Theatrics in Spring – Chapter 1 :「Perjalanan Bersama-sama」

 

Di dekat perbatasan antara Kerajaan Beltrum dan Galarc, beberapa ratus meter dari benteng yang pernah dikunjungi Celia.....

"Endless Force....."

 

"Infinitus....."

Celia terbang di udara dengan sayap cahaya tumbuh di punggungnya. Renji dan Reiss sedang mengejarnya, dengan Renji digendong oleh Reiss saat dirinya terbang.

 

"......Blizzard!" Teriak Renji.

 

".....Durandal!" Celia berteriak.

Udara dingin bertabrakan dengan cahaya yang menyala, mengirimkan gelombang kejut yang sangat besar dan cahaya terang ke seluruh area.

 

"Guh!"

 

"Aaah!"

Renji dan Celia sama-sama terhempas oleh gelombang kejut itu, terlempar di udara. Penglihatan mereka tertutup oleh cahaya, dan mereka kehilangan arah—mereka nyaris tidak bisa tetap sadar.

 

Bertahanlah, Celia!

Celia mati-matian mempertahankan kesadarannya dan memutar otak untuk mencari solusi. Skenario terburuknya adalah dia menjadi tidak mampu bertempur dan jatuh ke tangan Reiss dan Duke Arbor. Dia telah meningkatkan output Durandal yang sudah mengandung banyak esensi, dan hanya memiliki sedikit esensi yang tersisa.

 

A-Aku harus lari.....

Satu-satunya pilihannya adalah melarikan diri. Celia sudah berada pada posisi yang kurang menguntungkan dalam hal jumlah, dan dia tidak cukup sombong untuk berpikir dirinya bisa menghadapi dua orang yang kekuatannya masih belum dia ketahui itu.

 

Aku harus mengambil kesempatan ini! 

Celia menyerah pada hembusan udara itu, menggunakannya untuk menjauhkan dirinya dari Renji dan Reiss. Dia kemudian memastikan ke arah mana tanah itu berada dan berusaha meluruskan dirinya.

 

"Ugh....."

Mengepakkan sayap cahayanya, Celia menggunakan sisa esensi sihirnya untuk mendorong dirinya sendiri. Dia berakselerasi dalam garis lurus menuju Galarc.

 

Sepertinya aku tidak punya pilihan lain.....

Daripada melawan gelombang kejut untuk bergerak menuju Celia, Reiss pergi ke arah berlawanan untuk menekan momentum gelombang kejut itu. Reiss didorong hampir sepanjang perjalanan kembali ke benteng tempat Duke Arbor berada sebelum akhirnya berhenti. Kemudian, Reiss melanjutkan penerbangannya menuju pusat ledakan itu dengan Renji di tangannya. Ada kemungkinan Celia melarikan diri menggunakan gelombang kejut, namun mungkin juga Celia jatuh atau tidak berdaya.

 

Udara di area tersebut masih tertutup awan debu, namun Reiss mampu terbang melewati puing-puing tersebut tanpa masalah.

"Sial..... Apa yang terjadi? Ke mana perginya perempuan itu? Apa dia sudah mati?" Renji bertanya secara berurutan. Tangan kirinya menutupi matanya dari debu sementara tangan kanannya menggenggam erat tombaknya.

 

Reiss menatap pusat ledakan itu, tanpa ekspresi.

"Seperti yang kau lihat sendiri." Jawabnya.

 

"Apa yang perempuan itu lakukan?"

Renji bertanya dengan lebih tenang kali ini. Serangan mereka bertabrakan begitu cepat setelah mereka menembakkannya, Renji tidak bisa menyaksikan apa yang terjadi. Atau mungkin Renji menyaksikan apa yang terjadi, namun tidak bisa mempercayai matanya.

 

"Dia melepaskan serangan kuat yang sama kuatnya dengan seranganmu, dan kedua serangan itu mengancurkan satu sama lain."

 

"Sungguh....?"

 

"Ya, tidak salah lagi." Kata Reiss yakin.

 

"Bukankah Endless Force Blizzard milikku dimaksudkan sebagai mantra serangan kelas tertinggi yang paling kuat di dunia ini......?" Renji bertanya, menekan rasa tidak senangnya. Reiss sebelumnya telah memberikan persetujuan pribadinya terhadap sihir pemusnahan cepat dan jangkauan luas yang bisa digunakan Renji, jadi bagaimana Celia menyeimbanginya?

 

"Ada mantra serangan yang lebih kuat di dunia ini."

Jawab Reiss dengan biasa.

 

"Kau pasti bercanda! Bagaimana kau bisa menyebut kalau masih ada sihir kelas tertinggi?! Dan di luar sana yang setara dengan Divine Arms?! Itu seperti salah satu cerita buruk di mana ada raja iblis agung setelah raja iblis!" Kali ini, Renji tidak menahan rasa tidak senangnya. Hal itu adalah masalah besar baginya karena Celia mampu menggunakan serangan yang sama kuatnya dengannya.

 

Hero terpilih dimaksudkan untuk menggunakan senjata terkuat di dunia—Divine Arms. Jika ada seseorang di luar sana yang memiliki kekuatan yang setara dengan itu, Divine Arms itu sendiri tidak akan terlihat istimewa lagi. Dan jika Divine Arms itu tidak begitu mengesankan, maka para Hero-nya juga tidak akan begitu istimewa. Ini adalah masalah yang secara langsung mempengaruhi identitas dan harga diri Renji. Namun.....

 

"Hahaha!" Reiss tertawa terbahak-bahak—pemandangan yang langka darinya.

 

"H-Hei, berhenti main-main! Ini bukan bahan tertawaan!"

 

"Maaf ya. Terkadang kau benar-benar mengatakan hal yang paling lucu. Sihir ofensif peringkat tertinggi mengacu pada sihir yang terkuat di era saat ini. Dahulu kala—tepatnya di zaman para hero di masa lalu—masih ada sihir yang lebih kuat."

 

"Apa maksudmu perempuan itu menggunakan sihir semacam itu.....?"

 

"Ya. Meskipun sihir itu mungkin hasil karya artefak kuno yang kuat, dia tampaknya tidak menggunakan artefak semacam itu."

 

"Aku tidak suka ini..... Itu artinya perempuan itu bisa menggunakan sihir yang seharusnya tidak ada."

 

"Memang begitu. Bahkan aku berjuang untuk memahami bagaimana dia bisa memakai sihir itu."

 

".........." Renji masih terlihat ingin menanyakan sesuatu, namun tetap diam.

 

"Berapa lama kita akan berada di sini?"

Renji akhirnya bertanya hal itu sebagai gantinya.

 

Mereka sudah kembali ke pusat ledakan. Reiss terbang mengelilingi area itu untuk mencari Celia. Karena Reiss terbang di udara, dia harus menggendong Renji. Hal itu tampak seperti Renji sudah muak digendong oleh orang licik seperti Reiss itu.

 

"Oh, maafkan aku. Mungkin sudah saatnya kau belajar terbang sendiri. Karena tidak ada lagi risiko agar kau tidak melarikan diri."

Awalnya, Renji berisiko melarikan diri karena permusuhan antara dirinya dan Reiss. Mereka bertemu dalam konfrontasi memperebutkan Putri Rubia Sylvie dan Estelle, di mana Renji dikalahkan oleh Lucius.

 

Bagaimanapun, Reiss telah mewaspadai segala upaya untuk melarikan diri sejak awal, namun Renji secara bertahap mulai menunjukkan sikap yang lebih kooperatif di bawah rezim pelatihan Reiss yang efisien. Memperoleh kemampuan menggunakan spirit art untuk terbang akan menjadi peningkatan besar pada mobilitasnya, dan sepertinya Reiss telah memutuskan kalau Renji tidak lagi berisiko untuk melarikan diri.

 

Yang terpenting, tidak aneh jika Renji mulai terbang kapan saja.

Jika Renji tetap mau belajar, lebih baik mengajarinya terlebih dahulu dan menciptakan alasan baginya untuk lebih merasa berterima kasih kepada Reiss.

 

"Hmph." Renji mendengus. 

 

"Turunkan aku. Aku akan mencarinya di bawah. Kau bisa terus mencarinya di udara." Pintanya singkat.

 

"Tentu saja. Kalau begitu, lakukan itu."

Reiss melepaskan Renji dengan mudah. Mereka berada lebih dari dua puluh meter di atas tanah—ketinggian yang tidak bisa ditanggung oleh manusia normal saat jatuh, namun tubuh Renji saat ini diperkuat sejauh yang diizinkan oleh Divine Arms miliknya.

 

"........."

Renji terjatuh dengan cepat ke tanah tanpa mengeluh, mendarat tanpa masalah.

 

 

Sekitar waktu Renji mendarat di tanah.....

Sepertinya aku sudah lolos dari mereka.... Celia mundur ke suatu titik beberapa kilometer dari benteng dan bersembunyi di hutan, memperhatikan ke arah mana dirinya melarikan diri dengan hati-hati. Dia menghembuskan napas tegang yang dia tahan, namun tidak melepaskan kewaspadaannya sepenuhnya kalau-kalau kedua orang itu masih mencarinya. Meskipun Celia tidak punya pilihan apapun selain terbang sejauh mungkin dari benteng.....

 

Infinitus Durandal mengonsumsi esensi sihir dalam jumlah yang sangat banyak.... Kurasa aku tidak bisa mengaktifkannya hanya dengan esensiku sendiri.

Saat ini, Celia benar-benar kehabisan esensi sihir. Dia telah menggunakan esensi dalam batu roh yang diberikan Rio untuk mengaktifkan mantranya. Namun, jika seorang penyihir langsung mengambil esensi dari batu roh itu untuk aktivasi sihir mereka, dua puluh hingga tiga puluh persen esensi itu akan hilang dalam prosesnya. Untuk menggunakan seratus persen esensi tanpa sia-sia, esensi sihir itu harus dipindahkan secara perlahan dari batu roh itu melalui proses yang benar.

 

Satu-satunya cara untuk mengganti esensi sihir yang dikonsumsi dari batu roh adalah dengan menambahkannya secara manual. Sebagian besar mantra yang diperoleh Celia ketika dirinya mendapatkan kembali ingatannya tentang Rio dan Aishia sangat tidak efisien dalam konsumsi esensinya. Karena itu, Celia telah menghabiskan banyak esensi dalam pertarungan tadi.

 

Masih ada esensi yang tersisa di batu roh yang diberikan Rio kepadaku, tapi.....

Dengan ekspresi penuh tekad, Celia menatap ke langit di atas Beltrum.

 

Pertama aku harus kembali ke Amande. Oke, mari lakukan ini!

Celia kemudian menghabiskan waktu sejenak untuk mengambil esensi dari roh, lalu—

 

"Alis luminis."

Celia melafalkan mantra sihir kuno untuk terbang dan menumbuhkan sayap cahaya dari punggungnya, lalu berangkat menuju kota Amande melewati perbatasan Galarc.

 

 

Butuh waktu kurang dari sepuluh menit bagi Celia dalam kondisinya saat ini untuk melintasi jarak ke kota Amande. Tidak ada tanda-tanda Reiss dan Renji mengejarnya di perjalanan, dan Celia dengan selamat tiba di kota yang diperintah oleh Liselotte itu. Dia mendarat di hutan di pinggiran kota dan berjalan melewati gerbang. Tujuannya, tentunya, adalah wilayah milik Gubernur Liselotte.

Tak lama setelah Liselotte diculik oleh Saint Erica, Liselotte mempekerjakan seorang perwakilan untuk bertindak sebagai Gubernur sementara, namun Liselotte sekarang kembali ke jabatannya. Dia juga melanjutkan pekerjaannya sebagai presiden Guild Perdagangan Ricaa, dan menghabiskan setiap hari dengan sangat sibuk dengan tugasnya.

 

Mengingat situasi Liselotte, tidak aneh jika Celia ditolak seperti bangsawan lain yang berkunjung tanpa pemberitahuan sebelumnya. Namun untungnya, Celia adalah teman penting Liselotte—dan Celia tiba di Mansion Liselotte sendirian. Celia dengan cepat diizinkan bertemu tanpa masalah apapun. Teman lama Celia dan pelayan Liselotte saat ini, Aria, juga hadir dalam pertemuan tersebut. Aria berdiri di samping ketika Celia dan Liselotte duduk di sofa ruang tamu saling berhadapan.

Celia memberikan penjelasan singkat tentang apa yang terjadi : beberapa saat yang lalu, dia berada di Kerajaan Beltrum sebagai utusan dari Christina. Duke Arbor berusaha menangkapnya, namun dia berhasil memenuhi tugasnya dan melarikan diri ke Amande. Dia ingin memberitahu Christina dan Francois di Ibukota tentang kabar ini sesegera mungkin.

 

"Dan itulah intinya. Bisakah kamu menyampaikan pesan itu kepada Putri Christina di Kastil Galarc? Aku tahu menerobos masuk ke sini dan mengajukan tuntutan seperti itu secara tiba-tiba sangatlah tidak sopan, tapi jika kamu tidak keberatan....." Celia mencoba mempercayakan pesannya kepada Liselotte.

 

"Umm...." Jawab Liselotte. Penjelasan Celia berlalu begitu cepat, Liselotte menjadi bingung. Liselotte tidak tahu bagaimana keadaan Celia di Amande saat ini hanya dengan mendengarkan penjelasannya.

 

Tidak peduli seberapa jeniusnya penyihir Celia itu, Celia seharusnya ditangkap saat dirinya terkepung seperti itu oleh para Ksatria itu. Ada banyak hal lain yang mengganggu Liselotte tentang situasi ini, namun....

"Untuk saat ini, biarkan aku mencerna situasinya. Kamu meninggalkan Ibukota Galarc untuk menyampaikan tanggapan Putri Christina kepada Duke Arbor di benteng Beltrum. Kamu hampir ditangkap, tapi kamu berhasil melarikan diri. Kamu kemudian datang jauh-jauh ke sini, benar?" Liselotte menempelkan tangannya ke dahinya saat dirinya mencoba memastikan faktanya.

 

"Ya."

 

"Be... Begitu ya...."

Celia mengangguk dengan sungguh-sungguh, namun ekspresi Liselotte masih bingung. Dia tidak berpikir Celia adalah tipe orang yang suka berbohong, namun ini agak terlalu liar untuk dipercaya tanpa keraguan.

 

"Aku tidak keberatan menyampaikan pesan ini, tapi apa kamu sendiri akan kembali ke Ibukota Galarc, Celia?"

Liselotte melanjutkan pembicaraan dengan anggapan Celia mengatakan yang sebenarnya.

 

"Tidak. Aku sedang berpikir untuk kembali ke Kerajaan Beltrum."

 

"Bukankah lebih baik kembali ke Ibukota Galarc dari sini? Mengapa kamu memilih kembali ke Beltrum?"

Celia baru saja melarikan diri dari Beltrum dengan susah payah, namun dia berniat untuk berbalik dan segera kembali ke sana. Liselotte mau tidak mau menanyakan pertanyaan yang sama dua kali.

 

"Aku ingin memberitahu keluargaku tentang apa yang terjadi hari ini. Posisi Putri Christina membuat mereka lebih sulit untuk menyentuh ayahku, tapi tidak ada yang tahu apa yang akan dilakukan Duke Arbor pada ayahku....." Kata Celia dengan cemas, menjelaskan alasannya untuk kembali.

 

Yah, itu wajar saja. Meskipun Christina telah menyatakan pengangkatannya sebagai ratu dan meminta keberatannya disampaikan melalui utusan Keluarga Count Claire, tidak ada jaminan orang tua Celia akan aman.

"Kamu mengkhawatirkan keluargamu ya."

 

"Ya."

Sepertinya Liselotte bisa memahami perasaan Celia. Hal ini tentunya merupakan masalah yang harus dilaporkan jika memungkinkan.

 

"Celia, kamu adalah teman yang penting tidak hanya bagi Aria, tapi bagiku juga. Aku sebenarnya mau menawarkan untuk meminjamkanmu sebuah kapal sihir untuk kamu gunakan ke wilayah keluargamu, tapi Ricca Guild dilarang memasuki Kerajaan Beltrum tak lama setelah Rodania jatuh....."

Ketika Restorasi masih berpusat di Rodania, perjalanan antara kedua Kerajaan tidak dibatasi. Namun setelah Restorasi kehilangan Rodania sebagai markas mereka, Kerajaan Beltrum menutup sebagian besar perbatasannya ke Galarc. Kapal udara serikat dagang hanya diizinkan memasuki sejumlah kota tertentu untuk mengimpor produk.

 

Meskipun kapal udara Ricca Guild dapat dikirim ke kota-kota yang diizinkan untuk mereka masuki, kampung halaman Celia—Wilayah Claire—tidak termasuk di dalamnya. Bahkan jika Celia diturunkan di kota tetangga terdekat, ada pemeriksaan ketat untuk mencegah masuknya secara ilegal ke dalam Kerajaan. Tindakan yang salah berpotensi menjadi masalah internasional, dan terlalu berisiko jika menggunakan kapal udara Ricca Guild untuk mengirim Celia ke Kerajaan Beltrum. Bahkan jika Liselotte memutuskan untuk melakukannya, dia memerlukan izin ayahnya dan Raja Francois terlebih dahulu.

 

"Aku menghargai tawaran tersebut, tapi tidak perlu, terima kasih. Aku akan pergi sendiri." Kata Celia dengan enteng, mengabaikan perlunya bantuan.

 

"Bukankah itu terlalu sembrono.....?"

Liselotte mengirimkan pandangan halus dan bertanya ke arah Aria, seolah bertanya apakah Celia mampu melakukan hal seperti itu. Aria tampaknya memiliki keraguan yang sama dengan majikannya itu, saat dia memiringkan kepalanya dengan tatapan ragu.

 

"Aku memahami kekhawatiran kalian. Tapi itu tidak apa-apa. Aku bisa kabur dari Beltrum sendirian, bukan?"

Celia berkata enteng, menekankan tidak adanya masalah.

 

"Meski kamu mengatakan itu....."

Meskipun Liselotte mempercayai Celia, Liselotte tidak setuju untuk membuat Celia kembali sendirian tanpa memikirkannya sama sekali. Dan ada alasan yang jelas untuk itu : karena Liselotte merasa khawatir. Ini adalah sesuatu yang juga bisa diketahui oleh Celia. Itu sebabnya.....

 

"Aku hanya mengatakan ini kepada kalian, aku hanya perlu waktu tiga hari untuk melakukan perjalanan dari sana ke Amande." Kata Celia meyakinkan.

 

"Ti-Tiga hari?"

Perjalanan dari Amande ke kampung halaman Celia di Cleia dengan berjalan kaki akan memakan waktu berbulan-bulan. Paling bagus, menggunakan kuda bisa mengurangi waktu itu hingga setengahnya—Jadi wajar jika Liselotte terkejut. Tiga hari untuk perjalanan ke sana bahkan lebih cepat daripada menggunakan Griffin.

 

Namun, itu hanya jika Celia tidak kehabisan esensi sihir. Setelah menggunakan sihir terbang hari ini, Celia menyadari kalau semakin cepat dirinya terbang, semakin banyak esensi yang dikonsumsi. Tanpa batu roh milik Rio, esensinya sendiri hanya tersisa cukup untuk melakukan perjalanan satu arah.

"Sebenarnya, aku telah mempelajari sihir yang bisa memungkinkanku terbang di udara. Hanya aku yang bisa menggunakannya saat ini, tapi sihir itulah yang aku gunakan untuk melintasi perbatasan menuju Amande."

 

"Menurutku memang aneh bagaimana kamu tiba-tiba mengunjungiku setelah kembali dari Beltrum..... sendirian."

Amande diposisikan relatif dekat dengan perbatasan dengan Kerajaan Beltrum. Ada sejumlah benteng yang dikuasai Kerajaan di sepanjang perbatasan dan di jalan utama menuju Amande. Jika Celia memasuki Galarc dari Kerajaan Beltrum, benteng tersebut akan diberitahukan kehadirannya terlebih dahulu. Jika dia mengunjungi negara asing sebagai utusan, maka Celia seharusnya membawa pengawal juga.

 

"Para Ksatria yang disiapkan Putri Charlotte mengantarku ke perbatasan, tapi Duke Arbor memintaku melakukan sisa perjalanan ke Kerajaan sendirian......"

 

"Kalau begitu, apa yang terjadi dengan para Ksatria itu....?"

 

"Mereka menungguku di benteng dekat perbatasan. Mereka akan menerima perintah dari Putri Charlotte untuk mengantarku kembali ke Galarc."

Karena sayangnya ada kemungkinan besar Celia tidak kembali, para Ksatria kemungkinan besar akan kembali ke Ibukota Kerajaan setelah beberapa waktu. Namun mereka seharusnya masih berada di benteng saat ini.

 

Jika Celia kembali ke benteng dan memberitahu para Ksatria Charlotte tentang niatnya untuk kembali ke Beltrum, mereka pasti akan menghentikannya bagaimanapun caranya. Jika tidak, mereka akan menentang perintah Charlotte untuk kembali. Sebagai Ksatria Istana Kerajaan, mereka tidak dapat membuat penilaian sendiri atau bertindak bertentangan dengan perintah mereka.

 

"Dan itulah mengapa kamu datang kepadaku."

Liselotte menghela napasnya dengan kesakitan, setelah memahami situasinya. Dia telah mencari rincian dari Celia untuk membantu penilaiannya, dan situasinya sama rumitnya dengan yang dirinya perkirakan.

 

"Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu....."

Kata Celia sambil menundukkan kepalanya dengan ekspresi canggung.

 

"Tidak, aku merasa terhormat karena kamu bisa mengandalkanku sebagai temanmu. Tapi setelah mendengar semua yang kamu katakan, sekarang aku wajib membawamu ke Kastil juga."

Jika tidak, Liselotte akan menjadi orang yang menentang keinginan Charlotte. Namun, Liselotte bisa memahami kekhawatiran Celia terhadap keluarganya. Terjebak di antara pilihan yang sulit itu, Liselotte memegangi kepalanya dengan tangannya.

 

Celia tidak diberi tugas lebih lanjut selain menyampaikan jawaban Christina, jadi dia harus melapor kembali ke Christina segera setelah tugasnya selesai. Keinginannya untuk kembali ke kampung halaman sepenuhnya merupakan penilaiannya sendiri. Itu sebabnya Celia ada di sini untuk mengandalkan Liselotte.

 

"Aku sadar akan hal itu..... Bisakah aku memintamu membuat pengecualian sekali ini saja? Aku khawatir Duke Arbor akan segera bergerak. Aku ingin pergi secepat mungkin." Celia menundukkan kepalanya lebih jauh, memahami sepenuhnya betapa tidak masuk akalnya permintaannya.

 

"Baiklah..... Aku akan membuat laporan ke Ibukota atas namamu. Aku juga akan mengatur penjelasan untuk para Ksatria di benteng juga."

 

"Terima kasih banyak!"

 

"Tapi, aku punya satu syarat."

Liselotte menunjuk ke arah Celia, menghentikannya dari kegembiraan yang terlalu cepat.

 

"Syarat apa itu....?"

 

"Tolong bawa Aria bersamamu untuk penjagamu."

Liselotte memandang ke arah Aria, yang masih berdiri di sana.

 

"Heeh? Tapi....."

Tatapan Celia tertuju pada tempat yang sama. Dia membuka mulutnya untuk menyuarakan keberatannya, namun Liselotte menyela terlebih dahulu.

 

"Sebagai seorang teman, aku tidak bisa membiarkanmu menghadapi bahaya sendirian. Putri Charlotte juga pasti tidak menyetujuinya. Itu sebabnya aku tidak akan mundur dalam hal ini."

 

"T-Tapi jika Kerajaan Beltrum mengetahui kalau kamu mengirimkan personel untuk membantuku, bukankah itu akan menjadi masalah internasional.....?"

 

"Itulah mengapa aku mengirimkan seminimal mungkin : Hanya Aria saja. Kamu sendiri yang memahami kemampuan Aria. Dan dia adalah mantan bangsawan Kerajaan Beltrum, jadi kalian punya banyak alasan untuk mengerti satu sama lain."

 

"Itu mungkin benar..... Tapi Aria adalah pengawal pribadi dan orang kepercayaanmu. Bukankah kamu akan kesulitan jika dia tidak ada?"

 

"Meski mereka tidak sehebat Aria, aku punya banyak pelayan yang cakap. Jika Aria tidak ada, aku masih bisa menambah jumlah penjaga. Jadi, Aria. Pastikan kamu mengawal Celia dengan baik." Perintah Liselotte sebelum Celia dapat mengatakan hal lain.

 

"Aku mengerti."

Kata Aria, mengangguk sambil menghela napasnya.

 

"A-Apa kamu yakin, Aria? Kamu seharusnya melindungi Liselotte...." Celia bertanya dengan bingung. Semuanya diputuskan begitu tiba-tiba.

 

"Jika majikanku yang memerintahkannya, aku tidak keberatan dengan itu." Jawab Aria dengan ekspresi lelah, menekankan betapa kalau dia tidak punya pilihan sejak awal.

 

"Jika kamu mengkhawatirkan keselamatanku, Celia, tentu kamu bisa memahami perasaanku terhadap keselamatanmu. Apa aku benar?"

 

"Urk. Kamu benar......" Celia mengangguk dengan canggung, titik lemah argumennya terungkap.

 

"Kalau begitu, sebaiknya kamu kembali secepat mungkin."

 

"Aku akan melakukan yang terbaik....."

 

"Aku akan menunggu. Apa ada hal lain yang bisa aku bantu? Kamu menyebutkan kalau ada sihir yang memungkinkanmu untuk bisa terbang di udara, tapi aku juga bisa meminjamkanmu Griffin atau memberikan kristal esensi untuk kamu gunakan....."

Jika cara terbang Celia adalah sihir, maka bahan bakar yang merupakan inti sihirnya seharusnya terbatas. Celia tidak bisa terus terbang selamanya.

 

"Terima kasih banyak. Aku berhutang budi kepadamu. Jika memungkinkan, bisakah kamu memberikanku beberapa kristal esensi? Dan sebuah pedang untuk perlindungan diri."

 

"Tentu. Aria, kamu bisa pergi dan bersiap-siap untuk keberangkatan itu. Bawakan juga pedang dan kristal esensi untuk Celia."

 

"Baik."

Dengan itu, Aria meninggalkan tempat itu terlebih dahulu.

 

 

Kurang lebih setengah jam kemudian, persiapan untuk berangkat sudah selesai. Celia dan Aria berdiri di taman Mansion, mengucapkan selamat tinggal kepada Liselotte dan pengiringnya, Cosette, Natalie, dan Chloe. Aria telah berganti dari seragam maidnya menjadi pakaian ringan seperti petualang. Pedang sihir yang dipinjamkan Liselotte padanya terpasang di pinggangnya.

 

"Tolong urus semuanya selama aku tidak ada."

Kata Aria kepada bawahannya sebagai kepala pelayan.

 

"Ya, ya. Kami mengerti. Kamu hanya perlu mengkhawatirkan dirimu sendiri.... walaupun aku yakin kamu akan baik-baik saja." Jawab Cosette santai. Dia adalah salah satu pelayan sembrono yang bekerja untuk Liselotte.

 

"Itu benar. Aku lebih mengkhawatirkanmu."

Kata Natalie, sikapnya tetap serius seperti biasanya.

 

"Aku?! Bukankah kamu seharusnya mengkhawatirkan Chloe? Dia masih pemula."

 

"Chloe adalah pekerja keras. Kekurangannya, dia menebusnya dengan melaporkan semua kesalahannya, jadi aku tidak perlu khawatir tentang pekerjaannya."

 

"Te-Terima kasih banyak!"

Cosette berusaha untuk memilih Chloe, namun Aria malah memujinya. Chloe menundukkan kepalanya dengan rendah hati.

 

"Bagaimanapun, ini adalah peluang bagus. Aku mengharapkan laporan rinci dari kalian semua mengenai apakah ketidakhadiranku mempengaruhi tugas, perbedaan apa yang ada dalam tugas sehari-hari, dan apa ada masalah laten yang perlu ditangani."

 

"Ugh."

Cosette mengeluarkan suara yang tidak seperti seorang perempuan karena memikirkan pekerjaan yang lebih banyak. Mungkin ada alasan mengapa Aria menentukan laporan "Rinci" itu.

 

"Jangan mencoba melewatkan laporan dengan menulis 'Tidak ada catatan khusus' lagi. Aku tidak keberatan jika kalian mendiskusikan berbagai hal dengan yang lain, jadi harap tinjau keseluruhan sistem tugas saat ini. Terutama mengenai keamanan Liselotte-sama."

Atau begitulah tampaknya. Hanya sedikit waktu berlalu sejak penculikan Liselotte. Meskipun mereka telah kembali ke hari-hari damai, mereka tidak bisa terlalu santai.

 

"Dimengerti."

Ketika masalah keamanan Liselotte diangkat, wajah semua pelayan itu menjadi tegang. Sementara itu, di samping para pelayan itu, Celia dan Liselotte sedang mengobrol sendiri.

 

"Apa kamu yakin Aria harus ikut denganku.....?"

Celia bertanya dengan cemas. Meskipun Celia telah memperoleh jangkauan pergerakan yang lebih luas dengan kemampuannya terbangnya, dia masih merasa tidak nyaman bepergian sendirian. Memiliki seorang teman lama yang sangat hebat menemaninya sungguh melegakan. Namun, ketidakhadiran Aria akan membuat pertahanan Liselotte berlubang. Celia merasa khawatir tentang hal itu.

 

"Ya. Itu akan menghilangkan rasa khawatirku juga, jadi jangan biarkan itu mengganggumu."

 

"Sungguh?"

 

"Kami telah membangun kembali perdamaian di sini, tapi Aria tampaknya agak stres akhir-akhir ini."

Tidak ada keraguan kalau penculikan Liselotte memiliki dampak yang berkepanjangan pada dirinya. Hatinya tersiksa seperti duri yang menusuk kulitnya.

 

"Tapi meski begitu....."

Bukankah lebih baik membiarkan Aria tetap di sisimu? 

Celia bertanya dengan tatapannya.

 

"Tidak apa. Tolong gunakan dia cukup keras sehingga dia benar-benar melupakanku. Aku perlu membuktikan kepada Aria kalau pekerjaanku juga bisa berjalan tanpa dirinya."

Sepertinya Liselotte bermaksud agar Aria mengatur ulang perasaannya dengan berjalan-jalan bersama teman lamanya.

 

"Aku mengerti..... Kami akan pergi ke sana dan kembali, selama tidak terjadi masalah. Tapi jika itu yang kamu inginkan, maka aku tidak akan merasa keberatan. Terima kasih."

 

"Yup, sama-sama."

Celia menganggukkan kepalanya dengan rasa terima kasih, yang dibalas Liselotte sambil menatap matanya.

 

"Hehe." Keduanya tertawa kecil dengan geli.

 

"Ayo berangkat, Aria." Seru Celia.

 

"Ya." Aria mengakhiri percakapannya dengan para pelayan itu dan berdiri di samping Celia.

 

"Oh! Karena kita akan terbang, apa kamu akan baik-baik saja dengan ketinggian? Karena akulah yang akan menggendongmu, jadi....."

 

"Ya, itu tidak menjadi masalah. Aku sebelumnya...."

Jawab Aria dengan wajar, namun terhenti di tengah kalimatnya.

 

"Sebelumnya?"

Celia bertanya dengan rasa penasaran.

 

"Tidak, bukan apa-apa. Aku merasa seperti pernah terbang di udara dalam pelukan seseorang sebelumnya, tapi ada yang aneh dengan ingatan itu..... Mungkin itu hanya déjà vu."

Aria memiringkan kepalanya dengan bingung.

 

Itu pasti Rio....

Celia langsung mengetahui kenapa Aria mengalami perasaan déjà vu itu.

 

"Kamu juga, Aria? Aku juga memiliki perasaan yang serupa..... ini aneh sekali."

Sepertinya Liselotte juga mengalami perasaan déjà vu itu. Perasaan itu mungkin disebabkan oleh sisa kenangan saat Rio menyelamatkannya dari Saint Erica. Kilas balik itu menyebabkan Liselotte mengerutkan kening saat bertanya.

 

"Mungkin kamu mengingat itu saat kamu terbang dengan Griffin?" Cosette bertanya. Dia belum pernah terbang sambil digendong oleh Rio sebelumnya, jadi dia penasaran dengan caranya sendiri.

 

"Mungkin.... Aku minta maaf karena membuat pembicaraannya jadi aneh." Tidak dapat mengingat ingatannya, Aria segera mengesampingkan masalah itu.

 

Celia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi agak sedih. "Tidak apa-apa."

 

"Bagaimana caranya kita akan pergi? Menurutku kamu tidak bisa menggendongku kecuali kamu memperkuat ototmu dengan sihir....." Aria bertanya-tanya sambil menatap Celia.

 

"Kamu benar. Terbang sambil meningkatkan kemampuan fisikku akan menghabiskan banyak esensi sihir, jadi menurutku akan lebih baik jika kamu memelukku? Sayap yang muncul dari punggungku ditenagai oleh esensi yang mengeluarkan panas, jadi jangan menyentuhnya."

 

"Aku mengerti..... Bagaimana dengan ini?"

Tanpa ragu, Aria menghampiri Celia dan memeluknya dari depan. Lebih tepatnya, Aria berjongkok dan melingkarkan tangannya di pinggang Celia.

 

"Ya, itu tidak masalah."

Celia yang mungil, dan Aria yang tinggi dan ramping, seperti model. Akan menjadi pemandangan yang lebih alami jika Celia yang berada dalam pelukan, namun sebaliknya.....

 

"H-Hehe.... Ups. Ahem."

Hal itu pasti pemandangan yang lucu. Cosette tertawa geli, namun tatapan tajam dari Aria dengan cepat menenangkannya. Cosette berdehem untuk menutupi tawanya.

 

"Yah, kita selalu bisa mengatur posisi kita jika ternyata ada hambatan saat kita terbang."

 

"Tentu."

 

"Oke, aku akan mengeluarkan sayapku sekarang. Alis luminis." Celia membacakan mantranya; lingkaran sihir muncul di punggungnya dan melepaskan partikel cahaya berbentuk dua sayap. Penampilannya hampir seperti bidadari.

 

"Oh...."

Liselotte dan para pelayannya itu terkagum-kagum.

 

"Kami akan pergi sekarang. Jangan lupa menghubungi Ibukota." Kata Celia.

 

Liselotte tersadar kembali.

"T-Tentu. Serahkan itu padaku."

 

"Kita akan pergi, Aria. Aku bisa melaju cukup cepat, jadi tolong berhati-hati agar tidak terjatuh."

 

"Ya."

Aria memeluk Celia erat-erat, yang kemudian terangkat ke udara.