Where Fiction Lies – Chapter 5 :「Konflik Antara Orang Tua dan Anak」
Sekitar waktu Christina dan yang lainnya baru saja berangkat ke mansion Rio, Duke Gustav Huguenot memanggil seorang gadis ke rumah tamu.
"Maaf memanggilmu ke sini begitu tiba-tiba, Elise."
Nama gadis itu adalah Elise Brandt, dan dia adalah putri dari count di Beltrum. Dia terlahir sebagai bangsawan berpangkat tinggi, namun dia biasanya tidak ada hubungannya dengan Duke Huguenot.
"Itu tidak masalah...."
Duke Huguenot dan Elise adalah dua orang di ruangan itu. Apa Duke Huguenot akan meminta Elise menjadi istrinya? Atau ada alasan lain? Bagaimanapun, Elise tidak tahu mengapa dirinya dipanggil, jadi Elise hanya bisa menggelengkan kepalanya dengan kaku.
"Tidak perlu gugup, aku hanya ingin menanyakan sesuatu kepadamu secara pribadi. Aku ingin kamu berjanji untuk tidak mengatakan sepatah kata pun tentang ini kepada orang lain. Bisakah kamu melakukannya?"
Kata Duke Huguenot, menjelaskan alasan dia memanggilnya ke sini.
"Aku mengerti."
Dalam masyarakat bangsawan, pangkat adalah mutlak. Jika seseorang yang berkedudukan tinggi mengajukan permintaan seperti ini, tidak ada cara untuk menolaknya. Elise mengangguk dengan takut-takut.
"Bagus. Kalau begitu, aku akan langsung ke intinya. Sekitar lima tahun yang lalu, saat kau berada di tahun keenammu di Akademi, sebuah latihan di luar ruangan diadakan. Apa kau ingat itu?"
"Ya...."
Duke Huguenot langsung ke intinya. Saat Elise mengangguk, raut wajah bersalah terpancar dari gadis itu—dan Duke Huguenot tidak melewatkannya. Duke Huguenot menyipitkan matanya sedikit.
"Apa kau ingat insiden yang terjadi selama latihan?"
"Ada serangan monster terhadap para murid."
"Tidak, bukan yang itu."
Duke Huguenot langsung menepis.
Elise terdiam canggung.
"Putri Flora hampir jatuh dari tebing."
Kata Elise, akhirnya.
"Saat itu, kau adalah salah satu saksi atas insiden Putri Flora."
"Ya...."
"Dalam kondisi terluka, Stewart—anakku yang bodoh—menabrak Putri Flora dan membuatnya hampir jatuh dari tebing. Tapi sebelum itu, ada murid lain yang mendorongnya. Akhirnya, murid itu yang harus disalahkan atas insiden itu. Benar begitu?"
Duke Huguenot menyebutkan fakta-fakta itu tanpa emosi. Jelas Elise semakin gugup dari waktu ke waktu.
"Aku tidak melihat murid mana yang mendorong Stewart."
Kata Elise, suaranya bergetar.
"Hanya perasaanku saja, atau kedengarannya kau tidak mengatakan yang sebenarnya?"
"Itu tidak benar...."
Mata Elise jelas-jelas melihat ke sekeliling tempat itu.
Duke Huguenot menghela napas dengan gelisah, lalu menatap Elise dengan ekspresi penuh tekad.
"Kurasa kau benar-benar melihat siapa yang mendorong anakku. Apa aku salah?"
Elise ragu-ragu.
"Mengapa kamu menanyakan ini sekarang?"
Tanya Elise, waspada.
"Aku memutuskan ingin tahu yang sebenarnya."
Jawab Duke Huguenot dengan segera.
Mata Elise melebar karena terkejut.
"Seperti yang kukatakan di awal, ini hanya antara kau dan aku. Bahkan jika kau memberiku kesaksian yang berbeda dengan apa yang kau berikan di masa lalu, kau tidak akan disalahkan atas apapun. Jadi, maukah kau mengatakan yang sebenarnya kepadaku sebagaimana yang kau ingat?"
Dan seperti yang diharapkan Duke Huguenot...
"Memang putramu, Stewart, yang menabrak Putri Flora. Tidak diragukan lagi bahwa inilah sebabnya Putri Flora hampir jatuh dari tebing."
Elise perlahan mulai mengingat kembali ingatannya tentang kejadian itu.
"Apa kau mengatakan ada ketidakkonsistenan di tempat lain?"
"Orang lain yang awalnya mendorong Stewart. Stewart bersikeras bahwa rakjat jelata dengan rambut berwarna hitam itu yang mendorongnya, tapi sebenarnya murid laki-laki lain yang melakukannya...."
Duke Huguenot mencubit pangkal hidungnya sambil mengerutkan keningnya.
"Siapa... tidak, tolong ceritakan semua yang kau ingat."
"Semua orang panik karena serangan monster itu. Stewart terluka dalam kejadian itu dan menarik murid laki-laki lain untuk meminta bantuannya... tapi, murid laki-laki itu mendorongnya ke samping karena menghalangi jalannya dan akhirnya melemparkannya ke arah Putri Flora."
"Jadi, murid rakyat jelata itu seharusnya tidak disalahkan atas insiden itu, katamu?"
"Ya... yang dia lakukan hanyalah menyelamatkan Putri Flora, dan jatuh dari tebing menggantikannya."
"Jadi, bagaimana dia akhirnya menanggung kesalahan itu?"
"Karena Stewart mengklaim bahwa rakyat jelata itu adalah orang yang mendorongnya...."
Tangan yang digunakan Duke Huguenot untuk menutupi matanya bergetar. Namun, tidak peduli seberapa banyak dia menyembunyikan matanya, sekilas terlihat jelas bahwa mulutnya berkerut karena marah.
"Mu-Murid yang mendorong Stewart setuju dengan pernyataan Stewart itu. Stewart benar-benar mengancam saat itu, jadi aku tidak bisa bicara...."
Elise menjelaskan dirinya sendiri dengan panik, entah karena merasa bersalah karena mengungkapkan kebenaran di saat yang sangat terlambat, atau karena takut akan kemarahan Duke Huguenot.
"Tidak, kau tidak bersalah di sini. Aku minta maaf karena putraku telah menyebabkan begitu banyak masalah."
Duke Huguenot menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, lalu melepaskan tangannya dari matanya.
"Sekali lagi, aku harus mengingatkanmu untuk tidak memberitahu siapapun tentang apa yang kau katakan kepadaku hari ini. Begitu kau keluar dari ruangan ini, lupakan semuanya." Tegas Duke Huguenot.
"B-Baik."
"Bagus. Kau boleh pergi sekarang."
"P-Permisi...."
Elise membungkuk gugup, lalu bangkit dari kursinya dan bergegas keluar ruangan. Begitu pintu tertutup, Duke Huguenot sendirian sekali lagi.
Keheningan berlangsung lama.
"Grr...!"
Duke Huguenot mengayunkan tangan kanannya ke bawah dan membanting meja dengan marah. Suara dentuman keras bergema di seluruh ruangan. Bagi seseorang yang biasanya begitu tenang, itu adalah pertunjukan emosi yang ekstrem yang datang darinya.
"Si tolol itu...!"
Sebuah jebakan mematikan telah tertidur di suatu tempat yang tidak pernah dia duga. Berapa kali anaknya itu akan menyeret nama keluarga mereka ke dalam lumpur? Duke Huguenot menggertakkan giginya.
Anak yatim piatu bernama Rio, yang telah menghilang dari Beltrum setelah dituduh melakukan kejahatan secara keliru dan Ksatria Kehormatan misterius bernama Haruto Amakawa, yang sedang naik daun di Galarc. Baru kemarin Duke Huguenot tidak akan pernah menghubungkan keduanya, namun hari ini dia menghadapi kemungkinan bahwa keduanya adalah orang yang sama.
Meskipun belum dikonfirmasi, itu sangat mungkin...
Selama pertempuran dengan para golem itu, laki-laki bernama Haruto Amakawa telah disebut sebagai Rio. Celia, yang entah mengapa dekat dengan Haruto, pernah mengajar kelas tempat Rio berada. Cara Christina bersikap aneh dan pendiam saat berhubungan dengan Haruto, dan bagaimana Christina pernah menjadi teman sekelas Rio saat Christina itu bersekolah di Akademi Kerajaan...
Hanya dengan menambahkan satu informasi, titik-titik itu saling terhubung satu demi satu. Ada terlalu banyak bukti tidak langsung untuk mengabaikan semuanya sebagai suatu kebetulan.
Misalkan dia orang yang sama. Celia pasti sudah tahu identitasnya. Apa yang harus kulakukan? Siapa tahu apa yang akan terjadi jika masa lalu menjadi terbuka...
Masalah terbesar adalah seberapa dalam Duke Huguenot terlibat dalam menyalahkan Rio atas kejahatan yang tidak pernah dilakukan Rio itu. Stewart mungkin telah menciptakan masalah, namun Duke Huguenot sendiri telah menarik tali untuk membersihkan kekacauan itu.
Namun saat itu, faksi Arbor telah mendapatkan kekuasaan, jadi Duke Huguenot harus melakukan segala yang dia bisa untuk menghindari terlibat dalam skandal. Membuat putranya bertanggung jawab atas Putri Kedua yang hampir jatuh dari tebing adalah hal yang mustahil.
Itulah sebabnya Duke Huguenot secara membabi buta mempercayai kesaksian Stewart tanpa penyelidikan dan mengatur agar Rio yang menghilang dari tempat kejadian perkara ditimpakan kesalahan. Sebagai seorang yatim piatu, Rio telah menjadi sasaran yang sangat mudah untuk dijadikan kambing hitam. Tidak ada alasan untuk ragu.
Itu adalah langkah terbaik saat itu. Tapi sekarang...
Sekarang, Rio adalah Ksatria Kehormatan Kerajaan Galarc. Raja Francois sangat percaya padanya, dan dia juga dekat dengan hero mereka, Satsuki. Rio bukan lagi orang yang bisa dijadikan musuh oleh Duke Huguenot.
Sekarang, itu adalah langkah terburuk yang mungkin bisa kulakukan. Memikirkan orang yang kubuang sebagai kambing hitam akan menjadi orang yang paling kami butuhkan...
Penyesalan yang pahit menyelimuti Duke Huguenot. Jika dia tidak memandang rendah Rio sebagai yatim piatu dan menganiayanya, jika dia memperlakukan Rio dengan adil dan hormat—mereka mungkin telah menerima bantuan Rio sekarang.
Faktanya, jika kebenaran tentang bagaimana Duke Huguenot itu menjebak Rio terungkap, kehidupan Duke Huguenot sebagai bangsawan akan berakhir.
Lebih buruk lagi, aku mengirim seorang pembunuh untuk membungkamnya... jika itu sampai terbongkar, aku tidak akan bisa membuat alasan apapun lagi.
Akan sangat merepotkan jika Rio kembali dan memberikan kesaksiannya sendiri. Itulah sebabnya Duke Huguenot mengirim manusia serigala langka yang dibesarkannya untuk melacak aroma Rio dan membunuhnya. Namun, pembunuh itu tidak pernah kembali.
Pembunuh itu pasti telah dibunuh atau dibiarkan mati di suatu tempat...
Sampai kemarin, Duke Huguenot telah membuang semua ingatan tentang gadis pembunuh itu, Latifa, ke sudut pikirannya.
Bagaimanapun, jelas dia gagal dalam pembunuhan itu. Setidaknya dia mengenakan Kerah Kepatuhan, jadi dia tidak akan bisa berbicara bahkan jika dia tertangkap atau dikalahkan.
Memang, saat itu, Latifa tidak dapat berbicara dengan cara apapun yang merugikan majikannya karena Kerah Kepatuhan. Jika Latifa mencoba menyampaikan informasi sambil tahu itu dapat membahayakan majikannya, rasa sakit yang menyiksa akan mengalir di otaknya. Tidak mungkin Duke Huguenot tahu bahwa Rio telah menggunakan spirit roh untuk meniru sihir penghilang yang sangat sulit untuk melepaskan kalung itu.
Selama dia tidak berbicara, tidak ada cara bagi siapapun untuk membuktikan bahwa akulah yang memerintahkan pembunuhan itu. Aku seharusnya lebih khawatir tentang informasi yang bocor dari tempat lain. Saat ini, Ratu Christina dan yang lainnya berada di mansionnya...
Sebelum menyadari kebenarannya, Duke Huguenot akan menganggapnya sebagai hal yang baik bagi Restorasi untuk menjadi lebih dekat dengan Rio. Namun, itu tidak lagi terjadi. Christina, Flora, dan Roanna semuanya berada di tim yang sama dengan Rio selama latihan di luar ruangan. Dan itu belum semuanya—Christina dan Roanna adalah teman sekelas Rio. Flora pasti pernah berinteraksi dengannya di tempat lain sebelumnya juga.
Master Rio.
Gambaran Sora memanggil nama Rio terlintas di kepala Duke Huguenot sekali lagi. Rio dan Sora telah berteleportasi ke taman atap untuk menghadapi para golem itu. Christina, Flora, dan Roanna berdiri tepat di sampingnya, jadi mereka pasti mendengar kata-kata Sora juga.
Jika aku menyadarinya, Ratu Christina dan yang lainnya juga akan menyadarinya. Atau apa mereka sudah menyadarinya dan berpura-pura tidak tahu? Bagaimana jika mereka berkumpul di mansion itu sekarang untuk membahas kemungkinan...
Mungkin mereka sudah menyadarinya beberapa waktu lalu. Segala macam skenario potensial membanjiri kepala Duke Huguenot, mengacaukan pikirannya.
Haruskah aku mengungkapkan semuanya?
Duke Huguenot mengacak-acak rambutnya dengan tangan kanannya dengan gelisah.
Sebenarnya, ketika Duke Huguenot bertemu Christina sebelumnya, rencananya adalah untuk membawa Rio kepada mereka. Itu juga sebabnya Duke Huguenot meminta Stewart menghadiri pertemuan dengannya. Namun Duke Huguenot tidak dapat mengatur pikirannya tepat waktu dan mundur pada menit terakhir.
Alasannya kemungkinan besar seperti yang telah disebutkan—Duke Huguenot takut akan apa yang akan terjadi jika fakta bahwa dia telah mencoba menjebak Rio terungkap. Wajar saja untuk takut akan hal itu. Langkah yang salah dapat mengakibatkan Duke Huguenot kehilangan jabatannya, yang mengakibatkan hancurnya Restorasi.
Namun, meski begitu...
Restorasi membutuhkan kekuatannya. Itu sangat penting.
Duke Huguenot masih percaya bahwa Rio diperlukan untuk masa depan Restorasi. Itulah sebabnya Duke Huguenot mati-matian memeras otaknya untuk mencari cara yang tepat untuk mendapatkan bantuan Rio.
Itu seharusnya tidak mustahil. Dia telah membantu kami di masa lalu dengan dilema kami, meskipun itu karena kehadiran Celia...
Tentu saja, Duke Huguenot tidak berpikir Rio telah melupakan insiden latihan di luar ruangan itu. Kemungkinan pertama yang dipertimbangkan Duke Huguenot adalah Rio mendekati mereka untuk membalas dendam. Itu adalah skenario yang telah Duke Huguenot pikirkan berkali-kali sekarang, namun...
Dia memiliki banyak kesempatan untuk membalas dendam pada kami. Tapi, dia tidak melakukannya. Dia berniat menyembunyikan masa lalunya.
Dengan kata lain, Rio mungkin tidak berniat membalas dendam. Dan Rio juga tidak ingin mengungkit masa lalu lagi.
Tidak ada alasan bagiku untuk memasuki sarang singa dengan sengaja, bukan?
Jika Duke Huguenot meminta bantuan Rio untuk Restorasi, bukankah lebih baik mempertahankan ketidaktahuannya? Namun, mengingat karakter Rio, permintaan maaf yang tulus mungkin diperlukan terlebih dahulu.
Aku harus membuat keputusan sebelum bertemu Ratu Christina lagi.
Duke Huguenot kehabisan akal sepanjang malam.
◇ ◇ ◇
Sementara itu, di rumah tamu yang sama di Kastil Galarc, Stewart Huguenot sedang duduk di kursi di kamarnya, kakinya gemetar dalam gerakan kecil namun kuat. Saat berikutnya, dia berdiri dan mondar-mandir di ruangan itu dengan gelisah. Wajahnya pucat karena panik.
"Sialan!"
Teriaknya sekeras-kerasnya. Alasan di balik keadaannya saat ini sudah jelas.
"Kenapa?! Kenapa dia? Kenapa dia harus muncul sekarang...!"
Rio, anak laki-laki yang pernah menghilang setelah dijebak dengan kejahatan, mungkin muncul kembali di dekatnya sebagai orang bernama Haruto Amakawa.
Tidak, tunggu! Apa itu benar-benar dia? Apa Haruto Amakawa itu... Rio...?
Pikiran Stewart melayang ke mana-mana. Atau lebih tepatnya, dia menolak untuk mempercayainya. Dia tidak ingin menganggap Rio dan Haruto Amakawa sebagai orang yang sama. Dia ingin mereka berdua menjadi orang yang berbeda. Namun, ada bukti kuat bahwa mereka berdua adalah orang yang sama.
Aku tidak mengerti mengapa Celia Sensei begitu dekat dengan orang itu, tapi sekarang...
Jika Haruto Amakawa adalah Rio, maka itu masuk akal. Ketika Stewart bersekolah di Akademi Kerajaan, ada rumor tentang Celia yang dekat dengan Rio. Ada banyak murid laki-laki yang tidak senang dengan itu, dan Stewart adalah salah satunya.
Jika demikian, itu berarti Sensei tahu identitasnya. Sensei pasti sudah mendengar tentang apa yang terjadi di latihan luar ruangan dari orang itu. Selain itu, Sensei tinggal bersamanya...
Dengan kata lain, Celia pasti percaya begitu saja pada ketidakbersalahan Rio.
Orang itu juga pasti sudah mendengar tentang apa yang terjadi setelah dia jatuh dari tebing dari Sensei. Seperti bagian cerita mana yang tidak konsisten dan bagaimana hal itu ditangani setelah...
Mungkin itulah sebabnya Rio menghilang setelah latihan luar ruangan. Kenyataannya adalah bahwa Rio telah secara langsung menyaksikan Stewart memberikan kesaksian palsunya, namun Stewart tidak mungkin mengetahuinya.
Orang itu pasti tahu tentang bagaimana aku berbohong...
Rasa bersalah atas kebohongan yang telah dirinya katakan membuat Stewart menegang. Sebenarnya, dia tahu persis siapa yang telah mendorongnya selama latihan luar ruangan. Stewart tahu itu, namun mengklaim bahwa Rio lah yang mendorongnya.
Tidak, tapi tidak ada saksi lain yang melihatnya. Paling tidak, baik Putri Christina maupun Putri Flora tidak melihat apapun. Roanna juga seharusnya tidak melihat apapun...
Dalam kasus itu, apa ada orang lain yang dapat menyatakan bahwa Stewart berbohong? Bahkan jika Rio mengaku tidak bersalah, tidak ada cara untuk membuktikannya selama Stewart tidak mengubah kesaksiannya.
Benar. Tidak ada bukti. Orang itu tahu tidak ada cara untuk membuktikan ketidakbersalahannya, jadi dia mengubah namanya dan memulai hidup baru.
Situasinya masih menguntungkannya, Stewart menyimpulkan dengan senyum yang jauh lebih santai.
Tapi bagaimana itu menjelaskan warna rambut orang itu yang berbeda? Apa dia benar-benar orang yang berbeda? Atau apa itu efek dari artefak yang dapat memengaruhi persepsi orang lain?
Stewart tidak tahu bahwa Rio memiliki artefak yang dapat mengubah warna rambutnya. Christina telah melakukan perjalanan dari rumah Celia ke Rodania dengan warna rambut yang berubah juga, namun hanya sedikit orang di Restorasi yang mengetahuinya.
Terserahlah. Apapun itu, aku harus bersikeras bahwa orang itulah yang mendorongku. Bahkan jika dia mengaku tidak bersalah atau mengklaim bahwa aku berbohong, tidak ada yang akan berubah...
Stewart mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia baik-baik saja, namun ekspresinya masih kaku.
Apa yang dipikirkan rakyat jelata rendahan itu? Dia tidak hanya berani muncul di hadapan kami dengan begitu berani, dia bahkan mengundang Ratu Christina ke mansionnya...
Sulit untuk mempercayai bahwa ini adalah tindakan seorang yang pernah melakukan kejahatan di masa lalu, Stewart memikirkan itu dengan tidak percaya. Namun pikiran itu hanya bertahan sesaat.
Tidak, orang itu memang sampah. Dia sangat ingin diakui, dia tidak bisa menahan keinginannya untuk menjadi pusat perhatian. Menjadi orang rendahan berarti dia tidak pernah menerima persetujuan dari orang lain, jadi dia sangat ingin diperlakukan secara khusus. Kompleksitas rendah diri yang jelas. Dasar kotoran yang rakus. Hmph.
Untuk menghilangkan kecemasannya yang masih ada, Stewart mendengus merendahkan. Dia berusaha tetap tenang dengan memandang rendah Rio.
Orang itu mungkin mengubah namanya karena ingin menyembunyikan masa lalunya yang kotor sebagai anak yatim piatu di daerah kumuh. Tapi, begitu dia merasakan kehidupan yang lebih tinggi di Akademi Kerajaan, dia mendambakan kebangsawanan. Itulah sebabnya dia mulai mendapatkan ketenaran di Kerajaan Galarc—karena dia tidak dapat menahan kebutuhannya untuk diakui meskipun masa lalunya memalukan.
Stewart mencibir, yakin bahwa ini adalah kebenaran. Namun...
Tapi, dia benar-benar orang tolol yang dangkal. Dia tidak mengerti betapa kecilnya masyarakat bangsawan sebenarnya. Dia pasti mengira dia tidak akan harus menghadapi bangsawan Beltrum mana pun jika dia meninggalkan kerajaan. Lalu, dari semua orang, itu pasti kami...
Stewart tiba-tiba tersentak seolah menyadari sesuatu.
Tunggu, apa ini benar-benar kebetulan? Ketika kami diserang monster di Amande, dia muncul di hadapan kami. Apa dia sengaja mengikuti kami? Bagaimana jika dia menyimpan dendam atas apa yang terjadi di latihan luar ruangan...?
Rasa bersalah atas apa yang telah dilakukannya menghantuinya, membuatnya curiga Rio mencoba membalas dendam pada mereka.
Benar. Alphonse menghilang segera setelah orang itu muncul di Amande. Dan di restoran Ricca Guild, orang itu membuatku berlutut dan membungkuk padanya...
Apa Rio telah menunggu kesempatan untuk membalas dendam sepanjang waktu? Kejatuhan faksi Huguenot dari Kerajaan Beltrum akan menjadi kesempatan yang sempurna. Saat Stewart mengingat kembali kejadian-kejadian di masa lalu, penghinaan yang dirasakannya muncul sekali lagi.
"Brengsek! Apa ini maksudnya rakyat jelata rendahan itu membuatku membungkuk padanya?!" Teriak Stewart dengan marah.
Orang brengsek itu pasti sangat gembira! Beraninya dia meremehkanku...!
Stewart menggeleng dari kepala sampai kaki karena marah. Penghinaan yang dirasakannya sangat hebat. "Kau di bawah, aku di atas"—itulah status yang tak salah lagi. Namun, status itu kini runtuh, dan posisi mereka terbalik—sesuatu yang tak dapat Stewart tanggung.
Artefak yang dapat mengubah persepsi dan ingatan orang. Bukankah mudah baginya untuk menggunakan itu dan mengendalikan Alphonse, membuat Alphonse itu menimbulkan masalah dalam keadaan mabuknya?
Itu adalah sesuatu yang mustahil dibuktikan, namun...
Pasti itu benar. Orang brengsek itu mencoba membalas dendam pada kami. Pasti salahnya Alphonse menghilang dari Rodania. Tidak, bagaimana jika Alphonse terbunuh...?
Meyakini bahwa itu benar, Stewart tampak ngeri.
Ayah telah menyadari identitas orang itu yang lain. Kalau tidak, ayah tidak akan bertanya tentang orang itu padaku. Tapi, apa ayah serius mencoba mendapatkan bantuan dari orang itu? Orang itu mungkin mengincar Ratu Christina dan yang lainnya. Belum lagi aku...
Tidak ada yang tahu kapan Stewart akan ditikam dari belakang. Fakta bahwa Rio punya motif untuk melakukannya membuat Stewart menggigil.
Tidak... bahkan jika kami mendapatkan bantuan orang itu, aku tidak akan pernah bisa memercayainya. Siapa tahu tuntutan vulgar apa yang akan dia buat sebagai balasannya.
Di ruangan yang sunyi itu, suara hentakan kaki Stewart yang marah bergema keras.
Tunggu sebentar. Bagaimana jika dia memintaku dihukum sebagai balas dendam?
Seluruh tubuh Stewart membeku.
Apa ayah akan meninggalkanku...?
Stewart sangat gembira ketika Duke Huguenot mengizinkannya untuk hadir dalam pertemuannya dengan Christina, mengira dia akhirnya menebus kesalahannya. Namun bagaimana jika dirinya salah besar? Wajah Stewart semakin pucat.
Bukankah orang itu butuh bukti untuk melakukan itu? Sama seperti aku butuh bukti bahwa orang itu membenci kami dan membunuh Alphonse dengan tangannya sendiri... tapi jika aku tidak menyingkirkannya, dia akan menyingkirkanku.
Jika Stewart bisa menemukan bukti bahwa Rio telah membunuh Alphonse, Rio tidak akan bisa melakukan apapun tentang insiden di latihan luar ruangan itu.
Tapi bagaimana aku bisa menemukan bukti bahwa Alphonse dibunuh oleh orang itu ketika itu terjadi begitu lama?
Saat itu, Alphonse pergi untuk menyelidiki hutan di dekat Amande bersama para ksatria Restorasi lainnya. Serangan monster terhadap Amande terjadi segera setelahnya, jadi disimpulkan bahwa Alphonse telah dibunuh oleh kawanan monster di hutan. Namun, tidak ada mayat yang ditemukan, jadi secara teknis Alphonse masih hilang.
"Sialan!"
Teriak Stewart lagi, kehilangan kesabarannya.
Tidak mungkin; tidak ada cara untuk menemukan bukti... bahkan jika aku meminta untuk pergi ke Amande, aku tidak akan pernah mendapat persetujuan.
Jadi, apa yang bisa Stewart lakukan?
Apa ada hal lain? Seperti kelemahan orang itu...
Kaki Stewart mulai gemetar lagi karena takut pada Rio.
◇ ◇ ◇
Keesokan paginya, di jalan setapak dekat rumah tamu...
Stewart telah berjanji untuk bertemu dengan Duke Gregory di sela-sela shift patrolinya. Kaki kanannya mengetuk-ngetuk jalan berbatu dengan gelisah.
Aku ingin lebih banyak waktu untuk berpikir...
Pada akhirnya, Stewart menghabiskan sepanjang malam untuk berpikir. Meskipun dia tidak ingin apapun selain melewatkan pertemuan mereka, dia tidak tahan jika Duke Gregory mengorek rahasianya di belakangnya.
Stewart telah mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan ayahnya, namun tidak ada jaminan ayahnya akan melindunginya. Jadi, Stewart memilih untuk menemui Duke Gregory atas kemauannya sendiri.
Sialan! Mengapa aku harus melalui ini?
Stewart berpikir dalam hati dengan getir.
"Sepertinya seseorang tidak tidur nyenyak."
Kata sebuah suara. Duke Gregory telah muncul.
Sepertinya aku bisa mendengar sesuatu yang menarik hari ini.
Duke Gregory menyatakan kekhawatirannya terhadap kesehatan Stewart, namun mulutnya melengkung membentuk senyum.
"Aku tidak bisa tidur nyenyak...."
Jawab Stewart dengan cemberut. Meskipun dia berada di hadapan duke kerajaan lain, dia tidak memiliki ketenangan untuk mengendalikan emosinya sendiri.
"Sekarang, apa yang harus kau katakan padaku?"
"Kurasa kau tidak akan puas jika aku mengatakan itu bukan apa-apa."
"Tentu saja tidak."
"Aku tidak punya bukti untuk ini.... dan akan berbahaya untuk membuat keributan tanpa bukti apapun. Apa kau bersedia menerimanya?"
Stewart bertanya sebagai pilihan terakhir.
"Mendengar itu membuatku semakin penasaran."
Kata Duke Gregory sambil tertawa meremehkan.
Stewart mulai berbicara dengan pasrah.
"Aku tidak ingin memanggilnya sebagai kenalan.... tapi ada seorang yang pernah kukenal yang melakukan kejahatan dan melarikan diri."
"Oh?"
Reaksi Duke Gregory tenang. Bahkan, dia benar-benar fokus untuk menyembunyikan emosinya agar tidak memberi pihak lain keuntungan apapun.
"Namanya Rio. Itu sebabnya aku sangat terkejut ketika mendengar nama itu darimu kemarin."
"Tapi jika kau mengenal wajahnya, bukankah kau akan menyadarinya lebih awal?"
"Ya. Itulah mengapa aku bilang aku tidak punya bukti. Rio menghilang hampir lima tahun yang lalu. Dia sudah bertambah tua sekarang, dan struktur wajahnya telah berubah. Warna rambutnya juga berbeda saat itu. Aku tidak bisa memastikan apa mereka orang yang sama."
"Memang, pubertas dapat mengubah orang secara dramatis...."
Kata Duke Gregory. Namun, meskipun struktur wajah berubah, warna rambut tidak. Dan itu aneh.
Namun pada titik inilah Stewart memberinya kesimpulan yang berani.
"Tapi, aku pikir ada kemungkinan besar mereka adalah orang yang sama." Kata Stewart.
"Apa?"
"Seperti yang aku katakan, aku tidak punya bukti. Tapi, dia berbohong tentang latar belakangnya."
"Hmm. Jika apa yang kau katakan itu benar, dia harus diadili atas kejahatannya...."
Saat ini, ini semua hanyalah asumsi Stewart. Duke Gregory hanya bisa menganggap informasi itu sebagai rumor biasa.
"Ya, dia harus diadili—tapi tidak ada bukti. Dia telah mengamankan posisinya saat ini sebagai seorang bangsawan. Memfitnah Ksatria Kehormatan tanpa bukti hanya akan menyebabkan penangkapanku sendiri." Kata Stewart.
"Jika dia benar-benar memiliki masa lalu yang kotor, itu akan memengaruhi kerajaan kami juga... tapi mengapa menurutmu mereka adalah orang yang sama ketika kau tidak memiliki bukti?"
"Orang-orang yang sama yang dekat dengannya saat itu berada di sekitar Haruto Amakawa sekarang. Itu terlalu berlebihan untuk dianggap sebagai suatu kebetulan, bukan begitu?"
"Oh?"
Jika apa yang dikatakannya benar, kita mungkin dapat mengungkap masa lalu Amakawa yang suram... tapi bukti itu terlalu lemah. Perlu ada lebih banyak bukti untuk mengecamnya.
Jika kesaksian Stewart benar, itu mungkin cukup untuk mengguncang Rio bahkan sekarang. Namun satu langkah yang salah, dan itu dapat dianggap sebagai pencemaran nama baik. Duke Gregory tidak mau mengambil risiko itu tanpa bukti, terutama jika Stewart lah yang menjadi sumber informasinya.
Langkah apapun yang diambil selanjutnya harus dimulai oleh anak ini.
Jadi, Duke Gregory segera memutuskan untuk membuat Stewart bertindak menguntungkan dirinya sendiri. Namun, pertama-tama, untuk memeriksa apa ada gunanya menggunakannya, Duke Gregory mempertanyakan langkah selanjutnya.
"Apa kau berencana untuk mengecam Amakawa, Stewart?"
Tanya Duke Gregory.
"Itu tergantung pada bukti apa yang bisa kutemukan. Aku tahu aku tidak akan punya kesempatan jika aku mengungkitnya sekarang."
"Tidak diragukan lagi. Jadi, apa yang akan kau lakukan?"
"Tidak ada yang bisa kulakukan selain mencari sesuatu untuk menyeretnya. Meskipun aku ragu akan mudah menemukan hal seperti itu."
"Kalau begitu, mengapa kau tidak mencoba menjelaskan semuanya dengan lebih rinci? Aku mungkin bisa membantu."
"Apa kau yakin?"
Mata Stewart melebar kaget. Dia tampak bersyukur atas tawaran bantuan itu, namun ada raut wajah waspada dalam reaksinya juga.
"Seperti yang kukatakan, jika Amakawa punya masa lalu yang kelam, itu juga akan menjadi masalah kerajaan kami."
"Aku mengerti...."
"Tapi itu semua tergantung masa lalu macam apa yang disembunyikannya. Kau bilang dia telah melakukan kejahatan, tapi apa sebenarnya kejahatan itu?"
"Aku tidak keberatan memberitahumu, tapi hanya jika kau setuju dengan syaratku."
Oh? Menarik sekali.
Duke Gregory menyeringai. Bagi pion dalam rencananya untuk mengecam Rio, itu adalah respons yang tepat.
"Baiklah. Apa syaratnya?"
"Pertama, aku ingin kau menyerahkan konfrontasi itu padaku. Itu berarti kau tidak akan menggali masa lalunya tanpa izinku. Aku ingin kau tetap bungkam tentang masa lalunya sampai aku siap mengecamnya. Sebagai gantinya, aku akan membagikan informasi apapun yang kau inginkan."
Stewart menyebutkan syarat-syaratnya, berharap bisa mengambil inisiatif untuk dirinya sendiri.
"Hmm. Hanya itu?"
"Jika kau setuju bahwa masa lalu yang akan kuceritakan kepadamu itu jahat, maka aku ingin kau berjanji akan membantuku menjatuhkan orang itu. Itu saja."
"Baiklah. Kalau begitu, itu tidak akan menjadi masalah. Ayo kita pindah—kita bisa menuliskan syaratmu di atas kertas."
Duke Gregory langsung setuju dengan syarat Stewart. Jika Stewart sendiri menawarkan diri untuk berdiri di garis tembak, dia tidak punya alasan untuk menolak. Bahkan, itu sesuai dengan niatnya.
"Apa boleh meninggalkan jejak seperti itu?"
Tanya Stewart.
"Tentu saja. Kau juga tidak akan merasa yakin hanya dengan janji lisan, bukan?"
"Aku menghargainya."
Stewart juga tampaknya merasa lebih percaya kepada Duke Gregory karena bersedia menuliskan kesepakatan mereka di atas kertas. Stewart tersenyum untuk pertama kalinya hari ini, mengembuskan napas lega.
Namun, Duke Gregory tidak menawarkan untuk meninggalkan jejak tertulis dari syarat-syarat itu karena niat baiknya. Sebagai seorang bangsawan yang berpengalaman dalam dunia ini, dia tidak akan pernah menyarankan sesuatu untuk keuntungan orang lain. Dia melakukannya karena catatan-catatan di atas kertas adalah demi kepentingannya sendiri.
Hmph. Berjanji untuk membantu secara lisan membuatku terbuka untuk memikul tanggung jawab apapun. Akan lebih baik jika keterlibatanku ditulis secara objektif.
Duke Gregory berencana untuk membantu secukupnya agar bisa ikut bicara dalam diskusi jika Rio berhasil dikecam dan akan memiliki kemampuan untuk mengalihkan semua tanggung jawab kepada Stewart jika semuanya gagal.
◇ ◇ ◇
Mereka berdua pindah ke ruang pertemuan yang diberikan kepada Duke Gregory di kastil dan menuliskan persyaratan yang telah dicantumkan Stewart di atas kertas.
"Apa ini bisa?"
Tanya Duke Gregory.
"Ya, itu bagus."
"Sekarang, mari kita dengar apa yang ingin kau katakan tentang masa lalu Amakawa itu."
Duke Gregory menatap Stewart penuh harap setelah kedua salinan kontrak ditandatangani dan memberi isyarat agar Stewart memberikan ceritanya.
"Baiklah."
Stewart menguatkan dirinya dan mulai menjelaskan masa lalu Rio kepada Duke Gregory. Namun, Stewart memastikan untuk menyembunyikan bagian di mana dirinya berbohong untuk mengalihkan kesalahan pada Rio, dan sedikit melebih-lebihkannya agar terdengar lebih baik.
Singkatnya, ini adalah kisah tentang seorang anak laki-laki bernama Rio. Awalnya seorang yatim piatu dari daerah kumuh, Rio mendorong Stewart saat latihan di luar ruangan, yang akhirnya mengakibatkan Flora hampir jatuh dari tebing. Rio harus dihukum karena ini, namun dia menghilang sebelum dia bisa ditangkap. Jadi, mungkin saja Rio masih menyimpan dendam terhadap Stewart. Rio mungkin telah merencanakan balas dendamnya ketika dia muncul tepat waktu di Amande, dan Alphonse mungkin telah dibunuh oleh Rio sebagai bagian dari itu, dan seterusnya.
Dengan demikian, Stewart menyelesaikan penjelasannya.
"Pfft. Bwahaha! Jadi begitu. Jika itu benar, maka itu memang sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Kita tidak bisa membiarkan Ksatria Kehormatan kerajaan kami menjadi penjahat yang mencoba membunuh seorang bangsawan asing dan melarikan diri sebelum ditangkap."
Duke Gregory membayangkan akibat dari kebenaran seperti itu yang terungkap dan tidak dapat menahan tawanya.
"Lalu?"
"Ya, aku dengan senang hati akan membantumu secara aktif."
"Terima kasih banyak!"
"Masih terlalu dini untuk berterima kasih kepadaku. Seperti yang kau katakan di awal, kita kekurangan bukti penting untuk membuktikan bahwa keduanya adalah orang yang sama. Membuat keributan sekarang hanya akan membangkitkan rumor. Paling buruk, kau bisa dituduh melakukan pencemaran nama baik."
Jika tujuannya adalah untuk menjatuhkan Rio dari posisinya, maka mereka membutuhkan bukti yang tidak dapat disangkal. Duke Gregory menekankan hal ini dengan tenang.
"Aku tahu itu...."
Stewart memiliki ekspresi pahit di wajahnya.
Membuat rumor buruk tentang orang itu tidaklah cukup. Aku perlu membuat insiden yang cukup besar agar orang-orang kehilangan kepercayaan padanya, sesuatu yang setidaknya bisa membuatnya diusir dari kastil...
Kecuali Stewart bisa menghilangkan risiko Rio mengklaim bahwa Rio itu dituduh secara salah, Stewart tidak akan bisa tidur nyenyak di malam hari.
"Jika memungkinkan, aku ingin mendapatkan bukti bahwa Alphonse dibunuh olehnya..."
Membunuh bangsawan asing karena balas dendam adalah sesuatu yang tidak bisa diabaikan.
"Itu terlalu sulit untuk masuk akal. Dia mungkin punya motif, tapi mayat Alphonse itu tidak pernah ditemukan, bukan?" Kata Duke Gregory.
Bahkan jika Rio telah membunuh Alphonse, tanpa meninggalkan mayat, tidak ada cara untuk membuktikannya. Menelusuri rute itu akan mengharuskan menemukan mayatnya terlebih dahulu.
"Itu benar...."
"Di satu sisi, Amakawa sendiri adalah bukti terbesar yang ada. Jika kita dapat membuktikan bahwa dia adalah orang yang sama, kejahatan masa lalunya akan terungkap dengan sendirinya. Mengapa kita tidak menempuh jalur pembuktian bahwa Rio itu adalah orang yang sama dengan Haruto Amakawa saja?" Saran Duke Gregory.
Wajah muram di wajah Stewart mungkin karena dia tahu bahwa membuktikan mereka adalah orang yang sama tidak cukup untuk membuktikan kesalahan Rio.
Jika Rio mengaku tidak bersalah, penyelidikan dapat mengarah pada penemuan kebohongan Stewart. Itulah sebabnya Stewart membutuhkan lebih banyak bahan untuk menyeret Rio ke bawah jika itu terjadi, sehingga tidak ada yang bisa mempercayai pernyataan Rio.
"Apa ada sesuatu yang kau khawatirkan?"
"Ah, tidak. Hanya saja dia telah membangun status yang cukup tinggi untuk dirinya sendiri sekarang, dan orang-orang di sekitarnya sangat mempercayainya. Mengungkit masa lalu pada titik ini mungkin tidak akan menghasilkan hukuman yang berarti. Putri Flora sendiri tampaknya dekat dengannya, dan Putri Flora memiliki kepribadian yang cukup naif, jadi aku khawatir itu mungkin akan dipertimbangkan...."
"Poin yang bagus. Tapi, dosa percobaan pembunuhan terhadap bangsawan itu berat. Bahkan jika Restorasi menunjukkan keringanan kepadanya, Kerajaan Galarc pasti akan menghukumnya. Aku tidak akan membiarkannya lolos tanpa hukuman. Perilaku yang tidak pantas seperti itu dari Ksatria Kehormatan akan menjadi skandal."
Kata Duke Gregory. Namun terlepas dari kata-katanya...
Dan begitu dia jatuh dari posisinya, mungkin lucu untuk menawarkan bantuan kepadanya dan membuatnya berutang budi padaku.
Duke Gregory tidak berniat untuk sepenuhnya mengakhiri hidup Rio sebagai seorang bangsawan. Ini karena Duke Gregory mengakui kemampuan Rio. Duke Gregory percaya bahwa sudah sepantasnya Rio dihargai atas daftar prestasinya yang panjang, berdasarkan hasilnya.
Namun, itu tidak berarti Duke Gregory terkesan dengan situasi saat ini di mana Rio adalah satu-satunya yang meraih semua keberhasilan. Itulah sebabnya Duke Gregory sangat ingin menemukan materi yang dapat menjatuhkan Rio, dan itulah sebabnya Duke Gregory mencoba menggunakan Stewart untuk keuntungannya.
Tanpa menyadari hal itu, Stewart bersukacita karena dirinya telah menemukan sekutu yang dapat diandalkan.
"Oh, sungguh meyakinkan... aku senang aku berkonsultasi denganmu."
"Aku senang kau berpikir seperti itu tentangku, tapi apa kau yakin tidak akan berkonsultasi dengan ayahmu tentang ini?"
Duke Gregory tidak ingin orang lain ikut campur dalam insiden ini, jadi dia lebih suka jika Duke Huguenot tidak ikut campur. Namun akan menjadi masalah jika Duke Gregory tidak setidaknya mengonfirmasi semuanya terlebih dahulu, jadi dia bertanya demi masa depan.
"Meskipun aku adalah korban, fakta bahwa aku membuat Putri Flora terjatuh ke jurang ketika aku didorong membuat ayahku sangat marah. Ayahku harus melindungiku karena itu juga..."
Begitu ya. Kedengarannya seperti ayahnya terpaksa menggunakan beberapa metode yang dipertanyakan. Tidak mengherankan ayahnya marah dengan itu. Tapi, ini juga berarti bahwa jika semuanya berjalan dengan baik, Duke Huguenot juga akan berutang budi padaku.
Duke Gregory menebak situasinya dan tersenyum.
"Tapi jika kau mengungkap dosa-dosa Amakawa, ayahmu mungkin akan berubah pikiran tentangmu."
Duke Gregory membisikkan kata-kata manis yang paling ingin didengar Stewart. Ekspresi Stewart menjadi rileks, senang mendengar kata-kata itu juga.
"Aku sangat berharap begitu."
Kata Stewart.
"Tapi, jika ini benar, dia benar-benar orang yang tidak tahu malu. Pelaku yang muncul di hadapan korban, dengan polos berpura-pura menjadi orang lain..."
"Orang itu sombong dan sangat ingin diakui. Lagipula, dia memulai kariernya sebagai rakyat jelata dari daerah kumuh. Dia mungkin tidak bisa melupakan kekagumannya pada masyarakat kelas atas."
"Begitu ya...."
Stewart berbicara tentang karakter Rio dengan sangat benci, namun Duke Gregory hanya menunjukkan reaksi setengah hati terhadap deskripsi Stewart itu. Ini karena Duke Gregory memiliki gambarannya sendiri tentang Rio, dan itu sangat berbeda dari Stewart.
Bagi Duke Gregory, Rio itu orang yang penuh misteri, terlalu tenang bagi siapapun untuk membaca emosi atau niatnya, selalu sangat sulit dipahami. Itulah gambaran Duke Gregory tentang Haruto Amakawa dan juga mengapa Duke Gregory waspada terhadap pertanyaan-pertanyaan seputar Rio.
Hmm, jika dia benar-benar seperti yang anak ini gambarkan, maka itu juga akan menarik.
Agak terkesan, Duke Gregory tersenyum.
"Apa kau yakin Putri Flora tidak menyadari identitasnya?"
Tanya Duke Gregory.
"Putri Flora sama sekali tidak peduli pada orang itu saat itu. Mereka hampir tidak punya kesempatan untuk berinteraksi. Bahkan aku tidak menyadarinya sampai kemarin."
Meskipun mereka bersekolah di akademi yang sama, mereka hidup di dunia yang berbeda.
Stewart mencibir.
"Hmm...."
Duke Gregory tidak tahu seberapa banyak penampilan dan kesan Rio telah berubah sejak saat itu, jadi dia hanya bisa menerima kata-kata itu apa adanya. Namun, dia punya kekhawatiran.
Fakta bahwa kemungkinan itu tidak dapat sepenuhnya dikesampingkan agak berbahaya...
Meskipun begitu, Duke Gregory tidak ingin Stewart merasa gentar dengan kemungkinan itu, jadi Duke Gregory sengaja memilih untuk tidak menunjukkannya.
"Apa ada orang lain di Restorasi saat ini yang mengenalnya sebelumnya?"
Tanya Duke Gregory.
"Dari akademi, ada Ratu Christina dan Roanna-dono. Dan kurasa ada murid lain yang berada di kelompok yang sama."
"Jika ada orang lain yang mengetahui identitas Amakawa yang lain, meminta mereka untuk bersaksi bahwa dia adalah orang yang sama adalah salah satu metode pembuktian yang pasti."
Semakin banyak kesaksian yang ada, semakin dapat dipercaya kesaksian itu.
"Tapi Ratu Christina saat ini berutang budi pada orang itu. Putri Flora juga terpikat, dan Roanna-dono akan selalu mematuhi mereka berdua. Jika aku meminta bantuan mereka, mereka mungkin akan menghancurkan kesempatan kita untuk mengungkap dosa orang itu terlebih dahulu."
"Hmm. Jadi kita butuh seseorang yang bisa kita bungkam jika kita ingin mencari bantuan dari orang lain." Kata Duke Gregory.
"Kalau dipikir-pikir, kau bilang ada seseorang yang dekat dengannya saat itu yang berada di sekitarnya sekarang. Siapakah itu?"
"Celia Claire. Dia adalah seorang profesor di akademi kami saat itu."
"Oh, perempuan itu. Jika aku ingat dengan benar, dia saat ini tinggal di rumahnya."
"Ya. Aku hampir yakin dia memilih untuk bersama orang itu terlepas dari identitas orang itu."
"Jadi begitu."
Jika Haruto Amakawa benar-benar Rio, itu adalah kesimpulan yang wajar untuk diambil.
"Dulu, orang itu menggunakan posisinya sebagai murid untuk memanfaatkan guru yang baik. Celia Sensei ditipu oleh orang itu. Celia Sensei tidak tahu sifat asli orang itu...."
Gerutu Stewart dengan pahit, karena menghormati Celia sebagai gurunya sendiri.
"Jika perempuan itu tetap diam meskipun tahu masa lalunya, itu akan dianggap membantu penjahat—masalah ilegal yang harus diadili."
"Apa kau menyarankan kita mengancam Celia Sensei?"
"Perempuan itu calon potensial. Jika ancamannya berhasil, dia akan mudah ditangani sebagai saksi." Kata Duke Gregory sambil tersenyum tipis.
"Aku pikir murid perempuan lainnya akan lebih mudah dibungkam daripada Ratu Christina atau Putri Flora. Dan dia tidak tinggal bersamanya, tidak seperti Celia Sensei...."
Karena tidak ingin mengancam guru yang menjadi sumber hutang budinya, Stewart menunjuk Elise Brandt, murid lain yang berada di tempat kejadian, sebagai saksi.
"Kalau begitu, kita akan menganggap orang itu sebagai kandidat juga. Lebih baik memiliki lebih banyak pilihan, baik kita benar-benar meminta bantuan atau tidak. Apa ada orang lain dari masa itu yang mengenalnya?" Duke Gregory bertanya.
"Dia diisolasi di akademi, dan kurasa dia tidak mengenal siapapun di luar... tapi aku tidak yakin." Kata Stewart ragu-ragu, tidak yakin dengan jawabannya.
"Kalau begitu, mungkin kita bisa mempertimbangkan orang-orang terdekat Amakawa itu sebagai kandidat."
"Apa maksudmu...?"
"Misalnya, adik perempuannya. Seorang kerabatnya tentu tahu tentang masa lalunya, bukan?"
"Adik perempuannya? Sejauh yang kutahu, orang bernama Rio itu tidak punya adik perempuan...."
"Tolong jangan bilang kau salah mengira dia orang lain saat ini."
Duke Gregory menatap Stewart dengan ragu, membuat Stewart panik.
"T-Tentu saja tidak! Aku cukup yakin akan hal itu. Terlalu banyak kebetulan."
Sungguh tidak kompeten. Kami mencoba membuktikan apa kebetulan-kebetulan itu tidak dapat dihindari atau tidak.
Mereka mencoba menggunakan kebetulan-kebetulan itu sebagai dasar bukti mereka, namun dengan cara tertentu, itu tidak lebih dari sekadar asumsi yang mengabaikan semua penalaran logis.
Tidak mudah untuk membuktikan hal yang tidak dapat dihindari secara objektif. Melakukannya bahkan dapat memerlukan penggunaan metode yang kotor atau sewenang-wenang. Duke Gregory memandang rendah Stewart dengan tajam, bertanya-tanya apa anak itu mengerti itu.
"Baiklah, itu tidak masalah. Bagaimanapun juga, untuk menjatuhkannya, kita harus melakukan serangan pada akhirnya.”
Bagaimanapun, Stewart lah yang akan menangani masalah ini. Yang harus dilakukan Duke Gregory adalah mendorong Stewart untuk bergerak demi dirinya.
"Kau benar."
"Sebenarnya, mungkin lebih baik bagimu untuk muncul di hadapannya."
"Kenapa begitu?"
"Tidakkah kau ingin melihat wajah Amakawa itu sekali lagi? Kau mungkin menemukan sesuatu yang baru jika kau mengamatinya dengan pengetahuan tentang identitasnya yang lain."
"Benar juga...."
Sekarang setelah dipikir-pikir, Stewart tidak pernah memperhatikan wajah Haruto Amakawa sebelumnya. Sebelum mencela Haruto Amakawa itu, akan lebih baik untuk memastikan seperti apa penampilannya setidaknya sekali.
"Masalahnya adalah bagaimana caranya agar kau bisa dekat dengannya. Putri Charlotte menangani semua hubungan masyarakat di mansion itu. Tidak mudah untuk mendapatkan permintaan pertemuan yang dikabulkan."
Bukannya mustahil untuk mengunjungi mansion itu tanpa membuat janji, namun jika mereka tidak berteman dengan Rio, mereka akan berisiko menimbulkan kemarahan Charlotte.
Ada makna penting dalam kenyataan bahwa seorang bangsawan berpangkat tinggi menjadi titik kontak bagi seorang bangsawan biasa. Mereka telah membangun tembok yang begitu kuat, bahkan seorang duke seperti Gregory ragu untuk berkunjung tanpa pemberitahuan tanpa memiliki alasan yang kuat.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan?"
"Kita tidak punya pilihan selain menunggunya meninggalkan mansionnya dan melakukan kontak dengan cara tertentu. Kita perlu memantau pergerakan di mansion itu, tapi kau dapat menyerahkannya kepadaku."
"Terima kasih."
Karena Duke Gregory cukup sering meninggalkan mansion itu, Rio sebenarnya adalah salah satu penghuni yang lebih mudah ditemui. Tidak akan sulit untuk melacak kapan Rio itu keluar jika Duke Gregory menempatkan beberapa penjaga istana di bawah komandonya di dekatnya untuk mengawasi mansion itu.
"Selain itu, apa kau memiliki tugas di Restorasi sekarang? Aku ingin kau siap untuk bergerak segera setelah Amakawa itu meninggalkan mansion itu."
"Saat ini aku seorang ksatria Restorasi, jadi aku membantu patroli di kastil. Tugasku adalah area di sekitar rumah tamu...."
"Kalau begitu, aku akan mengatur agar kau dipindahkan ke area di sekitar mansion Amakawa itu. Aku juga akan berbicara dengan pengawas area itu untuk memberimu kebebasan bergerak. Dengan begitu, kau akan punya alasan untuk memberitahu ayahku, bukan?"
"Y-Ya, aku akan menghargai itu!"
Dengan kerja sama Duke Gregory, sesuatu yang sulit dilakukan Stewart tanpa koneksi menjadi mudah dilakukan.
"Dan juga, ada satu hal yang ingin aku minta darimu...."
"Apa itu?"
"Seragam Restorasi akan mencolok, jadi bisakah kau meminjamkanmu seragam Galarc?" Tanya Stewart, sambil menunduk melihat seragamnya sendiri dengan seringai meremehkan diri sendiri.
Duke Gregory melihat sekilas rasa rendah diri yang dimiliki Stewart atas seragamnya dan mengangguk dengan ekspresi mengerti.
"Baiklah. Aku akan mengaturnya."
Kata Duke Gregory.
"Terima kasih banyak!"
Stewart mengucapkan terima kasih kepadanya dengan gembira untuk kesekian kalinya hari itu.