Theatrics in Spring – Prolog

 

Pagi hari di Kastil Galarc, di dapur Mansion tempat Satsuki dan yang lainnya tinggal......

Ayase Miharu berhenti di tengah membuat sarapan dan menatap kosong ke langit. Dia terganggu oleh pemikiran yang tiba-tiba terlintas di benaknya :

Mimpi apa itu.....?

 

Mimpi yang Miharu alami tadi malam terjadi di ruang putih yang tidak biasa. Seseorang telah berbicara dengannya di ruang itu.

"Kamu harus mengambil keputusan suatu saat nanti."

Kata suara perempuan dimimpi itu.

 

"Keputusan yang sangat penting."

Mimpi itu hanya sebuah mimpi. Pada akhirnya, mimpi itu tidak nyata. Miharu mengerti kalau tidak ada gunanya berpikir terlalu keras tentang apa yang terjadi dalam mimpi, namun.....

 

"Aku sangat menyarankanmu untuk memilih pilihan yang salah."

Meskipun itu hanya mimpi, anehnya hal mimpi itu masih jelas dalam ingatannya; anehnya mimpi itu meninggalkan kesan yang kuat pada dirinya.

 

Suara siapa sebenarnya itu.....?

Mungkin itulah sebabnya Miharu mendapati dirinya memikirkan suara itu tanpa menyadarinya. Dan ketika dia memikirkannya kembali sekarang.....

 

Sepertinya aku pernah mendengar suara itu di suatu tempat sebelumnya.....

Itulah perasaan yang Miharu dapatkan dari mimpinya. Dia seharusnya tidak tahu siapa orang itu, namun anehnya ada sesuatu yang familiar dari suaranya. Perasaannya itu adalah perasaan yang tidak bisa dirinya ungkapkan dengan kata-kata.

 

Saat itulah, Aki memanggilnya, membawanya kembali ke masa sekarang. "Miharu Onee-chan."

 

"Hmm? Selamat pagi, Aki-chan."

Miharu tersenyum penuh kasih sayang kepada Aki, yang dirinya anggap sebagai adik perempuannya sendiri itu. Beberapa hari yang lalu, keduanya masih tinggal di Kerajaan yang berbeda, namun sekarang mereka tinggal bersama.

 

"Selamat pagi....."

Sapa Aki sambil membalas senyumannya dengan gembira. Bisa bertukar ucapan selamat pagi seperti ini adalah bukti bagaimana mereka kembali menjalani hari-hari damai bersama.

 

"Kemarilah, Aki-chan." Miharu tersenyum lembut pada Aki dan merentangkan tangannya untuk memeluknya.

 

"Heeh? Itu agak memalukan....."

Terlepas dari keluhannya, Aki dengan ragu mendekati Miharu dan menyerahkan dirinya pada kehangatan Miharu. Miharu menepuk punggung Aki seperti sedang menenangkan bayi.

 

Sebuah pilihan ya.....

Kata-kata dalam mimpinya muncul kembali di benak Miharu. Jika dia harus mengambil keputusan penting dalam waktu dekat, keputusan itu mungkin melibatkan Aki. Miharu tidak ingin melihat Aki sedih lagi.

 

"Aku harus menenangkan diri....." Miharu berbicara pada dirinya sendiri dengan tekad.

 

"Hmm?"

Aki menatap Miharu dengan penuh tanda tanya.

 

"Bukan apa-apa."

Miharu memeluk Aki dengan penuh kasih sayang.