The Silver Bride – Chapter 3 : 「Menuju Wilayah Strahl」

 

Dua minggu telah berlalu sejak Rio dan Aishia meninggalkan desa Seirei no Tami. Mungkin itu karena doa Miharu karena perjalanan mereka berdua berjalan lancar. Keduanya mencapai wilayah Strahl dengan selamat, tanpa bertemu hal berbahaya di sepanjang jalan.

 

Mereka saat ini berada di bagian timur kerajaan Beltrum, atau lebih tepatnya, di hutan di dalam wilayah Marquess Rodan. Saat matahari mulai terbenam, Rio dan Aishia turun ke tempat acak di hutan dan mendirikan rumah batu untuk beristirahat. Setelah itu, mereka langsung menyiapkan makan malam dan duduk berhadapan di meja.

 

“Kita akan tiba di ibu kota Beltrant besok sore, jadi mari kita bahasa rencana kita sekali lagi.”

Kata Rio kepada Aishia.

 

"Oke."

 

“Pertama-tama, besok pagi kita akan langsung menuju ke ibu kota kerajaan. Setelah kita tiba, kita akan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang para pahlawan. Kemudian, pada malam hari, kita akan menyelinap ke akademi dan mengunjungi lab penelitian Celia Sensei. Jika ruangannya tidak berubah selama bertahun-tahun, maka kita akan bisa menemuinya.”

 

"Mengerti." Aishia mengangguk pelan.

 

“Celia Sensei mungkin tahu sesuatu tentang para pahlawan, jadi kita akan bertanya padanya apakah dia tahu sesuatu tentang teman Miharu-san – Sendou Takahisa dan Sumeragi Satsuki. Aku mungkin akan memperkenalkanmu kepadanya, tapi itu tergantung pada seberapa rumit situasinya. Bisakah kita mengesampingkan keputusan itu sampai kita bertemu dengannya?”

 

"Oke. Aku akan berubah ke wujud rohku dan fokus untuk mengawasi sekitar."

Kata Aishia, menawarkan diri sebagai pengintai. 

 

Karena saat dalam wujud rohnya, Aishia tidak bisa dilihat oleh siapa pun, peran itu sempurna untuknya.

 

“Terima kasih, itu akan sangat membantu. Sekarang, karena kita akan bangun pagi besok, ayo tidur. Kita sudah terbang seharian tanpa banyak istirahat.”

Kata Rio, tersenyum ramah.

 

"Ya, kita harus cukup tidur." 

Aishia mengangguk dengan ekspresi mengantuk. 

 

Sepertinya Aishia sudah cukup mengantuk.

 

∆∆∆∆

 

Sore berikutnya, Rio dan Aishia tiba di ibukota kerajaan Beltrum. Sebelum memasuki kota, keduanya memutuskan untuk mendirikan rumah batu di pinggiran kota.

 

Saat ini, mereka berada di pintu masuk jalan utama yang mengarah ke kawasan perdagangan di dalam tembok kastil.

 

"Kita sudah tiba disini, tapi ada satu hal yang berbeda...."

Rio memandangi kerumunan yang memblokir jalan dan menggumamkan kata-kata itu.

 

"Apa ada yang salah?" 

Aishia memiringkan wajahnya yang telah disembunyikan dibalik tudungnya dan bertanya. 

 

Penampilannya cukup menarik banyak perhatian, jadi Rio telah menyuruhnya untuk mengenakan tudungnya. 

Di sisi lain, Rio tidak menggunakannya tudungnya.

 

“Tidak, Aku hanya berpikir..... Kota ini menjadi jauh lebih hidup. Sebelumnya sangat ramai tapi.... Mari kita bertanya di beberapa kios di sekitar sini.”

Jawab Rio dengan ekspresi tidak yakin, menyarankan agar mereka bergerak.

 

"Oke."

 

Aishia mengangguk, mengulurkan tangannya agar Rio meraihnya sehingga mereka tidak akan berpisah dalam kerumunan. Rio dengan lembut memegang tangan Aishia.

 

Mereka berdua berjalan di sepanjang jalan yang ramai, tetapi bergerak di jalan utama itu sangat sulit, jadi mereka memutuskan untuk memasuki toko secara acak untuk mengumpulkan bebarapa informasi.

 

“Tidak ada tempat kosong di sini. Ayo coba masuk ke gang.”

Dengan senyum tegang, Rio menarik tangan Aishia dan membawanya ke gang belakang.

 

“Gang-gang juga sangat ramai, tapi setidaknya ada toko yang menyediakan tempat duduk. Ayo masuk ke salah satunya.”

Kata Rio, melangkah lebih jauh ke dalam gang. 

 

Seperti yang Rio harapkan, ada lebih banyak kursi kosong di toko-toko di sekitar sana.

 

"Kita belum makan siang, jadi ayo beli sesuatu untuk dimakan."

 

“Oke.... Di sana tercium bau yang sangat enak.”

Aishia mengendus-endus di udara dan menunjuk ke toko dimana baunya berasal. 

 

Tampaknya itu adalah kios yang menjual sandwich karena terlihat ada sekelompok kecil orang sedang menerima makanan yang baru dibuat.

 

"Kalau begitu, mari kita kesana."

Kata Rio, berjalan menuju kios.

 

Setibanya mereka disana, dia segera memanggil seorang gadis berusia sekitar dua belas atau tigas belas tahun di belakang meja.

 

"Permisi, Aku ingin membeli dua sandwich."

 

"......."

 

Gadis itu memandang Rio dan membeku di tempat seolah terpikat olehnya.

 

"....Maaf, apa ada yang salah?" 

Rio bertanya dengan ekspresi penasaran.

 

"Ah, tidak. Dua sandwich, benar? Silahkan tunggu sebentar. Ma, tolong buatkan 2 sandwich!"

 

Dengan sedikit rona memerah di pipinya, gadis itu menggelengkan kepalanya sebelum dia memberikan perintah pesanan itu kepada ibunya, yang sedang memasak di belakang meja.

 

"Baik, Okyaku-sama! Tunggu sebentar!"

Ibu dari gadis itu mengangguk ramah dan segera mulai menyiapkan bahan-bahannya. 

 

{ TLN : Okyaku-sama itu semacam sebutan untuk tamu/pelanggan }

 

Wanita itu tampak berusia tiga puluhan – dia masih sangat muda dan memiliki ciri-ciri wajah yang halus.

 

[ Hm....? ]

 

Rio melihat wajah wanita itu dan merasakan dejavu yang aneh, tetapi karena dia tidak dapat melihat alasan di baliknya, jadi dia memutuskan untuk mengabaikannya dan kembali ke tujuan utamanya.

 

“Jalan utama dipenuh dengan banyak orang. Apa selalu sesibuk itu?”

Rio bertanya dengan gadis itu.

 

“Ah, kupikir dua bangsawan kelas tinggi akan menikah besok, jadi ada beberapa orang yang datang ke ibukota untuk menghadiri pernikahan mereka. Akan ada berbagai perayaan dan bahkan parade, atau semacamnya. Karena itu, bahkan kios-kios cukup jauh dari jalan utama seperti kami mendapat pelanggan, jadi kami sangat bersyukur.”

Jawan gadis itu dengan senyum bahagia.

 

“Besok.... Aku mengerti. Bolehkah aku bertanya nama keluarga....?” 

 

Jika itu adalah keluarga kelas tinggi, maka ada kemungkinan Rio mengetahuinya.

 

“Umm, nama keluarganya itu? Sesuatu seperti Ar... Ar....”

 

Gadis itu tidak dapat mengingat namanya. Saat dia memiringkan kepalanya ke samping, dia mencoba mencari melalui ingatannya.

 

".....Keluarga Duke Arbor?"

 

Ekspresi gadis itu berbinar saat dia mengangguk. 

 

"Ah, itu dia! Itu adalah nama keluarga bangsawannya...."

 

"Aku mengerti. Itu memang keluarga kelas atas."

Kata Rio sambil mengingat apa yang dia ketahui tentang politik kerajaan.

 

[ Mengadakan parade saat upacara pernikahan.... Apakah ini untuk unjuk kekuatan? Insiden penculikan Putri Kedua sembilan tahun yang lalu seharusnya telah mengurangi pengaruh Duke Arbor menurun drastis, setidaknya sampai aku pergi meninggalkan kerajaan.... Apa situasinya menjadi terbalik setelah aku pergi? Jika aku ingat dengan benar..... Keluarga Celia Sensei adalah bagian dari faksi Duke Fontaine yang sangat setia kepada raja. ]

 

Membandingkan keseimbangan masa lalu dan sekarang, Rio mencoba berhipotesis tentang apa yang telah terjadi.

 

"Umm, sepertinya kamu tahu banyak tentang bangsawan, Onii-san." 

Kata gadis itu, menatap wajah Rio dengan sedikit keraguan.

 

Rio membuka matanya sejenak, tetapi tidak butuh waktu lama baginya untuk memahami apa yang disiratkan gadis itu, jadi dia mencoba meredakan kekhawatirannya dengan senyuman. 

 

"Hm? Kamu benar, tapi aku bukan bangsawan, jadi kamu tidak perlu takut."

 

"Ah, tidak! Aku tidak bermaksud begitu! Aku hanya berpikir kamu berbicara sangat sopan denganku, jadi aku bertanya-tanya..... Mungkin aku salah..... Umm, Kamu tidak perlu berbicara denganku secara formal. Ngomong-ngomong, namaku Sophie!"

 

Gadis itu tersipu dan mencoba menjelaskan dirinya dengan gerakan malu. Selain itu, dia juga memperkenallan dirinya karena suatu alasan.

 

“Ada apa, Sophie? Makanannya sudah siap. Tolong berikan ke pelanggan.”

 

Setelah dia selesai menyiapkan makanan, suara ibu Sophie dapat terdengar dari belakang.

 

"Ah, baik Ma. Ini dia.... Terima kasih sudah menunggu!" 

 

Sophie menerima sandwich itu dan menyerahkannya kepada Rio, sambil menundukkan kepalanya.

 

"Aku minta maaf atas perilaku putriku, tuan." 

Ibu Sophie juga menundukkan kepalanya dalam-dalam pada Rio.

 

“Tidak apa, kamu memiliki seorang putri yang sangat manis dan ramah. Aku sangat menikmati obrolan kami.” 

Rio menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan senyuman.

 

Ibu Sophie menghela nafas lega. 

 

"Aku senang mendengarnya jika begitu."

 

"Aku ingin menanyakan sesuatu, apakah kamu sudah lama menjalankan toko ini?"

Rio tiba-tiba bertanya.

 

“Ya, sudah sekitar lima tahun. Aku membuka toko ini ketika putriku ini masih kecil.”

Ibu Sophie menjawab dengan tatapan penasaran.

 

[ Ah, aku mengerti sekarang. Pantas saja..... ]

 

Seolah semuanya semakin jelas, Rio menunjukkan senyuman.

 

"Aku mengerti. Kalau begitu, aku rasa ini bukan pertama kalinya aku mengunjungi toko ini. Tidak heran aku merasakan semacam dejavu ketika melihat bagian depan tokomu. Aku ingat putrimu juga menjaga toko ini pada waktu itu." 

Kata Rio menjelaskan perasaan familiar yang di rasakan sebelumnya.

 

Saat disebutkan oleh Rio, Sophie sedikit tersentak.

 

"Ehh. Betulkah? Terima kasih banyak sudah datang lagi."

 

Sophie berterima kasih kepadanya dengan senang, meskipun dia tidak bisa mengingat kunjungannya saat itu.

 

Terakhir kali Rio mengunjungi toko ini, ketika dia bersiap untuk meninggalkan kerajaan setelah dimasukkan dalam daftar buronan. Sejak itu, Rio tumbuh banyak dan warna rambutnya saat ini berbeda, jadi tidak mengherankan jika ibu dan anak itu tidak mengingatnya.

 

"Tidak, tidak apa-apa. Ini uangnya. Aishia ambil ini."

 

“Terima kasih.”

Aishia mengangguk, menerima dan langsung menggigit sandwichnya. 

 

".....Sangat lezat."

 

"Silakan duduk untuk makan." 

Kata Ibu Sophie dengan senyum senang, dia keluar dari belakang kios dan menyiapkan dua kursi di sebelah konter untuk Rio dan Aishia duduk.

 

"Baik, jika kamu tidak keberatan." 

 

Rio dan Aishia menerima kursi yang telah ditawarkan kepada mereka. Setelah duduk, Rio pun ikut menggigit sandwichnya.

 

"Wow, ini sangat enak."

 

Roti yang digunakan untuk sandwich adalah sejenis baguette dan isinya adalah campuran daging dan sayuran yang dibumbui dengan saus asin; rasa kaya dari sandwich menyebar ke seluruh mulutnya.

 

{ TLN : Baguette adalah roti yang biasanya berbentuk panjang dan ukurannya yang besar, dan memiliki tekstur sangat renyah ketika dimakan.  }

 

"Terima kasih banyak. Silahkan nikmati waktu makanmu."

Kata Ibu Sophie, setelah itu dia kembali ke dalam kios.

 

Saat keduanya sedang makan, gadis bernama Sophie melirik mereka beberapa kali, membuat Rio tidak nyaman dan terpaksa memulai percakapan.

 

"Umm, Sophie?" Rio bertanya.

 

"Y-Ya !? Apa yang bisa aku bantu Onii-chan?" 

Sophie menjawab dengan riang.

 

"Jika aku tidak mengganggu pekerjaanmu, ada hal lain yang ingin aku tanyakan....."

 

"Selama tidak ada pelanggan lain, silakan tanyakan apa yang kamu inginkan!"

 

"Apa kamu tahu sesuatu tentang pahlawan yang dipanggil empat bulan lalu?"

 

“Ah, kejadian itu menimbulkan keributan. Pilar cahaya raksasa muncul dari kastil kerajaan, jadi reaksi seperti itu bisa dimengerti!” 

Sophie berkata dengan gembira, mengingat apa yang telah terjadi.

 

"Apa kerajaan secara resmi mengumumkan keberadaan pahlawan ?"

 

"Ya — Istana telah membuat pengumuman resmi."

 

"Begitu ya..... Ngomong², apa kamu tahu nama pahlawan itu?"

 

"Maaf, aku tidak mengetahuinya...."

 

"Aku mengerti.... Tidak masalah. Terima kasih telah menjawab pertanyaanku."

Kata Rio yang mengakhiri percakapan dan melanjutkan makanannya. 

 

Aishia terus mengunyah sandwichnya dengan cara yang menggemaskan.

 

“Terima kasih atas makanannya – sangat enak. Aku mungkin akan mampir lagi jika berada di dekat sini.”

 

Setelah menyelesaikan makannya, Rio mengucapkan kata-kata itu dan pergi dari toko.

 

"Ya, silahkan datang lagi kapan pun, Okyaku-sama!" 

 

Sophie dan ibunya mengucapkan selamat tinggal pada Rio dan Aishia dengan riang.

 

"Mereka pasangan yang serasi."

 

Ibu Sophie – seorang wanita bernama Angela – berkata kepada putrinya.

 

"Ibu benar. Aku hanya bisa melihat sekilas wajahnya dari tudungnya, tetapi gadis itu sangat cantik....." 

Sophie setuju dengan nada penuh kekaguman dan kecemburuan.

 

"Fufu, aku harap kita bertemu lagi mereka lagi." 

Kata Angela sambil tersenyum bahagia.

 

∆∆∆∆

 

Setelah makan siang, Rio dan Aishia melanjutkan berjalan-jalan di pasar untuk mencari informasi. Langit mulai gelap; akhirnya, semua toko tutup. Sebaliknya, bar dan penginapan mulai menjadi lebih ramai, tetapi Aishia dan Rio tidak punya urusan dengan fasilitas seperti itu.

 

Rio menyusuri jalan utama yang tidak terlalu ramai bersama Aishia. 

 

“Baiklah, kurasa kita sudah mendapatkan semua informasi yang kita bisa untuk hari ini. Maaf sudah membuatmu menemaniku. Terima kasih, Aishia.”

Kata Rio, memberikan ucapan terima kasihnya kepada Aishia yang sudah menemaninya sepanjang hari.

 

"Aku tidak melakukan apapun. Kamulah yang mengumpulkan semua informasi, Haruto."

Aishia menggelengkan kepalanya dengan suara tenang.

 

"Tidak, karena kamu menemaniku, orang yang aku ajak bicara tidak terlalu waspada kepadaku."

 

"Aku senang mendengarnya, kalau begitu."

 

Meskipun wajahnya selalu tersembunyi di balik tudung sepanjang waktu, cukup mudah untuk mengatakan bahwa Aishia adalah seorang wanita jika dilihat bentuk tubuhnya. Seorang laki-laki dan perempuan yang berjalan bersama biasanya disalahartikan sebagai pasangan, dan beberapa pegawai toko menjadi lebih ramah setelah sekilas melihat kecantikan Aishia. Jika pencarian informasi berjalan lancar, itu semua berkat dia.

 

“Sesuai rencana, sekarang aku berniat untuk pergi ke akademi. Tetapi jika kamu merasa lelah, kamu bisa beristirahat dulu....”

 

"Aku baik-baik saja. Aku juga mau pergi. Jika kita akan menyusup, wujud rohku mungkin berguna." 

Tanpa sedikitpun keengganan, Aishia menawarkan diri.

 

“.....Kalau begitu, aku akan menerima tawaranmu. Ayo kita pergi.” 

 

Rio menunjukkan senyuman bercampur senang dan rasa bersalah karena kesetian yang dimiliki Aishia itu, tetapi itu tidak menghentikannya untuk pergi ke tempat tujuannnya. 

Tentu saja, mereka berdua menuju ke Akademi Kerajaan Beltrum – tempat dimana Rio belajar dan tujuannya adalah laboratorium Celia yang berada di bawah menara perpustakaan.

 

Namun, akademi itu terletak jauh di dalam distrik bangsawan, yang dikelilingi oleh tembok istana dan bersebelahan dengan istana itu sendiri. 

Karena alasan ini, mereka berdua tidak bisa masuk dari depan. Tetapi mau atau tidak mereka harus menyelinap masuk karena Rio dan Aishia bisa menggunakan spirit art yang menjadikan tugas itu jadi lebih mudah.

 

Mereka berdua mengitari dinding sampai mereka menemukan area yang relatif tidak terlindungi dan melompat di udara dengan spirit art, dengan mudah melewati dinding setinggi sepuluh meter. 

Mereka telah memutuskan untuk menunggu sampai malam karena menyelinap jauh lebih mudah dengan bantuan kegelapan; tidak mungkin mereka berdua terbang pada siang hari.

 

"Lewat sini." 

 

Rio melompat ke permukaan atap sebuah bangunan berukuran sedang dan memperkuat tubuhnya dengan spirit art. Kemudian dia mulai berlari dengan melintasi atap-atap bangunan di area bangsawan sementara Aishia mengikutinya dari belakang. Dengan kecepatan itu, mereka berdua mencapai akademi dalam hitungan menit.

 

Sebagai seorang mantan siswa, Rio berjalan melalui halaman akademi tanpa ragu-ragu. Jumlah penjaga yang menjaga area itu jauh lebih rendah dibandingkan dengan penjaga yang menjaga area bangsawan, jadi Rio dan Aishia mencapai menara perpustakaan tanpa masalah. 

Ada dua penjaga di luar menara perpustakaan, tapi karena tidak ada tanda-tanda masalah dari tempatnya, mereka berdua terlihat tampak tidak termotivasi dengan pekerjaan mereka sama sekali.

 

“Ada teras di lantai dua di belakang sana. Kunci jendela itu seharusnya mudah dirusak, jadi mari kita coba. Jika kita tidak bisa membukanya, kamu bisa masuk ke dalam dengan wujud rohmu dan buka dari dalam.”

 

"Oke." 

 

Rio dan Aishia menuju ke teras lantai dua.

 

“Aku yakin itu ada di sekitar sini..... Oh, aku pikir akan lebih mudah untuk memasukkanmu dari awal, kan?”

 

Rio berdiri di depan jendela kayu dan menatap Aishia dengan senyum masam. Aishia juga bisa memastikan apakah ada orang di dalam.

 

"Yup, serahkan padaku."

 

Aishia mengangguk, berubah ke dalam wujud rohnya dan menghilang dari pandangan. Kurang dari sepuluh detik kemudian, jendela terbuka dari dalam dengan suara sedikit derit.

 

"Masuk. Tidak ada orang di dalam."

 

“.....Terima kasih, Aishia. Kamu membuat segalanya lebih mudah dari yang diharapkan.”

 

Rio tertawa ringan dan memasuki menara perpustakaan dan menutup jendala itu sekali lagi, menguncinya dari dalam.

 

"Ayo pergi. Laboratorium Celia Sensei ada di bawah."

 

Keduanya melanjutkan misi yang ada dan menuju ke bawah. Tidak ada penjaga di perpustakaan, tetapi biasanya ada guru yang bekerja – Rio dan Aishia tidak bisa lengah sedikitpun.

 

[ Ini membawa kenangan. ]

 

Pikir Rio saat dia berjalan menyusuri koridor di lantai bawah. Mereka berdua terus menyusuri lorong yang diterangi oleh remang-remang cahaya artefak sihir dan kemudian tiba di laboratorium yang digunakan Celia untuk penelitiannya. Plat nama di pintu itu masih di ukir dengan nama Celia Claire.

 

[ Namanya masih ada di sini. ]

 

Setelah tertawa sedikit dan menarik napas dalam-dalam, Rio mengetuk pelan. Namun, bagian dalam ruangan tetap sunyi, tanpa ada yang bereaksi selama beberapa detik.

 

".....Apa dia sedang pergi ?" 

Rio mengetuk pintu sekali lagi untuk memastikan, tetapi hal itu masih tidak berguna, dia mengerutkan kening.

 

"Aku akan memeriksanya." 

Kata Aishia, berubah ke wujud rohnya. Tubuhnya berubah menjadi partikel cahaya dan menghilang.

 

[ Privasi tidak berlaku untuknya, ya? ]

 

Rio tidak menyadari sebelumnya karena Aishia selalu tetap dalam bentuk fisiknya, tetapi jika dia mau, Aishia bisa menyalahgunakan kemampuan itu kapan saja. Hal terbaik adalah berbicara dengannya tentang kapan dan dimana pantas untuk menyerang privasi seseorang – dan dengan siapa saja, tentu saja.

Rio memikirkannya dengan senyum masam. Tak lama kemudian, partikel cahaya berkumpul, sekali lagi membentuk sosok Aishia.

 

“Celia tidak ada di dalam sana. Ruangan itu benar-benar kosong.”

Aishia memberikan laporannya.

 

"Maksudmu dia baru saja pergi?"

 

"Tidak. Tampaknya ruangan tersebut tidak pernah digunakan sama sekali dalam beberapa hari terakhir. Sebagian besar barang-barang di dalamnya juga telah di pindahkan."

 

Rio meletakkan tangannya di dagunya dan mulai berpikir. 

 

"......Sepertinya kita perlu menyelidikinya sekali lagi."

Rio berkata dalam pikirannya.

 

"Apa yang akan kita lakukan?"

 

“Ini mungkin sedikit berisiko, tapi mari kita lihat apakah ada peneliti lain di perpustakaan dan kemudian memberikan mantra kepada mereka. Untuk sekarang, mari kita cari di laboratorium di lantai ini untuk semua yang kita bisa.” Jawab Rio.

 

"Oke. Aku akan mencari dalam wujud rohku."

 

Rio berhenti sejenak.

 

“Itu mungkin pilihan yang paling tidak berisiko. Bisakah aku memintamu untuk segera melakukannya ?”

 

"Serahkan padaku."

 

Aishia segera berubah ke wujud rohnya dan mulai mencari. Tak sampai semenit kemudian, dia muncul sekali lagi  di hadapan Rio.

 

"Haruto, lewat  sini."

Kata Aishia, menuntun Rio ke lab yang telah dia tandai.

 

"Terima kasih banyak. Apa ada orang di dalam sana?"

 

“Ya, seorang peneliti paruh baya. Aku akan masuk ke dalam dan memberikan ilusi padanya, jadi masuklah setelah aku memanggilmu.”

Kata Aishia. 

 

Teknik ilusi adalah jenis spirit art yang mempengaruhi kelima panca indera seseorang yang terkena efeknya. Misalnya, menanamkan semacam mimpi ke dalam benak orang lain adalah salah satu jenis seni ilusi. Ada beberapa spirit art seperti itu; yang paling kompleks dan kuat adalah yang menyebabkan orang mengalami 'mimpi dengan mata terbuka'.

 

Namun, karena teknik ilusi membutuhkan waktu untuk diaktifkan dan efeknya menjadi kurang efisien jika orang tersebut menolak – sampai-sampai bisa sepenuhnya dibatalkan. Selain membutuhkan keterampilan yang cukup dengan spirit art, melakukan mantra itu dengan cara yang praktis sangatlah rumit. Untuk alasan ini, yang terbaik adalah melafalkan teknik ilusi tanpa disadari oleh target.

 

Bahkan jika ilusi tersebut tercipta, jika orang itu menolak, mantranya akan benar-benar dibatalkan. Jadi, bahkan jika mantranya telah diaktifkan dengan sempurna, ilusi itu akan benar-benar hancur.

 

Dengan pemikiran itu, Rio mengangguk tidak nyaman. 

 

"....Kamu benar. Akan lebik baik jika kamu melemparkan teknik ilusi itu saat dalam wujud rohmu, Aishia."

Kata Rio sambil menghela napas kecil.

 

"Kita menyusup ke akademi ini untuk mencari informasi tentang Celia Sensei. Kita tidak bisa membuat seseorang menyadarinya, jadi kamu harus membuatnya dalam kondisi dalam mimpi sepenuhnya."

 

Jika mereka bisa membuatnya dalam mimpi sepenuhnya sebelum dia menyadarinya, ingatan tentang Rio dan Aishia akan hilang saat efek ilusi tersebut selesai.

Rio juga bisa menggunakan teknik ilusi, tetapi saat mempertimbangkan jeda waktu ketika dia memasuki ruangan, dia memutuskan bahwa Aishia lah yang paling cocok dalam peran itu.

 

"Itu akan baik-baik saja, jangan khawatir."

Aishia tampaknya tidak memiliki keraguan sama sekali, karena tangganpannya itu kepada Rio.

 

"....Ya. Jika itu kamu, maka aku tidak perlu khawatir."

Kata Rio dengan senyum tipis.

 

"Yup."

 

Aishia mengangguk, sekali lagi berubah menjadi partikel cahaya. Kemudian, setelah beberapa saat….

 

[ Masuklah, Haruto. ]

Suara Aishia menggema di kepala Rio.

 

Tanpa mengetuk, Rio segera membuka pintu; di sana, seorang pria paruh baya sedang duduk di mejanya. Di sampingnya adalah Aishia, yang meletakkan tangannya di atas kepala pria itu.

 

"Hei." 

 

Profesor itu memperhatikan kehadiran Rio dan menyapanya dengan nada ramah. Namun, matanya tidak fokus dan wajahnya menunjukkan tatapan kosong.

 

[ Dia berpikir kamu adalah tamu penting. Jika kamu ingin menanyakan sesuatu kepadanya, dia akan menjawab pertanyaanmu dengan tepat – selama dia mengetahuinya, tentunya. ]

 

Aishia menjelaskan situasinya kepada Rio menggunakan telepati. Rio mengucapkan terima kasih singkat dan segera memulai dengan pertanyaannya.

 

“Aku punya sedikit urusan dengan Celia Claire. Di mana aku bisa menemukannya?”

 

"Bukankah seharusnya dia ada di kastil?" 

Pria itu menjawab dengan santai.

 

"Di kastil.... Kenapa dia berada di sana?"

 

"Hahaha. Faksi Duke Arbor mungkin telah mendapatkan kembali pengaruhnya, tetapi kerajaan masih dalam keadaan tidak stabil. Mereka mungkin waspada terhadap faksi Duke Huguenot dan juga pernikahan mereka akan di adakan sebentar nanti."

 

"......Pernikahan? Siapa yang akan menikah?" 

Rio nyaris meragukan pendengarannya sendiri.

 

“Celia, tentu saja. Dia akan menikahi Charles-sama dari keluarga Duke Arbor.”

Kata peneliti itu.

 

"Charles !? Charles Arbor dan Celia Sensei akan menikah!?"

Rahang Rio ternganga atas keterkejutan itu dan tanpa sadar meninggikan suaranya.

 

Reaksinya tidak mengherankan – Charles Arbor adalah orang yang telah menyiksa Rio dengan nama interogasi selama insiden penculikan Putri Flora. Jelas sekali bahwa Rio tidak memiliki kesan yang baik tentang Charles.

 

“Yah, itu pernikahan politik yang umum. Keluarga Celia berasal dari faksi Fontaine.... Atau lebih tepatnya, dari faksi yang diakui berada di pihak Yang Mulia. Sekarang faksi Duke Huguenot telah melarikan diri dari ibukota, pernikahan dengan salah satu anggota faksi Fontaine adalah kesempatan sempurna bagi kekuatan keluarga Arbor untuk tumbuh. Dan meskipun sulit bagiku untuk mengakuinya, Celia adalah seorang jenius yang mutlak, jadi dia memiliki banyak nilai sebagai seorang istri.”

Peneliti paruh baya itu menjelaskan.

 

"Celia Sensei.... Tidak, apa keluarga Count Claire juga menginginkan pernikahan politik ini?"

 

“Itulah yang dipikirkan semua orang.... Tapi dengan keadaan kerajaan saat ini, bukanlah ide yang baik untuk menolak undangan langsung dari faksi Arbor. Bisa dibilang lebih bermanfaat untuk keluarga Count Claire untuk berada di pihak pemenang.”

 

Rio menarik napas dalam-dalam dan mencoba menenangkan diri sebelum melanjutkan pertanyaannya. 

 

".....Aku mengerti. Tapi aku masih tidak mengerti mengapa dia tinggal di kastil dan apa yang kamu maksud dengan mewaspadai faksi Duke Huguenot?"

 

“Saat ini, faksi Duke Huguenot diperlakukan sebagai kelompok pemberontak oleh kerajaan, jadi mereka bersembunyi. Namun, faksi mereka tidak bisa dianggap remeh. Duke Huguenot tidak ingin faksi Arbor dan keluarga Count Claire memiliki koneksi, jadi kemungkinan besar Celia akan berada di kastil sehingga dia tidak dalam bahaya.”

 

"Begitu, jadi itu sebabnya.... Lebih mudah melindunginya di dalam kastil...."

Rio bergumam sambil meringis.

 

[ Aku kira ada banyak perselisihan politik sejak aku pergi dan karena itu, Celia Sensei terjebak di dalam situasi seperti ini..... ]

 

Rio merasa malu karena dia tidak mengetahui situasi Celia sebelumnya.

 

".....Pernikahannya akan diadakan besok, kan?"

 

"Iya. Akan ada parade besar dan sebagainya."

Profesor itu mengangguk.

 

Rio menarik napas lagi untuk menenangkan dirinya sebanyak yang dia bisa. Kemudian dia mengganti topik pertanyaannya. 

 

“Selain itu, bolehkah aku menanyakan beberapa hal tentang perselisihan yang terjadi dengan kekaisaran Proxia? Karena insiden itulah raja dan Duke Huguenot kehilangan kekuatan mereka, kan?”

 

Tidak salah lagi fakta bahwa perubahan dalam politik internal adalah penyebab pernikahan Celia yang tiba-tiba. Namun, Rio perlu memahami situasi dengan lebih detail.

 

"Mm.... Aku tidak terlalu tertarik dengan politik, jadi aku akan memberitahumu apa yang aku dengar dari orang lain."

 

"Tidak masalah."

 

"Perselisihan yang dimaksud dimulai sekitar setengah tahun lalu."

 

Kekaisaran Proxia adalah negara militer besar yang terletak di utara Beltrum. Mantan tentara bayaran dan kaisar saat ini, Nidol Proxia, mengambil alih kekuasaan ketika dia membunuh raja dari sebuah negara kecil empat puluh tahun yang lalu.

Sejak saat itu, Nidol menaklukkan beberapa negara kecil, mengembangkan apa yang sekarang dikenal sebagai Kerajaan Proxia. Karena ekspansi mereka yang cepat, kerajaan tetangga mulai menjadi berhati-hati. Mereka yang berbagi perbatasan yang sama dengan kekaisaran Proxia – termasuk Beltrum dan Galarc – telah mengalami beberapa konflik dengan kekaisaran sejak didirikan.

 

Meskipun demikian, sejak aliansi militer antara beberapa negara yang dipimpin oleh kerajaan Beltrum dan Galarc dibentuk untuk menentang Proxia, ketegangan antara sekutu dan kekaisaran telah berkurang drastis.

 

“Pendekatan pasif  Yang Mulia dan Duke Huguenot pertahankan selama bertahun-tahun ini adalah alasan utama kehancuran mereka, karena Kekaisaran Proxia dengan berani menyerbu berbagai wilayah strategis kerajaan kami. Setelah itu, pasukan kami ditangkap dan harus mengakui kekalahannya.”

Invasi tersebut sangat mengubah ketegangan antara Beltrum dan Proxia.

 

“Aku tidak tahu detail pastinya, tapi aku telah mendengar bahwa tentara terkuat di kerajaan Proxia, Ksatria Bersayap, memainkan peran yang sangat besar dalam kemenangan. Bagaimanapun, pada saat itulah Duke Arbor muncul. Dia menekan Yang Mulia Raja dan Duke Huguenot untuk bertanggung jawab atas wilayah yang direbut dan sejak itu, dia telah mengambil alih negosiasi dengan Kerajaan Proxia, yang berjalan cukup baik.”

 

Karena pria paruh baya itu adalah seorang profesor di akademi, penjelasan yang dilakukannya baik dan mudah diikuti.

 

“Setelah itu, meskipun aku tidak yakin dengan rinciannya, berkat Duke Arbor Kerajaan kami dan Kekaisaran Proxia berdamai. Karena itu, pengaruh keluarga Arbor naik, memungkinkan keluarganya mendapatkan kepercayaan dari sebagian besar bangsawan istana dan membersihkan faksi Duke Huguenot sedikit demi sedikit. Duke Arbor memanfaatkan momentum itu untuk mengkritik Yang Mulia Raja dan menadapatkan bagian kekuasaan miliknya.”

 

"Mengkritik raja adalah tindakan yang cukup berani....."

 

“Yang Mulia Raja berada dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan. Sejak raja sebelumnya meninggal, Yang Mulia Raja telah terjebak dengan persaingan antara faksi-faksi istana.”

 

Profesor itu menjelaskan situasinya secara objektif dan menghela nafas. Dia tampaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang politik kerajaan, tetapi dia tampaknya tidak terlalu tertarik.

 

"Selain itu, apa kamu tahu nama pahlawan yang dipanggil baru-baru ini?" 

 

Seseorang dapat memasuki ruangan kapan saja, jadi mereka harus cepat. Dengan pemikiran itu, Rio memutuskan untuk segera menanyakan apa yang perlu dia ketahui.

 

"Ah, tentang itu? Kalau tidak salah namanya adalah.... Rui. Ya, namanya Rui Shigekura."

 

“Rui Shigekura? Aku mengerti. Terima kasih banyak.”

 

Meskipun cukup jelas bahwa itu adalah nama Jepang, itu bukanlah salah satu orang yang dicari Miharu dan yang lainnya. Setelah itu, Rio mencoba memastikan beberapa hal lagi.

 

"Itu saja yang aku tanyakan. Jadi, permisi."

Setelah beberapa saat, Rio mengakhiri percakapan.

 

"Aku juga menikmatinya." 

Pria itu menggelengkan kepalanya dan mengucapkan selamat tinggal dengan ramah. 

 

Ilusi itu kemudian akan menghilang, meninggalkan kesan bahwa dia telah tertidur sepanjang waktu.

 

"Apa yang akan kita lakukan?" 

Aishia bertanya kepada Rio setelah mereka berdua meninggalkan ruangan.

 

“.....Ada beberapa detail lagi yang belum kita ketahui tentang pernikahan, tetapi kita sudah tidak punya waktu. Aku ingin bertemu Celia Sensei sebelum upacara, jadi mari kita akan segera menyusup ke kastil sekarang.”

 

Akan lebih mudah mendengar detailnya langsung dari mulut Celia sendiri.

 

“Kalau begitu biarkan aku membantumu juga. Aku akan memasuki kastil dan menemukan lokasi kamar Celia.”

 

"Terima kasih. Kastil berada tepat di sebelah Akademi. Memasuki halaman kastil seharusnya tidak menjadi masalah, tapi...."

 

Masalahnya adalah menemukan lokasi kamar Celia berada. Kastil adalah bangunan besar yang memiliki beberapa ruangan yang tidak diketahui Rio.

 

Sepertinya tidak ada penghalang apapun yang di pasang di sekitar, jadi masalah utamanya adalah interiornya.... Terutama interior kastil....

 

Ada teknik yang menggunakan spirit art angin tingkat tinggi yang memungkinkan penggunanya menjadi tidak terlihat, tapi harus bergerak perlahan agar bisa berfungsi dengan baik. Ada juga risiko bahwa akan ada detektor esensi sihir yang akan mengungkapkan posisinya, jadi dia harus berhati-hati. Mereka mungkin akan berhasil melarikan diri dengan selamat bahkan jika itu terjadi, tapi itu akan menyebabkan peningkatan keamanan yang akan membuat pertemuan mereka dengan Celia lebih sulit untuk dilakukan.

 

“Aku akan berubah ke wujud rohku dan memasuki kastil sendirian. Dengan begitu, resikonya akan berkurang.”

Aishia mengutarakannya dengan sederhana.

 

“....Bagian dalam kastil memiliki area rahasia, jadi ada kemungkinan ada pendeteksi sumbet esensi yang mencurigakan. Mengesampingkan aura karakteristik yang kamu pancarkan ketika berada dalam wujud fisikmu, jika kamu berubah ke wujud rohmu, bukankah kamu akan menjadi kumpulan ode dan mana? Apa kamu yakin?” 

 

Mereka berdua telah mempertimbangkan risiko yang sama sebelum memasuki akademi, tetapi kemungkinan besar keamanan di kastil jauh lebih ketat.

 

"Tidak masalah. Jika ada semacam penghalang yang mendeteksi esensi sihir, aku akan mendeteksinya terlebih dahulu. Dan juga, manusia di wilayah Strahl tidak dapat merasakan esensi, jadi aura rohku seharusnya tidak menjadi masalah. Aku juga tidak merasakan kehadiran roh di sekitar sini. Sejauh dalam jangkauan deteksiku, tentu saja."

 

“Dryas-san juga mengatakan itu. Roh liar biasanya tidak pernah muncul di Strahl.”

Rio menambahkan.

 

“Kebanyakan roh memiliki kepribadian pengecut, jadi mereka berusaha menghindari manusia sebisa mungkin. Dari apa yang dikatakan Dryas kepadaku, orang-orang desa roh yang hidup berdampingan dengan para roh adalah kasus yang sangat langka.”

 

"Begitukah.... Jadi, bisakah aku mengandalkanmu sekali lagi, Aishia?" 

Rio meminta dengan enggan. 

 

Rio merasa bersalah karena sangat bergantung kepada Aishia, tetapi pada saat ini, mereka harus beroperasi seefisien mungkin.

 

"Yup."

Aishia mengangguk tanpa keberatan sama sekali.

 

"Terima kasih. Ayo kita pergi ke kastil segera."

 

Keduanya menuju ke istana kerajaan.