The Dragon’s Disciple – Chapter 3 : 「Murid」

 

"Raja Naga!" Gadis muda kecil itu berseru, membungkuk di depan mereka.

 

"Err..... Bisakah kamu mengangkat kepalamu dulu?"

Kata Rio, memanggil gadis itu dengan gugup.

 

"A-Aku tidak bisa melakukannya! Aku tidak bisa melakukan hal tidak sopan seperti itu kepadamu...."

Gadis itu menundukkan kepalanya dalam kepatuhan yang mutlak. Rio menjadi merasa bermasalah dengan bagaimana gadis muda itu merespons, ekspresi Rio terlihat bingung di wajahnya.

 

"Kamu..... Bisa tahu kalau aku adalah Raja Naga?"

Rio bertanya kepadanya.

 

"Umu! Raja Naga adalah satu-satunya orang di dunia ini yang bisa memanggilku! Aku bisa merasakan hubungan di antara kita! Penampilanmu mungkin telah berubah, tapi aku yakin ada alasan untuk itu....." Kata gadis itu tanpa ragu, kepalanya masih tertunduk.

 

"Begitu ya..... Tapi bisakah kamu mengangkat kepalamu? Bagaimana kalau kita semua duduk dulu?"

 

"A-Apa ini benar-benar baik-baik saja?"

 

"Tentu. Aku yang memintanya kepadamu. Tolong bangunlah." Melihat gadis kecil seperti itu berbaring telentang dalam posisi bersujud agak membuat pikiran Rio tidak enak. Dia segera menawarkan tangannya.

 

"Te-Terima kasih banyak!"

Gadis muda kecil itu dengan ketakutan mengangkat kepalanya, menerima tangan Rio dengan gembira.

Setelah gadis muda kecil itu berdiri dan melepaskan tangan Rio, dia menatap tangannya sendiri dengan mata berbinar. Itu adalah reaksi seseorang yang baru saja berjabat tangan dengan idola favoritnya.

 

[ Gadis ini adalah murid dari Raja Naga, kan...? ]

Rio berpikir sambil memperhatikannya dengan canggung.

 

"B-Baiklah, bagaimana jika kamu duduk di sana...."

Rio memulai, mengundangnya untuk duduk ketika dia melihat dia menatap Aishia dengan ragu.

 

"Apa ada masalah?" Rio bertanya.

 

"A-Aku bisa merasakan aura perempuan itu datang darinya." Kata gadis muda itu dengan ekspresi murung, menunjuk ke arah Aishia.

 

"Siapa perempuan itu?"

 

"Dewa Bijaksana Lina!"

Kata gadis muda itu dengan agak kesal.

 

"Kenapa kamu bisa mengatakannya itu?"

 

"Kenapa perempuan itu ada di sini?!"

Untuk beberapa alasan, gadis muda itu terlihat cemberut. Merasa ada sesuatu yang serius yang nampaknya salah, Rio dengan ragu meminta klarifikasi. 

 

"U-Umm..... Apa maksudmu?"

 

"Apa anda bersama perempuan ini selama seribu tahun terakhir?"

 

"Tidak..... Pertama-tama, dia bukanlah Lina."

 

"Heeh?"

 

"Dan aku bukanlah Raja Naga."

 

"APA?!"

 

"Tepatnya, aku tidak punya ingatan tentang Raja Naga......"

 

"I-Ingatan? Heh? Apa?" Gadis muda itu terlihat kaget. 

 

"Maksud anda, anda tidak mengingatku?!"

 

"Ya......" Rio mengangguk, tidak bisa membohonginya.

 

"Tidak mungkin......"

Air mata mulai berjatuhan dari mata gadis muda itu. Jika dia benar-benar murid Raja Naga, maka tidak mungkin dia terlihat lebih tua dari kelihatannya. Dia harus berumur lebih dari seribu tahun.

 

Namun, gadis muda itu tidak terlihat berusia lebih ribuan tahun, dan cara dia hampir menangis membuatnya tampak lebih muda.

 

"Umm..... Maafkan."

Rio menundukkan kepalanya karena merasa bersalah.

 

"Eeh... T-Tidak! Tolong angkat kepala anda! Ini bukanlah apa yang aku maksud! Maaf aku karena telah kehilangan ketenanganku!"

Gadis muda itu tersentak, mengayun-ayunkan kepalanya ke atas dan ke bawah dengan bingung.

 

"Tidak, aku yakin kita mengalami situasi yang sama."

Kata Rio meyakinkannya. 

 

"Kenapa kamu tidak duduk dulu?"

 

"P-Permisi!" Gadis muda itu akhirnya duduk seperti yang Rio sarankan.

 

"Apa kamu baik-baik saja dengan teh dingin?"

 

"T-Tentu, dengan senang hati! Terima kasih!"

Gadis muda itu menjawab dengan lemah lembut.

 

"Dissolvo."

Rio meraih penyimpanan ruang dan waktu untuk mengeluarkan peralatan logam dan makanan ringan. 

 

"Silakan." Kata Rio, menawarkan teh kepada gadis itu.

 

"Te-Terima kasih banyak! Tempatnya sangat cantik...."

Gadis itu dengan gugup mengucapkan terima kasihnya dengan tergagap, lalu menatap cangkir logam itu dengan takjub. Peralatan logam itu adalah produk buatan dwarf yang bisa membuat minuman tetap dingin, jadi Rio sering menggunakannya.

 

"Ini juga. Silakan menikmatinya dengan camilan ini."

 

"Oke....." Gadis itu menerima gelas dengan kedua tangan dan meminum tehnya. 

 

"Whoaa, ini enak sekali!"

 

"Aku senang mendengarnya."

 

"Camilannya juga enak!"

 

"Ambil sebanyak yang kamu mau." Rio tersenyum melihat gadis mudah itu dengan senang memakannya.

 

[ Aku berasumsi dia sudah hidup sejak zaman Raja Naga, tapi mungkin dia terlihat lebih muda dari itu? ]

Rio bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

 

"Ini, gunakanlah." Aishia menawari gadis muda itu handuk untuk menyeka mulutnya.

 

"Terima kasih....."

Gadis itu dengan senang menyeka mulutnya. Tapi dia segera menyadari betapa kekanak-kanakan dirinya dalam tindakannya dan tersipu malu. 

 

"Umm! Tolong lupakan itu!"

 

"Kalau begitu mari kita mulai dengan perkenalan, oke?"

Rio menyarankan dengan ramah.

 

"B-Baik!"

 

"Namaku Rio. Aku lahir dan dibesarkan di wilayah Strahl, namun orang tuaku berasal dari Kerajaan Karasuki di Yagumo. Umurku hampir tujuh belas tahun."

 

"Rio-sama....." Mata gadis muda kecil itu melebar. Dia memanggil nama Rio perlahan, seolah memprosesnya.

 

Rio memperkenalkan Aishia selanjutnya.

"Dia adalah Aishia. Dia adalah roh humanoid yang diciptakan oleh Dewa Bijaksana Lina, dan dia memiliki kontrak denganku."

 

"Aishia..... Hmm......" Gadis itu menatap Aishia dengan waspada. Dia tampaknya memiliki perasaan yang agak rumit terhadap Lina. Merasakan hal itu—

 

"Dia mewarisi sebagian dari ingatan Lina, tapi Aishia dan Lina adalah orang yang berbeda."

Kata Rio, menambahkan untuk memperingatkan.

 

"Baik...."

 

"Aishia baru mendapatkan kembali ingatan dari Lina hari ini. Saat itulah dia memberitahuku bahwa aku adalah reinkarnasi dari Raja Naga...."

Rio menjelaskan sambil memperhatikan reaksi gadis muda itu. Akankah gadis muda itu mempercayainya karena telah terlahirkan kembali?

 

"Jadi Raja Naga telah bereinkarnasi."

Kata gadis itu dengan ekspresi yang bertentangan.

 

Mata Rio melebar karena terkejut.

"Kamu mempercayaiku?"

 

"Aku tidak akan pernah meragukan Raja Naga!"

 

"B-Baiklah."

 

"Selain itu, Lina mengatakan Tujuh Dewa Bijaksana sedang meneliti hal-hal seperti itu."

 

"Apa kamu pernah bertemu dengan Lina sebelumnya?"

 

"Umu. Dialah yang menyeret Raja Naga ke perang suci. Raja Naga telah mengakhiri perang, tapi hubungan di antara kami terputus pada saat yang sama..... Sampai hari ini, begitulah."

 

Apakah hal itu karena gadis muda itu melihat kembali ke masa lalu? Atau karena dia diliputi oleh emosi seribu tahun tanpa kehadiran Raja Naga? Di saat itu, air mata gadis muda itu perlahan menggenang di matanya.

 

"Aku mengerti......"

Jawab Rio dengan pelan, merasa simpati kepadanya.

 

"Jadi, Raja Naga sudah mati."

 

"............."

Mudah untuk memastikan fakta itu, tapi dia tidak ingin menjadi orang yang memicu aliran air mata yang mengancam akan jatuh kapan saja. Rio menahan lidahnya dengan ekspresi sedih.

 

"A-Aku tidak apa-apa! Aku tidak akan menangis!"

Gadis muda itu menahan tangisannya. Dia ingin tahu yang sebenarnya. Jelas dia ingin menangis, namun dia bersikeras dan menghapus air matanya.

 

Hal itu sudah cukup untuk meyakinkan Rio. 

"Dia meninggal tepat setelah perang itu. Dan sekarang, seribu tahun telah berlalu, jiwanya ada di tubuhku.... Atau begitulah....."

 

"Dan anda tidak memiliki ingatan tentang masa lalu?"

 

"Ya..... Raja Naga adalah kehidupan masa laluku, jadi sementara aku memiliki ingatan tentang kehidupan masa laluku yang lain, tidak ada ingatan yang tersisa dari Raja Naga."

 

"Raja Naga telah bereinkarnasi bukan hanya sekali, tapi dua kali?"

 

"Ya. Reinkarnasi pertama terjadi di dunia yang berbeda dari sini, dan aku tidak pernah mengingat apapun yang berhubungan dengan Raja Naga di sana."

 

Gadis muda itu cemberut dengan tidak senang. 

"Tapi anda memiliki ingatan tentang reinkarnasimu kali ini? Bukankah itu aneh? Kenapa hanya ingatan dari Raja Naga saja......"

 

"Memang, aku juga merasa aneh bahwa aku memiliki ingatan tentang kehidupan masa laluku, namun tidak ada ingatan tentang Raja Naga."

Rio memiliki pertanyaan yang sama dengan gadis muda itu, dan menoleh untuk melihat Aishia kalau-kalau dia punya jawaban.

 

Aishia menjawab dengan mengandalkan ingatan yang ada pada Lina.

"Ketika orang-orang di dunia ini pindah ke dunia lain — baik itu melalui reinkarnasi atau teleportasi — mereka akan kehilangan ingatan mereka. Lina tidak tahu detail persisnya di balik ini, tapi itu mungkin salah satu dari peraturan dewa."

 

"Begitu yah...."

 

"Jika ada yang datang dari luar dunia ini, mereka masih akan menyimpan ingatan mereka. Tapi hal ini tidak berlaku bagi penduduk dunia ini yang pergi dan kembali lagi. Mereka tidak dianggap sebagai penduduk dunia luar, jadi mereka tidak bisa menyimpan ingatan mereka."

 

"Jadi itu sebabnya aku kehilangan ingatanku sebagai Raja Naga..... Tapi Aishia masih mendapatkan kembali ingatannya sebagai Lina. Mengapa bisa demikian?"

 

"I-Itu benar! Kok kamu bisa ingat? Apa kamu menemukan semacam pengecualian untuk aturan itu?!"

Gadis muda itu segera menyela pertanyaan Rio dan menekan Aishia untuk sebuah jawaban. Dia sepertinya percaya ada harapan bagi Rio untuk mendapatkan kembali ingatannya sebagai Raja Naga.

 

"Itu, aku tidak tahu..... Aturan itu seharusnya diterapkan saat aku meninggalkan dunia ini dengan jiwa Raja Naga. Itu mengapa, aku tidak punya ingatan untuk waktu yang lama."

 

Gadis muda itu menjadi putus asa. 

"Tolong cari tahu alasannya! Pasti ada sesuatu!"

 

"Kenangan yang kumiliki sebagai Lina sebenarnya bukan ingatanku. Kenangan itu bukanlah ingatan yang aku alami secara langsung, namun pengetahuan yang disalin. Mungkin itulah sebabnya?"

Tebak Aishia, terdengar agak tidak yakin.

 

"Bukan itu alasannya! Perempuan itu pasti menemukan sesuatu—aku tahu itu! Dia pasti tahu cara melanggar aturan dewa."

 

"Kamu bisa menghancurkan aturan itu....?"

Rio bertanya dengan mata melebar.

 

"Tujuh Dewa Bijaksana sedang meneliti cara untuk melewati aturan dewa. Aku tahu mereka menemukan cara untuk setidaknya melunakkan efeknya."

Begitu gadis muda itu mengatakannya, dia meneriakkan Dissolvo. Dia tampaknya memiliki artefak sihir yang mirip dengan penyimpanan ruang dan waktu seperti Rio — ada gelang di lengannya yang terlihat berbeda dari gelang di lengan Rio. Dia mengeluarkan topeng dari dalam ruang.

 

"Untuk apa topeng ini?"

 

"Topeng cadangan yang dipakai Raja Naga dan Lina seribu tahun yang lalu. Mengenakan topeng ini akan melemahkan efek dari aturan yang diterapkan pada para transcendent."

 

"Apa benda seperti memang ada?"

Rio menjadi tidak yakin.

 

"Setahuku tidak."

Benda itu juga asing bagi Aishia. Ingatannya sebagai Lina tidak lengkap.

 

Tapi benda itu adalah secercah harapan bagi Rio.

"Jadi kalau aku memakainya, efek hilang ingatan akan melemah?" Tanyanya penuh harap.

 

"Para transcendent yang terlibat akan menghindari kehilangan ingatan, namun efek penghapusan ingatan berskala luas dari penggunaan kekuatan transcendent tidak dapat dihindari."

 

"Aku mengerti..." Tampaknya berbagai hal tidak akan berjalan dengan mudah.

 

"Para transcendent tidak boleh memberikan dukungan untuk kepentingan individu atau kelompok, bahkan jika dukungan itu tidak melibatkan kekuatan mereka. Para transcendent hanya boleh bergerak untuk kepentingan semuanya. Ada aturan lain yang terpengaruh, namun aturan ini adalah aturan utama yang akan dilemahkan oleh topeng ini."

 

"Jadi jika aku memakainya, aku akan dapat menggunakan kekuatanku untuk berjuang demi orang lain dan membantu mereka?"

 

"Ada batas waktu yang terlibat. Benda ini tidak sempurna dan menurun saat digunakan. Topeng ini menerima beban aturan yang konstan, dan akhirnya rusak karena beban itu."

 

"Ada berapa topeng itu?"

 

"Lima."

 

"Mungkinkah untuk dibuat secara massal....."

 

"Mustahil. Setidaknya untukku. Topeng ini diciptakan oleh Lina, jadi satu-satunya kesempatan untuk membuat lebih banyak adalah dengan Lina...."

Gadis muda itu menatap Aishia.

 

"Aku tidak tahu bagaimana membuatnya."

Kata Aishia meminta maaf, menggelengkan kepalanya.

 

"Yang artinya Raja Naga hanya bisa bertarung demi orang lain sebanyak lima kali. Aku akan memberikan semua topeng ini kepadamu."

Gadis itu mengucapkan mantra pelepasan dan meletakkan empat topeng yang tersisa di atas meja.

 

"Apa kamu yakin...?"

 

"Tentu saja. Benda ini milik Raja Naga."

 

"Terima kasih....."

Rio mengambil salah satu topeng itu.

 

"Topeng ini akan secara otomatis terpasang di tempatnya saat anda memakainya. Mereka tidak akan lepas kecuali pemakainya memerintahkan mereka untuk melepasnya — atau kecuali jika mereka hancur terlebih dahulu."

 

"Aku mengerti....."

Rio ragu-ragu memasang topeng itu di wajahnya.

Kemudian, seperti yang dijelaskan oleh gadis muda kecil itu, topeng itu menempel di wajahnya tanpa bergerak. Pasti ada semacam ilmu sihir di baliknya, tapi tidak ada rasa tidak nyaman saat memakainya. Pandangannya juga jelas.

 

"Kamu juga harus memakainya satu, Aishia."

 

"Baiklah."

 

"Bagaimana bisa.....?"

Gadis muda itu bertanya dengan bingung, melihat Rio memberikan topeng itu kepada Aishia.

 

"Aku hanya bisa menggunakan kekuatan transcendent dari Raja Naga saat aku berasimilasi dengan Aishia. Itu sebabnya dia diakui sebagai transcendent juga."

 

Gadis muda itu mencondongkan tubuh ke depan karena terkejut.

"Heeh?! Raja Naga berasimilasi dengan roh?! Dengan perempuan ini?!"

 

"Aku memiliki apa yang disebut ikatan roh dengan Aishia. Sebagai manusia, aku tidak bisa menanggung beban menggunakan kekuatan transcendent..... Itulah sebabnya aku harus berasimilasi dengan Aishia untuk menjadi lebih seperti roh. Apa itu masuk akal?"

Rio menjelaskan kepada gadis itu dengan ragu-ragu.

 

"Y-Yah....."

Gadis muda itu cemberut dan menatap Aishia.

 

"Kalau dipikir-pikir — apa topeng ini memiliki efek kepada selain transcendent?"

Rio bertanya, menggunakan pertanyaan yang baru saja muncul di benaknya untuk mengubah topik.

 

"Topeng ini bisa menyembunyikan aura spesies dengan tubuh roh..... Efeknya dirancang untuk murid dengan tubuh roh, jadi secara alami juga bekerja kepada roh. Seharusnya bisa menyembunyikan aura roh yang sangat mencolok yang mengalir dari perempuan ini."

 

"Jadi efek seperti itu ada..... Lebih banyak alasan bagi Aishia untuk memakainya, kalau begitu."

 

"Aku akan mencobanya."

Aishia mengambil topeng itu dan mengangkatnya ke wajahnya. Topeng itu menempel dengan sendirinya seperti yang terjadi pada Rio.

 

"Bagaimana?" Aishia bertanya, bertanya-tanya apakah auranya telah disembunyikan.

 

"Aku tidak bisa mendeteksi kehadiran roh sejak awal."

 

"Jangan khawatir. Auranya telah menghilang dengan baik." Jawab gadis kecil itu menggantikan Rio.

 

"Itu bagus. Apa ini terlihat baik-baik saja?"

Aishia bertanya, memiringkan kepalanya.

 

"Ya, itu cocok untukmu."

 

"Terima kasih. Sekarang kita serasi."

 

Gadis muda itu cemberut karena iri pada pertukaran santai Rio dan Aishia.

"Hmph!"

 

Merasakan tatapannya, Rio mengalihkan perhatiannya kembali kepadanya.

"Umm, kalau dipikir-pikir, kami belum menanyakan namamu. Maaf tentang itu — maukah kamu memberitahu kami namamu?"

 

Untuk sesaat, ekspresi sedih yang melintas di wajah gadis muda itu. 

"Namaku.... Sora..." Katanya.

 

"Sora? Itu nama yang bagus."

 

"Terima kasih.... Raja Naga memberikan nama itu kepadaku. Aku sangat bangga dengan nama ini."

Gadis muda itu sangat menyukai namanya, itulah sebabnya dia semakin kesal mendengar reinkarnasi Raja Naga telah melupakannya. Namun, mendengar Rio memuji namanya telah membuat senyuman kembali ke wajahnya.

 

"Begitu ya..... Senang bertemu denganmu, Sora."

 

"Senang bertemu denganmu lagi, Raja Naga!"

Sora tertawa senang. Ini mungkin dirinya yang sebenarnya dan terus terang.

 

"Aku tidak terbiasa dipanggil dengan gelar Raja Naga, jadi aku lebih suka jika kamu memanggilku dengan Rio saja." Rio bertanya dengan sedikit canggung.

 

"A-Aku tidak berani melakukan hal seperti itu....!" Sora meratakan dirinya di atas meja dalam penyerahan.

 

"Tapi....."

Rio hendak mengatakan sesuatu, namun malah memutuskan untuk mengubah topik pembicaraan.

 

"Err, ngomong-ngomong, siapa nama Raja Naga?"

 

"Namanya Ryuo-sama....."

 

"Tunggu, bukankah nama itu...."

Mata Rio melebar. Dia pernah mendengar nama itu sebelumnya — itu adalah nama tokoh legendaris yang Hayate, Putra dari Gouki, bicarakan ketika mengunjungi desa di Kerajaan Karasuki ketika Rio ada di sana.

 

"Apa anda mengingat sesuatu?"

 

"Tidak, tapi aku pernah mendengar nama itu sebelumnya, ketika aku berada di Kerajaan Karasuki di Yagumo. Dia adalah prajurit legendaris yang memukul mundur pasukan iblis yang menyusup ke wilayah Yagumo......"

 

"Ah, akulah yang menyebarkan legenda itu."

Kata Sora dengan bangga.

 

"Heh?!" Rio agak terkejut.

Dia menemui asal mula legenda lama dengan cara yang tidak pernah dia duga. Kejutannya wajar saja.

 

"Aku tidak bisa memaafkan orang-orang yang menjalani kehidupan tanpa beban setelah mengkritik Raja Naga.  bahkan berani melupakannya! Itulah mengapa, aku mendidik raja Kerajaan dan menyebarkan legenda itu."

Sora berkata dengan sangat bangga.

 

"Ahaha... Yah, ini menjadi masuk akal. Kudengar ada seseorang yang bersama Ryuo—yang bertarung bersamanya. Itu pasti Dewa Bijaksana Lina, kan?"

 

Mengesampingkan bagaimana Sora bisa mendidik raja pada saat itu, Rio mengingat detail legenda dan membandingkannya dengan apa yang baru saja dia ketahui tentang transcendent. Namun.....

 

"Ah, itu....." Sora mulai menunjukkan kesalahan.

 

"Hm? Apa aku salah?"

 

"T-Tidak, anda benar!" Gadis muda itu terbata-bata.

 

[ A-Aku tidak bisa mengoreksinya dan mengatakan kalau itu aku! Tapi kalau terus begini, dia akan berpikir perempuan itu memiliki hubungan khusus dengan Raja Naga.....!  ]

Sora mengerang kepada gejolak batinnya.

 

"Bersama denganmu." Kata Rio, menambahkan.

 

"Heeh?"

 

"Kamu juga membantu Raja Naga, bukan? Itu sebabnya aku akan mengatakannya sebagai gantinya: terima kasih."

 

"I-Itu bukan apa-apa! Raja Naga sudah memujiku saat itu!" Sora tergagap, menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

 

"Tapi hal itu membuatmu jauh lebih tua dariku, benar? Apa kamu lebih suka jika aku memanggilmu dengan lebih hormat.... Seperti Sora-san?"

Meskipun Rio tidak ingin menyentuh subjek pada usianya, dia menduga Sora lebih tua seribu tahun darinya. Daripada merenungkan apakah tidak masalah untuk terus memperlakukannya seperti anak kecil, dia memutuskan untuk langsung menanyakannya.

 

"T-Tidak, aku tidak menginginkannya! Raja Naga adalah tuan dan wali abadiku!"

 

"A-Apa kamu yakin?" Rio terkejut dengan kekuatan yang dia gunakan untuk berbicara.

 

"Umu! Selain itu, pertumbuhan fisik dan mentalku berhenti berkembang sejak aku menjadi murid Raja Naga. Itu sebabnya tahun-tahun yang aku jalani tidak penting! Tolong perlakukan aku seperti muridmu! D-Dan sebaiknya seperti anakmu sendiri..... A-Ah, tidak, maksudku aku tidak keberatan jika kamu memperlakukanku seperti anak kecil!"

Malu melihat bagaimana dia mengatakan semua yang ada di dirinya sekaligus, suara Sora menjadi pecah.

 

"Yup, baiklah.... Kalau begitu, Sora." 

Ada beberapa poin aneh yang dia sebutkan dalam kata-katanya yang terburu-buru, namun Rio memilih untuk tidak menyentuhnya untuk saat ini.

 

"Ya!"

Sora bersukacita dengan senyuman gembira. Dia tidak tampak seperti makhluk berusia seribu tahun bila seperti ini — dia hanyalah seorang anak kecil. Tidak sulit untuk percaya bahwa pertumbuhan mentalnya terhenti seperti yang dia nyatakan.

 

"Aku juga bertanya-tanya.... Kamu ras apa, Sora? Kamu terlihat seperti manusia......"

Sora mampu merasakan kehadiran roh yang tidak dapat dideteksi manusia, dan dia telah hidup sejak perang suci. Cara perkembangan pikiran dan tubuhnya membeku setelah dia menjadi murid Raja Naga dan membuat Rio penasaran, jadi dia menanyakan rasnya.

 

"Sora dulunya adalah seorang manusia. Setelah Raja Naga mengadopsi Sora, Sora menjadi muridnya."

Sekarang setelah mereka berbicara sebentar dan memperkenalkan diri, Sora tampak tidak terlalu gugup.

Begitu dia santai, dia mulai menyebut dirinya sebagai orang ketiga — ini mungkin keadaan alaminya.

 

"Manusia.... bisa menjadi murid dari transcendent?"

Tanya Rio dengan ekspresi heran.

 

"Itulah Sora."

 

"Murid adalah satu-satunya yang tidak terpengaruh oleh penghapusan ingatan paksa karena menggunakan kekuatan transenden, benar? Mungkinkah mengubah seseorang menjadi murid akan mengembalikan ingatan mereka yang hilang?"

Apa yang paling membuat penasaran Rio adalah apakah ada cara bagi semuanya untuk mendapatkan kembali ingatan mereka.

 

"Sora belum pernah melihat, jadi Sora tidak tahu. Tapi itu mungkin....?"

 

"Apa kamu tahu bagaimana murid dipilih?"

 

"Raja Naga memilih siapa yang menjadi muridnya. Dia bilang dia bisa memilih siapa yang dia inginkan sebagai muridnya."

 

"Kalau begitu, apa Raja Naga memiliki murid lain?"

 

"Tidak, Sora adalah satu-satunya muridnya. Dia pernah mengatakan bahwa memiliki banyak murid tidak baik."

 

"Mengapa demikian?"

 

"Karena dewa membuat aturan tentang itu. Transcendent hanya diperbolehkan memiliki paling banyak tiga murid."

 

"Dewa itu lagi, ya....."

Rio menghela napasnya. Sepertinya dewa itu memiliki banyak kekhawatiran tentang para transcendent yang berhubungan dengan dunia.

 

"Seperti transcendent, para murid itu menjadi terpisah dari hukum dunia. Seperti yang Sora katakan sebelumnya, pikiran dan tubuh Sora berhenti berkembang. Menjadi seorang murid juga berarti bahwa kata-kata guru itu mutlak. Setiap hubungan murid itu dengan keluarga mereka juga akan terputus. Itu sebabnya seseorang harus memilih murid mereka dengan hati-hati — itulah yang dikatakan Raja Naga."

 

"Begitu ya..... Ini masuk akal. Aku setuju dengan itu. Jadi bagaimana Raja Naga akhirnya memilihmu, Sora?"

Pemahaman Rio tentang para murid masih kurang. Itu mengapa mendengar sesuatu dari sudut pandang lain membantunya melihat cahaya. Pada saat yang sama, dia menjadi penasaran bagaimana Sora bisa menjadi murid Raja Naga.

 

"Sora lahir kira-kira seribu lima ratus tahun yang lalu. Raja Naga menyelamatkan Sora yang sekarat dan membuatnya menjadi murid."

 

"Begitu ya.... Hal itu pasti menimbulkan kenangan buruk untukmu. Maaf sudah bertanya."

 

"Sama sekali tidak! Itu semua berkat Raja Naga sehingga Sora ada di sini sekarang! Tanyakan apapun yang ingin anda mau ketahui!"

 

"Kalau begitu.... Bisakah kamu memberitahuku bagaimana membuat seseorang menjadi murid, dan perubahan seperti apa yang terjadi setelah kamu menjadi murid?"

Dari penjelasan Sora, Rio bisa membuat dua orang lagi menjadi muridnya. Meskipun dia tidak berpikir untuk melakukan itu kepada siapa pun saat ini, hal itu adalah masalah yang sangat mengkhawatirkannya — jadi tidak ada salahnya untuk mengetahui lebih banyak tentang hal tersebut.

 

"Raja Naga mengatakan bahwa hal itu dilakukan dengan berbagi daging atau darah transcendent dengan seseorang. Sora meminum darahnya untuk menjadi muridnya."

 

"B-Begitu yah. Daging atau darah...."

 

"Adapun perubahan yang terjadi setelahnya, para murid sangat dipengaruhi oleh master transcendent mereka. Sora juga terpengaruh oleh ini. Lihat....."

Setelah mengatakan sebanyak itu, Sora tiba-tiba berdiri.

Kemudian, kepala dan tubuhnya yang tampak seperti manusia biasa menumbuhkan tanduk dan ekor.

 

"Heh....?" Rio berkedip dan menatapnya.

 

"Sora bukanlah manusia, sora adalah Dragonkin. Di atas tubuh fisik, Sora kini memiliki tubuh roh juga. Inilah yang terjadi ketika Sora mewujudkan bagian dari tubuh roh di atas tubuh material. Mewujudkan tubuh roh sepenuhnya akan menghasilkan tubuh naga."

Murid Raja Naga mendapatkan kemampuan untuk berubah menjadi naga. Itulah mengapa Rio di sebut sebagai Raja Naga.

 

"Dia mulai memancarkan aura yang kuat, tapi auranya berbeda dari kehadiran roh."

Aishia menunjuk dengan mata melebar.

 

"Aura itu adalah kehadiran khusus dari tubuh roh yang menjelma."

 

"Apa itu artinya Raja Naga bisa berubah menjadi naga juga?"

 

"Itu benar. Tubuh utama manusia adalah tubuh fisik. Tubuh utama roh adalah tubuh roh mereka. Namun draconian menggunakan tubuh fisik mereka sebagai tubuh utama dan tubuh roh sebagai tubuh sekunder. Raja Naga adalah seorang draconian, begitu juga muridnya."

 

"Kupikir tidak ada naga di dunia ini..... Aku tahu setidaknya demi-dragon."

 

"Dahulu kala, Raja Naga memberikan berkat kepada ras tertentu. Ras itu menjadi half-dragon. Tapi tubuh utama mereka adalah tubuh fisik mereka, dan mereka tidak bisa berubah menjadi bentuk humanoid."

 

"Apa yang kamu maksud dengan berkat...?"

Rio bertanya, tidak terbiasa dengan istilah baru itu.

 

"Hmm..... Ini berbeda dengan menciptakan seorang murid, namun Raja Naga dapat memberikan sifat-sifatnya kepada yang lain—dan sifat yang dia berikan kepada mereka adalah kulit yang tahan sihir. Bagian naga Sora juga menjadi kebal terhadap serangan sihir saat terwujud. Ah, dan elf, dwarf, dan werebeast menerima berkat dari roh tingkat atas, jadi mereka memiliki bakat spirit art yang sangat tinggi."

 

"Waah....."

Itu semua informasi yang menarik bagi Rio. 

 

"Aku memiliki armor yang terbuat dari kulit Wyvern Hitam, yang berarti aku membunuh spesies yang diberkati oleh kehidupan masa laluku..... Meskipun dilakukan untuk membela diri, ini sedikit......"

Namun, perasaannya tentang itu agak bertentangan.

 

"Demi-Dragon mampu mendeteksi keberadaan draconian superior, jadi tidak mungkin bagi mereka untuk menyerang Raja Naga pada tingkat insting. Tapi Sora juga tidak bisa mendeteksi hubungan dengan Raja Naga sampai hari ini, jadi mereka mungkin menyerangmu tanpa sadar. Jangan khawatir tentang itu! Mereka pantas mendapatkan kematian terburuk karena berani menyerang Raja Naga."

Sora menepis kekhawatiran Rio dengan kejam, menempatkan rasa hormatnya kepada Raja Naga di atas segalanya.

 

"I-Itu sedikit ekstrim."

 

"Dunia demi-dragon adalah dunia di mana yang kuat memakan yang lemah. Mereka telah membunuh banyak orang lain untuk memberi makan diri mereka sendiri, jadi mereka harus bersiap untuk kematian mereka sendiri saat menyerang orang lain. Tidak perlu bagimu untuk terlalu memikirkannya, Raja Naga. Anda terlalu baik."

Tidak ingin melihat Rio begitu khawatir, Sora menggembungkan pipinya untuk menegaskan maksudnya.

 

"Ya, kurasa itu masuk akal. Aku hanya harus menerimanya."

Rio tidak punya pilihan selain membunuh, jadi dia menerimanya.

 

"Kembali ke perubahan yang terjadi setelah menjadi murid. Seperti yang sudah anda ketahui, tubuh dan pikiran berhenti menua. Namun di atas semua itu, para murid diberikan pasokan esensi sihir yang hampir tak terbatas selama master mereka masih hidup. Mereka terikat untuk mematuhi perintah tuannya dan dapat dipanggil secara paksa sesuai keinginan masternya. Mereka akan selalu mengetahui lokasi masternya, dan mereka dapat memanggil masternya kepada mereka dengan persetujuan dari masternya. Selain itu, semua aturan yang berlaku untuk masternya juga berlaku untuk muridnya, jadi ingatan apapun yang dilupakan oleh masternya, muridnya juga akan melupakan hal itu..."

Kata Sora, menghitung setiap titik di tangannya ketika dia menyampaikan informasi itu.

 

"Ada banyak informasi yang harus disortir di sini, tapi apa maksudmu dengan terikat untuk mematuhi perintah?"

 

"Perintah yang diberikan dengan esensi sihir master di dalamnya akan memiliki kendali mutlak atas kehendak murid. Hal itu tampaknya merupakan ukuran untuk memastikan para murid tidak bertentangan dengan keinginan para transcendent."

 

"Kedengarannya agak berbahaya..... Aku harus berhati-hati."

 

"Raja Naga dari seribu tahun yang lalu juga membenci kekuatan itu, jadi dia tidak pernah memberi perintah apapun kepada Sora. Setiap kali dia menginginkan sesuatu, dia akan mengatakannya seperti permintaan."

Kata Sora, jelas senang dengan bagaimana kata-kata Rio barusan mengingatkannya kepada mantan Raja Naga. Hal itu membuat Rio menyadari betapa Sora memuja Raja Naga.

 

"Aku mengerti..... Masih banyak lagi yang ingin kutanyakan, tapi percakapannya telah berlarut-larut untuk sementara waktu. Apa kamu lelah?"

 

"Sora baik-baik saja!"

 

"Apa tidak apa kalau kita mengobrol sedikit lagi?"

 

Sora berseri-seri, ingin berbicara lebih banyak.

"Dengan senang hati!"

 

"Hmm, dari mana aku harus memulainya yah....."

Kata Rio, melanjutkan pembicaraan.

 

"Ah, benar. Aku tiba-tiba memanggilmu ke sini, namun apa kamu akan mengalami kesulitan untuk kembali ke lokasi semula? Aku sedang berbicara dengan Aishia dan dia menyebutkan tentang murid, jadi aku mencoba memanggilmu dengan iseng..... Aku minta maaf telah membuatmu tidak nyaman."

 

"Itu tidak benar, Sora sama sekali tidak merasakan tidak nyaman bersama anda!"

 

"Umm, kita berada di tempat yang disebut Kerajaan Galarc sekarang — terletak di wilayah Strahl. Di mana kamu berada sebelumnya?"

 

"Pegunungan antara alam liar dan wilayah Yagumo."

 

"Itu jauh..... Yah, hanya perlu satu detik jika kamu berteleportasi, tapi apa kamu memiliki kristal teleportasi?"

 

"Y-Ya, tapi..... Apa lebih baik Sora pergi.....?" Sora menatap Rio dengan mata cemas seperti anak hilang.

 

"Tentu, tapi kamu akan selalu di sambut di sini....."

 

"Sora mohon? Sora ingin terus bersama dengan Raja Naga! Sora sudah menunggu seribu tahun! Seribu tahun bagi Raja Naga untuk kembali! Jadi kumohon...!"

Sora memohon dengan panik, seolah-olah dia disuruh pergi dari sana.

 

"Namun jika kamu akan tinggal di sini, kamu mungkin perlu menyiapkan barang-barangmu. Aku tidak keberatan jika kamu kembali dulu untuk mengambilnya."

 

"Sora sudah menyiapkan segalanya saat Sora merasakan koneksi dari Raja Naga!"

 

"B-Begitu yah....." Dengan itu, Rio tidak punya apapun lagi untuk dikatakan. Kecuali.....

 

"Namun, aku bukanlah Raja Naga, oke? Raja Naga yang kamu ketahui sudah mati. Aku tidak memiliki ingatan tentang dirinya, jadi aku tidak bisa bertindak seperti orang yang pernah kamu kenal. Aku mungkin melakukan berbagi hal yang tidak akan pernah dia lakukan. Aku mungkin akan membuatmu sedih karena itu. Apa kamu akan siap untuk itu?"

Rio bertanya dengan tegas.

 

Tampaknya Sora memiliki kecenderungan untuk melihatnya sebagai Raja Naga seribu tahun yang lalu.

Rio ragu-ragu mengucapkan kata-kata seperti itu dengan sangat jelas, namun pada akhirnya, dia tidak bisa bertindak sebagai seseorang yang bahkan tidak dia kenal. Dia mungkin bisa menyenangkannya dengan berusaha bertindak seperti Raja Naga, namun menciptakan hubungan sedemikian rupa terasa tidak tulus. Lagipula, Rio, orang seperti itulah.

 

"Rio-sama dan Ryuo-sama memang orang yang berbeda..... Tapi Sora telah bersama Raja Naga selama ratusan tahun, jadi Sora paham. Meskipun Raja Naga mati, meskipun dia kehilangan ingatannya..... Raja Naga tetaplah Raja Naga. Hubungan yang dihidupkan kembali di antara kita membuktikan itu."

Kata Sora dengan kepastian mutlak.

 

"Kamu pikir begitu.....?"

Tapi Rio masih tampak tidak yakin. Aps dia bisa menangani keyakinan tertinggi yang Sora arahkan kepadanya? Dia tidak bisa mengatakan dengan pasti, itulah sebabnya.....

 

"Ada satu hal yang ingin aku tanyakan — atau lebih tepatnya, satu hal yang ingin aku jelaskan dari awal."

Kata Rio kepada Sora.

 

"Ya...?"

 

"Aku hampir tidak tahu apapun tentangmu. Kamu juga tidak tahu apapun tentang diriku saat ini. Jika kamu tetap bersamaku, kamu mungkin menemukan bahwa beberapa hal yang aku lakukan akan menyimpang dari harapanmu."

 

"A-Apa Sora mengganggu anda?"

Sora bertanya dengan cemas.

 

"Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin kamu tahu bahwa hanya karena aku adalah reinkarnasi Raja Naga bukan berarti kamu harus mematuhiku secara membabi buta. Hidupmu adalah milikmu. Menjadi seorang murid tidak berarti kamu harus dibatasi oleh itu. Aku tidak ingin keberadaanku menjadi kutukan bagimu. Jika kamu akan berubah pikiran, aku ingin kamu memberitahuku tanpa menahan diri. Kamu harus hidup seperti yang kamu inginkan." Rio menyampaikan perasaan di hatinya langsung kepada Sora.

 

[ Aku ingin kamu menjalani hidup seperti yang kamu inginkan. ]

Namun, kata-kata itu secara ajaib tumpang tindih dengan kata-kata yang pernah dikatakan Ryuo kepada Sora. Jadi, wajah Sora perlahan menjadi kusut. Detik berikutnya, dia mulai menangis.

 

"H-Huuaaaa.....!" Air mata meluap keluar dari matanya, bergulir di pipinya seperti hujan.

 

"H-Heeh?"

Rio terkejut dengan peristiwa yang tiba-tiba itu.

 

"Maaf, apa aku mengatakan sesuatu yang salah?"

 

"T-Tidak! Bukan itu! M-Maafkan Sora! Ryuo-sama juga mengatakan hal yang sama seribu tahun yang lalu, jadi Sora baru mengingatnya, dan— Huuaaaaa!"

Bendungan seribu tahun kesepian itu akhirnya pecah, dan Sora mulai menangis seperti anak kecil.

 

"Haruto. Tidak, Rio."

Panggil Aishia. Jarang baginya untuk memanggil Rio dengan nama itu.

 

Rio sedikit terkejut. 

"Ya?"

 

"Beri Sora pelukan dan tenangkan dia. Anak ini telah menginginkannya selama seribu tahun terakhir."

 

Rio mengangguk pelan.

"Oke."

Katanya, lalu berdiri dan pindah ke tempat Sora duduk di seberangnya. Dia dengan lembut melingkarkan lengannya di sekelilingnya.

 

"Raja Naga..... Huuuaaa!"

Sora menempel kepadanya seperti anak hilang yang akhirnya menemukan orang tua mereka, menangis lebih keras dari sebelumnya.

 

"Maafkan aku, Sora. Aku terlalu memikirkan banyak hal." Kata Rio, mengusap kepalanya untuk menenangkan. 

 

"Maukah kamu tinggal bersamaku?"

Rio meminjamkan dadanya untuk Sora menangis sampai air matanya mengering.