The Immaculate Equation – Chapter 2 :「Reuni」

 

Begitu Rio melepaskan kendalinya, Yamata no Orochi tidak dapat mempertahankan bentuknya dan jatuh kembali ke air. Banyak pengungsi di geladak kapal Restorasi terdiam. Semua orang yang menonton danau itu kehilangan kata-katanya

 

"Roanna! Apa Roanna ada di sini?!"

Christina akhirnya memanggil, meninggikan suaranya untuk memanggil putri keluarga Duke Fontaine itu. Dia melihat sekeliling geladak, namun tidak bisa menemukannya di mana pun.

 

"Hiroaki-sama dibawa ke kabin saat keberangkatan. Aku akan memanggilnya!"

Seorang wanita bangsawan muda berlari melalui pintu menuju ke dalam kabin.

 

Tak lama kemudian, Roanna bergegas ke geladak.

"Putri Christina!"

 

"Bagaimana keadaan Hiroaki-sama?"

Christina bertanya, langsung ke intinya. Dia ingin tahu apakah Hiroaki-lah yang mengendalikan Yamata no Orochi tersebut.

 

"Dia belum bangun....."

 

Tidak ada bukti konklusif yang bisa diperoleh dari itu. Christina berpikir sejenak sebelum menjawab.

"Begitu ya.... Segera beritahu aku kalau dia sudah bangun. Kamu boleh kembali sekarang."

 

"Dipahami." Dengan menundukkan kepalanya, Roanna kembali ke dalam kabin.

 

Sementara itu, Sara, Orphia, dan Alma berkumpul di pojok geladak. Mereka bertiga menatap awan di atas danau itu.

 

"Sepertinya dia sudah pergi....." Kata Orphia.

 

"Dia adalah seorang pengguna Spirit Art yang luar biasa.... Lebih kuat dari siapa pun yang ada di desa."

 

"Siapa sebenarnya dia?"

Sara dan Alma sama-sama merenungkan situasi bersamanya. Sebuah danau adalah lingkungan yang ideal untuk seorang pengguna Spirit Art yang berspesialisasi dengan air, tapi teknik yang telah digunakan berada dalam skala yang jauh lebih besar dari biasanya. Tak seorang pun di desa roh yang dapat menyebabkan fenomena sebesar itu sendirian. Karena itu, mereka bertiga sangat tertarik pada orang yang menggunakan Yamata no Orochi tersebut.

 

"............"

Celia dan ayahnya Roland Claire menatap danau dalam diam di samping mereka. Namun, mereka memiliki ekspresi yang agak kontras di wajah mereka. Roland masih kaget dengan kemunculan Yamata no Orochi itu, sementara Celia memandangi langit tempat Rio berada dengan cemas.

 

[ Rio, kemana kamu pergi? ]

Celia ketakutan. Beberapa saat yang lalu, dia telah melupakan seluruh keberadaan Rio. Hal itu seperti sebagian dari dirinya telah dilukis menjadi kanvas kosong, menghapus semua ingatannya tentang Rio. Dan dia bahkan tidak mempertanyakannya.

 

Itu adalah perasaannya yang sangat berharga. Dia begitu istimewa baginya, dan mereka telah berbagi begitu banyak kenangan bersama, namun....

 

[ Tidak mungkin aku bisa melupakannya.... ]

Bagaimana jika dia akan melupakannya lagi? Saat pikiran itu terlintas di benak Celia, perasaan gelisah yang tak terlukiskan muncul di dalam dirinya.

 

"H-Hei, semuanya!" Tidak dapat menahan perasaan itu lebih lama lagi, Celia memanggil kelompok Sara.

 

"Ya, Celia-san?"

 

"Apa kalian..... Apa kalian ingat tentang Rio...?"

 

"Rio.....?" Sara dan yang lainnya tampak bingung.

 

"Beberapa saat yang lalu, kita semua tinggal bersama dengannya. Kita membuat makanan bersama, membuat makanan ringan bersama, mengobrol bersama, dan berlatih bersama di pagi hari...." Suara Celia pecah di bawah tekanan yang dia rasakan.

 

"Uhm....." Para gadis desa roh itu saling bertukar pandang bingung.

 

"Apa kalian benar-benar melupakannya? Mengapa....?"

Sepertinya Rio tidak pernah ada sejak awal.

 

[ Kapan hal ini mulai terjadi? ]

Sudah berapa lama mereka melupakannya? Celia terlalu sibuk dengan evakuasi untuk memikirkan ingatannya yang hilang sebelumnya, jadi dia memikirkannya sekarang.

 

[ Saint Erica mencoba menduduki ibukota wilayah Duke Gregory.... ]

 

Itu benar — Rio telah pergi ke wilayah Duke Gregory di Kerajaan Galarc untuk merebut kembali kota itu. Celia dan yang lainnya menemaninya, namun Saint itu adalah lawan yang tangguh. Dia memiliki kekuatan yang tidak manusiawi dan bisa mengendalikan monster yang disebut Divine Beast. Mereka semua berjuang tanpa daya melawannya. Hal terakhir yang bisa dirinya ingat adalah tentang Saint Erica memanggil monster yang jauh lebih besar dari Divine Beast itu. Kemudian....

 

[ Aishia.... Aishia! Benar, Aishia pergi lalu—! ]

Kenangan yang terlupakan datang kembali sekaligus. Pada saat yang sama, Celia mengingat keberadaan gadis lain yang telah dia lupakan. Kehadirannya begitu alami baginya, butuh beberapa saat sebelum dia menyadari ingatannya tentang dirinya yang hilang.

 

"T-Tunggu! Bagaimana dengan Aishia? Kalian tahu, Aishia!" Celia menatap ketiga gadis desa roh itu.

 

"Aishia....." Wajah mereka kosong.

 

"Dia adalah roh humanoid yang memiliki kontrak dengan Rio. Dia juga tinggal bersama kita—dan kita semua berteman dengannya! Dia adalah teman kita yang berharga!" Celia begitu putus asa dalam permohonannya, Sara kesulitan menjawab.

 

"Aku tidak mengenalnya.... Dan tidak mungkin aku melupakan roh seperti itu jika dia ada."

Jawabnya terlihat ragu-ragu.

 

"Benar."

 

"Ya..." Orphia dan Alma sama-sama mengangguk dengan ekspresi bingung juga.

 

"Apa kalian ingat pertarungan di wilayah Duke Gregory di Kerajaan Galarc?"

 

"Aku ingat ada perkelahian di sana, umm...."

 

"Pertarungan berakhir sebelum kita semua menyadarinya, itu aneh. Apa kalian ingat itu?"

 

"Ya....."

Sara dan gadis-gadis itu mengingat kembali kenangan mereka saat itu. Memang, pertarungan telah berakhir sebelum mereka tahu apa yang telah terjadi. Mereka tahu itu pasti. Tapi ada kabut di ingatan mereka sebelum dan sesudah momen itu. Pikiran mereka kosong pada kejadian misterius itu.

 

"Itu adalah pertarungan dengan Saint Erica. Dia adalah seorang hero sekaligus Saint, dan monster besar seperti itu juga muncul. Kita bukan tandingan mereka berdua......" Celia memberi tahu mereka.

Dia bisa mengingat peristiwa sebelum ingatannya terpotong dengan jelas sekarang.

 

"Di saat-saat terakhir sebelum ingatan kalian hilang, Saint Erica memanggil monster yang bahkan lebih besar dari Divine Beast. Monster itu merobek tanah terbuka, membalik langit dan bumi."

 

Permukaan tanah telah terangkat dan melonjak ke arah mereka seperti tsunami. Hal itu sudah melampaui tingkat bencana alam, dan semua orang putus asa. Tapi mereka tidak menyerah—Rio dan Aishia pergi untuk menghentikan Saint Erica.

 

"Rio dan Aishia pergi untuk menghentikan bencana itu sendiri. Keduanya menuju kehancuran itu....."

 

Yang pertama terbang adalah Aishia. Dia telah mengatakan sesuatu kepada Rio dan pergi ke arah bencana itu sendirian. Rio terluka, tapi dia bergegas mengejarnya dengan panik.

 

"Setelah beberapa saat, cahaya terang memenuhi pandangan kami. Begitu cahaya memudar, bencana itu telah hilang sama sekali."

Sulit dipercaya bahwa ada bencana sejak awal. Rio, Aishia, dan Saint Erica telah menghilang dari ingatan semua orang—dan dia tidak tahu kenapa.

 

Namun......

"Aku yakin Aishia melakukan sesuatu untuk menyelamatkan kita." Kata Celia dengan pasti. 

 

"Tapi kemudian kiat melupakan tentang Rio dan Aishia. Kita berdiri di sana tanpa tahu apa yang baru saja terjadi. Meskipun berkat mereka kita bisa selamat....."

Tak ada yang ingat mereka berdua, atau Saint Erica, atau monster yang dikendalikan Erica.

 

"Aku juga sudah melupakan tentang Rio dan Aishia, sampai aku bisa mengingatnya sekarang.... Tapi jika aku bisa mengingatnya, maka kalian juga bisa....!"

 

Mungkin mereka bisa mengingat Rio dan Aishia. Mungkin mereka benar-benar memiliki ingatan tentang mereka yang tersisa. Celia berpegang teguh pada harapan seperti itu ketika dia menanyai gadis-gadis desa roh tersebut, namun......

 

".........."

Sara dan yang lainnya menatap ke langit dengan ekspresi bingung. Mereka telah mendengarkan Celia dengan tatapan bingung tapi serius, namun jelas mereka tidak mendengarkan lagi.

 

"Halo....?" Celia berkedip.

 

"Oh, um....."

 

"Maaf, tiba-tiba aku merasakan pusing."

 

"Apa yang baru saja kamu katakan sebelumnya?"

Gadis-gadis itu tersentak kembali ke akal sehat mereka.

 

"Aku berbicara tentang Rio dan Aishia. Mereka berdua menyelamatkan kita, namun kita telah melupakan mereka." Kata Celia, meringkas semua yang baru saja dia katakan, tapi—

 

"Rio...."

 

"Dan Aishia?"

 

"Siapa mereka?"

Mereka bertiga jelas memiliki reaksi yang tidak wajar.

 

"H-Heeh? Tidak mungkin..... Apa kalian tidak mendengarkan sepatah kata pun dari apa yang aku katakan sebelumnya?"

Seolah-olah percakapan tadi tidak terjadi. Celia menanyai mereka dengan sangat bingung.

 

"Apa yang kamu katakan....?"

 

"Err...."

Sara dan yang lainnya mencoba mengingat percakapan mereka dengan lesu.

 

".........."

Kemudian, mereka menatap ke langit lagi.

 

"Apa yang sebenarnya telah terjadi....?"

 

[ Apa yang sedang terjadi di sini? ]

Celia bahkan lebih bingung. Itu aneh. Pasti ada sesuatu yang salah. Segalanya berbatasan dengan menyeramkan. Celia mulai merasa takut. Tapi saat itu, seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Dia berbalik.

 

"Heeh....? Ri—!"

Berdiri di sana adalah Rio, mengenakan topeng yang rusak. Celia mencoba memanggil namanya secara refleks.

 

"Shh....."

Rio membungkamnya dengan jari di bibirnya.