduk terlebih dahulu. 

 

"Umm, Tenasina-sama..... Dan yang lainnya juga. Silakan duduk terlebih dahulu. Bisakah kamu membawa teh dan makanan ringan yang cukup untuk semuanya?"

 

Celia menoleh ke pelayan di sebelahnya dan memintanya untuk membuatkan teh.

 

"Yah, aku juga tidak berniat untuk tinggal lama, tapi kurasa aku akan duduk." 

 

Tenasina mengambil tempat duduk sambil berbicara dengan nada datar di suaranya. Wanita² yang lain juga melakukan hal yang sama, duduk diam dalam urutan yang telah ditentukan sebelumnya. 

Ketika Celia memastikan bahwa semua orang sudah duduk, dia juga berjalan ke kursi untuk mengambil tempat duduk.

 

"Kamu, tetap berdiri di sana."

Perintah Tenasina. 

 

“Dan kamu, pelayan; Setelah kamu selesai membuat teh, pergi beritahu penjaga untuk tidak membiarkan siapa pun masuk sementara waktu. Lalu kamu tunggu di luar.”

 

"....Heh?" 

Celia dan gadis pelayan itu, keduanya terkejut.

 

"Cepat."

 

Perintah Tenasina mengandung sedikit kejengkelan, menyebabkan gadis pelayan itu terburu-buru untuk mematuhi perintah yang telah diberikan padanya.

 

"Y-Ya, nyonya besar."

 

Merasakan tekanan tidak nyaman di udara, Celia memutuskan untuk tidak duduk dan tetap berdiri.

 

“Aku yakin kita sudah bertemu beberapa kali, tapi aku akan memperkenalkan diriku sekali lagi. Aku istri pertama, Tenasina. Kurasa ini pertama kalinya kita bertemu sebagai kelompok yang terdiri dari tujuh orang.”

 

Tenasina mulai berbicara, dengan tegas menekankan posisinya sebagai istri pertama. Wanita-wanita lain menyusut diam-diam saat mereka duduk.

 

"Aku percaya ada beberapa perempuan di sini  yang merupakan teman dan muridmu, Celia...." 

Kata Tenasina, berbalik ke arah dua perempuan yang sepertinya seumuran dengan Celia. 

 

Semua perempuan yang hadir adalah istri Charles, tetapi usia mereka sangat berbeda-beda.

 

Dibandingkan dengan Charles yang berusia pertengahan tiga puluhan, Tenasina tepat berusia tiga puluh tahun. Setelahnya, usia perempuan lain menurun sedikit demi sedikit seiring dengan bertambahnya jumlah mereka, dan gadis-gadis yang merupakan teman sekelas dan murid dari Celia adalah istri ke lima dan ke enam.

 

"Dia lulus dengan melompati kelas, jadi kami hanya teman sekelas untuk waktu yang singkat...."

 

"A-Aku dulu menghadiri kelasmu, sensei."

 

Kedua gadis itu menjawab dengan takut-takut.

 

"Jadi, begitu."

Tenasina mengangguk singkat. 

 

Pada saat itu, gadis pelayan itu kembali dengan membawa teh dan makanan ringan, sebelum buru-buru meninggalkan tenda. Ketika dia memastikan bahwa gadis itu telah pergi, Tenasina menatap Celia.

 

"Yah, aku yakin kamu berada di posisi yang lebih tinggi selama kamu di akademi, dan garis keturunan keluargamu mungkin lebih baik daripada gadis-gadis ini, tapi begitu kamu menikah dengan Charles, kamu akan berada di peringkat terendah di antara kami sebagai miliknya yaitu menjadi istri ketujuh. Biasanya, tidak mungkin putri sulung seorang earl menjadi istri ketujuh, mencegah masalah seperti itu terjadi, tapi tampaknya kamu istimewa.... Jadi aku ingin memperjelasnya sekarang."

Kata Tenasina dengan nada tegas.

 

"....Tentu saja. Aku mengerti."

Celia mengangguk patuh.

 

“Sikap yang mengagumkan. Kamu memang istimewa, tetapi itu tidak berarti kamu dapat merusak hierarki tradisional keluarga. Akan menjadi masalah jika kamu salah paham akan hal ini. Kami akan mematuhi keputusan Charles untuk menikahimu, karena sepertinya Charles menyukaimu dan kamu mungkin disukai sejak awal. Namun, aku tidak akan mentolerir perilaku yang kurang ajar. Jangan pernah berpikir untuk membuat perbuatan yang tidak perlu.”

Kata Tenasina dengan nada kasar. Gadis di sebelahnya juga mengangguk.

 

Dengan kata lain, istri yang berperingkat lebih tinggi, seperti Tenasina, takut dengan masalah warisan. Secara berurutan, istri kedua dan ketiga akan diberkati dengan bagiannya, tetapi Celia yang status sosialnya lebih tinggi dapat membalikkan keadaan dengan tiba-tiba. Itulah yang ditakuti mereka. Hal itu tidak terlalu relevan dengan istri yang berpangkat lebih rendah, tetapi peringkat Celia yang berada di bawah mereka membuat mereka merasa lebih unggul dan mencegah mereka berkonflik dengan sesamanya.

 

Itu bukanlah jenis perlakuan yang seharusnya dapat diterima oleh putri bangsawan tingkat tinggi, baik dari segi logika dan harga diri.

 

“Aku mengerti, Tenasina-sama. Dan kalian semua juga.... Aku tidak berpengalaman, jadi aku akan sangat menghargainya jika kalian mengizinkanku untuk bergabung sebagai istri dengan peringkat terendah.”

Jawab Celia dengan rendah hati, menundukkan kepalanya ke arah semua istri Charles yang hadir. 

 

Jika Celia harus tinggal di rumah itu selama sisa hidupnya, setidaknya dia ingin hidup sedamai mungkin.

 

Namun, mereka mungkin tidak mengharapkan reaksi Celia yang tidak terduga itu, karena Tenasina dan yang lainnya memandangnya dengan curiga, seolah-olah mereka tidak mempercayai perkataannya.

 

[ ....Mereka mungkin akan menggangguku untuk sementara waktu. ]

 

Membayangkan apa yang akan terjadi pada hidupnya, Membuat Celia dipenuhi dengan keputusasaan. Dia terbiasa hidup sendirian, jadi dia bisa menahan sedikit pengucilan dari keluarga. Namun, dia tidak punya siapa-siapa untuk melampiaskan perasaannya itu, jadi sangat mungkin ketahanan mentalnya bisa rusak kapan saja.

 

Selain itu, Celia harus menawarkan dirinya kepada pria yang bahkan tidak dia cintai – kapan pun dia mau. Jika kehidupan seperti itu berlangsung selamanya, siapa yang tahu berapa lama itu akan berlangsung.

 

Bukankah itu akan menghancurkan hatinya?

 

Apakah dia akhirnya akan bergantung pada Charles?

 

Apakah dia akan berhenti menjadi dirinya yang dulu sampai sekarang tanpa menyadarinya?

 

Dengan tidak adanya keselamatan yang terlihat, Celia tidak bisa membantu tetapi merasa sangat takut.

 

Tenasina mendengus melalui hidungnya dengan tidak senang. 

 

“Hmph, itu ekspresi yang mengerikan. Aku tidak akan membiarkanmu berpartisipasi dalam upacara dengan penampilan seperti itu. Ingatlah bahwa kamu masih salah satu istri putra Duke Arbor. Tersenyumlah lebih lebar.”

 

"Baik, Tenasina-sama."

 

Celia memaksakan senyum di wajahnya. Untuk beberapa alasan, dia kesulitan mengingat bagaimana caranya tersenyum, tetapi pada akhirnya dia tetap mencobanya.

 

“C-Celia-sama, Putri Pertama Christina-sama datang mengunjungimu. Apa yang harus aku lakukan?” 

Gadis pelayan yang tadi memasuki tenda dan mulai berbicara dengan panik.

 

"Permisi! Apa artinya sikp kurang ajar seperti itu? Siapa yang menyuruhmu masuk?" 

Tenasina langsung menegur gadis itu. 

 

Rupanya gadis pelayan itu cukup gugup, karena baru kemudian dia menyadari kesalahannya sendiri.

 

Namun, Celia tidak mempersalahkan hal itu. 

 

“Putri Christina.... Tolong izinkan dia masuk segera.”

 

"Y-Ya Celia-sama!" 

Gadis itu meninggalkan tenda dengan panik.

 

"Siapa yang mengizinkanmu untuk....."

Tenasina mengerutkan keningnya atas tindakan Celia.

 

"....Maafkan aku. Tapi kita tidak bisa membiarkan putri kerajaan menunggu di luar saat kita berbicara. Bukankah itu tindakan yang memalukan untuk nama keluarga Duke Arbor?" 

Celia menjelaskan alasan logisnya.

 

"Cih...."

 

Tenasina mencoba mengatakan sesuatu dengan ekspresi kemarahannya, tapi setelah merasakan kehadiran Christina di dekat tenda, dia menunjukkan senyuman palsu. Kemudian, Christina muncul, dibimbing oleh gadis pelayan yang telah menunggu di luar.

 

“Terima kasih atas kunjunganmu, Putri Christina. Aku menduga bahwa sang putri sendiri yang datang, jadi maafkan aku untuk menyambutmu dengan terburu-buru....”

 

Celia mengabaikan Tenasina dan yang lainnya dan mulai berbicara dengan Christina. Kemungkinan besar dia telah mendapatkan permusuhan dari Tenasina, tapi sekarang bukan waktunya untuk mengkhawatirkannya.

 

"Tidak, jangan pikirkan itu. Aku memutuskan untuk mengunjungimu tanpa pemberitahuan apapun. Aku datang untuk memberikan ucapan selamat atas nama ibu dan ayahku. Apa kamu punya waktu sebentar?"

Christina bertanya kepada Celia ketika dia melihat  sekelompok wanita di tenda.

 

"Tentu saja...."

 

“Silakan duduk di sini, Putri Christina. Ayo, jangan hanya diam, pergi ke pojok ruangan. Celia, duduklah di sana.” 

Tenasina menenggelamkan suara Celia dengan suaranya sendiri, memimpin situasi. 

 

Setelah memindahkan wanita-wanita lain yang telah membeku karena terkejut, Tenasina memerintahkan Celia untuk duduk dan dengan cerdik mengambil tempat di sampingnya.

 

"....Terima kasih. Permisi." 

Christina memandang Tenasina dengan tatapan agak dingin dan mengambil tempat duduk.

 

"Tidak, aku merasa terhormat bisa bertemu denganmu di tempat seperti ini."

Kata Tenasina dengan nada menyanjung sambil menunjukkan senyuman yang sopan.

 

“Aku tidak punya banyak waktu dan aku mau berbicara dengan mantan Sensei-ku berduaan. Bisakah aku meminta kalian meninggalkan tempat ini?”

Kata Christina, menekankan fakta bahwa dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan Tenasina dan yang lainnya.

 

"....Aku mengerti. Aku yakin kamu punya banyak hal untuk dibicarakan, jadi kami akan pergi. Silahkan nikmati waktumu, permisi."

 

Tenasina setuju dengan senyum tidak nyaman dan meninggalkan ruangan bersama para wanita yang lain.

 

“Kamu bisa pergi juga. Berjagalah di luar dan pastikan tidak ada yang masuk.”

Kata Christina kepada gadis pelayan, yang tidak tahu harus berbuat apa.

 

"B-Baik, Christina Ojou-sama!" 

Pelayan itu pergi dengan tergesa-gesa.

 

"Konyol sekali."

Christina menghela napas dan berkata pelan.

 

“Sensei, sudah lama ya.... Sekarang kita bisa bicara dengan santai. Mengapa kamu tidak duduk dahulu?”

Christina menawarkan tempat duduk menggunakan nada yang jauh lebih lembut dari sebelumnya.

 

"Terima kasih banyak. Permisi. Ada beberapa teh yang baru diseduh, jadi silahkan nikmati." 

 

Celia berterima kasih padanya saat dia menuangkan teh yang telah ditinggalkan di atas meja ke dalam cangkir. Sebelum duduk, dia menawarkannya kepada Christina.

 

"Terima kasih banyak. Ngomong-ngomong, gaun pengantin itu terlihat sangat cocok untukmu. Kamu sangat cantik, Celia Sensei..... Para wanita sebelumnya tak bisa dibandingkan denganmu."

Christina memujinya sambil tersenyum tipis.

 

“T-Tidak, itu tidak benar. Karena aku memiliki tubuh seperti anak-anak, aku sadar bahwa aku kurang memiliki pesona feminin.”

Celia menggelengkan kepalanya seolah dia menganggap pujian tadi sebagai hal yang tidak masuk akal.

 

“Aku tidak berpikir itu benar. Semua pria yang mengabaikanmu dan memilih wanita seperti yang sebelumnya dia benar-benar buta.” 

Kata Christina, tertawa kecil, membuat Celia tersenyum bahagia.

 

"Ahaha, terima kasih banyak. Aku akan menerima pujian itu dengan rasa syukur."

 

“.....Wajahmu terlihat sedikit pucat dibandingkan saat aku masuk. Mungkinkah para wanita itu mengatakan sesuatu yang tidak menyenangkan kepadamu?”

Christina bertanya, mengamati reaksi Celia dengan cermat.

 

Celia menunjukkan senyuman tanpa keluhan. 

 

“Tidak, itu tidak benar..... Hanya saja aku sulit tidur malam kemarin. Namun berkat kehadiranmu di sini, aku merasa jauh lebih baik. Lagipula, sudah lama sejak terakhir kali kita bertemu.”

 

“....Sejak Duke Huguenot membawa Flora bersamanya, Duke Arbor terus mengawasiku. Seolah-olah aku berada dalam tahanan rumah, yang didalihkan atas nama perlindungan. Aku belum bisa meninggalkan kastil akhir-akhir ini. Jadi berkatmu, aku diizinkan keluar hari ini, Sensei. Meskipun, ada beberapa penjaga yang menungguku di luar....”

Mengatakan itu dengan suara pelan, wajah Christina menjadi gelap karena kesal.

 

"....Kamu pasti sangat menderita juga, Christina Ojou-sama." 

Kata Celia sambil mengerutkan kening.

 

“Tidak, situasi yang aku hadapi adalah pembalasan atas kegagalan keluarga kerajaan.... Dan kegagalan itu telah memberikan efeknya kepada keluarga Count Claire dan kepadamu, Celia Sensei. Aku tidak punya cara untuk menebusnya, tetapi aku ingin meminta maaf atas nama seluruh keluarga kerajaan. Aku sangat menyesal.” 

Kata Christina dengan suara penuh rasa malu. 

 

Melihat sang putri telah menundukkan kepalanya seperti itu, membuat Celia terkejut.

 

“K-Kamu tidak bisa melakukan itu, Christina Ojou-sama! Seorang Putri Pertama tidak boleh menundukkan kepalanya dengan sembarangan! Dan aku tidak pernah menyalahkan situasiku saat ini adalah kesalahan orang lain.... Pernikahan ini adalah sesuatu yang telah aku putuskan. Tidak ada yang perlu kamu minta maafkan, Christina Ojou-sama.” 

Kata Celia dengan panik.

 

“Ini tidak benar. Kami telah menyebabkan banyak masalah untukmu dan juga keluarga Count Claire. Meski tidak resmi, aku secara pribadi akan meminta maaf sebanyak yang diperlukan.”

Kata Christina, menundukkan kepalanya sekali lagi.

 

"Tapi tidak ada alasan mengapa kamu harus meminta maaf.... Kamu tidak boleh meminta maaf untuk apa pun."

Kata Celia dengan tidak nyaman. 

 

Tentu saja, Celia bisa memahami apa yang dimaksud Christina. Namun, jika seseorang melihat putri pertama menundukkan kepalanya, atau berhasil mendengar percakapan yang dia lakukan, situasinya akan menjadi sangat bermasalah. Kemungkinan besar Christina tahu tentang itu juga, tetapi memutuskan untuk tetap melanjutkan.

 

".....Aku tidak bisa mengatakannya dengan jelas, tapi jika aku harus mencari alasannya, itu karena senyumanmu telah memudar."

 

“.....Oh, jangan katakan itu. Aku sangat senang, kamu tahu ? Lagipula, aku akan segera menikah.”

Kata Celia sambil tersenyum, tanpa sadar meletakkan tangannya di pipinya. 

 

Mungkin Celia khawatir jika dia tersenyum dengan baik.

 

“Dahulu, ketika aku masih bersekolah di akademi, aku selalu menantikan kelasmu. Sebagian alasannya adalah karena kelas Sensei adalah salah satu dari sedikit kelas yang dapat aku hadiri bersama Flora, yang merupakan siswa kelas satu, tetapi aku sangat mengagumimu sebagai pribadi. Itulah sebabnya aku sering mengamatimu. Jika mataku tidak salah, Sensei hari ini seperti burung yang terkunci di dalam sangkar, sedangkan yang Sensei dulu sangat bahagia. Aku yakin kamu tahu alasan dibalik itu....”

Christina berkata dengan menyesal saat dia memperhatikan ekspresi Celia.

 

“Begitukah.... Jadi kamu melihatku seperti itu. Ahaha....” 

Celia tersenyum sedih dan menghindari pertanyaan itu.

 

Christina memandang Celia dengan hati-hati. 

 

“Mungkin tidak ada keselamatan bagimu, tetapi jika kesempatan untuk mendapatkan kembali senyummu yang muncul sendirinya sama seperti masa lalu, aku pikir kamu harus mengambil kesempatan itu tanpa ragu-ragu. Sensei, aku tidak bisa melakukan apa-apa dalam posisiku saat ini dan mungkin ini akan menjadi janji kosong, tapi jika kamu membutuhkan bantuanku, aku bersumpah aku akan melakukan segalanya untuk membantumu. Jadi, katakan saja.”

Kata Christina dengan nada serius.

 

".....Terima kasih banyak. Kamu tidak perlu melakukan apapun untukku, tetapi aku akan berdoa dari bayang-bayang agar kamu bisa bersatu kembali dengan Putri Flora sekali lagi."

Kata Celia, tersenyum dengan sedikit kebahagiaan.

 

"....Terima kasih." 

Christina mengangguk, ekspresinya diwarnai dengan kesedihan.

 

∆∆∆∆

 

Parade pernikahan dimulai pada siang hari.

 

Rombongan parade memasuki ibukota menggunakan jalan utama menuju selatan, dengan antusias menuju Kuil Besar untuk merayakan upacara pernikahan. Celia dan Charles mengendarai gerbong yang ditarik oleh kuda, dikelilingi oleh enam ksatria berkuda dan dikelilingi oleh sekelompok tentara dan musisi.

 

Charles menunjukkan senyum seorang pemimpin saat dia melambaikan tangannya ke arah warga yang memperhatikan mereka dari pinggir jalan. Celia juga tersenyum saat dia melambai pada orang-orang yang dia lihat.

 

"Ooh, dia balas melambai padaku!"

 

“Dia sangat cantik. Sosoknya bersinar seperti perak. Dia seperti seorang dewi!”

 

"Jadi aku bisa menikahi gadis cantik seperti itu jika menjadi seorang bangsawan besar, ya?"

 

Sebagian besar perhatian warga sipil tertuju pada Celia; semua orang terpesona oleh kecantikannya yang seperti dongeng.

 

"Dia seorang pengantin perak."

 

"Pengantin perak!"

 

"Hidup, pengantin perak!"

 

"Aku akan mengikutimu selamanya!"

 

Julukan pengantin perak menyebar di antara kerumunan. Rupanya Charles sudah mendengar sorakan meriah warga, saat wajahnya menunjukkan senyuman.

 

"Oh? Pengantin perak, kata mereka. Bukan nama panggilan yang buruk untuk sesuatu yang tiba-tiba dibuat oleh kerumunan yang konyol. Nah, itu menunjukkan betapa cantik dan sucinya dirimu. Kamu bisa melihanya, kan? Semua orang iri padaku karena telah mencuri hatimu. Ini tidak akan terjadi jika kamu adalah wanita lain."

Kata Charles kepada Celia, menunjukkan ekspresi penuh superioritas.

 

"Kurasa itu tidak benar....."

Celia menjawab dengan nada cemas.

 

“Tidak, kamu sangat cantik. Bahkan sekarang, hatiku baru saja dicuri olehmu. Aku tidak pernah merasa begitu bergairah tentang seorang wanita lajang dalam hidupku. Banggalah pada dirimu sendiri, Celia.”

Kata Charles sambil memandangi seluruh tubuh Celia dengan tatapan panas.

 

"....Terima kasih banyak." 

 

Tubuh Celia gemetar, tapi dia tidak bisa bergerak, jadi dia hanya berdiri di sana tanpa melakukan apapun.

 

“Setiap gerakanmu merangsang insting laki-lakiku. Ini perbedaan besar dari wanita yang penuh perhitungan dan keras kepala. Mengetahui kamu akan menjadi milikku sepenuhnya, membuatnya saat menahan diri semakin menyakitkan. Kurasa aku pertama² akan menikmati ciuman kita di altar nanti.”

Kata Charles dengan nada yang tidak bisa menahan kegembiraannya, senyum puas terlihat di wajahnya.

 

"....Iya." 

Celia mengangguk, jantungnya berdegup kencang. 

 

Perasaan jijik yang dia rasakan di dadanya sulit untuk digambarkan karena itu adalah sesuatu selain kegelisahan atau kecemasan. Dia tidak bisa membayangkan mencium pria yang berdiri di sebelahnya dan apalagi menikahinya.... Dia benar-benar tidak menginginkannya. Namun, momen untuk mewujudkannya hampir tiba.

 

"Yah, sudah waktunya kita mulai."

 

Charles berbicara dengan puas saat dia mengamati warga dan memberi sinyal ke arah para ksatria berkuda di samping gerbong. Para ksatria menghunus pedang mereka dan mengangkatnya tinggi² ke udara.

 

“Hidup keluarga Duke Arbor! Kemulian untuk Charles Arbor-sama!”

Teriak mereka dengan suara nyaring.

 

"Hidup keluarga Duke Arbor!"

 

"Kemulian untuk Charles Arbor-sama!"

 

Orang² yang berpartisipasi dalam parade dan kerumunan warga juga mulai bersuara. Teriakan mereka menyebar ke seluruh tempat dengan kecepatan yang mengesankan, sampai anggota parade dan masyarakat umum mulai meneriakkan pujian kepada Charles dan keluarganya. Charles tertawa pada dirinya sendiri.

 

"Apa kamu kaget? Orang² membutuhkan pemimpin yang bisa mereka pahami dengan mudah. Itulah yang memberikan mereka kebahagiaan. Sebagai pewaris ayahku, aku akhirnya akan menjadi pemimpin itu. Dan kamu akan menjadi istriku."

Kata Charless sambil tersenyum ke arah Celia.

 

"....."

 

Celia tidak dapat menemukan kata-kata untuk menjawabnya. Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah menjaga senyum di wajahnya.

 

∆∆∆∆

 

Sementara itu, kerumunan besar orang mendekati sekitar Kuil Besar dimana pernikahan akan diadakan. Di luar taman sangat indah, semua orang dengan tidak sabar menunggu kedatangan Celia dan yang lainnya. 

Sebuah jalan tunggal membentang dari pintu masuk kuil, dilanjutkan ke arah altar tempat sumpah seremonial akan dibuat. Kuil Besar itu menjulang tinggi dari belakang altar dari kejauhan. Setelah pernikahan selesai, pesta akan diadakan di sana dan di taman luar.

 

Rio berbaur dengan kerumunan hadirin, sementara Aishia beristirahat di dalam dirinya dalam wujud rohnya. Hanya mereka yang diundang secara resmi yang diizinkan memasuki halaman kuil, tetapi karena ada lebih dari seribu orang yang diundang, tidak sulit bagi Rio untuk berbaur di antara ke kerumunan. Dia menunggu dengan sabar kedatangan Celia.

 

[ Haruto, Celia semakin dekat. ]

Suara Aishia menggema di kepala Rio.

 

[ Sepertinya begitu. Aku bisa mendengar keributan. ]

Jawab Rio pelan. 

 

Suara marching band dan teriakan orang-orang bergema dari kejauhan, tapi hati Rio dipenuhi dengan keheningan.

 

[ Haruto, kamu tampaknya sangat tenang. ]

Kata Aishia dengan nada datar.

 

[ Itu karena aku sudah bisa memahami situasinya dengan baik. Dengan berlalunya waktu, aku sudah cukup tenang dan aku juga tahu apa yang ingin aku lakukan. Itu semua berkatmu, Aishia. ]

Rio tersenyum lembut. 

 

"Terima kasih."

 

[ Yang aku lakukan hanyalah sedikit. Itu bukan masalah besar, Haruto. ]

 

[ Itu tidak benar. Jika kamu tidak bersamaku, aku tidak akan bisa mengetahui tentang keadaan yang menyebabkan pernikahan Celia Sensei. Aku akan benar-benar tersesat. ]

 

[ Bahkan jika kamu tersesat, kamu akan tetap bergerak maju. ]

Kata Aishia tanpa sedikitpun keraguan.

 

[ ....Siapa yang tahu. Lagipula, aku hanyalah seorang pengecut. Aku mungkin sudah melarikan diri. ]

Mata Rio sedikit melebar, ragu-ragu sebelum menunjukkan senyum yang dipaksakan.

 

[ Itu adalah bagian dari kelemahan manusia. Bahkan jika kamu tersesat, bahkan jika kamu salah, kamu memiliki kekuatan untuk terus bergerak maju. ]

 

[ ....Terima kasih. Sekarang, aku merasa lebih percaya diri tentang apa yang akan aku lakukan. Mari kita terus menunggu.... Celia Sensei akan segera tiba. ]

 

[ Ya, mari kita tunggu dia. ]

Aishia mengangguk. 

 

Dari sana, percakapan mereka terhenti dan mereka berdua menunggu dalam diam sampai parade mendekat.

Beberapa saat kemudian, pasukan parade memasuki halaman Kuil Besar yang menyebabkan keributan semakin besar. Pengunjung yang telah menunggu di dekatnya mengangkat suara dengan antusias.

 

Semua orang yang hadir mulai berteriak ke arah Charles dan Celia.

 

"Kemuliaan dan kehormatan bagi Kerajaan Beltrum yang dipimpin oleh keluarga Duke Arbor!"

 

"Hidup keluarga Duke Arbor!"

 

"Kemulian untuk Charles Arbor-sama!"

 

Sebagian besar tamu yang hadir adalah bangsawan kerajaan – atau lebih tepatnya, dari faksi Duke Arbor – yang menjelaskan suasana gembira saat menyambut mereka. Charles memandang kerumunan dari tempat duduknya di gerbong dengan senyum puas. Dia mengenali semua orang yang hadir, saat dia mulai menyapa mereka dengan melambaikan tangannya.

 

Sementara itu, di sebelahnya adalah Celia, yang meski memiliki senyum samar di wajahnya, tetap bertingkah laku dengan anggun dan sopan.

 

Sensei....

Rio memandang Celia dengan ekspresi menyakitkan. 

 

Namun, Rio berbaur dengan kerumunan, jadi Celia tidak menyadarinya. Rio tidak berniat meneriakkan 'Sensei' untuk menarik perhatiannya, jadi kereta Celia terus bergerak sampai di tengah jalan.

 

[ Haruto, haruskah aku pergi sekarang? ]

Aishia bertanya menggunakan telepati.

 

Rio mengambil napas sedikit dan setuju. 

 

[ ....Ya. Aku mengandalkanmu, Aishia. ]

 

[ Oke. ]

Saat menjawab, Aishia meninggalkan tubuh Rio, tetap dalam wujud rohnya.

 

Rio tidak dapat melihatnya, tetapi dia sudah tahu ke mana dia pergi, jadi dia mengalihkan pandangannya ke tempat itu tanpa ragu-ragu. Aishia pergi ke gerbong tempat Celia berada.

 

Celia tersenyum saat menyapa para tamu, ketika tiba-tiba seluruh tubuhnya bergetar. 

 

"!?"

 

Gadis itu melihat sekeliling dengan tatapan curiga, sebelum membeku di tempat. Ekspresinya berubah dengan terengah-engah, dan dia menggelengkan kepalanya dengan panik. 

Kemudian, tatapannya mengarah ke tempat Rio berada, seolah-olah dia sudah tahu bahwa Rio sudah ada di sana sejak awal.

 

Tatapannya berkeliaran dengan gemetar saat dia melihat ke arah itu, tapi pada akhirnya, Celia mengunci sosok Rio yang berbaur di antara kerumunan. Rio menatap Celia lekat², dan ketika mata mereka berdua bertemu, Rio tersenyum lembut.

 

"Me–....ngapa?" 

 

Mulut Celia bergetar. Kemudian, ekspresinya berubah dengan rasa sakit saat air mata mulai keluar dan membasahi pipinya.

 

Ketika Rio melihat wajah Celia yang menangis, dia berbalik dan meninggalkan kerumunan.

 

∆∆∆∆

 

Tepat sebelum Celia melihat Rio di tengah kerumunan.....

 

Saat Celia menghadapi kerumunan tamu, dia mulai menganggap dirinya sebagai boneka. Namun, karena dia tidak ingin merusak segalanya dan menimbulkan masalah untuk keluarganya, gadis itu berkonsentrasi untuk bersikap ramah dan anggun. 

Lapula, semua orang yang hadir memberi selamat padanya dengan ekspresi bahagia. Saat dia menanggapi kerumunan, Celia secara bertahap mulai merasa bahwa dunia telah meninggalkannya.

 

Kemudian, sebelum Celia menyadarinya, mereka sudah mencapai Kuil Besar. Di ujung jalan setapak, yang membentang lurus dari pintu masuk, ada tangga yang menuju ke altar luar.

 

Di sebelah tangga ada tempat duduk VIP untuk orang-orang penting di dalam maupun di luar kerajaan. Di antara mereka semua ada beberapa bangsawan seperti Putri Christina, 'Sword King' yang terkenal sebagai orang yang terkuat di Beltrum dan seorang komandan Pengawal Kerajaan – Alfred Emerle, kemudian ada duta besar dari Kekaisaran Proxia yang memiliki hubungan pribadi dengan Charles – Reiss.

 

Terakhir, namun tidam kalah penting, berdiri di bawah altar adalah seorang anak laki-laki yang mengenakan pakaian seperti pahlawan, rambut pirangnya sedikit berkibar tertiup angin ketika dia memberikan senyuman yang menyegarkan. Anak laki-laki itu berusia pertengahan hingga akhir belasan. 

Celia mengetahui siapa anak itu; Meskipun dia tidak pernah bertemu dengannya secara langsung, dia telah melihatnya dari jauh ketika ada keributan tentang pahlawan yang dipanggil di kastil.

 

Dia adalah pahlawan yang telah dipanggil oleh batu roh yang dimiliki Kerajaan Beltrum – Rui Shigekura. 

 

Wajah dan warna rambutnya berbeda jika dibandingkan dengan teman-teman yang dipanggil bersamanya. 

Menurut Rui, itu karena dia adalah 'setengah bule'.

 

Rui Shigekura sedang menunggu di dekat tangga altar karena Charles telah mengatur itu sebelumnya bahwa pernikahan akan lebih diberkati dengan kehadiran seorang pahlawan – Murid langsung dari Enam Dewa Bijaksana. Akibatnya, setelah mereka menerima pengakuan dari sang pahlawan, tidak akan ada jalan kembali untuk menolak pernikahan ini.

 

Meskipun Celia tersenyum dan melambai dengan ramah, dia semakin takut dengan kenyataan yang semakin dekat di hadapannya.

 

[ Celia. ]

Suara seorang gadis yang tidak dikenalnya tiba-tiba bergema di kepalanya.

 

"!?" 

Celia menjadi kaget.

 

[ Saat ini, aku telah terhubung ke dalam kesadaranmu untuk berbicara langsung kepadamu. Tidak ada waktu untuk menjelaskannya, jadi jangan takut.  ]

Gadis tak dikenal tiba-tiba mulai berbicara.

 

[ S-Siapa kamu? ]

Celia melihat sekeliling dengan ragu.

 

[ Namaku Aishia. Haruto.... Tidak, Rio memintaku untuk berbicara denganmu seperti ini. ]

 

Celia membeku. 

 

[ R.... Rio? ]

 

[ Berbalik dan lihatlah di sebelah ke kirimu. ]

 

Ekspresi Celia berubah dengan terengah-engah saat dia melihat ke arah yang Aishia arahkan. 

 

[ Jangan bilang....!? ]

 

[ Sedikit lebih jauh dari depan.... Yup, disana. ]

 

Celia mengalihkan pandangannya, melihat wajah semua orang yang berdiri di kerumunan. 

 

[ ....Rio. ]

 

Celia melihat Rio yang berbaur di antara kerumunan. Dia tersenyum lembut kepada Celia.

 

"Me–....ngapa?" 

 

Rio datang. Meskipun dia melarangnya.... Meskipun dia tidak ingin Rio datang. Meskipun dia adalah satu-satunya orang yang tidak Celia harapkan untuk melihat pernikahannya dengan Charles.

 

Tidak dapat melihat langsung ke wajah Rio, Celia mulai meneteskan air mata tanpa menyadarinya. Meskipun dia tahu seharusnya dia tidak bisa menangis, tapi air matanya terus keluar tanpa henti.

 

“....Hei, Hei, ada apa, Celia? Apa kamu terharu sampai menangis bahagia?”

Melihat wajah Celia yang berlinang air mata, Charles terkejut.

 

[ Ikuti saja arusnya. ]

Suara Aishia menggema di kepalanya.

 

Celia panik dan mengusap matanya dengan kuat. 

 

“.....Ah, umm, aku tidak yakin. Aku merasa bahagia, tapi aku juga merasakan emosi lain yang bercampur menjadi satu.”

 

Itu tidak seperti dia mengatakan itu atas perintah Aishia. Sebaliknya, itu adalah kata-kata yang  ada di dalam pikirannya yang bingung lalu keluar tanpa sadar.

 

Lebih tepatnya, itu adalah perasaan yang sebenarnya.

 

Dia bahagia bisa melihat Rio lagi, marah karena melihat Rio tetap datang meskipun dia telah menyuruhnya untuk tidak datang dan jijik karena dia terlihat seperti hiasan saat bersama dengan pria yang bahkan tidak dia cintai, dan berbagai emosi lainnya juga.

 

Meski begitu, emosi paling menonjol yang menempati dada Celia adalah kebahagiaan saat melihat wajah Rio sekali lagi. Ketika dia mendorongnya untuk keluar dari kamarnya, dia yakin mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Namun, dia sangat senang bertemu dengannya lagi.

 

“Fufufu, begitukah. Jadi kamu sangat ingin hidup bersamaku....”

 

Charles salah memahami keadaan emosi Celia dengan cara yang nyaman baginya sendiri dan tersenyum dengan narsisme. 

 

“Ayolah, Celia. Berhenti menangis. Semua orang bisa melihatmu.”

Kata Charles, memainkan peran sebagai suami yang baik.

 

Bukan hal yang aneh jika pengantin wanita terbawa emosi dan mulai menangis, jadi semua yang hadir memandang Celia dengan senyum hangat.

 

[ Ini tindakan yang bagus. Itu pasti bukti betapa senangnya Celia menikah denganku. ]

 

Charles tertawa sendiri ketika dia melihat kerumunan di sekitarnya. Saat dia melakukannya, kuda-kuda yang menarik kereta mereka mendekati tangga altar.

 

Di sisi lain, Celia mengangkat kepalanya setelah menangis beberapa saat. Menyeka air matanya, gadis itu berbalik ke tempat dimana dia melihat Rio, tetapi sosok Rio sudah menghilang.

 

[ ....Eh? Dimana Rio? ]

Tatapan Celia berkeliaran dengan panik.

 

[ Ano, umm.... Aishia? Bisakah kamu mendengarku? ]

Celia bertanya di dalam benaknya, tapi tidak ada jawaban.

 

[ Ano, bisa kamu mendengarku? Kemana perginya Rio? ]

Celia bertanya dengan wajah pucat, tetapi masih belum ada jawaban dari Aishia.

 

Apa itu.... Ilusi? Tapi itu tidak mungkin....!? 

Celia tiba-tiba merasa sangat cemas.

 

Merasa takut dengan hilangnya Rio yang tiba-tiba, gadis itu mulai mencarinya dari kerumunan.

 

"Celia, kita akan segera berada di tempat sang pahlawan." 

 

Sebelum Celia menyadarinya, kereta telah mencapai tangga dimana sang pahlawan sedang menunggu. 

Setelah gerbong berhenti di jarak yang hampir dekat dari Rui, sekelompok ksatria mendekat, meletakkan tangga di bagian belakang gerbong. Keduanya akan berjalan ke altar.

 

"Baiklah, ayo turun." 

Kata Charles, mengulurkan tangannya ke arah Celia.

 

"Siapa kamu!? Berhenti!" 

 

Salah satu prajurit yang menjaga bagian belakang gerbong tiba-tiba mengangkat suaranya. Pasukan dalam parade langsung menjadi ribut. Orang-orang yang diundang ke pernikahan juga mulai membuat keributan, beralih ke sumber kekacauan.

 

"Apa yang terjadi!?"

 

Pemimpin pasukan yang menjaga bagian depan gerbong berteriak dengan keras dari kudanya. Dari kereta, Celia juga berbalik dengan panik. 

 

“A-Ada seorang penyusup! Dia menyusup ke pasukan kami!” 

Balasan panik datang dari belakang.

 

"Heh?" 

 

Celia menyaksikan ada sesosok bayangan hitam berlari melalui kerumunan, mendekati kereta dengan cepat. 

Pemimpin regu di sampingnya juga memperhatikan bayangan hitam itu.

 

“M-Minggir dan bentuk penghalang! Jangan biarkan dia mendekat!”

Pemimpin itu memerintah dengan panik. 

 

Para prajurit bergegas dan mengambil formasi mereka, membentuk dinding manusia secara horizontal saat mereka menghunuskan tombak mereka.

 

Sementara itu, bayangan hitam itu melampaui pasukan tentara dan menuju ke dinding manusia. Setelah dia masuk ke dalam jarak tertentu dari gerbong, bayangan itu memanfaatkan area yang dibiarkan terbuka oleh tentara.

 

"Regu penyihir, serang dia!" 

Pemimpin regu ksatria memberi perintah kepada regu penyihir yang ada di parade. 

 

Para penyihir bergerak cepat, mengarahkan tongkat mereka melalui celah yang ditinggalkan oleh para prajurit yang membentuk penghalang dan bersiap untuk mengeluarkan mantra ofensif mereka.

 

"Photon Projectilis!" 

 

Segera, ujung tongkat membentuk lingkaran cahaya sihir, menembakkan peluru cahaya dalam jumlah tak terbatas ke arah bayangan hitam itu. Di saat yang sama, para tamu yang berdiri dipinggir jalan mulai berteriak. 

Membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya membuat beberapa semua orang berpaling, sementara yang lain menyaksikan keributan dengan tatapan panas.

 

"Apa!?" 

Semua orang yang hadir menunjukkan ekspresi tercengang. 

 

Bayangan hitam itu dengan cekatan bergerak dari kiri ke kanan untuk menghindari tembakan peluru cahaya. Kemudian, setelah berada dalam jarak beberapa meter dari penghalang tentara, bayangan hitam itu melompat ke udara dan dengan mudah melewati mereka dari atas kepala mereka.

 

"D-Dia melompat!?"

 

Garis pertahanan yang dibuat sebelumnya terpecah karena panik, sangat mengurangi tentara yang menjaga gerbong tempat Celia berada. Bayangan hitam itu mendarat dengan posisi berjongkok untuk mengurangi kekuatan benturan dan berhenti sekitar sepuluh meter dari gerbong tempat Celia dan Charles duduk saat dia menyesuaikan postur tubuhnya. 

Sosoknya yang terisolasi jelas-jelas seorang manusia, tetapi mantel hitam yang menutupi seluruh tubuhnya dan tudung menutupi wajahnya dengan sempurna.

 

"A-Apa peningkatan fisik...."

Para prajurit menahan nafas sambil menunjukkan ekspresi kekaguman yang menakutkan.

 

Wajah yang tertutupi tudung hitamnya itu menatap lurus ke arah Celia. Tatapan Celia juga tertarik dengan sosok yang ada di dalam tudung, menyebabkan matanya melebar jauh.

 

Bayangan hitam itu segera menyesuaikan tudungnya dan mulai berlari.

 

Pemimpin regu yang melindungi kereta kembali sadar dan mulai memerintahkan ksatria lainnya. 

 

“Lindungi kedua pengantin! Turun dari kuda kalian! Augendae Corporis!”

 

"Augendae Corporis!" 

 

Ksatria lain juga mendapatkan kembali ketenangan mereka dan melantunkan mantra saat mereka turun dari kudanya.

 

"Kalian, perlambat dia!" 

 

Pemimpin regu memberi perintah kepada beberapa prajurit yang tersisa. Sangat mungkin bahwa pemimpin telah menyadari bahwa mereka tidak memiliki kesempatan melawan bayangan hitam itu, karena dia hanya memberi mereka perintah yang tidak jelas seolah-olah dia meminta mereka untuk mengulur waktu.

 

Para prajurit menyerang bayangan hitam dengan panik, tetapi seperti yang diharapkan, mereka tidak lebih dari penghalang yang menjengkelkan baginya.

Mereka telah cukup untuk mengulur waktu bagi ksatria untuk masuk ke formasi menyerang.

 

“Tarik pedang kalian! Kelilingi dan tangkap dia! Aku tidak peduli jika dia kehilangan satu atau dua lengannya saat kita melakukannya. Kita akan mengajari bajingan ini yang berpikir dia dapat mengganggu upacara yang mulia ini dan sangat penting ini untuk kerajaan ini! Ayo pergi!”

 

Pemimpin ksatria itu menyatakan dengan keras saat dia mengarahkan pedangnya ke bayangan hitam. Dan para kesatria lainnya memulai serangan balik merek dengan sempurna.

 

Pemimpin dan kesatria lainnya tetap tinggal untuk mengawasi gerakannya, sementara empat ksatria yang tersisa mengepung bayangan hitam itu dan menyerangnya. Melihat pemandangan itu membuat Celia menggigil ketakutan. 

 

Charles memandang bayangan hitam dengan mata yang tidak menyembunyikan rasa jijiknya dan berbicara kepada Celia dengan nada percaya diri. 

 

“Semuanya akan baik-baik saja, Celia. Seperti yang aku katakan sebelum upacara, mereka adalah elit dari kerajaan kita. Baik dari garis keturunan dan kemampuan mereka telah terbukti benar.”

Kata-katanya itu menunjukkan seberapa besar kepercayaan dirinya pada bawahannya.

 

“Tidak mungkin ada bandit yang bisa.... Apa?" 

Mulut Charles ternganga karena kaget dengan apa yang terjadi di depannya. 

 

Celia juga melebarkan matanya karena terkejut.

 

∆∆∆∆

 

Sosok bayang hitam itu bertarung tanpa senjata melawan enam orang ksatria, dia tidak menunjukkan tanda-tanda kepengecutan.

 

"Jangan meremehkan kami!"

 

Keempat ksatria itu menyerang sosok bayangan hitam itu sambil memberikan lebih banyak kekuatan saat mencengkeram pedang  mereka masing-masing. 

Menganalisis ruang di antara mereka, para ksatria berusaha untuk mencegatnya dari depan dan samping.

 

"Apa.... Gah!?"

 

Dari dua ksatria yang berhadapan langsung, yang di kiri diserang tanpa peringatan. Ksatria itu merasakan armor emas yang melindunginya terlepas dari tubuhnya. 

Kecepatan dan ketepatan serangan mendadak bayangan hitam itu membuat tiga ksatria yang tersisa benar-benar bingung.

 

Bayangan hitam itu tidak membiarkan momen kelemahan itu lepas darinya. Dia menghentikan pedang salah satu ksatria yang coba ksatria itu ayunkan dengan tangan kosong, lalu menyebarkan energi kinetik itu sambil memutar pedangnya dengan tajam. Ketika ksatria itu secara refleks melepas pedangnya, bayangan hitam itu segera mengambil langkah ke depan dan menghantam perutnya.

 

"Guah!?" 

 

Dalam waktu singkat, ksatria kedua juga telah dikirim terbang. Segera setelah itu, bayangan hitam itu berbalik dan mulai berlari menuju dua ksatria yang tersisa.

 

"A-Aku akan mendukung kalian!" 

 

Kedua ksatria yang telah menunggu di belakang sebagai cadangan bergegas untuk bergabung dengan penjaga di depan dengan panik, tetapi bayangan hitam itu telah mencapai dua ksatria di depannya.

 

Bayangan hitam itu dengan mudah menutup celah diantara mereka, tapi kedua ksatria di depan tidak ragu-ragu untuk mengayunkan pedang mereka.

 

"Guah...."

 

Bayangan hitam itu melihat melalui lintasan serangan kedua ksatria itu dan dengan berani melompat untuk menghindarinya, mendekati salah satu dari mereka dan melancarkan tendangannya untuk menjatuhkan lawannya dengan satu serangan.

 

"Gah...."

 

Sebagai tanggapan, ksatria yang tersisa mengayunkan pedangnya secara vertikal ke bawah dalam upaya serangan balik, tapi bayangan hitam itu berbelok ke kanan untuk menghindari lintasan serangan itu dan meluncurkan serangan yang kuat dengan tinjunya. Ksatria itu dikirim terbang bersama dengan ksatria lain di barisan depan.

 

Sekarang, satu-satunya ksatria yang tersisa adalah dua orang yang berdiri sebagai cadangan. Melihat bagaimana keempat ksatria yang berada di depan telah dirobohkan sebelum mereka bisa membantu mereka, kedua ksatria itu melambat jauh.

 

Bayangan hitam itu menyesuaikan tudung sekali lagi dan mulai berlari. Dia menuju ke gerbong di belakang dua ksatria – tempat Celia berada.

 

"Dia datang!" 

 

Pemimpin para ksatria, yang telah menunggu di belakang, bersiap untuk memblokir jalan bayangan hitam.

 

"Haaa!" 

 

Ksatria lainnya yang dari belakang berteriak saat dia mulai berlari. Ksatria itu melewati pemimpin ksatria, dan langsung menuju ke arah bayangan hitam.

 

"Berhenti, bodoh!" 

Pemimpin ksatria itu berteriak dengan panik, tapi sudah terlambat baginya untuk itu.

 

Bayangan hitam itu melompat ke arah ksatria itu dan berputar di udara untuk menghindari serangan lawannya, sebelum melingkarkan kakinya di lehernya.

 

"Apa!?" 

 

Ksatria itu dengan cepat kehilangan keseimbangannya karena kekuatan dan berat bayangan hitam itu. 

Bayangan itu menggunakan momentum lompatannya untuk menjatuhkan posisi ksatria itu, dan melemparkan tubuhnya ke arah pemimpin ksatria.

 

"Kuh!?" 

 

Pemimpin itu melompat ke samping dengan panik, menghindari tubuh bawahannya. Namun, bayangan hitam itu memanfaatkan momen itu untuk mendarat di tanah dan menyesuaikan postur tubuhnya, kemudian segera mendekati pemimpinnya dan menyerangnya denga siku ke arahnya. Pemimpin ksatria dikirim terbang, berguling-guling di tanah sambil mengerang kesakitan.

 

Hanya beberapa saat sejak bayangan hitam itu melakukan kontak dengan para ksatria, tapi tidak ada orang yang tersisa di jalan yang memisahkan bayangan hitam dengan Celia yang ada di kereta kudanya.

 

{ TLN : Katanya pasukan ELIT... pffftttt }

 

Bayangan hitam itu tidak melewatkan kesempatan itu dan berlari menuju kereta sekali lagi. Dia melompat ke depan gerbong dan mendarat dengan anggun di depan Celia dan Charles. 

 

"K-Kamu— Gah, hah!?" 

 

Charles mencoba menyerang bayangan hitam itu, tetapi dengan mudahnya dia terjatuh ke lantai kereta. Pada saat itu, satu-satunya yang berdiri di gerbong itu adalah bayangan hitam dan Celia.

 

"Ah, umm.... Hah?" 

 

Celia meringkuk di tempatnya berdiri, ketika bayangan hitam itu mengeluarkan pisau dari sakunya. Kemudian, dia membatasi gerakan Celia dari belakang, bayangan itu mengarahkan pisau ke leher Celia.

 

"Apa!?" 

 

Setiap orang yang melihat pemandangan itu tersentak ngeri. Celia tidak mengerti apa yang terjadi, membuatnya semakin meringkuk.

 

"K-Kau! Lepaskan Celia! Apa— Gah !!" 

 

Ketika Charles menyadari bahwa Celia telah disandera, dia berteriak kaget. Namun, sosok hitam itu membuat Celia tetap dekat dengan tubuhnya dan menginjak punggung Charles. Sejak dadanya di injak, Charles mulai batuk dengan keras.