Her Crusade – Chapter 10 : 「Untuk Siapa Dia Memulai Perang Ini」

 

"Aaaaaah!" Erica berteriak, mencengkeram kepalanya dalam kegilaan.

 

Semua orang terkejut dengan perubahan mendadak pada dirinya.

 

"Apa yang terjadi?!"

Teriak Gouki, melompat mundur.

 

Tombak tanah naik dari atas, menciptakan lingkaran yang melindungi Erica. Mereka menyebar dengan kecepatan luar biasa, memenuhi radius seratus meter di sekelilingnya. Semuanya, termasuk Gouki, berhasil menghindari serangan itu.

 

"Naiklah." Orphia turun bersama Ariel.

 

"Terima kasih banyak!"

Gouki, Kayoko, dan Aria naik ke punggung Ariel.

Sementara itu, kerumunan yang ditahan Orphia melihat apa yang terjadi di medan pertempuran dan berpencar kembali ke kota.

 

"Apa kalian baik-baik saja?!"

Rio dan Aishia juga turun dari langit.

 

"Ya, semua ada di sini dan baik-baik saja!"

Gouki menjawab dengan kaku.

 

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Rio bertanya, menatap Erica yang berteriak.

 

"Dia tiba-tiba mulai berteriak..... Meskipun dia baik-baik saja setelah kami membunuhnya beberapa kal....."

Bingung, Gouki mengikuti pandangan Rio ke arah Erica.

 

Lalu, hal itu terjadi. Jeritan Erica tiba-tiba berhenti. Dia perlahan mengangkat kepala yang dia pegang dengan tangannya. Tombak tanah yang mengelilingi Erica bergerak dari tanah, melesat ke arah mereka. Masing-masing hanya memiliki kekuatan mantra serangan tingkat rendah, tapi jumlahnya cukup untuk menutupi seluruh langit. Mengontrol banyak tombak tanah bukanlah tugas yang mudah. Itu jelas perbuatan Erica.

 

Rio dan Aishia menurunkan ketinggian mereka untuk melindungi Ariel. Tapi sepertinya sebagian besar tombak tanah itu ditujukan kepada Aishia.

 

"Orphia-san, segera bawa semuanya pergi!"

 

"Baik!" Atas perintah Rio, Orphia langsung naik lebih tinggi ke langit bersama Ariel. Sementara itu.....

 

".........."

Melihat lintasan tombak yang ditujukan kepadanya, Aishia menyimpulkan bahwa Erica dapat dengan bebas mengendalikannya. Dia terbang untuk memancing tombak tanah itu menjauh dari semuanya.

 

"Aishia!"

Rio mengirim esensi sihir ke pedangnya, menebas beberapa tombak. Terlalu banyak yang harus ditebas dalam satu tebasan, jadi dia mengulangi tebasannya lagi dan lagi.

 

"Aku akan bertarung dengan Aishia! Kembalilah ke pangkalan!" Rio berteriak kepada Orphia, secara intuitif merasakan ada yang tidak beres.

 

Orphia melakukan apa yang diperintahkan dan terbang bersama Ariel, meninggalkan Rio dan Aishia di langit. Saint Erica masih di bawah. Dia telah menyaksikan tombak tanah itu terbang tanpa emosi, sampai.....

 

"Heh..... Hehehe....."

 

"Ha! Hahaha!"

Dua tawa berbeda saling tumpang tindih; suara-suara itu berasal dari Erica. Orang yang sama tertawa, namun kedua suara itu berbeda. Yang satu jelas feminin, sedangkan yang lain maskulin. Suara feminin itu tidak diragukan lagi milik Erica, namun suara maskulin itu tidak familiar.

 

[ Apa......?! ]

Rio memotong lebih banyak tombak tanah saat dia melihat ke bawah dengan tak percaya.

 

"............"

Aishia telah mempersiapkan esensi sihirnya sambil memancing tombak tanah itu data ke arahnya. Dia melontarkan beberapa ratus bola cahaya ke sekeliling dirinya, mengirimnya meluncur ke arah Erica di bawah.

 

"Hmph."

Erica mengayunkan tangannya dengan tangan kosong. Semua bola yang dilepaskan Aishia menghilang.

 

"Ap........." Rio tidak bisa berkata-kata.

 

"Haaah!"

Erica segera melompat ke arah Aishia dengan kecepatan luar biasa. Kemampuan fisiknya jauh lebih besar dari apapun yang dilihat Rio darinya sampai sekarang. Dia menutup jarak ke Aishia secara instan.

 

"Aku tidak akan membiarkannya.....!"

Rio menyelipkan tubuhnya di antara mereka.

 

"Minggir!"

Suara laki-laki yang kesal keluar dari mulut Erica. Dia mengayunkan tinjunya untuk menerbangkan Rio. Rio menurunkan pedangnya dengan niat untuk memotong lengannya, tapi dia tidak bisa memotongnya.

 

[ Mustahil..... ]

Pedang Rio dan lengan Erica beradu di udara, tapi Erica memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih besar, dan mengalahkan kekuatan Rio dengan mudah. Rio menggunakan spirit art anginnya untuk mendorong mundur dengan sekuat tenaga.

 

"Mengapa kau mencoba menghalangiku, Raja Naga?!"

Erica berteriak dengan suara laki-laki, memelototi Rio.

 

"Apa yang kau katakan.....?!"

 

"Perempuan itu mengkhianati kita berdua!"

 

"Apa yang kau bicarakan–"

 

[ Apa yang dia bicarakan?! ]

Rio tidak bisa memahaminya. Dia bingung melampaui keyakinan.