The Dragon’s Disciple – Chapter 2 : 「Misteri Dari Transcendent」

 

Setelah Rio berkumpul kembali dengan Aishia yang masih dalam wujud rohnya, mereka mendirikan rumah batu di bukit tak berpenghuni yang menghadap ke dasar danau dan Greille.

 

"Sudah tidak apa-apa sekarang." Kata Rio.

 

[ Oke. ]

Dengan itu, Aishia berubah ke wujud humanoidnya.

Beberapa penghalang dipasang di sekitar rumah batu, mencegah Aishia terdeteksi oleh roh lain selama dia ada di dalamnya. Tidak ada cara bagi roh kontrak dari para gadis desa roh untuk menemukannya.

 

"Bagaimana kalau kita duduk dulu?"

Tidak ada seorang pun di ruang tamu yang luas selain Rio dan Aishia. Rio menggantung mantelnya di rak mantel dan melihat sekeliling ruang kosong sebelum duduk di sofa.

 

"Ya..... " Aishia bergumam, duduk di seberang Rio.

Ekspresi khawatir di wajahnya mungkin bukan imajinasinya.

 

"Jika sulit untuk dibicarakan, kamu bisa melakukan setelah kamu siap."

Rio tidak akan memaksanya untuk berbicara. Dia dengan lembut menyatakan kesediaannya untuk menunggu sampai Aishia siap untuk berbicara.

 

Tapi Aishia menggelengkan kepalanya.

"Ini tentangmu, jadi..... Aku akan menjelaskan apa yang terjadi sekarang " Katanya sambil menatap mata Rio. 

 

"Matamu."

 

"Heh?"

 

"Matamu telah berubah warna."

 

"Mataku...... berubah warna?"

Rio menyentuh sisi kanan alisnya, menutupi pandangannya dengan ekspresi bingung. Tidak ada cara untuk melihat warna matanya sendiri tanpa cermin, namun tidak ada yang terasa aneh dari warna matanya.

 

"Warna mereka merah sekarang. Aku minta maaf."

Aishia menundukkan kepalanya dengan perasaan bersalah. Seperti yang dia katakan, mata Rio yang dulunya berwarna cokelat sekarang berwarna merah.

 

"Mereka tidak terasa berbeda. Aku bisa melihat melalui mereka dengan baik. Aku tidak punya masalah dengan mataku yang berubah warna, dan aku tidak melihat kalau itu salahmu......"

Rio tertawa untuk meredakan kekhawatiran Aishia, mengabaikan masalah itu dengan enteng. Tapi ekspresi Aishia tetap suram saat dia terus berbicara.

 

"Alasan mereka berubah adalah karena kamu telah berasimilasi denganku."

 

"Berasimilasi.....?"

 

"Pertarungan yang sebelumnya, kamu menggunakan kekuatan dari Transcendent. Kekuatan itu biasanya tidak bisa digunakan oleh manusia. Mencoba menggunakannya dengan tubuh manusia akan mengakibatkan kematian. Itulah sebabnya, aku menjadi bagian dari keberadaanmu saat kamu menggunakannya. Bisa dibilang kita telah menyatu. Itulah asimilasi."

 

"Kita berdua orang yang berbeda sekarang, tapi kita berbagi satu tubuh sekarang..... Apa itu yang kamu maksudkan?" Rio bertanya, tidak yakin apa maksudnya.

 

"Ya. Menggunakan kekuatan transcendent dengan tubuh manusia akan membunuhmu. Untuk menghindari itu, aku mengubah tubuhmu. Dengan berasimilasi denganku, tubuhmu menjadi satu denganku, membuatmu lebih dekat dengan roh daripada seorang manusia."

 

"Begitu ya.... Aku tidak tahu kamu bisa melakukan hal seperti itu."

 

"Ini disebut ikatan roh, dan itu adalah secret art yang menciptakan ikatan yang lebih kuat kepada roh daripada kontrak. Aku menggunakannya denganmu untuk meningkatkan hubungan di antara kita, lalu mengasimilasi tubuh kita."

 

"Secret Art..... Tidak ada seorang pun di desa roh yang bisa melakukan hal seperti itu, benar?"

 

"Kurasa mereka bahkan tidak tahu tentang itu. Tujuh Dewa Bijaksana menciptakan ikatan roh. Ini adalah teknik khusus yang hanya bisa dilakukan oleh sedikit orang pada seribu tahun yang lalu."

 

"Kontrak roh dan ikatan roh. Apa yang berbeda di antara mereka?"

 

"Pada tingkatannya, kontrak roh adalah kesepakatan antara kedua belah pihak, sedangkan ikatan roh menggunakan special sorcery untuk membuat ikatan yang lebih kuat. Keduanya merupakan bentuk penghubung jiwa, namun perbedaan sebenarnya terletak pada kekuatan dan kedalaman hubungan tersebut. Roh hanya dapat berasimilasi dengan tubuh manusia melalui hubungan jiwa yang lebih kuat dari ikatan roh."

 

"Jadi aku bisa menganggap perbedaan utama antara kontrak roh dan ikatan roh sebagai kemampuan untuk berasimilasi atau tidak?"

 

"Yup. Asimilasi memberikan beberapa manfaat kepada partner yang di ikat. Salah satunya adalah Spirit Arms — perwujudan ikatan jiwa partnernya sebagai senjata."

 

Mendengar penjelasan Aishia, sebuah gambaran melintas di benak Rio.

"Mungkinkah pedang yang sebelumnya itu....."

 

Rio berpikir tentang pedang yang muncul di pertarungan sebelumnya. Dia telah menciptakan pedang dari ruang kosong, seperti Divine Arms para hero.

 

"Itu benar. Pedang itu berbeda dari yang diciptakan oleh kekuatan Transcedent. Pedang itu adalah Spirit Arms-mu, dan pedang itu terwujud sebagai hasil asimilasi. Kamu dapat menganggapnya sebagai bagaimana roh menjelma dengan mewujudkan tubuhnya sendiri. Kamu hanya bisa mewujudkan pedang itu saat berasimilasi denganku."

 

"Benar..... Kurasa aku tidak bisa membuat pedang itu muncul sekarang, bahkan jika aku menginginkannya. Tapi aku merasa bisa menggunakan kekuatan Transcendent itu kalau aku mencobanya."

Kata Rio sambil menatap tangan dominannya.

 

Rio telah menerapkan kekuatannya pada pedang yang telah terwujud sebelumnya, namun pedang itu bukanlah faktor yang diperlukan untuk mengaktifkan kekuatannya. Hal itu adalah sesuatu yang dia ketahui secara intuitif, bukan secara logis.

 

"Kamu tidak boleh menggunakan kekuatan transcendentmu dengan sembarangan. Pastikan kamu berasimilasi denganku saat kamu melakukannya."

Aishia memperingatkan, nadanya aneh tapi cukup tegas untuknya.

 

Apa yang akan terjadi jika Rio menggunakannya tanpa Aishia? Dia telah mengatakannya lebih awal.

 

"Jika aku menggunakan kekuatan tanpa diasimilasi, aku akan mati, benar? Oke, aku mengerti."

 

Biaya untuk mendapatkan dan menggunakan kekuatan di luar batasan umat manusia sangatlah berat.

Saat seseorang mengaktifkan kekuatan mereka melebihi apa yang bisa ditanggung oleh tubuh manusia, mereka akan mati. Rio menelan makna itu dan mengangguk dengan serius.

 

"Asimilasi memiliki manfaat lain selain Spirit Arms. Seperti yang aku katakan sebelumnya, asimilasi mengubah tubuh partner ikatan menjadi sesuatu yang menyerupai roh. Tingkat asimilasi yang meningkat akan meningkatkan kekuatan dan ketahanan partner ikatan, membuat mereka lebih sulit untuk mati. Begitulah caramu bertahan menggunakan kekuatan transcendent."

 

"Apa itu berarti semakin kuat tingkat asimilasinya, aku akan semakin tidak manusiawi?"

 

"Ya." Aishia menegaskan.

 

"Jadi ada tingkatan asimilasi juga."

 

"Yup. Jika kamu ingin mengungkapkannya dalam angka, tingkatan itu akan berkisar dari satu hingga seratus persen, dan seterusnya."

 

"Jadi, berapa banyak persen yang digunakan pada pertarungan sebelumnya?"

 

"Aku yakin itu sangat mendekati seratus persen. Itulah niatku saat berasimilasi. Mungkin itu sebabnya warna matamu berubah setelah aku melepaskan asimilasi."

Kata Aishia, tampak berkonflik.

 

"Seperti yang aku katakan sebelumnya, warna mataku yang berbeda tidak perlu dikhawatirkan. Nyatanya, sepertinya hanya ada manfaat dari asimilasi."

Peningkatan yang signifikan dari jumlah kemampuan dasar dan peningkatan vitalitas keduanya terdengar seperti hal yang baik untuk partner ikatan roh.

 

"Ada juga hal negatif untuk hal itu."

 

Namun, sepertinya itu bukan hal yang baik.

Dengan kata lain......

 

"Saat kamu berasimilasi, kamu bukan lagi seorang manusia. Namun pada saat yang sama, kamu juga bukan roh. Keberadaanmu menjadi sangat tidak wajar, namun stabil. Seperti yang aku katakan, semakin besar tingkat asimilasinya, kamu akan semakin tidak manusiawi. Itu sebabnya tidak ada yang tahu efek asimilasi seperti apa yang akan terjadi kepadamu..... Hal itu adalah kerugian utamanya. Warna matamu telah berubah, dan tubuhmu harus menanggung beban yang sangat berat saat asimilasi berakhir. Meskipun beban itu mungkin datang dari penolakan menggunakan kekuatan Transcendent......"

 

Hal itu juga bisa berasal dari asimilasi yang diintensifkan. Setelah mengatakan itu, Aishia menatap Rio. Kemudian......

 

"Mungkin ada perubahan lain yang luput dari perhatian. Tidak ada yang tahu apakah perubahan itu akan baik atau buruk, atau permanen atau hanya sementara."

Kata Aishia, menambahkan.

 

Kekuatan itu bisa dibandingkan dengan mengonsumsi obat dengan efek dramatis, namun efek sampingnya tidak diketahui. Ada kemungkinan tidak ada hal buruk yang terjadi, namun yang paling buruk, hidup seseorang bisa dalam bahaya. Hal itu membuatnya menjadi suatu ketidakpastian yang terlibat.

 

Setelah jeda yang mengkhawatirkan, Aishia menambahkan.

"Jika asimilasi yang kuat diulang berkali-kali, kamu mungkin akan kehilangan kemampuan untuk kembali menjadi manusia....."

 

Mata Rio sedikit melebar saat dia mendengarkan kata-kata itu. Namun, dia sepertinya tidak ingin Aishia merasa bertanggung jawab.

 

"Begitu yah." Jawaban Rio riang, tidak menunjukkan tanda-tanda pesimisme. 

 

"Lebih penting lagi, apa kekuatan ini memiliki efek negatif kepadamu, Aishia? Jika ya, kita harus berhenti menggunakannya."

 

Selain itu, Rio malah mengungkapkan kekhawatirannya kepada Aishia.

"Tidak peduli seberapa hebat asimilasinya, seharusnya ada sedikit risiko bagiku."

 

"Sungguh?" Meskipun Rio tidak meragukan kata-katanya, dia mendesak untuk memastikan.

 

"Sebagai roh, bentuk sejatiku adalah bentuk rohku, dan tubuh fisikku diciptakan dengan bebas oleh diriku sendiri. Namun untukmu, bentuk fisikmu adalah bentuk sejatimu. Manusia tidak memiliki bentuk roh, namun asimilasi membuatmu sangat mirip dengan roh. Situasimu jelas lebih genting dariku."

 

Oleh karena itu, risikonya lebih besar untuk Rio, itulah yang Aishia maksudkan. Manusia hanya bisa hidup dengan tubuh fisik mereka, namun asimilasi menyebabkan manusia tersebut memiliki tubuh seperti roh. Ketika asimilasi dilepaskan, manusia harus kembali ke tubuh fisiknya. Tidak dapat dihindari bagi mereka untuk menanggung beban yang lebih besar daripada roh, yang terlahir dengan kemampuan untuk berganti bentuk.

 

"Aku mengerti......."

 

"Masalahnya juga terdapat kepada Satsuki dan yang lainnya. Ikatan roh adalah teknik yang bisa digunakan para hero juga."

Pada saat itulah Aishia mengangkat para hero. Namun, hal itu tidak tiba-tiba. Alasannya jelas dari penjelasannya sampai sekarang.

 

"Para hero berasimilasi dengan roh tingkat atas?"

Rio menebak. Asimilasi dengan roh tingkat atas akan menjelaskan semuanya—mulai dari cara mereka tiba-tiba mendapatkan kekuatan supranatural, hingga bagaimana mereka bisa dengan bebas mewujudkan Divine Arms mereka.......

 

"Ya, ada roh tingkat atas yang tersegel di dalam para hero yang dipanggil. Yang merasuki Saint Erica adalah roh bumi tingkat tinggi."

 

"Semuanya masuk akal sekarang....."

Misteri para hero akhirnya terpecahkan.

 

"Tapi aku yakin detail ikatan roh mereka sangat berbeda dari kita. Ikatan roh antara para hero dan roh tingkat atas adalah ikatan yang memperbudak."

 

"Memperbudak.....?" Rio meragukan telinganya.

 

"Ikatan roh di antara kita menggunakan bentuk asli sorcery, sedangkan ikatan dengan para hero menggunakan formula mantra yang telah diubah oleh Enam Dewa Bijaksana. Mantra disempurnakan untuk menambahkan beberapa kondisi kepada ikatan, memungkinkan roh tingkat atas untuk menempatkan para hero dalam posisi yang sangat tidak menguntungkan. Dewa Bijaksana mengatur pemanggilan hero untuk bekerja sedemikian rupa."

Kata Aishia menjelaskan hubungan antara hero, roh tingkat atas, dan Dewa Bijaksana. Kemudian.....

 

"Itulah mengapa mereka membenciku. Dan Miharu juga......" Aishia mengakui dengan takut-takut.

 

"Mereka membencimu dan Miharu..... Apa itu karena...."

 

"Miharu adalah salah satu Dewa Bijaksana di kehidupan sebelumnya—dia yang ketujuh dan terasingkan. Namanya Lina."

 

".............."

Setelah mendapat kejutan terbesarnya hari itu, Rio terdiam. Bukan karena dia meragukan kata-kata Aishia—informasi itu sangat mencengangkan.

 

"Dan di lain sisi, aku adalah Dewa Bijaksana, Lina itu juga......." Lanjut Aishia. Itu adalah pengakuan yang membuatnya terdengar seperti dia dan Miharu adalah orang yang sama.

 

Rio bahkan lebih terkejut. 

"Heeh.....?"

 

"Kira-kira seribu tahun yang lalu, di akhir perang dewa, Dewa Bijaksana Lina mengorbankan sebagian dari keilahiannya untuk menciptakanku. Dia kemudian membuat ikatan roh antara Raja Naga dan diriku, dan menyimpanku di dalam jiwanya."