Theatrics in Spring – Epilog :「Kriminal」

 

Kembali ke Kerajaan Galarc, di Ibukota Kerajaan Galtuuk, matahari baru saja akan terbenam. Di gang gelap di sisi daerah kumuh dan lampu merah.....

 

Drip, drip.

Suara cairan yang menetes bergema.

 

"Ah.... Ah....."

Sendo Takahisa mencengkeram Divine Arms di tangannya saat dirinya gemetar.

 

"Kau...."

Seorang preman yang tampak menyeramkan sedang memelototi Takahisa.

 

"........"

Tepat di samping Takahisa dan preman itu ada seorang gadis muda berpakaian compang-camping. Gadis itu menatap mereka dengan kaget karena dirinya terjatuh ke tanah. Suara tetesan air terus terdengar tanpa henti. Genangan air merah menyebar di dasar gang—Genangan darah.

 

"Ah.... Ah.... Ah....."

Takahisa melihat di antara tangannya, genangan darah merah, dan pedangnya yang tertancap di dada preman itu. Dia melihat berkali-kali, berulang kali, memikirkan cara untuk pulih dari situasi ini. Namun, Divine Arms miliknya tanpa ampun ditusukkan ke dalam jantung preman itu.

 

"I-Ini tidak bagus....."

Memang, itu tidak bagus. Itu ilegal.

Jika Takahisa membunuh seseorang.....

 

Pembunuhan.....

Itu benar-benar ilegal.

 

"U-Urk....."

Sejumlah besar darah tumpah dari mulut preman itu.

 

"Eek....!" Takahisa menjerit.

 

Pada saat yang sama, Takahisa panik dan tubuhnya mundur. Pedangnya ditarik dari jantung preman itu, menyebabkan darah mengalir keluar.

 

"Gah...."

Preman itu jatuh ke tanah dengan keras, berubah menjadi mayat tak bernyawa.

 

Sudah terlambat. Semuanya sudah terlambat. Tidak ada jalan untuk kembali lagi. Pada hari ini.....

 

"Ah..... Aaah...."

Sendo Takahisa menjadi seorang pembunuh.