"Hah!?"
Gadis berambut merah muda itu memiringkan kepalanya ke samping saat dia menatap wajah Miharu. Tiba-tiba, gadis itu bergantung di leher Rio, menyebabkan selimut yang menutupi tubuhnya jatuh ke tempat tidur sebagai hasilnya. Rio menjadi kaget, sementara Miharu memerah di telinganya.
"Maafkan aku! Aku seharusnya tidak membuka pintu secara tiba-tiba.... Aku tidak melihat apa-apa! P-Permisi! —Oww!"
Dengan kekuatan yang cukup, Miharu menundukkan kepalanya, berbalik 180 derajat, dan bergegas mundur. Namun, karena gugup, dia menabrak tepi pintu.
"A-Apa kamu baik-baik saja !?"
Rio bertanya dengan panik.
“Aku baik-baik saja... Ugh... Maafkan aku... Maafkan aku... Aku menjadi sangat canggung."
Miharu terhuyung saat dia berulang kali menggelengkan kepalanya. Dengan wajah benar-benar merah, kali ini dia berhasil pergi dengan sukses.
Hanya Rio dan gadis tak dikenal yang tersisa di ruangan itu. Rio hendak bangun dan mengejar Miharu, tetapi memutuskan itu tidak akan berguna dan menundukkan kepalanya karena kecewa.
“....Umm, siapa kamu? Bisakah kamu menjelaskan situasi ini kepadaku?”
Rio menanyakan itu sambil menutupi tubuh gadis itu dengan selimut. Dia tidak akan meninggalkannya begitu saja, tapi hal pertama yang harus dia konfirmasi adalah situasinya.
"Aku adalah Roh kontrakmu Haruto."
Memiringkan kepalanya ke samping dengan ekspresi penasaran, gadis itu menjawab dengan nada yang jelas dan indah.
“Roh kontrakku.... Begitu. Jadi kamu....”
Setelah mendengar respon gadis itu, Rio segera menjadi tenang.
Menyadari siapa gadis itu, Rio menatap wajahnya dan menyadari bahwa ada sensasi suci terpancar. Namun, kecantikannya yang dingin dan misterius membuatnya terlihat tidak nyata. Auranya mirip dengan Dryas di desa roh, tapi Dryas menunjukkan emosi yang jauh lebih banyak daripada gadis misterius di sebelahnya.
Jika mempertimbangkan situasinya, semuanya masuk akal. Lebih jauh lagi, gadis itu memberikan perasaan samar yang memiliki karakteristik kekuatan roh – Rio menyimpulkan bahwa gadis di depannya benar-benar roh kontraknya.
“....Ada banyak hal yang ingin aku tanyakan padamu. Seperti, siapa kamu? Mengapa kamu membuat kontrak denganku? Kamulah yang membawaku ke Miharu dan yang lainnya, kan?”
Rio mengajukan pertanyaan demi pertanyaan. Dia harus memastikan siapa roh kontaknya, dan seberapa banyak dia tahu. Namun, gadis itu menggelengkan kepalanya perlahan sambil menunjukkan ekspresi yang rumit.
"Aku tidak tahu." Itu jawabannya.
Rio menunjukkan ekspresi kecewa.
Gadis itu menghindari semua pertanyaannya.
“K-Kamu tidak tahu....? Bukankah kamu yang memintaku untuk pergi ke arah tenggara ketika aku masih di Amande? Dan juga, ketika aku masih kecil, kamu mengajariku untuk menggunakan spirit art... Bukankah itu kamu juga?"
Mendapatkan kembali ketenangannya, Rio bertanya.
"Aku tidak tahu."
Jawab gadis itu dengan wajah tanpa ekspresi, tapi suaranya mengandung sedikit kesedihan.
Dengan hati-hati, gadis itu mengulurkan tangannya dan meraih tangan Rio.
"Hangat."
Rio mendengar bisikan lembut saat tangannya diambil.
Namun, mulut gadis itu tidak bergerak, dan ekspresinya terlihat lega.
Rio sedikit kehilangan ketenangannya.
"Umm, oke.... Bisakah kamu setidaknya memberitahuku namamu?" Sambil menghela napas, Rio bertanya.
"Aku juga tidak tahu namaku."
Jawab gadis itu dengan tatapan sedih.
"K-Kamu juga tidak tahu namamu? Err, jadi apa yang kamu tahu?"
Rio bertanya dengan ekspresi tidak percaya.
"Aku akan selalu berada di sisi Haruto, jadi aku ingin sebuah nama." Katanya.
"....Di sisiku, ya."
Rio menunjukkan ekspresi muram.
Gadis itu menatap Rio dengan ekspresi khawatir.
"Tidak boleh?"
"Kamu... Bisa, tapi kenapa aku?" Tanya Rio bingung.
"Aku ada demi kamu, Haruto."
Kata gadis itu dengan jelas, tidak menunjukkan keraguan maupun tanda-tanda malu.
Kata-katanya tampak seperti pengakuan yang baik dan murni, tetapi niatnya mungkin berbeda.
Rio melebarkan matanya karena terkejut sebelum tertawa kecil.
"...Ha ha. Apakah begitu?"
Untuk beberapa alasan misterius, Rio tidak merasa ragu-ragu menerima sikap gadis itu.
Apa karena itu Roh Terkontraknya?
Dia tidak tahu pasti, tapi itu kesimpulannya.
“Yah, kurasa.... Begitu adanya. Kita harus memikirkan nama untukmu."
Untuk sementara, Rio memutuskan menerima kehadiran gadis itu.
Sambil mengangguk, gadis itu menunjukkan sedikit senyuman.
"Iya."
"....Berbicara tentang nama, kenapa kamu bisa tahu namaku, kan?"
Rio bertanya, merasa hampir terpikat oleh senyuman gadis itu. Sekarang setelah dia tenang, dia menyadari bahwa gadis itu memanggilnya Haruto.
"Karena Haruto adalah Haruto."
Gadis itu menjawab dengan ekspresi penasaran.
Mungkin itu jawaban spontan, tetapi kata-katanya sangat dalam.
Rio menggaruk kepalanya dengan ekspresi yang rumit.
"Tidak... Ya, tapi bukan itu yang aku maksud.... Apa kamu juga tahu nama lain yang aku miliki?"
Rio bertanya dengan hati-hati.
"Aku tahu. Rio.”
Gadis itu langsung menjawab.
“Jadi kamu tahu yang itu juga. Seberapa banyak yang kamu ketahui tentang masa laluku?"
Rio meletakkan tangannya ke dagunya saat dia berpikir.
"Aku tahu segalanya tentang Haruto."
Setelah menerima balasan yang tidak terduga, Rio sedikit terkejut.
"Semuanya.... Apa maksudmu, umm.... Juga tentang Amakawa Haruto?"
"Maksudmu Haruto yang datang sebelum Haruto yang ada sekarang?"
Jawaban gadis itu tampaknya cukup filosofis, tetapi itu cukup untuk dipahami Rio.
"....Jadi, kamu juga tahu itu."
Rio mulai merasa sedikit sakit kepala. Tepat ketika dia memutuskan untuk menyembunyikan masa lalunya dari Miharu, Aki dan Masato, seorang gadis misterius muncul dan yang mengetahui masa lalunya. Sambil memikirkan hal itu, Rio menyadari bahwa gadis di depannya dan ketiga tamu Jepangnya tidak dapat berkomunikasi satu sama lain, jadi seharusnya tidak ada masalah.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan memberitahu mereka."
Gadis itu menggelengkan kepalanya.
"Itu... Baik. Terima kasih."
Rio hendak menanyakan sesuatu, tetapi setelah beberapa saat dia ragu, kemudian dia mengungkapkan rasa terima kasihnya dengan senyum tegang. Meskipun itu adalah masalah yang ingin dia hindari, gadis itu telah campur tangan lebih awal dari yang diharapkan – sekarang dia berhutang padanya.
Rio menanyakan satu hal terakhir padanya.
"Dan, Apakah kamu tahu mengapa kamu mengetahui hal-hal itu?"
"Aku tidak tahu. Karena aku tahu sebelumnya?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya sambil menunjukkan wajah tanpa ekspresi.
Rio menatapnya dan gadis itu membalas menatapnya. Pada akhirnya, Rio adalah orang pertama yang memalingkan muka – tidak ada cara untuk mengetahui berapa lama mereka telah saling memandang.
“....Tentang namamu. Apa kamu yakin, kalau aku yang memilihnya ? Itu namamu, jadi akan lebih baik jika kamu memilihnya sendiri.” Desah Rio.
"Aku ingin memiliki sebuah nama dari Haruto."
Jawab gadis itu tanpa ragu.
"Erm, jadi.... Bisakah kamu memberiku sedikit waktu untuk memikirkannya?"
Rio bertanya dengan ekspresi khawatir.
Tidak mudah untuk memikirkan sebuah nama secara instan, dan itu bukanlah sesuatu yang dipilih secara sembarangan.
"Baik." Gadis itu mengangguk.
Rio menanyakan semua yang ingin dia ketahui saat ini, jadi dia mencoba memproses situasi di kepalanya. Gadis itu tidak terlihat seperti orang jahat.
[ Yang bearti..... Apa yang perlu aku lakukan sekarang adalah.... ]
“Aku ingin segera membereskan kesalahpahaman dengan Miharu, jadi bisakah kamu ikut denganku? Oh, tapi pertama-tama aku harus memberimu sesuatu untuk dipakai....”
Tepat ketika Rio berencana pergi ke tempat Miharu berada, dia ingat gadis roh itu benar-benar telanjang.
Sensasi yang dia sentuh sebelumnya dan gambaran tubuh telanjang wanita muda itu terukir di benaknya.
Mengingat itu, Rio menggelengkan kepalanya dengan keras untuk meyakinkan dirinya sendiri.
"Sesuatu untuk dipakai.... Seperti ini?"
Gadis itu berkata dengan pelan.
Masih tertutup selimut, tubuh gadis itu memancarkan kilatan cahaya. Setelah itu, gadis itu menarik selimutnya.
"Wah! T-Tunggu! ....... Heh?"
Atas tindakan gadis itu, Rio dengan cepat membuang muka, tetapi setelah menyadari bahwa dia tidak lagi telanjang, Rio berbalik perlahan-lahan. Sekarang, gadis roh itu mengenakan gaun sederhana.
"B-Bagaimana bisa?"
Rio hampir terpikat oleh penampilan imut gadis itu, tetapi keraguannya mengatasi perasaannya.
"Aku membuatnya dengan ode dan mana"
Jawab gadis itu datar.
"Aku mengerti. Jadi cahaya sebelumnya berasal dari spirit art.... Tidak, tunggu. Jadi kamu melakukan itu?"
Rio menanyakan itu, memiringkan kepalanya ke samping sambil mengangguk ragu.
Ini adalah pertama kalinya Rio melihat sesuatu seperti menggunakan mana dan ode untuk membuat gaun.
"Yah, terserahlah. Ayo pergi. Kamu.... Mungkin tidak dapat berbicara bahasa mereka, tapi aku akan menjadi orang yang menjelaskan semuanya, jadi tetaplah di sisiku."
Sambil menghela nafas, Rio bangkit dari tempat tidur; mengetahui bagaimana gadis itu menciptakan pakaian dengan spirit art bukanlah prioritas untuk sekarang. Dia merasa sangat kelelahan meskipun baru saja bangun.
"Tapi, aku juga bisa berbicara bahasa itu."
Gadis itu menjawab dengan ekspresi kosong.
Sampai saat itu, mereka berdua telah berbicara menggunakan bahasa Strahl, tapi kata-kata yang baru saja diucapkan gadis roh itu adalah bahasa Jepang.
“Jadi kamu juga bisa berbicara bahasa Jepang. Nah, jika kamu tahu tentang kehidupan masa laluku, maka.... Itu masuk akal?”
" Aku bisa berbicara dalam semua bahasa yang Haruto ketahui."
“....Begitu ya.”
Rio tidak lagi terkejut, dia hanya menerima semua kenyataan yang muncul.
"Ayo kita pergi, kalau begitu. Kamu dapat menyerahkan penjelasannya kepadaku, tapi akan sangat membantu jika kmau dapat menjawab pertanyaan yang mungkin diajukan Miharu-san."
"Oke."
Gadis roh itu mengangguk, dan bangkit dari tempat tidur.
Rio membuka pintu kamarnya dan menuju ruang tamu, tempat Miharu kemungkinan besar bisa ditemukan.
∆∆∆∆
Ditemani oleh tamu barunya, Rio akhirnya melangkah ke ruang tamu. Miharu sepertinya ada di dapur. Meskipun dia telah memperhatikan bahwa Rio dan gadis roh ada di ruang tamu, Miharu memutuskan untuk tetap fokus sepenuhnya pada perkerjaan dapurnya sambil berusaha untuk tidak terlihat malu. Sementara itu, Aki dan Masato masih tertidur.
"Umm, selamat pagi, Miharu-san."
Bertekad untuk mendekati Miharu, Rio berbicara dengan nada lebih rendah dari biasanya.
“S-Selamat pagi, Haruto-san! Umm, aku sedang membuat sarapan, jadi.... Err, bisakah kamu menunggu sebentar lagi ?"
Miharu berbicara dengan gugup, menghindari melakukan kontak mata dengan Rio, pipinya sedikit memerah, dan kepanikannya terlihat jelas.
Rio terlalu tegang untuk memperhatikannya, tapi kombinasi antara celemek dan seragam Miharu sangat menawan.
Dia seperti melambangkan kemanisan. Sebelum Miharu menyadarinya, Rio telah menemukan dirinya terpikat oleh pemandangan itu.
“Umm, maukah kamu jika kita berbicara sebentar? Ini tentang gadis ini.”
Melirik gadis roh itu, Rio berbicara kepada Miharu.
"Ah, ya. A-Apa itu?"
Miharu bertanya, akhirnya menatap gadis itu.
Kesan awal dari Miharu yang telah melihatnya telanjang sangatlah berbekas dibenaknya sehingga dia tidak bisa memperhatikan kecantikan dari wajah gadis itu yang luar biasa. Mata Miharu melebar karena terkejut.
Untuk sesaat, mereka bertiga terdiam.
Dengan nafas berat, Rio memutuskan untuk membuka mulutnya.
“Aku tahu pasti kamu kaget akan perubahan peristiwa yang sangat tiba-tiba, tapi aku ingin mengatakan yang sebenarnya. Ada bentuk kehidupan yang lebih tinggi di dunia ini yang disebut sebagai roh, dan gadis ini adalah salah satunya....”
Rio tahu, dia harus menjelaskannya secara benar.
"Roh? Dia?"
Miharu memandang gadis itu dengan ragu.
Meski Miharu tahu arti dari kata 'roh', penampilan gadis di depannya persis seperti manusia. Nah, bisa dibilang kecantikannya hampir seperti sesuatu yang berbeda.
"....Miharu."
Ketika dia melakukan kontak mata dengannya, gadis roh itu menggumamkan namanya.
Miharu terkejut.
"Ah, ya. Aku Ayase Miharu. Err, siapa namamu?"
"Aku tidak punya nama."
Gadis roh itu menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sedih, sebelum menatap Miharu seolah-olah dia merasa iri karena hanya Miharu yang memiliki nama.
"Eh.... K-Kamu tidak punya nama?"
Miharu berbalik ke arah Rio dengan ekspresi terkejut.
“Ya, aku tidak tahu apakah itu karena dia adalah roh... Tapi dia memang tidak memilikinya. Sebenarnya, aku hanya tahu sedikit tentang gadis ini.”
"Heh? Ah, umm, Jadi dia itu.... Aku paham."
Tidak dapat mengikuti arus percakapan, Miharu sedikit memiringkan kepalanya karena bingung.
"Iya. Dia membuat kontrak denganku tanpa aku sadari, dan dia telah tertidur di dalam diriku selama ini. Aku tidak pernah melihatnya secara langsung dan tidak pernah berbicara dengannya. Namun, pagi ini gadis ini tiba-tiba muncul dan.... Umm, tiba-tiba ada di tempat tidurku. Aku berteriak karena ada seorang gadis yang tak dikenal di sampingku ketika aku bangun.... A-Aku bersumpah, aku tidak melakukan sesuatu yang aneh dengannya!"
Rio mencoba meyakinkan Miharu dengan semua yang dia miliki sambil menundukkan kepalanya dengan penuh semangat.
“K-Kamu tidak harus menundukkan kepalamu seperti itu! Aku mengerti apa yang kamu maksud! Sebaliknya, itu salahku, aku yang masuk ke kamarmu tanpa izin. Jadi, akulah yang seharusnya meminta maaf! Maafkan aku!"
Dalam kepanikan, Miharu memberi isyarat agar Rio untuk berhenti, dan setelah itu dia meminta maaf.
"Kamu.... Mempercayaiku?"
Rio mengangkat kepalanya dengan malu-malu, dan melirik sekilas ke wajah Miharu.
Sejujurnya, Rio tidak menyangka akan sangat mudah dimaafkan, dan dia telah bersiap untuk dibenci karena menjadi seorang yang tidak senonoh.
Miharu menegakkan postur tubuhnya dan mengangguk dengan tegas.
"Y-Ya. Aku tidak berpikir kamu tipe orang yang berbohong tanpa alasan."
Gadis itu tersenyum malu-malu.
"T-Terima kasih banyak...."
Rio menghela nafas lega, semua kekuatan terkuras dari tubuhnya.
"Apa semuanya baik-baik saja sekarang?"
Gadis roh itu memiringkan kepalanya ke samping saat dia bertanya.
"Ya, terima kasih."
Rio tersenyum bahagia.
"Jadi dia bisa berbicara bahasa Jepang?"
Melihat wajah gadis roh itu, Miharu bertanya dengan rasa ingin tahu.
"Iya. Dia lahir dan dibesarkan sebagai roh dunia ini, tetapi sepertinya dia juga bisa berbicara dalam semua bahasa aku bisa...."
“R-Roh sangat luar biasa.... Dan dia sangat cantik. Meski penampilannya tidak berbeda dengan manusia normal, auranya tidak diragukan lagi sangat spesial.”
Kata Miharu sambil menatapnya dengan kagum.
"Miharu juga cantik." Jawab gadis roh itu.
Mata Miharu melebar karena terkejut.
"Heh? Aku? Itu tidak benar." Miharu menyangkal.
"....Kurasa itu tidak benar, menurutku kamu juga cantik, Miharu-san."
Rio menyela dengan ragu-ragu.
“Ah, Eh, kamu juga, Haruto-san... Ah, b-benar! Aku harus membuat sarapan!"
Tidak tahu bagaimana harus merespon, Miharu tersipu dan lari ke dapur.
"Oh, Haruto-san. Pagi....”
Dengan ekspresi mengantuk, Masato memasuki ruang tamu, tapi ketika dia melihat gadis roh di sebelah Rio dia membeku karena terkejut.
"Selamat pagi, Masato."
Rio membalas sapaan itu dengan senyum masam.
Namun, Masato masih membeku di tempat. Saat melihat penampilan gadis roh itu, napasnya sedikit tercekat.
"..."
"Hei, Masato. Apa yang kamu lakukan berdiri disana? Kamu menghalangi jalan.... Mou!"
Aki juga sudah bangun. Terlihat tidak sabar melihat adiknya yang menghalangi jalan, Aki memutuskan untuk melewatinya dan memasuki ruang tamu sendirian.
"Ah, selamat pagi, Haru.... to."
Aki mencoba menyapa Rio dengan sopan, tapi saat melihat gadis roh itu, dia juga membeku seperti kakaknya.