Theatrics in Spring – Interlude :「Getaran」
Di ruang tamu di Kastil Galarc. Lilianna sedang duduk di sofa, menunggu kedatangan bangsawan laki-laki yang mewakili Kerajaan Centostella.
Suatu hal yang penting mengenai Hero ya.....
Lilianna menghela napasnya lesu sambil menatap ke luar jendela. Dia punya firasat buruk tentang topik yang akan mereka diskusikan. Sampai saat ini, satu-satunya Hero Kerajaan Centostella adalah Takahisa. Namun sekarang adik laki-laki Takahisa, Masato, juga menjadi Hero juga. Karena itulah apapun yang akan mereka bicarakan pastinya ada hubungannya dengan salah satu dari dua kakak beradik Sendo.
Namun yang benar-benar mengganggunya adalah berapa hari telah berlalu sejak delegasi Kerajaan Centostella tiba di Kerajaan Galarc. Jika itu masalah penting, mereka pasti akan menemuinya segera setelah mereka tiba. Namun mereka baru saja meminta berdiskusi dengannya. Pemimpin delegasinya adalah orang yang sama cakapnya yang menjabat sebagai perdana menteri Centostella, dan Lilianna tidak bisa membayangkan perdana menteri itu mengatakan kalau ada sesuatu yang penting secara tiba-tiba. Yang berarti......
Mereka pasti membandingkan Masato-sama dan Takahisa-sama, tebak Lilianna.
Masih belum diputuskan di mana Masato akan berada, namun saat ini ada kesempatan sekali seumur hidup bagi Centostella atau Galarc untuk memiliki dua Hero sekaligus. Dan biasanya, jika ada dua orang yang cocok untuk satu posisi, tentunya mereka akan dibandingkan satu sama lain. Takahisa sudah cukup menimbulkan masalah bagi Kerajaan sampai sekarang. Jika petinggi Centostella menganggap Masato lebih mudah ditangani daripada Takahisa, mereka tentu menginginkan Masato untuk Kerajaan mereka.
Sebagai Putri pertama Centostella, Lilianna juga wajib memikirkan kepentingan negaranya terlebih dahulu. Dan perempuan cerdas seperti dirinya secara alami memahami kalau Masato adalah seseorang yang harus mereka pertahankan. Memang benar, Lilianna tahu apa yang harus dirinya lakukan. Namun.....
"........."
Ekspresinya saat dirinya menatap ke luar jendela menunjukkan keragu-raguan.
"Putri Lilianna."
Seseorang memanggil namanya.
"Putri Lilianna."
Sekali lagi, seseorang memanggil namanya.
"Putri Lilianna.....?"
Kali ini, nada suaranya terdengar prihatin terhadap keadaan Lilianna. Itulah yang membuat Lilianna tersadar dari lamunannya.
"Ah, maaf. Aku agak kelelahan."
Jawab Lilianna sambil berdiri dari sofa.
"Kamu tampak lelah."
Jawab orang yang berdiri di depannya. Orang itu adalah perdana menteri Kerajaan Centostella dan pemimpin delegasi di Galarc, Duke Libelt Toscana. Orang itu tampaknya berusia sekitar empat puluhan. Di sampingnya adalah gadis yang bertugas sebagai penjaga Lilianna, Alice. Gadis itu tampak seumuran dengan Aki atau Latifa.
Lilianna telah memerintahkan Alice untuk membiarkan sang Duke lewat begitu dirinya tiba, dan sepertinya dia telah melakukan hal itu.
"Aku hanya sedang berpikir. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Apa putriku membuat masalah bagi Yang Mulia lagi?"
Duke Toscana bertanya dengan cemas sambil melirik ke arah Alice. Memang benar, Alice adalah Putri dari sang Duke itu.
"O-Otou-sama! Aku tidak melakukan apapun!"
Kata Alice keberatan dengan nada yang agak ngeri.
"Jangan memanggilku dengan sebutan itu di sini. Dan aku sudah bilang padamu untuk berbicara lebih sopan."
"Baik, Duke Toscana-sama."
Jawab Alice sinis, menyebabkan Duke Toscana menyentuh dahinya dengan ekspresi sedih.
"Alice..... terkadang bisa sedikit lalai, tapi dia melakukan yang terbaik. Dia adalah teman masa kecilku, jadi sangat menenangkan jika dia ada di dekatku. Tolong puji dia lebih banyak lagi." Kata Lilianna, memuji Alice.
"Dengar itu!"
Alice berseri-seri dengan bangga, namun tatapan dingin dari ayahnya dengan cepat menyebabkan Alice menjadi formal kembali.
"Sepertinya Alice membuat lebih banyak masalah untukmu, Duke Toscana." Lilianna berkata dengan geli.
"Aku tidak bisa menyangkalnya. Sepertinya aku terlalu memanjakannya sebagai anak bungsu."
Duke Toscana menghela napasnya dengan ekspresi lelah. Dia kemudian menenangkan diri dan menoleh ke putrinya itu.
"Alice. Aku punya masalah penting untuk dibicarakan dengan Putri Lilianna. Kecuali seseorang berstatus tinggi datang, jangan biarkan siapapun masuk."
"Siap, Duke Toscana-sama!" Alice memberi hormat padanya dan meninggalkan ruangan.
"Silakan duduk dulu."
"Terima kasih atas tawarannya." Atas dorongan Lilianna, Duke Toscana duduk di sofa di seberangnya.
"Silakan." Pelayan pribadi Lilianna, Frill, segera membawakan teh ke meja itu.
"Frill, kamu bisa menunggu di ruangan sebelah."
"Baik, Yang Mulia." Kata Frill membungkuk dan keluar kamar dengan tenang, meninggalkan Lilianna dan Duke Toscana sendirian di kamar.
"Jadi, apa yang ingin kamu diskusikan mengenai para Hero?" Lilianna bertanya, langsung ke inti permasalahan.
"Ini adalah pesan—atau lebih tepatnya, perintah dari Yang Mulia Raja..... Aku diberitahu untuk mengamati situasinya sebelum memberitahumu, dan aku yakin ini sudah waktunya."
"Aku mengerti. Jadi ayah sudah membuat perintah....."
Hal itu berarti apa yang akan dikatakan Duke Toscana bukanlah kata-kata perdana menteri, melainkan kata-kata Raja itu sendiri.
"Apa kamu sudah memperkirakan hal ini? Seperti yang aku harapkan dari Yang Mulia."
"Aku rasa, ini ada hubungannya dengan Masato-sama."
"Ya. Dan kamu juga, Putri Lilianna."
"Ini mungkin terdengar berulang-ulang, tapi aku tidak bisa memaksa Masato-sama untuk memutuskan Kerajaan mana yang akan diasosiasikan, kamu tahu?"
Lilianna berkata memperingatkan Jika itu adalah perintah dari Raja, maka itu pasti sesuatu yang harus dia lakukan sehubungan dengan Masato. Hal pertama yang terlintas di benak Lilianna adalah dia secara pribadi meminta Masato untuk tinggal di Kerajaan mereka.
"Tentu saja. Yang Mulia Raja tidak keberatan dengan hal itu."
"Lalu apa yang ayah ingin aku lakukan?"
"Tidak perlu terburu-buru. Ini hanyalah diskusi tentang masa depan Kerajaan kita."
"Tentang masa depan Kerajaan? Itu cara yang agak tidak langsung untuk mengatakan sesuatu."
Kata Lilianna tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum kecut.
"Ini adalah masalah yang sulit untuk didiskusikan, harap dipahami." Duke Toscana juga sama.
"Aku tidak keberatan. Katakan saja."
"Baiklah. Terus terang saja."
Duke Toscana berkata dengan sungguh-sungguh.
"Yang Mulia Raja sedang memikirkan pertunangan antara Yang Mulia Putri Lilianna dan Masato-sama."
Ada jeda lama sebelum Lilianna menjawab.
"Begitu ya...." Lilianna akhirnya berbicara.
"Jika kamu tidak keberatan, kamu harus berbicara dengan Masato-sama dengan memikirkan hal itu di masa depan."
".........."
Lilianna terdiam. Meskipun dia tidak menyuarakan keberatannya, dia juga tidak mengangguk.
"Apa itu bisa dianggap kalau kamu keberatan?"
Duke Toscana bertanya, seolah membaca pikirannya. Duke Toscana terdengar sangat tenang, seolah-olah dia telah memperkirakan keraguannya.
"Aku tidak keberatan. Pernikahanku tidak pernah aku putuskan, jadi jika ini adalah keputusan Yang Mulia Raja, maka tugasku adalah memenuhinya. Tapi....."
"Apa kamu mempunyai kekhawatiran?"
"Beberapa." Liliana mengangguk.
"Lanjutkan." Duke Toscana mendesaknya untuk berbicara dengan lambaian tangan kanannya.
"Yang pertama adalah perbedaan usia antara Masato-sama dan diriku sendiri. Seluruh diskusi ini didasarkan pada asumsi bahwa Masato-sama tidak menolak proposal tersebut, dan aku khawatir aku tidak akan menjadi pasangan yang diinginkan karena hal ini."
"Perbedaan usia di antara kalian kurang dari lima tahun, benar?"
Masato berumur dua belas tahun, dan Lilianna berumur enam belas tahun; Usia mereka itu berbeda empat tahun.
"Aku pernah mendengar kalau berbeda empat tahun itu adalah usia yang tidak diinginkan jika perempuannya lebih tua."
"Aku tidak menyangkal kalau tren seperti itu ada di kalangan bangsawan laki-laki, tapi aku pribadi tidak setuju dengan hal itu. Istriku sendiri empat tahun lebih tua dariku, dan aku mencintainya dari lubuk hati yang paling dalam. Kami bahkan memiliki lima anak bersama. Di samping itu....." Duke Toscana mulai mengoceh dengan penuh semangat tentang keluarganya sendiri, namun tiba-tiba terdiam dan menatap Lilianna.
"Di samping itu?"
"Ini hanya antara kamu dan aku saja, tapi menurutku Masato-sama memiliki perasaan suka kepadamu."
"Itu pasti hanya imajinasimu saja, Duke Toscana."
Mata Lilianna melebar sebentar namun dia menepisnya sambil tertawa.
"Apa yang membuatmu bisa berkata begitu? Aku sudah berkali-kali berada di hadapan kalian berdua, dan bagiku Masato-sama seperti selalu punya perasaan suka tertentu kepadamu."
"Kamu benar-benar salah untuk itu. Masato-sama adalah laki-laki yang sopan."
"Aku tidak berpikir seperti kebanyakan orang, kamu pasti akan menyadari perasaannya itu nanti....."
Kata Duke Toscana, menekankan maksudnya.
"Itu membuatku terdengar seperti aku ini kurang peka."
Lilianna menepisnya dengan nada bercanda.
"Maafkan aku. Bagaimanapun, aku memahami kekhawatiran pertamamu, tapi aku yakin hal tersebut tidak akan menjadi masalah untuk pertunangan kalian. Dan itu semua tergantung pada usahamu."
"Kamu mungkin benar."
"Jadi, apa kekhawatiranmu yang lain?"
Meskipun Duke Toscana memulai pembicaraan dengan mempertimbangkan posisi dan kondisi mental Lilianna, dia tidak menjadi seorang perdana menteri bukan tanpa alasan. Begitu mereka mulai mendiskusikan masalah sebenarnya, dia beralih ke mode profesionalnya dan mulai mengungkapkan pendapatnya tanpa keberatan.
"Aku pikir Takahisa-sama yang seharusnya menjadi pasangan pernikahanku. Aku telah berinteraksi dengannya hingga hari ini dengan niat itu. Apa itu sudah tidak mungkin lagi?" Lilianna bertanya sambil menghela napasnya.
"Ya, kamu mungkin berpikir seperti itu."
"Kemudian kekhawatiranku berikutnya adalah mengenai keputusan mengganti pasangan pernikahanku menjadi Masato-sama. Bukankah adik perempuanku juga bisa menjadi pilihan untuknya?"
"Tentunya kamu sendiri yang tahu jawabannya, Putri Lilianna. Standar Keluarga Kerajaan kita harus dipertimbangkan ketika memilih pasangan pernikahan."
Kerajaan Centostella adalah salah satu negara yang lebih tradisional dan tertutup di wilayah Strahl. Jadi, jika menyangkut Putri Pertama Lilianna dan adik perempuannya, ada perbedaan status sosial yang mencolok di antara mereka. Status itu juga berlaku bagi pasangan pernikahan mereka, dan akan mempengaruhi cara mereka diperlakukan oleh Kerajaan.
Itulah sebabnya adik perempuan Lilianna tidak diizinkan memiliki pasangan hidup yang lebih penting daripada Lilianna. Pasangan dengan posisi yang lebih baik akan dipasangkan dengan Lilianna. Inilah yang dimaksud Duke Toscana.
"Yang Mulia Raja sudah menyerah pada Takahisa-sama. Bisa karena hal itu, atau Yang Mulia Raja telah memutuskan kalau Masato lebih disukai daripada Takahisa-sama. Itukah yang kamu katakan?"
Ini adalah kesimpulan wajar yang diambil Lilianna.
"Dia masih belum menyerah. Selama Takahisa-sama adalah seorang Hero, dia akan selalu menjadi tokoh penting Kerajaan kita. Tapi....."
"Tapi apa?"
"Takahisa-sama sudah jatuh cinta dengan perempuan bernama Miharu itu, benar? Takahisa-sama bahkan telah mengunjunginya di rumah perempuan itu selama beberapa hari berturut-turut." Kata Duke Toscana.
Lilianna mengangguk dengan ekspresi sedikit kecewa.
"Iya, dia memang melakukannya....."
"Dalam hal ini, yang paling tepat adalah memilih Hero yang memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi pasanganmu. Dalam keadaan saat ini, Masato-sama lebih layak menjadi pasangan pernikahanmu. Tapi, masih ada ruang untuk mengubah hal ini jika Takahisa-sama mengalihkan perasaannya kepadamu." Duke Toscana tampaknya telah menentukan kalau peluang untuk itu cukup kecil.
"Kamu benar....." Faktanya, Lilianna, yang secerdas dirinya, telah menyadari hal itu juga. Namun gerakannya saat Lilianna mengangguk anehnya lambat.
"Selain itu."
Duke Toscana menambahkan, mengamati ekspresi Lilianna dengan cermat untuk mengumpulkan pikirannya.
"Hmm, bagaimana aku harus mengatakannya....."
"Tidak perlu menahan diri."
Kata Lilianna, mendesaknya untuk melanjutkan.
"Aku merasa tidak enak mengatakan ini, tapi pikiran Takahisa-sama sepertinya sedang tidak stabil. Sentimen anti-perangnya condong ke sisi ekstrem, dan keseimbangannya membuatnya agak sulit untuk menempatkannya pada posisi kepemimpinan di negara ini....."
"Maksudmu, tidak seperti Masato-sama."
"Benar. Yah, alasan ketidakstabilannya cukup jelas, dan ideologi anti-perangnya bisa diperbaiki dengan pendidikan yang tepat, tapi....."
Kecuali faktor-faktor tersebut diperbaiki, Takahisa tidak akan memiliki peluang untuk dipertimbangkan kembali sebagai pasangan nikah untuk Lilianna. Itulah yang dimaksudkan oleh Duke Toscana.
"Aku mengerti."
Lilianna mengangguk ragu-ragu.
"Apa masih ada hal lain?"
"Mengenai pernikahan dengan Masato-sama..... Jika itu yang ayahku—apa yang diinginkan Yang Mulia Raja, maka aku akan berusaha keras untuk mendapatkan rasa cintanya. Tapi, mungkin ada kemungkinan aku meninggalkan kesan buruk padanya."
"Apa maksudmu?"
"Sampai saat ini aku menjabat sebagai pengurus Takahisa-sama. Secara terang-terangan mengalihkan minatku kepada Masato hanya karena dia menjadi seorang Hero mungkin tidak menyenangkan baginya....." Lilianna mengerutkan keningnya dengan rasa bersalah melihat betapa egoisnya tindakannya.
"Yang Mulia Raja juga prihatin dengan hal itu. Perintahnya adalah agar kamu menggunakan penilaianmu sendiri untuk melakukan transisi itu secara perlahan dan tidak mencolok dengan niat tersebut."
"Ayah benar-benar membuatnya terdengar seperti itu mudah saja...." Kata Lilianna sambil tersenyum mencela diri sendiri.
Keluhan Lilianna sangat masuk akal. Perintah untuk berinteraksi dengan Masato dengan niat menikah sama dengan menyuruhnya untuk mencintainya. Hingga beberapa saat yang lalu, Lilianna berusaha mencintai Takahisa dengan niat untuk menikah dengannya. Tanpa kebebasan apapun yang bisa dinikahinya, Takahisa sama saja dengan cinta pertama bagi Lilianna. Manusia tidak diciptakan untuk segera berganti orang yang mereka cintai berdasarkan perintah. Namun meski begitu.....
"Aku memahami perasaanmu mungkin belum meluap, tapi ini demi Kerajaan." Tegas Duke Toscana. Lilianna Centostella adalah bangsawan; Dia dilahirkan untuk mengorbankan dirinya demi Kerajaan.
"Aku mengerti." Liliana mengangguk.
Entah itu terhadap Masato atau Takahisa, ekspresi bersalah di wajah Lilianna tetap ada.