Theatrics in Spring – Chapter 4 :「Jejak Erica」

 

Di sekitar waktu yang sama dengan Celia dan Aria kembali ke Kerajaan Galarc, Rio dan Sora mengunjungi Republik Demokratik Suci Erica. Mereka berdua bergerak secara terpisah dari Aishia, yang tetap berada di Kastil Galarc untuk menjaga Miharu dan yang lainnya. Ada dua tujuan utama yang terkait dengan perjalanan mereka berdua :

Yang pertama adalah menyelidiki peristiwa Perang Suci. Kehidupan masa lalu Miharu, Lina dari Tujuh Dewa Bijaksana, telah menggunakan kekuatan penglihatan masa depannya untuk meramalkan apa yang akan terjadi di era ini dan membantu mantan Raja Naga yang telah bereinkarnasi sebagai Rio. Namun, tidak ada cara untuk mengetahui secara pasti apa yang akan terjadi. Itulah sebabnya mereka berdua memutuskan untuk melakukan perjalanan ke negeri yang disebutkan dalam legenda Perang Suci itu.

 

Tujuan kedua adalah alasan mengapa mereka berada di sini, di Republik Demokratik Suci Erica : untuk mengadakan pemakaman untuk Saint Erica, Hero yang telah melepaskan kekuatan Transcendent-nya dalam pertarungan melawan Rio dan meninggal dunia.

Manusia adalah makhluk yang sangat bodoh dan jelek. Itulah mengapa aku tidak menyesali apa yang telah aku lakukan. Aku masih berpikir orang-orang bodoh itu harus mati. Tapi masih banyak orang baik di luar sana. Orang-orang baik yang bodoh. Kamu pasti salah satunya. Jadi aku ingin meminta sesuatu padamu, orang yang baik hati. Apa kamu mendengarkannya, itu terserah kepadamu.

 

Rio mengingat kata-kata terakhir Erica sebelum Erica meninggal dunia.

Ada sebuah desa terpencil di negara yang aku dirikan, lima puluh kilometer sebelah timur Ibukota. Desa terburuk dengan penduduk terburuk yang tinggal di dalamnya. Tapi jauh di pegunungan melewati desa, ada air terjun, di mana makamnya berada..... Jika bisa..... Aku ingin.....

 

Sejujurnya, penjelasannya kurang jelas, namun sepertinya keinginan Erica adalah untuk dimakamkan di samping mendiang tunangannya. Erica telah mengobarkan perang terhadap Kerajaan Galarc dan menyebabkan semua masalah itu. Rio tidak berkewajiban untuk memenuhi keinginannya. Apa alasan Rio mengabulkan keinginannya hanya karena dirinya berhati lembut? Atau apa Rio bersimpati kepada Erica sebagai seseorang yang juga membenci dunia dan ingin membalas dendam?

 

Jadi ini adalah Ibukotanya.

Bagaimanapun, Rio tiba di Ibukota Republik Demokratik Suci Erica. Tampaknya Ibukota itu disebut Ericaburg.

 

Erica bilang jaraknya lima puluh kilometer sebelah timur dari sini. Kita bisa langsung menuju ke sana, tapi....

Rio memandang ke bawah ke Ibukota tempatnya terbang di udara menggunakan spirit art. Rio penasaran bagaimana keadaan negara itu setelah kehilangan pemimpinnya.

 

"Karena kita sudah sampai di sini, sebaiknya kita melihat-lihat kota sebentar." Saran Rio.

 

"Oke!"

Tentunya, Sora tidak punya alasan untuk menolak. Keduanya turun ke tanah untuk memeriksa kota.

 

 

Cara tercepat untuk mengetahui keadaan suatu negara adalah dengan memeriksa para pemimpinnya. Jadi, Rio dan Sora menggunakan spirit art untuk menjadi tidak terlihat sebelum memata-matai badan pengambil keputusan tertinggi di negara itu, yaitu kongres. Ada rapat kongres yang diadakan saat mereka memasuki aula, namun..... Sederhananya, awan gelap membayangi masa depan Republik Demokratik Suci Erica itu.

"Berikutnya adalah pernyataan protes dari Kerajaan Galarc. Bagaimana kita menanggapi tuntutan mereka untuk mendapatkan kompensasi sebagai ganti tahanan mereka? Kita perlu mencapai kesimpulan hari ini."

 

Perdana menteri negara tersebut, seorang laki-laki bernama Andrei, memimpin pertemuan tersebut. Dia masih cukup muda, namun sedikit lebih tua dari Rio, namun kelelahan yang mendalam terlihat dari ekspresinya.

"Tidak ada yang bisa dilakukan."

 

"Itu sangat mustahil."

 

"Tapi bagaimana dengan para tahanan itu? Apa kita akan meninggalkan mereka?"

 

"Aku tidak bilang itu. Kita bisa mencoba bernegosiasi untuk mengembalikan mereka....."

 

"Haa! Dengan apa kita harus bernegosiasi?"

 

"Jika uang tidak memungkinkan, maka ada hal yang yang bisa digunakan.... seperti makanan...."

 

"Makanan katamu?! Kau mau memberikan makanan kepada negara lain disaat kita tidak mempunyai cukup makanan untuk diri kita sendiri untuk tahun depan?! Kau pasti bercanda! Aku menentangnya!"

Beberapa orang mengungkapkan keraguan mereka terhadap gagasan menawarkan makanan dan bukan kompensasi uang tunai. Pertama-tama, pertanian dan pengembangan lahan di Republik Demokratik Suci Erica dilakukan oleh Erica dan Divine Arms miliknya. Sekarang setelah Erica tidak ada, semua rencana mereka berantakan.

 

"Mengapa kita harus berperang melawan negara yang jauh seperti Galarc?"

 

"Itu karena tujuan besar kita adalah mengalahkan semua Keluarga Kerajaan dan bangsawan jahat....."

 

"Tapi itu tidak berarti kita harus bertarung dengan negara lain karena masalah ini."

 

".........."

Karena Erica telah menjadi Transcendent seperti Rio, semua orang telah melupakannya. Semangat orang-orang itu dan cara mereka mengambil keputusan untuk menyerang Galarc semuanya telah terhapus dari ingatan mereka, itulah sebabnya mereka semua terdiam ketika ditanya mengapa mereka melakukan hal seperti itu.

 

"Aku memahami pendapat semuanya. Tapi, kita perlu segera mengambil keputusan. Apa kita menyelamatkan rekan-rekan kita yang ditawan, atau kita meninggalkan mereka?" Andrei mengalihkan pembicaraan.

 

"Kita sedang mencoba untuk mengambil keputusan."

Para anggota kongres itu menghindari pandangan mereka dengan canggung.

 

"Apa yang kalian lakukan adalah mengulangi pertanyaan yang sama. Kalian akan bersemangat berdebat dengan orang lain, tapi kalian menghindari topik tentang meninggalkan teman kita atau tidak. Setidaknya itulah yang aku lihat."

Mereka mungkin ingin menghindari tanggung jawab dalam mengambil keputusan. Mereka akan membuat pernyataan yang bisa mengarah pada suatu keputusan, namun mereka tidak pernah menyatakan keputusan sebenarnya. Kongres itu dibentuk oleh kaum sofis seperti itu. Tidak ada diskusi konstruktif yang dapat diadakan seperti ini.

 

"Bukankah itu sudah pasti?! Takdir para tahanan itu akan ditentukan oleh kita! Kalian juga harus memikul tanggung jawab itu, tahu?!"

 

"Tentu saja. Itu sebabnya kita perlu membicarakan hal ini tanpa melarikan diri. Utusan dari Kerajaan Galarc tidak akan menunggu selamanya......"

 

"Mengapa kita tidak menyandera saja utusan itu dan menawarkan mereka sebagai pertukaran atas rakyat kita?"

 

Seseorang angkat bicara saat seseorang menyarankan hal itu. "A-Apa kau ini sudah gila?! Kau benar-benar akan membuat marah Kerajaan Galarc jika kau melakukan itu!"

 

"Pengecut!"

Teriakan marah memenuhi ruangan. Pertemuan itu berantakan. Kongres yang dulunya merupakan gambaran solidaritas di bawah kepemimpinan Erica kini menjadi campur aduk pendapat individu. Sebagian besar bangsawan dari bekas Kerajaan telah dieksekusi atau diasingkan ketika negara ini didirikan, sehingga kurangnya pengalaman di antara anggota kongres itu berakibat fatal. Sejujurnya, menontonnya sungguh tak tertahankan. Hanya beberapa menit berlalu sebelum Rio memutuskan untuk meninggalkan ruangan.

 

Ayo pergi, Sora.

Rio menepuk bahu Sora dan berbicara kepadanya secara telepati. Keduanya meninggalkan ibukota dan naik ke langit dengan spirit art. Mereka kemudian mulai berjalan ke desa tempat Erica dulu tinggal,

 

 

Sekitar setengah jam setelah mereka meninggalkan Ericaburg, Rio melihat sebuah desa tepat di jarak lima puluh kilometer di sebelah timur Ibukota. Rio berhenti di tengah penerbangannya dan melihat sekeliling ke daerah sekitarnya.

Ada gunung, air terjun, dan desa di bawahnya.

Informasi yang Erica berikan terfragmentasi, jadi Rio tidak bisa memastikannya, namun berdasarkan jarak dari Ibukota, kemungkinan besar inilah tempatnya.

 

"Mungkin di sana. Ayo kita turun ke air terjun itu."

Kata Rio pada Sora.

 

"Raja Naga, di sana....."

 

"Ya, pasti yang di sana."

Ada sebuah bangunan buatan manusia yang tampaknya merupakan penanda kuburan. Keduanya berjalan ke sana. Kuburannya terbuat dari batu datar besar dengan desain persegi sederhana.

 

Ini jelas batu nisan. Ini.....

Apa ini diukir dengan tangan? Ada huruf-huruf yang terukir di batu itu.

 

"Apa yang tertulis di sana Raja Naga?"

Sora bertanya, menatap huruf-hurif itu dengan cermat.

 

Rio membaca nama yang terukir di batu itu.

"Teshigahara Akira."

 

"Kamu bisa membacanya? Itu luar biasa!"

 

"Kebetulan itu adalah bahasa yang aku kenali."

Nama itu diukir dengan huruf Inggris. Tidak ada tulisan lain di situ. Rio bahkan tidak tahu apa huruf-huruf itu adalah bahasa jepang. Rio menyentuh tanah dan mengirimkan esensi sihirnya mengalir ke tanah. Dia memeriksa bentuk apa yang terkubur dengan meraba permukaannya dengan ujung jarinya.

 

Ada tulang yang terkubur di sini. Tidak ada jejak kuburan ini pernah diganggu, jadi kuburan ini pasti kuburan tunangan Erica.

Begitu Rio menyadarinya, dia mengangkat tangannya dari tanah. Dia bisa melanjutkan untuk mengubur Erica seperti ini, namun.....

 

"Ayo kita pergi ke desa dulu."

Ada sesuatu yang ingin Rio selidiki terlebih dahulu. Dia memutuskan untuk mengunjungi desa tempat Erica tinggal bersama tunangannya.

 

 

Desa di kaki pegunungan itu sepi. Ketika Rio dan Sora melangkah masuk, mereka menarik perhatian seluruh penduduk desa. Sebagai Transcendent, seharusnya sulit bagi Rio untuk meninggalkan kesan pada orang lain, namun nampaknya penduduk desa ini sangat waspada. Mereka jelas merupakan desa terpencil yang tidak ingin berhubungan dengan orang luar. Meski begitu, Rio tetap berbicara kepada warga desa dan menanyakan arah ke rumah kepala desa. Sesampainya di sana, Rio mengetuk pintu kayu, yang perlahan terbuka setelah beberapa saat.

 

Seorang laki-laki paruh baya menyambutnya.

"Siapa kau?" Orang itu mengamati Rio dari ujung kepala sampai ujung kaki.

 

"Hanya seorang pelancong yang lewat. Aku ingin menanyakan sesuatu tentang desa ini, jika kau punya waktu sebentar. Aku bisa menawarkan hadiah yang pantas jika kau memberiku informasi yang aku cari."

Kata Rio sambil menunjukkan sekantong kecil koin perunggu dan perak. Hadiah itu tampaknya efektif ketika sorot mata orang itu berubah.

 

"Apa kau ini seorang bangsawan?" Orang itu bertanya sambil mengamati pakaian Rio yang bagus.

 

"Yah, benar. Tapi statusku tidak penting saat ini."

Rio pernah menjadi Ksatria kehormatan. Hal itu tidak bohong, dan dia bersedia mengungkapkannya jika hal itu membantu kepala desa membuka diri.

 

"Silakan masuk."

Orang itu menyambut Rio dan Sora di dalam.

 

"Jika kau tidak keberatan aku bertanya, apa kau ini adalah kepala desa?"

 

"Ya, itu Aku. Ah, silakan duduk dulu."

 

"Terima kasih."

Rio dan Sora duduk di meja makan yang orang itu tunjuk.

 

"Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?"

Kepala desa itu langsung pokok permasalahannya, tidak tertarik dengan basa-basi apapun.

 

"Apa seorang bernama Teshigahara Akira pindah ke desa ini setahun yang lalu?" Rio bertanya.

 

"Ah....."

Kepala desa itu tidak langsung menjawab. Ada ekspresi terkejut di matanya, diikuti rasa canggung, lalu rasa bersalah.

 

"Ada, benar?" Rio menebak dari reaksinya.

 

Setelah beberapa saat terjadi konflik sengit, kepala desa mengangguk dengan canggung.

"Uhh... benar."

 

"Apa ada sesuatu yang terjadi pada dia itu? Sesuatu yang akan menyebabkan kematiannya, lebih spesifiknya."

 

"U-Umm, bisakah aku bertanya apa hubunganmu dengannya?"

Apapun yang terjadi pasti cukup serius : kepala desa itu sangat terguncang ketika dirinya menanyakan hubungan Rio dan tunangan Erica itu.

 

"Aku tidak memiliki hubungan langsung dengannya. Kami benar-benar asing satu sama lain. Tapi, aku sempat berkenalan dengan tunangannya. Tunangannya sudah meninggal sekarang, tapi aku mau mencari tahu masa lalunya dan ingin tahu lebih banyak tentang laki-laki yang bertunangan dengannya." Kata Rio, menjelaskan alasannya menyelidiki dengan jujur.

 

"Begitu....."

Kepala desa itu tampak tenang mendengar Rio tidak memiliki hubungan langsung dengan tunangan Erica itu, dan dia kembali tenang mendengar jawaban itu. Mungkin dia takut akan ada pembalasan.

 

"Bisakah kau ceritakan padaku apa yang terjadi di desa ini? Aku hanya ingin mengetahui kebenarannya, aku tidak berencana melakukan apapun mengenai hal itu. Jika kau bisa mengatakan yang sebenarnya kepadaku tanpa menyembunyikan apapun, aku akan dengan senang hati meninggalkan seluruh kantong ini di sini."

Rio mengambil kantong koin perunggu dan perak dari mantelnya dan meletakkannya di atas meja di hadapan kepala desa itu.

 

"Oh....!"

Setelah jeda yang lama, kepala desa yang sedang berkonflik itu meraih kantong tersebut. Dia kemudian mulai menceritakan kembali kejadian di masa lalu.

 

 

Beberapa waktu lalu, seorang laki-laki berpakaian rapi dan berambut hitam pindah ke desa. Laki-laki itu melakukan semua pekerjaan tidak menyenangkan yang tidak ingin dilakukan oleh siapapun demi mendapatkan kepercayaan penduduk desa. Laki-laki itu cerdas, dan bisa melakukan pekerjaan yang tidak mampu dilakukan oleh penduduk desa sendiri. Sedikit demi sedikit, laki-laki itu mulai menemukan tempatnya di desa tersebut.

Namun, penduduk desa tidak terlalu senang dengan cara laki-laki itu memamerkan pengetahuannya, atau caranya memamerkan harta berharganya sementara penduduk desa lainnya berjuang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suatu hari, laki-laki tersebut terpilih untuk bergabung dengan sekelompok penduduk desa yang menuju ke kota untuk berdagang hasil bercocok tanam mereka. Saat itulah kejadian mengerikan yang mengguncang seluruh desa terjadi.

 

Karena laki-laki itu memamerkan barang-barang berharganya di kota, laki-laki itu menarik perhatian seorang bangsawan. Hal ini menyebabkan para bangsawan berbaris ke desa mereka. Kemudian, yang mengejutkan semua orang, diketahui kalau barang milik laki-laki tersebut adalah barang curian. Para bangsawan datang ke desa mereka untuk mengambilnya. Menjadi marah, para penduduk desa mengecam laki-laki itu. Sang bangsawan ingin menyelesaikan masalah dengan damai, namun laki-laki itu tidak menunjukkan penyesalan dan menolak mengembalikan barang yang dicuri. Dari barang-barang yang dicuri, laki-laki itu secara khusus terikat pada sebuah cincin dengan batu permata yang terlihat mahal. Laki-laki itu berbohong, mengatakan cincin itu adalah cincin pertunangan, dan dengan tegas menolak mengembalikannya kepada bangsawan. Namun ketika akhirnya diambil darinya, laki-laki itu membalas dengan kekuatan yang luar biasa. Sang bangsawan, yang ingin menyelesaikan masalah dengan damai, tidak punya pilihan selain memerintahkan para Ksatria yang dibawanya untuk membunuh laki-laki itu.

 

Sebagai apresiasi terhadap penduduk desa, yang bersikap kooperatif selama seluruh proses, bangsawan itu memberi mereka pembebasan pajak desa, dan insiden tersebut terselesaikan. Atau begitulah yang mereka pikirkan. Insiden mengejutkan lainnya akan segera terjadi. Dalam perjalanan kembali ke kota, tepat di luar desa, setiap anggota kelompok bangsawan itu dibunuh. Selain itu, pasangan muda dan bayi mereka juga dibunuh di desa tersebut. Namun siapa pembunuhnya? Desa itu menjadi sangat panik. Tentu saja; Seorang bangsawan telah dibunuh di dekat desa, jadi yang pertama dicurigai adalah penduduk desa. Akibatnya, seluruh desa bisa dieksekusi. Kerajaan bahkan menahan mereka semua.

 

Untungnya, ada jejak sihir yang ditemukan di tempat kejadian. Hal ini, selain kehadiran banyak Ksatria di kelompok bangsawan yang dapat meningkatkan kemampuan fisik mereka, membantu menyelesaikan tuduhan terhadap penduduk desa. Dipastikan tidak ada penduduk desa yang bisa melakukannya. Namun misteri siapa yang membunuh mereka masih tetap ada hingga saat ini. Apa pembunuhnya itu adalah monster atau binatang yang kuat? Banyak kemungkinan yang diasumsikan, namun tak seorang pun pernah melihat apapun di daerah sekitar desa. Hal itu tetap berlaku sampai hari ini. Itu sebabnya.....

 

Apa pasangan penduduk desa muda itu dan bangsawan itu dikutuk oleh dendam laki-laki itu terhadap mereka?

Itulah yang mulai diyakini penduduk desa. Bagaimanapun, setiap orang yang terbunuh telah melakukan sesuatu yang membuat laki-laki itu membenci mereka. Sang bangsawan tidak berkata apapun lagi, dan pasangan muda itu telah bersaksi melawan laki-laki tersebut meskipun mereka sangat berhutang budi kepadanya atas bantuannya selama kelahiran anak mereka. Sangat masuk akal jika mereka dikutuk. Selain itu.....

 

Bagaimana jika laki-laki itu juga mengutuk penduduk desa lainnya?

Ketakutan menyebar ke seluruh desa. Hal ini dipicu oleh fenomena aneh dan supernatural yang dimulai setelah laki-laki tersebut meninggal. Gempa bumi yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah Strahl, hasil panen hancur total, ternak ditemukan mati secara tiba-tiba..... Penduduk desa mulai takut akan murka kutukan laki-laki tersebut. Beberapa bahkan mulai mencurigai penduduk desa lainnya.

 

Fenomena supranatural itu telah berhenti baru-baru ini, namun semua orang masih gelisah, takut saat kutukan itu kembali. Hal inilah yang menyebabkan ketidakpercayaan menyebar ke seluruh desa, merusak hubungan mereka bahkan dengan desa tetangga.

 

 

Itu adalah cerita umum yang diberikan kepala desa, namun.....

 

Erica telah menjadi Transcendent tepat sebelum kematiannya, menyebabkan aturan dewa menghapusnya dari ingatan manusia dan mengisi lubang yang tersisa dengan aturan palsu. Ada sejumlah kalimat yang lebih masuk akal untuk berasumsi kalau Erica adalah subjeknya, dan bukan tunangannya. Selain itu, Rio tidak tahu apakah kepala desa itu mengatakan yang sebenarnya. Ketika kepala desa berbicara dari sudut pandangnya sendiri, kemungkinan besar kejadian-kejadian telah diputarbalikkan untuk membuat dirinya terdengar lebih baik. Menurut kepala desa itu, tunangan Erica adalah seorang penjahat dengan kepribadian yang buruk. Namun hal itu pun masih dipertanyakan. Namun, kebenaran masih bisa dilihat dari ceritanya.

 

Barang berharganya itu pasti tidak dicuri. Dia langsung pindah ke desa ini setelah dipanggil ke sini dari jepang, jadi tidak mungkin dia bisa mencuri harta benda seorang bangsawan.

Kemungkinan besar itu adalah barang yang tunangan Erica bawa ke sini dari jepang. Rio memahami kebenaran cerita kepala desa, yakin kalau tunangan Erica dibunuh berdasarkan tuduhan palsu. Entah karena mereka takut pada bangsawan, atau karena tergoda oleh janji pembebasan pajak, penduduk desa itu tidak berusaha menyelamatkan tunangan Erica. Akibatnya, tunangan Erica dianggap pembohong oleh penduduk desa dan dibunuh oleh bangsawan. Selain itu....

 

Kelompok bangsawan itu terbunuh di luar desa, dalam perjalanan pulang. Apa itu artinya Erica tidak ada di sana saat tunangannya dibunuh?

Erica sepertinya bukan tipe orang yang hanya berdiam diri dan menyaksikan tunangannya terbunuh di depan matanya. Itu sebabnya sepertinya Erica tidak hadir saat tunangannya itu dibunuh.

 

Tidak, kata kepala desa ini, tunangan Erica itu menunjukkan kekuatan luar biasa saat berjuang. Apa Erica yang menyerang? Dan apa tunangannya itu terbunuh sebagai akibatnya?

Rio mempertimbangkan kembali teorinya. Dia tidak bisa membayangkan Erica kalah dari para Ksatria biasa, bahkan jika mereka diperkuat secara fisik dengan sihir atau jika Erica tidak sekuat ketika dia menghadapi Rio.

 

Namun Erica awalnya adalah perempuan normal, lahir dan besar di jepang. Dia tidak punya pengalaman membunuh. Seseorang sepertinya tidak akan bisa membunuh seseorang hanya karena mereka tiba-tiba mendapatkan kekuatan para Hero. Bahkan jika Erica diseret ke dalam pertempuran yang bertentangan dengan keinginannya, dia akan merasa takut dan ragu. Sang bangsawan memiliki banyak Ksatria di sisinya, dan Erica pasti kalah jumlah. Masuk akal untuk berasumsi kalau Erica telah terbunuh pada saat itu. Rio mengetahui secara langsung kalau Erica mampu bangkit kembali setelah terluka parah. Bagaimanapun—

 

Sudah pasti Erica-lah yang membunuh para Ksatria dan pasangan muda penduduk desa itu.

Rio yakin Erica-lah yang akan membalas dendam pada kelompok bangsawan dan pasangan penduduk desa itu. Apa yang Rio tidak yakin adalah mengapa Erica tidak menyentuh penduduk desa lainnya. Mungkin mereka tidak terlalu terlibat dalam insiden tersebut, atau mungkin Erica ingin membuat mereka menderita tanpa membunuh mereka.....

 

Erica bertarung dengan cara bunuh diri, mengetahui dirinya bisa bangkit kembali. Mungkin kejadian inilah yang menyadarkannya betapa sulitnya para Hero mati.

Rahasia kekuatan para Hsro adalah roh tingkat atas yang tersegel dan "Berasimilasi" di dalam diri mereka. Melalui kontrak khusus yang disebut ikatan roh, pemegang kontrak dan roh secara harfiah disatukan menjadi satu makhluk. Dengan berasimilasi dengan roh tingkat tinggi, Hero menjadi makhluk yang bukan manusia sampai tingkat tertentu, mampu menggunakan kekuatan yang jauh melebihi manusia biasa. Manifestasi Divine Arms adalah salah satu kekuatan tersebut.

 

Namun, para Hero tidak bisa sepenuhnya berasimilasi dengan roh tersegel mereka. Asimilasi sempurna akan menyebabkan roh tingkat tinggi yang tersegel naik ke permukaan dan mengambil kendali atas tubuh fisik mereka. Itu sebabnya ada sihir dalam sistem Divine Arms untuk membatasi jumlah asimilasi dengan sang Hero itu sendiri. Namun entah mengapa, Erica mampu melampaui batas itu. Renji juga bertarung dengan tingkat yang mengesankan di Rodania, namun Renji belum mencapai level Erica. Tidak jelas bagaimana Erica menghilangkan batas itu sampai sekarang, namun.....

 

Mungkinkah kondisi untuk mengeluarkan lebih banyak kekuatan para Hero itu adalah.... mati?

Rasa dingin merambat di punggung Rio. Kemampuan regenerasi milik Erica, yang memungkinkannya untuk bangkit kembali, adalah kekuatan yang diberikan melalui asimilasi. Dalam hal ini, ada kemungkinan bahwa batas asimilasi ditingkatkan dengan menerima luka fatal dan dibangkitkan berulang kali. Setelah mengetahui apa yang terjadi di desa ini, Rio mulai memahami apa yang mendorong gaya bertarung bunuh diri Erica itu.

 

Namun, tidak ada cara untuk menguji teorinya. Pengujian akan mengharuskan seorang Hero untuk melukai atau membunuh dirinya sendiri berulang kali. Sungguh gila meminta seseorang untuk mengujinya. Itu hanya mungkin bagi Erica karena dirinya didorong secara gila-gilaan oleh balas dendam. Tidak jelas apakah Erica sendiri telah mengetahui rahasia ini ketika dirinya memilih gaya bertarungnya, atau apakah dia hanya menyerang tanpa berpikir. Bagaimanapun, itu adalah cerita yang menyedihkan.

 

Aku tidak pernah mengerti kenapa Erica begitu membenci dunia ini, tapi.....

Setelah mengetahui apa yang terjadi di masa lalunya, Rio akhirnya mulai memahami apa yang membuat Erica menjadi diri Rio yang dulu. Biasanya, Rio tidak akan ikut campur dalam urusan orang lain tanpa berpikir panjang. Dia selalu berusaha menjaga jarak dari orang-orang. Fakta kalau Rio berusaha keras untuk mengunjungi desa ini dan bertanya tentang masa lalu Erica adalah karena dirinya merasa empati padanya, sebagai seseorang yang juga pernah membalas dendam.

 

Sekarang setelah Rio menyatukan potongan-potongan teka-teki itu, empati itu menjadi lebih kuat. Emosi yang tidak menyenangkan muncul dalam dirinya, membuatnya mengerutkan keningnya. Sementara itu, kepala desa baru saja menyelesaikan kata-kata kasarnya tentang betapa buruknya kepribadian tunangan Erica itu.

 

"Terima kasih telah mendengarkan semua ini, anak muda. Rasanya seperti ada beban yang terangkat dari dadaku." Ucap kepala desa itu sambil menghela napasnya dalam-dalam seolah ingin menghilangkan rasa bersalahnya. Ekspresi wajahnya lega, seolah dirinya telah dimaafkan setelah memberikan pengakuannya.

 

".........."

Ekspresi Rio memburuk. Kepala desa harus memasang wajah seperti itu karena dirinya merasa bersalah terhadap tunangan Erica. Kepala desa itu merasa lega setelah mengakui dosanya kepada Rio. Namun.... Apa itu sesuatu yang bisa dimaafkan?

 

"Apa kau atau penduduk desa lainnya merasa bersalah karena itu?" Rio bertanya dengan ekspresi ragu-ragu yang palsu.

 

"Hah? Ke.... Kenapa kau menanyakan itu?"

Kepala desa itu terkejut untuk waktu yang lama. Ekspresi rasa bersalah akhirnya menyebar di wajahnya sekali lagi.

 

"Bagiku, seperti kau merasa bersalah tentang sesuatu mengenai orang yang meninggal itu, dan beban itu terangkat dari dadamu." Kata Rio, menebak-nebak pikiran kepala desa.

 

"T-Tidak, tentu saja tidak. Aku....."

Kepala desa itu menyangkal tuduhan itu dengan panik dan dengan canggung mengalihkan pandangannya. Itu adalah reaksi yang menegaskan kesalahannya. Namun, Rio juga tidak berniat mengulur pertanyaannya.

 

"Jadi begitu. Akan bagus kalau memang begitu."

Kata Rio, mengakhiri pembicaraan dan bergerak untuk berdiri.

 

"A-Apa......"

 

"Hmm?"

 

"Apa yang bagus dari itu?"

Tanya kepala desa, menghentikan Rio untuk berdiri.

 

Rio sedikit ragu sebelum memilih kata-katanya.

"Bagaimanapun, kau tidak bisa meminta maaf kepada orang yang sudah mati. Sungguh menyakitkan hidup dengan rasa bersalah yang tidak bisa diselesaikan. Kau harus bertobat seumur hidupmu."

 

"........."

Terkejut, mata kepala desa itu melebar. Ketika kepala desa itu membeku, Rio melanjutkan.

 

"Tidak masalah jika korban ingin meminta maaf. Tapi sering kali permintaan maaf hanya membuat pelakunya merasa lebih baik. Untuk kesalahan yang tidak bisa dimaafkan dengan permintaan maaf, mungkin lebih baik hidup dalam penyesalan tanpa pernah meminta maaf."

 

Kepala desa itu tetap diam, namun wajahnya agak pucat.

"Itulah sebabnya aku bilang akan bagus jika kau bisa merasa bersalah. Maaf, ini mungkin cara yang aneh untuk mengungkapkannya. Aku akan pergi sekarang. Terima kasih telah menceritakan cerita itu kepadaku."

Kata Rio, akhirnya berdiri dengan benar kali ini. Dia memberi isyarat kepada Sora dengan pandangan, dan mereka berdua dengan cepat menuju pintu.

 

"Ah!"

Teriak kepala desa sambil meraih punggung Rio. Namun Rio tidak memperhatikannya, atau pura-pura tidak memperhatikannya, saat Rio membuka pintu dan pergi tanpa henti. Kepala desa itu menatap kantong di atas meja dengan ekspresi pahit.

 

 

Setelah meninggalkan rumah kepala desa, Rio segera berangkat dari desa dan kembali ke makam tunangan Erica. Sora dan Rio sepertinya merasakan sesuatu setelah mendengar cerita kepala desa itu, karena mereka berdua hanya berbicara sedikit. Rio menatap batu nisan itu dalam diam.

Emosi negatif yang kuat dari pembunuhan tunangannya. Itulah yang mengubahnya menjadi Saint Erica. Jika dia tidak datang ke dunia ini, dia tidak akan kehilangan tunangannya. Pemikiran itulah yang membuatnya membenci orang-orang yang tinggal di sini. Itu sebabnya dia ingin menghancurkan dunia ini.

 

Menurut Rio, balas dendam Erica itu telah diputarbalikkan dan tidak masuk akal. Selain itu, dunia yang Erica coba datangkan bencana adalah rumah bagi orang-orang yang dekat dengan Rio, jadi bagaimanapun juga, Rio tidak punya pilihan selain melawan dan membunuh Erica. Namun, Rio bisa memahami kemarahan Erica, karena Rio adalah seseorang yang juga hidup dengan rasa haus yang membara akan balas dendam. Tidak mungkin Rio bisa mengklaim kalau kemarahan Erica itu salah. Itu sebabnya Rio merasa sangat tidak berdaya karena tidak ada pilihan lain selain bertarung sampai mati seperti yang telah mereka lakukan. Rio akan jauh lebih bahagia jika tidak mengetahui masa lalu Erica.....

 

Namun sekarang setelah Rio mengetahui masa lalunya, ada sesuatu yang bisa dirinya lakukan.

 

"Dissolvo."

Rio memutuskan untuk mengadakan pemakaman yang layak untuk Erica. Dia mengeluarkan alat pahat dari gelang penyimpanan ruang dan waktu dan mulai mengukir nama Erica di batu nisan di samping nama tunangannya.

Sakuraba..... Erica.....

 

Rio bisa mengingat nama jepang milik Erica, namun dia tidak tahu kanji yang digunakan untuk menulis namanya. Beruntung nama tunangannya terukir dengan romaji. Mungkin Erica melakukannya dengan sengaja, agar namanya bisa diukir di samping nama tunangannya setelah kematiannya.

 

Tidak, itu tidak mungkin. Aku terlalu memikirkan banyak hal.....

Apapun yang terjadi, orang yang mengukir nama tunangannya dengan huruf romaji itu, kini telah tiada. Rio mengingat nama lengkap Erica sambil dengan hati-hati mengukirnya di batu nisan. Setelah Rio selesai dengan itu.....

 

"Dissolvo."

Rio menggali tanah kuburan dan mengeluarkan jasad Erica yang membeku dari gelang penyimpanan ruang dan waktu. Rio dengan hati-hati menurunkannya ke dalam kubur dan menutupinya dengan tanah, menyelesaikan penguburannya. Namun sebelum Rio selesai menguburkannya, dia melihat sekilas ekspresi damai perempuan itu, yang sepertinya meninggalkan kesan mendalam pada dirinya.

 

Rio berhenti sejenak dalam pekerjaannya dan menatap wajah Erica. Namun orang mati tidak bisa berbicara. Rio menggelengkan kepalanya dan kali ini menyelesaikan penguburannya untuk selamanya. Rio kemudian menatap ke arah nisan tempat Erica dan tunangannya beristirahat bersama untuk sementara waktu.

 

"Raja Naga....."

Di sampingnya, Sora menatap wajahnya dengan cemas. Perbedaan tinggi antara mereka sama seperti antara orang dewasa dan anak-anak, jadi Sora harus melihat ke atas sedikit, namun....

 

"Maaf. Aku sedikit melamun."

Rio tersenyum lembut dan mengusap kepala Sora, membuat Sora menggeliat dan senang. Namun sepertinya Sora berpikir ini bukan waktu dan tempat yang tepat untuk itu.

 

"K-Kamu tahu, Raja Naga!" Sora berteriak.

 

"Apa itu?"

Rio bertanya lembut sambil memiringkan kepalanya.

 

"Rina berkata kalau Enam Dewa Bijaksana muak dengan betapa jelek dan bodohnya manusia. Sora membenci Dewa Bijaksana, tapi cara berpikir mereka menjadi lebih masuk akal sekarang....."

Sora berkata, menjelaskan perasaannya setelah mendengar apa yang terjadi di desa.

 

"Ya....."

Rio juga pernah mengalami sisi negatif kemanusiaan di masa lalu. Itu sebabnya dia bisa memahami apa yang Sora katakan, dan dia mengangguk dengan tampilan yang lebih bertentangan dari sebelumnya. Namun tampaknya itu bukan niat Sora untuk membuatnya terlihat seperti itu.

 

"B-Bukan itu yang ingin Sora katakan! Sora hanya mau Raja Naga bersemangat. Jangan pedulikan tentang orang-orang jahat di dunia ini....." Berharap dirinya bisa menghibur Rio dengan lebih persuasif, Sora mengutarakan pikirannya dengan cemas.