Sacred Flames of Darkness – Epilog

 

Pilar api di distrik lampu merah terlihat dari Istana Kerajaan. Pilar api itu menakutkan, dan tidak menyenangkan. Apa yang terjadi? Langit masih redup, namun Kastil sedang gempar. Kerumunan terbentuk di taman Mansion tempat para gadis itu tinggal juga.

 

"Api itu...."

Wajah Satsuki menegang saat dia menatap api yang menyala itu di kejauhan. Cara pembakaran api itu jauh dari alami. Seseorang jelas telah menciptakan api itu secara buatan dan menggunakan teknik sihir atau spirit art untuk mengendalikannya. Dan ketika Satsuki memikirkan kemampuan mengendalikan api, satu hal muncul di benaknya.

 

"Jangan bilang padaku...."

Satsuki menggelengkan kepalanya, menepis pemikiran itu. Aki dan Masato ada di dekatnya, memandang dengan gelisah. Akhirnya, api itu padam, namun taman Mansion itu sunyi untuk waktu yang lama.

 

"N-Nee.... nyala api itu...." Masato akhirnya berkata dengan gugup.

Aki melihat sekeliling dengan gelisah untuk menghilangkan firasat buruk yang dimilikinya, namun Miharu tidak terlihat di taman.

 

"H-Hei, ke mana Miharu-chan pergi?!" Satsuki berseru.

Saat itu, sejumlah besar esensi sihir muncul di langit di atas Kastil. Merasakan tekanan yang cukup besar untuk mengguncang udara, mereka yang dapat merasakan esensinya segera bersiap untuk bertempur.

 

"Apa itu kehadiran roh?!"

Sara dan para gadis roh lainnya memandang ke sudut taman sambil terkesiap. Roh terkontrak mereka telah memberitahu mereka tentang kehadiran roh yang mereka deteksi. Berdiri disana adalah Aishia, tengah mengenakan topengnya.

 

"Siapa.....?"

Semua orang memiringkan kepala mereka dengan rasa ingin tahu.

 

Aishia?! Mengapa dia muncul.... tidak, maka hal itu pasti kabar yang sangat buruk.

Artinya, semua orang selain Celia, yang menebak alasan mengapa Aishia muncul. Bagaimanapun, apapun yang muncul di langit memiliki esensi yang sangat besar.

 

"Lari!"

Kata Aishia sambil terbang ke udara. Meskipun dia biasanya tidak peduli dengan emosinya, ada perasaan mendesak yang kuat dalam suaranya.

 

"Semuanya, sesuatu yang buruk pasti akan terjadi jika kalian tetap tinggal! Cepatlah!"

Celia berkata kepada semua orang. Pada saat itulah Miharu keluar dari pintu depan Mansion. Dia perlahan berjalan dengan susah payah ke depan dengan ekspresi bingung di wajahnya.

 

"Lewat sini, Miharu! Cepat!"

Celia memanggil Miharu ke arahnya dengan bingung. Namun Miharu hanya berhenti dan menatap ke langit seolah dia tidak mendengarnya.

 

Ada apa, Miharu?!

Celia mencoba bergegas menghampiri Miharu, namun Miharu membuka mulutnya.

 

"Assumo."

 

"Heh?"

Celia meragukan telinganya. Mantra itu? Bagaimana? Mengapa? Segala macam pertanyaan melintas di kepalanya.

 

"Exemplar : Septimum Caelum Vel Persona."

Miharu terus melafalkan mantranya dan mengaktifkan sihirnya.