Her Crusade – Chapter 2 : 「Amakawa Haruto」

 

Saat itu di sore hari, tepat saat matahari akan terbenam. Satu jam telah berlalu sejak Rio pertama kali bangun.

Aishia berada di ibukota Republik Demokrasi Suci Erica untuk melakukan penyelidikan yang Rio minta darinya: yaitu, untuk memeriksa bagaimana orang-orang di kota bereaksi terhadap kematian sang Saint, dan untuk menemukan pengguna spirit art yang tidak dikenal.

 

Untuk melakukan penyelidikan, Aishia memutuskan untuk bergerak di jalanan dalam wujud rohnya. Saat ini, ada banyak pejalan kaki dalam perjalanan pulang dari pekerjaan mereka.

Saat ini ada cukup banyak buruh kasar di kota, yang sedang bekerja memulihkan kerusakan akibat revolusi yang mereka lakukan. Ketika Aishia mengintip ke dalam bar yang ramai, semua orang di meja sedang mendiskusikan pertarungan antara Rio dan binatang buas di Kerajaan kecil itu. Hal itu wajar saja, karena baru terjadi kemarin, dan binatang buas di Kerajaan kecil itu sangat besar. Aishia mendengarkan percakapan itu sebentar.

 

[ Tidak ada yang membicarakan tentang kematian Saint itu...... ]

Semua orang mendiskusikan pertaruntan itu, namun tidak ada satu pun percakapan yang menyebutkan kematian sang Saint. Ada orang yang marah kepada Rio karena menyerang kota mereka, tapi tidak ada rasa khawatir. Faktanya, mereka semua berbicara seolah-olah Erica telah menang. Tapi kenapa?

 

[ Apakah kematian sang Saint disembunyikan dari orang-orang? ]

Kemungkinan yang paling pasti adalah para petinggi negara menyembunyikan kematiannya. Mengumumkan kematian pemimpin bangsa pasti akan mengguncang orang-orang, karena itulah pikiran pertama yang terlintas dalam pikirannya. Tapi ada satu pilihan lain—

 

[ Mungkinkah sang Saint masih hidup.....? ]

Aishia mempertimbangkan kemungkinan itu. Dia secara pribadi menyaksikan Rio menikam jantungnya dari jauh. Dia juga menyaksikan Erica menarik napas terakhirnya dan mati di sampingnya.

 

Pada akhirnya, semua itu hanya rumor dari sebuah bar. Desas-desus yang berulang dapat memutarbalikkan kebenaran, dan beberapa informasi mungkin telah diubah secara sewenang-wenang. Sulit membayangkan jika Erica masih hidup.

Tapi dia setidaknya harus mengkonfirmasi fakta. Dan jika dia ingin mengetahui kebenarannya, dia harus mencari Erica. Di mana kemungkinan besar Saint itu berada?

 

[ Aku akan pergi ke tempat para petinggi juga. ]

Setelah keluar dari bar, Aishia langsung menuju kediaman resmi kepala negara, yang pengamanannya sangat ketat. Ketika dia melihat ke bawah dari langit, dia bisa menghitung ada lebih dari tiga puluh tentara yang berpatroli di lapangan. Ada lampu menyala di jendela, di mana ada lebih banyak tentara yang berpatroli di dalamnya.

 

[ Keamanan paling ketat di sini. Tempat itu seharusnya menjadi tempat yang cocok untuk menemukan petunjuk tentang sang Saint. Pengguna spirit art mungkin juga ada di sana juga. ]

Aishia segera memutuskan untuk menyusup ke dalam gedung. Ada tentara yang berpatroli di dalam gedung, namun mereka tidak dapat melihat bentuk rohnya dengan mata telanjang. Aishia berpindah dari ruangan satu ke ruangan lain tanpa terlihat oleh siapapun.

 

[ Aku tidak bisa menemukan Saint itu. ]

Tapi dia tidak bisa menemukan Erica di mana pun di dalam gedung. Satu-satunya orang yang dia lihat adalah para petinggi dan tentara yang sedang berpatroli.

 

Apa Erica benar-benar sudah mati? Atau apakah dia bersembunyi di tempat lain?

 

[ Haruskah aku mencari seseorang yang berbicara tentang kematian sang Saint? ]

Aishia mempertimbangkan untuk menguping orang-orang, namun kediaman resmi bukanlah tempat berkumpulnya pengosip seperti yang ada di bar. Butuh waktu lama baginya untuk menemukan seseorang yang membicarakan tentang kematian Saint.

 

[ Aku tidak bisa merasakan roh lain di sekitar....... ]

Hal itu menyisakan pilihan untuk berubah ke wujud humanoidnya dan bertanya langsung kepada seseorang. Itu akan menjadi cara yang lebih menguntungkan untuk mendapatkan informasi daripada menguping.

 

Yang paling membuatnya khawatir adalah pengguna spirit art tak dikenal yang mungkin bersembunyi di kota ini, mungkin juga di gedung ini. Jika ada roh yang dikontrak oleh penggunanya, roh itu akan bisa merasakan kehadirannya. Tapi tidak semua pengguna spirit art mempunyai kontrak oleh roh.

Rio telah memintanya untuk mencari pengguna spirit art jika memungkinkan, jadi mungkin lebih baik baginya untuk berubah ke wujud humanoidnya sebagai umpan. Hal itu pantas untuk dicoba.

 

Dengan keputusan itu, Aishia harus menemukan seseorang yang bisa dia tanya. Dia menjelajahi tempat itu sekali lagi, dan beberapa menit kemudian—

 

[ Di sana. ]

Dia melihat seorang laki-laki di taman di belakang gedung. Dia tampak seperti juru masak yang bekerja di tempat itu. Dia baru saja selesai menyiapkan makan malam untuk karyawan gedung dan sedang istirahat di luar dapur.

 

Untungnya, tidak ada tentara yang sedang berpatroli di dekatnya, jadi Aishia segera berangkat untuk menanyainya. Dia muncul di belakangnya, mengaktifkan spirit art di tangan kanannya, lalu menyentuh bagian belakang kepalanya melalui topi kokinya.

 

"Ap.....?"

Merasakan kontak di bagian belakang kepalanya, si juru masak berbalik. Pada saat itu, pikirannya terperangkap di bawah spirit art Aishia. Matanya menjadi kosong saat dia melihat wajah Aishia dengan tatapan tidak fokus.

 

Ada banyak jenis spirit art ilusi di luar sana, namun mayoritas dapat dibagi menjadi dua: yang mengirim informasi palsu ke panca indera, dan yang memengaruhi pikiran dalam bentuk sugesti.

 

"Selamat malam."

Yang digunakan Aishia menempatkan targetnya dalam kondisi hipnotisme seperti sedang melamun. Itu adalah ilusi kuat yang dapat mengendalikan pikiran dan tindakan target sampai tingkat tertentu ketika diaktifkan dengan sukses.

 

Kelemahan dari teknik itu adalah bahwa target memiliki ingatan yang jelas tentang segala sesuatu sampai ilusi dilemparkan, yang berarti dia harus melemparkannya tanpa diketahui.

 

"Ah, selamat malam. Kau—ah, itu benar. Apa yang bisa aku bantu?" Si juru masak tidak tahu dia sedang terkena ilusi, dan yakin bahwa Aishia adalah rekannya yang ramah.

 

"Apa Erica masih hidup?" Aishia bertanya terus terang.

 

"Aku tidak menyetujui penyebutan itu. Seharusnya Saint Erica-sama, bukan?" Keyakinannya kepada Erica begitu kuat, dia menunjukkan sedikit kemarahan saat mengoreksi Aishia.

 

"Apa Saint Erica-sama masih hidup?" Ulang Aishia.

 

"Apa yang kau katakan itu? Tentu saja bukan."

 

"Bukankah dia kehilangan nyawanya dalam pertarungan kemarin?"

 

"Tentu saja tidak. Dia muncul sebagai pemenang dari pertarungan kemarin."

 

"Sungguh?"

Sang Saint seharusnya kalah, namun semua orang percaya dia menang.

 

"Tentu saja bukan." Si juru masak bersikeras bahwa Saint mereka telah menang. Dia dalam keadaan terhipnotis, jadi tatapan kosong, tapi nadanya tegas. Dia tampak sangat tersinggung dengan pertanyaan Aishia.

 

"Kalau begitu, apa kamu melihatnya kembali hidup-hidup?" Aishia terus bertanya.

 

"Tidak, aku tidak melihatnya..... Dia tidak kembali ke kediaman resmi kemarin karena dia harus menghadapi akibat dari pertarungan sebelumnya."

 

"Dia tidak kembali kemarin..... Bagaimana dengan hari ini?"

 

"Dia pergi untuk urusan mendesak pagi ini, jadi dia belum kembali."

 

"Berangkat ke mana dia?"

 

"Hal itu bukan sesuatu yang akan harus diketahui oleh seorang juru masak seperti kita."

 

"Kalau begitu, siapa yang tahu?"

 

"Hmm..... Ajudan dekatnya, Andrei-dono, seharusnya mengetahuinya....."

 

"Andrei......"

[ Laki-laki yang bersama Liselotte kemarin? ]

Aishia mengenang pemuda yang bersama Liselotte ketika dia ditangkap. Pemuda itu dipanggil Andrei — dan dia cukup yakin dia telah melihatnya di gedung sebelumnya.

 

"Ada di mana dia sekarang?"

 

"Dia seharusnya ada di ruang kongres, tapi sudah hampir waktunya makan malam, jadi dia seharusnya segera kembali."

 

"Apa dia akan kembali ke sini?"

 

"Ya, Andrei-dono juga tinggal di tempat ini."

 

"Aku mengerti......." Gumam Aishia. Dia berhenti bertanya dan berpikir tentang apa yang harus dilakukan.

 

[ Haruskah aku menunggu Andrei di sini? ]

Pergi ke gedung kongres sendiri adalah sebuah pilihan lain, namun mencarinya akan memakan waktu dan dia mungkin melewatkan kepulangannya. Tapi saat itu—

 

"Mark, apa kau di sana? Mark?" Seorang laki-laki memanggilnya dari dapur. Sepertinya seseorang sedang mencari juru masak.

 

"Kamu adalah Mark?"

 

"Ya."

 

"Ok."

Begitu Aishia mengkonfirmasi identitas si juru masak, dia mengubah mantranya untuk memberikan sugesti yang baru kepadanya.

 

"Aku di sini! Apa yang kau butuhkan?"

Mark berteriak, cukup keras untuk terdengar dari dapur. Tak lama kemudian, seorang laki-laki paruh baya muncul di ambang pintu dapur.

 

Aishia segera bersembunyi di belakang Mark. Di luar sudah gelap, jadi dia dengan mudah menyembunyikan sosoknya di belakang mereka.

 

"Ah, jadi kau sedang ada di luar. Andrei-dono telah kembali. Tolong siapkan makan malamnya."

Laki-laki yang lebih tua itu tidak memperhatikan Aishia, hanya berbicara kepada Mark. Dia segera berbalik untuk kembali ke dalam.

 

"Ah, tunggu sebentar. Kalau begitu, bisakah kau memanggil Andrei-dono ke sini?"  Tanya Mark.

 

"Andrei-dono? Kenapa?"

 

"Ada sesuatu yang ingin aku konsultasikan dengannya secara secara pribadi."

 

"Ah, begitu. Baiklah."

Laki-laki paruh baya itu tampak penasaran, namun kembali ke dapur untuk memanggil Andrei.

 

"Maaf. Tolong tidurlah sebentar."

Begitu dia pergi, Aishia menyentuh bagian belakang kepala Mark dan menghentikan spirit art ilusi itu, membuatnya tertidur dengan spirit art lainnya.

 

"Mm......" Tubuh Mark langsung merosot.

Aishia dengan lembut menahan tubuhnya, menyandarkannya untuk duduk di dinding luar. Begitu dia memastikan bahwa Mark benar-benar tertidur, dia pindah ke pintu dapur dan bersembunyi menunggu Andrei. Andrei keluar kurang dari satu menit kemudian.

 

"Apa kau ada di sini, Mark — mmh ?!"

Andrei telah melangkah keluar dari pintu dapur untuk mencari Mark. Tapi saat dia melakukannya, Aishia menahannya dari belakang.

 

"Selamat malam." Aishia melepaskan pengekangan setelah melemparkan ilusi.

 

"Selamat malam. Apa yang kauu lakukan di sini....?"

 

"Aku punya sesuatu yang penting untuk ditanyakan kepadamu."

 

"Ah benar, itu sebabnya aku dipanggil ke sini. Ada apa, kawan?"

Saat ini, di kepala Andrei, dia tidak sedang berbicara dengan Mark, tapi salah satu gadis dapur. Namun, karena dia tidak tahu nama Aishia, dia menyebutnya sebagai "kawan".

 

"Apa sang Saint masih hidup?"

Aishia langsung bertanya.

 

"Ada masalah apa? Kenapa tiba-tiba berkata begitu?"

 

"Aku ingin tahu apakah sang Saint benar-benar hidup."

 

"Mengapa kau ingin tahu hal seperti itu?"

Andrei saat ini sedang diarahkan untuk menjawab pertanyaan Aishia, namun dia tetap menjawab dengan pertanyaannya sendiri daripada menjawab dengan jujur.

Dia mungkin punya alasan kuat untuk tidak menjawabnya. Di saat yang sama, terbukti bahwa Andrei adalah orang yang berkemauan keras.

 

"Karena tidak ada yang melihat sang Saint masih hidup."

 

"Itu tidak benar. Aku pernah melihatnya."

Kata Andrei dengan jelas.

 

"Lalu apa yang dia lakukan sekarang?"

Aishia bertanya dengan tajam.

 

Andrei ragu-ragu sebelum menjawab. 

"Sayangnya aku tidak tahu bagaimana menjawabnya."

 

"Kenapa tidak?"

 

"Dia pergi tanpa memberitahu kami detail perjalanannya."

 

"Dia tidak memberitahu siapa pun ke mana dia pergi?"

 

"Ya. Ini adalah rahasia nasional. Jadi, bahkan jika aku tahu, aku tidak akan memberitahumu."

 

"Begitu ya....." Aishia bersenandung curiga.

Menyebutnya sebagai rahasia nasional membuatnya terdengar seperti menyembunyikan kematian sang Saint itu sendiri.

 

"Apa kau yakin dia tidak benar-benar mati, dan kau hanya menyembunyikan fakta itu dari orang-orang? Jika semua orang tahu jika dia sudah mati, mereka akan marah." Aishia menyuarakan kecurigaannya, mendorong lebih dekat ke inti masalah.

 

"Seperti yang aku katakan, itu tidak benar. Aku mengerti kau merasa tidak nyaman karena tidak dapat melihat Saint Erica-sama, namun dia sedang dalam misi yang sangat penting. Tolong percayalah padaku."

Kata Andrei, meminta.

 

[ Sepertinya dia tidak berbohong....... ]

Informasi itu diperoleh dengan mengendurkan lidahnya melalui ilusi. Aishia juga menghipnotisnya untuk hanya mengatakan yang sebenarnya. Ini artinya, Andrei benar-benar percaya kalau sang Saint masih hidup—atau Sang saint masih benar-benar hidup.

 

Rio dan Aishia yakin jika sang Saint sudah mati karena mereka menyaksikan dirinya menghembuskan napas terakhirnya secara langsung. Itulah mengapa mereka menginginkan bukti pasti bahwa sang Saint masih hidup, tapi.....

 

"Ah...." Aishia tiba-tiba mundur dari Andrei dan kembali ke bentuk rohnya. Melakukan hal itu pasti membatalkan ilusi yang dilemparkan kepada Andrei.

 

"Heh, apa yang sedang aku......?"

Andrei tersandung ke depan dan tersentak kembali ke akal sehatnya. Dia melihat sekeliling dan melihat juru masak, Mark, sedang tertidur di bangku.

 

"Apa ada masalah, Andrei-dono?"

Seorang laki-laki muncul di pintu dapur. Dia adalah laki-laki yang lebih tua yang diminta Mark untuk memanggil Andrei sebelumnya.

 

"Umm......."

Andrei memiringkan kepalanya dengan bingung.

 

"Bukankah kau sedang berbicara dengan seorang gadis di sini?"

 

"Tidak, aku tidak...... aku tidak tahu....."

 

"Kupikir aku mendengar suaramu berbicara dengan seorang gadis, tapi..... Kenapa Mark tertidur di sana?"

Laki-laki itu bertanya, menatap Mark dengan rasa penasaran.

 

"Aku juga tidak tahu.... Apa yang sedang kau lakukan di sini?" Andrei bingung dengan kurangnya ingatannya. Dia mengira laki-laki itu mungkin tahu lebih banyak darinya dan balik menanyainya.

 

"A-Ah, aku hanya....." Laki-laki itu langsung tersenyum canggung. Dia mungkin menguping karena penasaran.

Merasakan hal itu sebagai jawabannya, Andrei menghela napas ringan.

 

"Bagaimanapun, ayo bangunkan Mark."

 

"Y-Ya, tentu. Oi, Mark! Bangun! Untuk apa kau tertidur setelah memanggil Andrei-dono jauh-jauh ke sini!"

Laki-laki itu mulai memarahi Mark secara dramatis.

Sementara itu–

 

[ Apa mungkin ini pekerjaan mata-mata? Sepertinya aku perlu mengendalikan aliran informasi dengan lebih baik..... ]

Andrei menjadi lebih waspada.

 

◇◇◇◇

 

Setelah meninggalkan kediaman resmi, Aishia berangkat dari ibukota Ericaburg..... Dia saat ini berada di luar kota di tempat Rio melawan divine beast itu kemarin. Dia berdiri di tengah tempat pertarungan itu.

 

[ Seorang pengguna spirit art akan menyadari aktifnya spirit art ini. ]

Aishia baru saja mengaktifkan spirit art tertentu.

 

Sepintas, tidak ada yang terjadi, tapi apa yang sebenarnya dia lakukan adalah melepaskan gelombang sinyal di sekitar area yang hanya bisa dirasakan oleh pengguna spirit art. Tujuannya adalah untuk memancing keluar pengguna spirit art yang bersembunyi di Republik Demokrasi Suci Erica—dan melakukan kontak jika memungkinkan.

Rio mengatakan tidak perlu memaksakan diri untuk menemukan mereka, namun Aishia ingin memancing mereka keluar jika dia bisa. Permukaan tanah diterangi oleh cahaya bulan, namun sulit dilihat. Siapa pun yang datang untuk memeriksa sinyal itu akan terlihat oleh Aishia terlebih dahulu.

 

[ Berapa lama mereka akan datang? Apa mereka akan datang? Apa satu jam cukup untuk menunggu? ]

Aishia menatap ke arah ibukota sambil menunggu.

 

Aishia secara alami mendapati dirinya mengingat pemandangan divine beast itu berdiri di mana dia kemarin saat melepaskan serangan kuatnya.

Saat itu, dia bisa salah, namun ketika makhluk itu melihat Aishia, rasanya seperti mengarahkan perasaan negatifnya ke arahnya. Rio tidak menyadarinya, jadi itu hanya imajinasinya, tapi.....

 

"Apa ini hanya kesalahanku.....?"

Apakah hal itu karena dia telah kembali ke lokasi di mana Rio melawan makhluk itu? Untuk beberapa alasan, hal tersebut hanya mengganggunya sekarang. Jika dia benar, dan makhluk itu benar-benar merasakan emosi negatif terhadap Aishia— tapi mengapa?

 

[ Apa aku mengetahui makhluk itu....? Atau apakah makhluk itu mengenalku? ]

Itulah pemikiran yang tiba-tiba muncul di benak Aishia.

 

Aishia tidak memiliki ingatan sebelum dia bangun. Haruto menerimanya untuk itu, tapi rasanya dia melupakan sesuatu yang sangat, sangat penting.

 

Dia ada untuk Haruto. Itulah yang dia yakini.

Tapi ada sesuatu yang lebih penting. Sesuatu yang dia lupakan untuk waktu yang sangat lama......

 

[ Apa ini semacam peringatan? ]

Dia memiliki perasaan yang sangat tidak nyaman sekarang.

 

◇◇◇◇

 

Keesokan paginya, Rio dan Aishia melakukan sparring ringan. Gerakan yang berlebihan harus dihindari segera setelah lukanya sembuh, namun dua hari telah berlalu sejak pertarungan Rio dengan sang Saint.

Dengan demikian, mereka berdua telah memutuskan beberapa pertarungan ringan tanpa senjata. Tentu saja, bagi kebanyakan penonton, hal ini lebih seperti pertarungan berkecepatan tinggi. Dan ada satu penonton yang mengawasi mereka dari pintu masuk rumah batu—yaitu Liselotte.

 

[ Wow..... ]

Liselotte telah melihat mereka berdua bertanding berkali-kali sekarang, tapi dia masih kagum setiap saat. Ditambah lagi, melihat Rio bergerak seperti ini benar-benar membuatnya tampak seperti telah pulih dari lukanya.

 

[ Syukurlah, aku sangat bersyukur..... ]

Liselotte sangat khawatir, bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan jika sesuatu terjadi kepada Rio karena dirinya. Melihatnya bergerak dengan penuh semangat hari ini membuatnya menghela napas lega.

 

Pertukaran serangan bolak-balik Rio dan Aishia berlanjut selama satu menit. Liselotte masih menonton dengan kagum saat keduanya tiba-tiba berhenti.

 

"Baik?" Tanya Aishia.

Sulit untuk mengatakan apa yang dia maksud hanya dengan satu kata, namum Rio tampaknya memahaminya melalui kurangnya kata-kata-katanya dan tersenyum.

 

"Aku merasa jauh lebih baik sekarang. Kita bisa pergi hari ini." Jawabnya.

 

"Ok."

 

"Ini semua berkatmu, Aishia. Terima kasih."

 

"Ya." Jawab Aishia dengan gembira, senyum paling tipis di wajahnya. Fitur wajahnya sangat sempurna, emosinya biasanya tidak terlihat manusiawi, namun ekspresi wajahnya sekarang sangat lembut.

 

[ Dia punya wajah yang begitu cantik..... ]

Liselotte mendapati dirinya terpikat oleh kecantikan Aishia. Dia hampir melupakan dirinya sendiri selama beberapa detik berikutnya, namun sekarang adalah waktu yang tepat untuk mendekati mereka setelah sparring mereka selesai. Liselotte tersadar dan melangkah maju, namun ketika dia melihat betapa intimnya keduanya, dia tidak bisa bergerak.

 

".........."

Sepertinya dia akan mengganggu ruang hanya untuk mereka berdua.

 

Lagi pula, hanya ada sedikit ruang pribadi di antara mereka berdua. Mereka berbicara dalam jarak satu lengan satu sama lain. Aishia adalah orang yang bergerak untuk memperpendek jarak di antara mereka, tapi Rio tidak menunjukkan tanda-tanda akan mundur karena merasa tidak nyaman. Dia berdiri di samping Aishia seolah-olah wajar berada tepat di sampingnya.

 

[ Apa hubungan yang mereka punya, ya? ]

Liselotte telah diberitahu tentang Aishia adalah roh kontrak Rio saat dia diselamatkan, tapi dia tidak bertanya-tanya tentang hubungan resmi seperti itu sekarang. Dia ingin mengetahui detail yang lebih substansial.

 

[ Tapi sepertinya mereka tidaklah berpacaran. Dari apa yang aku dengar dari orang lain, Haruto-sama tidak berkencan dengan siapa pun secara khusus. ]

Ada banyak perempuan menarik di sekitar Rio. Beberapa dari mereka jelas menyukainya sebagai lawan jenis. Namun, tampaknya Rio memiliki pandangan yang agak negatif tentang percintaan dan hanya berinteraksi dengan mereka secara sopan — atau begitulah yang pernah dikatakan Latifa kepadanya. Nyatanya, Latifa telah menawarkan informasi tersebut tanpa diminta.

 

[ Tapi sepertinya Aishia-samalah yang cukup spesial. ]

Itu hanya kesan Liselotte sendiri, tapi sepertinya Rio tidak menerima siapa pun yang berada di dekatnya seperti saat dia bersama Aishia.

Tentu saja, dia secara alami membiarkan Latifa di dekatnya, tapi hal itu sebagai adik perempuannya daripada sebagai lawan jenis.

 

Apa yang membuat Aishia begitu spesial? Sepertinya hal itu bukan sesuatu yang bisa dijelaskan sebagai ikatan atau kepercayaan yang kuat. Hal seperti itu telah terbentuk antara dia dan gadis-gadis lainnya juga.

 

Itulah sebabnya, Liselotte tidak bisa menghilangkan perasaan Aishia yang spesial bagi Rio. Dia diizinkan untuk lebih dekat dengannya daripada gadis-gadis lain — namun apa yang Aishia miliki yang tidak dimiliki gadis-gadis lain?

 

[ Mungkinkah Haruto-sama benar-benar jatuh cinta kepadanya, dan dia sendiri tidak menyadarinya? ]

Rio bukan tipe yang mudah bergaul dengan percintaan, dan dia sepertinya tidak berniat membentuk haremnya sendiri. Sebanyak itu, Liselotte yakin tentang itu. Dia hanya akan mengabdikan dirinya untuk satu orang.

 

Bagaimana jika ada sesuatu yang istimewa tentang Aishia yang bisa dikaitkan dengan perasaan romantis kepada Rio? Bahkan jika dia tidak memiliki perasaan romantis saat ini, ada banyak kemungkinan dia bisa menghubungkan titik-titik itu di masa depan.

 

Akankah Rio jatuh cinta kepada Aishia?

 

[ Apa perasan yang aku rasa ini..... ]

Ketika Liselotte membayangkan hal itu, untuk beberapa alasan, perasaan kabur tiba-tiba menguasai dirinya. Tapi dia tidak tahu apa identitas perasaan itu, yang membuatnya bingung.

 

"Apa anda tidak akan pergi keluar?" Sebuah suara memanggil dari belakangnya.

 

"Aah!" Liselotte berteriak kaget. Dia menoleh ke belakang untuk melihat kepala pelayannya, Aria.

 

"J-Jangan muncul tiba-tiba seperti itu....."

Liselotte mengeluh.

 

"Maafkan aku karena membuatmu kaget. Anda hanya menatap ke luar dengan rasa sangat iri, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak mendorongnya."

 

"A-Aku tidak merasakan iri pada apapun."