The Dragon’s Disciple – Bonus Short Stories
PUTRI BERTEMU PUTRI DUYUNG
Amakawa Haruto adalah seorang anak laki-laki jepang yang baru saja menjadi siswa tahun kedua di SMA-nya.
Suatu hari sepulang sekolah, tak lama setelah semester baru dimulai, dia berpapasan dengan seorang gadis bernama Flora Beltrum di koridor.
Saat Flora melihat wajahnya, dia menyapanya dengan ekspresi cerah.
"Selamat siang, Haruto-sama!"
Flora adalah siswa pertukaran dari luar negeri yang baru tiba di sekolah mereka musim semi ini, dan kakak perempuannya Christina pindah ke kelas Haruto, jadi keduanya saling kenal.
"Halo Flora. Banyak sekali buku yang kamu bawa di sana." Meskipun Haruto sedikit bingung dipanggil dengan sebuatan "-sama", dia memilih untuk bertanya tentang sepuluh buku aneh di tangan Flora.
"Aku sedang dalam perjalanan untuk mengembalikan buku-buku ini ke perpustakaan."
"Kamu terlihat banyak meminjam dari mereka."
"Aku suka membaca. Itu juga membantu bahasa jepangku, dan ada begitu banyak cerita menarik untuk dibaca."
"Begitukah. Tapi buku-buku itu pasti terlalu berat.... Biarkan aku membantumu membawanya."
Kata Haruto, bergerak sebelum Flora bisa menjawabnya. Dia mengambil lebih dari setengah buku dari lengan Flora, meringankan bebannya dengan jumlah yang cukup banyak.
"Heh? Te-Terima kasih. Apa tidak berat untukmu?"
"Tidak, ini bukan apa-apa. Ke perpustakaan, benar? Mari kita pergi."
"B-Baik!"
Haruto mulai berjalan menuju perpustakaan, dan Flora bergegas berjalan di sampingnya.
"Buku apa yang kamu suka, Flora?"
"Aku paling suka novel. Saat ini aku sedang mencari cerita dengan seorang Putri sebagai protagonisnya. Apa kamu memiliki judul yang dapat kamu rekomendasikan, Haruto-sama?"
"Biarkan aku pikirkan. Bagaimana dengan dongeng dengan Putri Duyung? Ah, tapi itu cerita yang terkenal, jadi kamu mungkin sudah mengetahuinya."
Haruto mengatakan judul pertama yang terlintas di benaknya, tapi itu adalah karya terkenal yang sudah diketahui oleh setiap anak di jepang. Namun.....
"Tidak, aku tidak tahu yang itu. Tentang apa ceritanya?"
Sepertinya Flora tidak mengenalnya.
"Hmm. Ceritanya adalah cerita tentang Putri Duyung yang jatuh cinta dengan manusia."
Haruto memberikan ringkasan cerita yang sederhana, tidak ingin merusak plotnya.
"Oh, kedengarannya menarik! Aku akan pergi mencarinya!"
Mata Flora berbinar karena penasaran.
"Tapi kudengar cerita aslinya agak gelap....."
"Heh? Yang benar?"
Flora bertanya dengan takut-takut. Dia sepertinya takut dengan cerita-cerita menakutkan.
"Buku cerita bergambar tidak akan seseram itu, tapi akan jauh lebih pendek...... Aku tahu, ada film anak-anak berdasarkan cerita itu, jadi mungkin kamu bisa menontonnya saja."
"Film..... Oke! Kalau begitu, aku bisa mengajak kakakku dan Celia Sensei untuk menontonnya bersama. Aku akan pergi mencari mereka!"
Haruto kemudian memberi Flora judul filmnya, berjanji akan membantunya mencari film itu sepulang sekolah.
◇◇◇◇
Keesokan harinya, saat istirahat.....
"Haruto-sama!"
Flora datang mengunjungi kelas Haruto. Daripada memanggil kakaknya, dia mencari Haruto dan memanggil namanya begitu dia melihatnya.
Menjadi siswa pertukaran di luar negeri, Flora dan Christina terkenal di seluruh sekolah. Keanggunan dan pesona mereka membuat mereka sangat populer di kalangan anak laki-laki tahun kedua. Dan sekarang, yang lebih muda dari keduanya muncul di kelas tahun kedua, memanggil nama salah satu anak laki-laki di dalam kelas itu.
".........."
Anak laki-laki — dan perempuan, dalam hal ini — semuanya terdiam dan menatap Haruto. Christina adalah satu-satunya yang tersenyum geli.
"Apa ada masalah, Flora?"
Haruto bertanya dengan canggung, dengan cepat berdiri untuk mendekati Flora. Dia tampak agak terganggu oleh tatapan para siswa lain.
"Aku menonton film yang kamu ceritakan kemarin! Ceritanya sangat bagus, aku ingin berterima kasih untuk itu."
"Aku mengerti..... Aku senang mendengarnya."
Melihat betapa polosnya Flora berbicara membuat Haruto tertawa kecil sambil tersenyum.
"Putri Duyung dan Pangeran Manusia. Tidak ada kesenjangan dalam status sosial mereka, namun konflik yang lahir dari kesenjangan adalah spesies mereka...."
Flora kemudian mulai dengan antusias memberitahu Haruto pemikirannya tentang film tersebut, menarik perhatian seluruh kelas.
WAKTU SAUDARA
Di dalam Kastil Galarc, di Mansion yang diberikan kepada Rio oleh Raja Francois, semua orang di Mansion bersiap untuk berangkat ke wilayah Duke Gregory untuk menghadapi Saint Erica. Tidak seperti biasanya suasana Mansion yang harmonis, suasana menjadi tegang memikirkan pertandingan ulang Rio dan Erica yang akan segera terjadi.
[ Jika monster itu muncul lagi..... Aku harus melakukan semua yang aku bisa untuk mengalahkannya. ]
Pikir Rio dalam hati sambil duduk di tempat tidur di kamarnya. Kemudian, seseorang mengetuk pintu.
"Masuk."
Rio menyeka ekspresi tegas dari wajahnya saat dia menyuruh siapa pun masuk yang ada di luar pintu.
Pintu perlahan terbuka, memperlihatkan sosok Latifa.
"Onii-chan." Katanya cemas.
"Ada apa, Latifa?"
Alasan kekhawatirannya jelas. Karena itu, Rio memastikan untuk berbicara dengan nada secerah mungkin untuk meyakinkan adik perempuannya.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin tetap di sampingmu." Kata Latifa menjelaskan permintaan remehnya sambil mengamati wajah Rio untuk melihat reaksinya.
"Aku mengerti. Kemarilah kalau begitu."
"Oke." Rio menepuk tempat tidur di sampingnya, mengundangnya untuk duduk bersama. Latifa mengangguk dengan ekspresi lega dan segera pergi.
"Ehehe." Dia menempel ke sisi Rio dan mengusap pipinya ke lengan kakaknya.
"Ini agak terlalu dekat."
Kata Rio dengan senyum tegang. Tapi dia tidak menyuruhnya menjauhkan diri; Jika ini yang diperlukan untuk meredakan kekhawatiran adik perempuannya, maka dia akan dengan senang hati pasrah untuk dipeluk seperti itu.
"Onii-chan."
"Ya?"
"Tidak ada apa-apa. Hehehe."
Latifa tersenyum bahagia.
"Ya."
Melihat senyumnya membuat Rio ikut tersenyum. Setelah itu, Latifa terus dimanjakan oleh Rio, menikmati waktunya bersama sang kakak.
Pertarungan dengan Saint Erica akan berlangsung malam berikutnya.
RUMAH UNTUK KEMBALI
Kastil Galarc. Di Mansion yang diberikan kepada Rio oleh Raja Francois, tak lama setelah Charlotte dan Satsuki mulai tinggal di sana juga.....
Keduanya memiliki ruangan mereka sendiri di Kastil utama, namun setelah merasa sulit untuk pergi dari Mansion itu setiap hari, mereka memiliki ruangan di dalam Mansion yang disiapkan untuk mereka.
Namun, Charlotte masih harus pergi ke Kastil untuk tugas resminya. Hari ini adalah hari lain seperti itu.
"Aku akan kembali ke Mansion sekarang."
Katanya, mengumumkan kepergiannya setelah menyelesaikan laporan biasanya.
"Baiklah."
Francois setuju dengan anggukan, tapi—
"Bagaimana rasanya tinggal di Mansion?"
Francois bertanya kepadanya setelah dia berbalik.
"Itu sangat menyenangkan. Semuanya memperlakukanku dengan baik."
Charlotte segera menjawab sambil tersenyum.
"Jadi begitu. Kamu boleh pergi sekarang." Merasa bahwa kata-katanya tulus, Francois tertawa kecil.
"Ya. Aku izin permisi." Charlotte meninggalkan kantor ayahnya dan keluar dari Kastil, berjalan menuju Mansion tempat Rio dan yang lainnya tinggal.
Tapi dalam perjalanan......
[ Sungguh perasaan yang menyegarkan. ]
Mansion tempat semuanya tinggal terletak di lahan yang sama dengan Kastil. Dia baru saja melewati Kastil, namun pemandangan yang dia lihat terasa sangat berbeda. Apa karena dia tinggal di tempat lain sekarang? Untuk beberapa alasan, perasaan itu memenuhi dirinya dengan sukacita.
Charlotte tersenyum lembut.
[ Lebih baik aku cepat. ]
Dia begitu tenggelam dalam emosinya, dia berhenti berjalan untuk menikmati pemandangan. Charlotte melanjutkan perjalanannya ke Mansion.
Begitu dia sampai di Mansion dan berjalan melewati pintu depan, dia mendengar suara-suara hidup datang dari arah dapur dan ruang makan. Sepertinya semua orang berkumpul di dapur. Charlotte berjalan menyusuri koridor ke arah itu.
"Selamat datang di rumah, Char-chan."
Kata Satsuki, menyadari kehadirannya terlebih dahulu.
Yang lain di sekitarnya menggemakan sapaannya dengan "Selamat datang di rumah, Putri Charlotte."
".........." Charlotte berkedip,
"Ada yang salah, Char-chan? Untuk apa kamu hanya berdiri di sana?"
"Oh..... Aku hanya tidak terbiasa mendengar 'Selamat datang di rumah' seperti ini."
"Oh begitu ya. Malu-Malu?"
Satsuki bertanya sambil menyeringai.
"Ya. Tapi aku juga senang. Senang mendengarnya dari orang lain."
Charlotte memiliki mata yang tajam dan hangat. Itulah mengapa dia tahu bahwa "selamat datang di rumah" yang dikatakan semuanya kepadanya adalah karena mereka benar-benar berpikir wajar baginya untuk kembali ke rumah ini — yang membuatnya sangat senang.
"Aku mengerti. Tapi akan lebih baik lagi jika kita mendengar beberapa kata darimu juga, Char-chan. Kata-kata yang harus diucapkan untuk menanggapi seseorang yang menyambutmu saat pulang....."
Satsuki melanjutkan dengan nada sugestif.
"Aku senang pulang di rumah."
Charlotte segera menjawab.
"Yup, senang kamu kembali."
Kali ini, Satsuki yang merespons dengan malu-malu. Yang lain juga tersenyum malu-malu saat mereka mengulangi perasaan mereka.
"Selain itu, untuk apa kalian semua berkumpul di sini?"
"Kami sedang membuat camilan. Semuanya menunggu kepulanganmu, Char-chan. Kami baru saja selesai memasak, jadi mari kita mandi dan makan bersama."
"Wah, kedengarannya menyenangkan. Aku ingin sekali."
Peristiwa itu hanya keseharian lain di Mansion milik Rio.