"Kita harus membunuh perempuan itu!"
"Aku tidak akan membiarkanmu!" Rio meninggikan suaranya, mati-matian melindungi Aishia.
"Mengapa?!" Erica mengamuk, kekuatannya meningkat secara eksplosif dalam sekejap.
"Guh!"
Rio akhirnya kehilangan kekuatannya dan terlempar ke belakang. Untungnya, mereka ada di udara. Dia menggunakan spirit art anginnya untuk segera melambat, meminimalkan jarak dia dikirim kembali. Dia dengan cepat muncul di samping Aishia sekali lagi.
Aishia mencengkeram kepalanya dan mengerang kesakitan.
"Ugh......"
"A-Aishia?!" Rio memanggilnya dengan panik.
"Bangsad, aku tidak bisa menggunakan kekuatan penuhku saat memiliki yang lain. Dan ingatanku telah terpengaruh oleh itu.....!"
Erica berkata dengan penuh kebencian. Dia juga sepertinya mengalami rasa sakit, saat dia menekan dahinya sambil memelototi Aishia.
Rio mengambil kesempatan itu untuk mengirim tebasan angin ke arahnya.
"Raja Naga. Mengapa kekuatanmu menurun bahkan lebih lemah dari milikku? Apa kau juga merasuki makhluk itu karena mereka?"
Erica mengirim sejumlah besar esensi sihir ke lengannya, menangkap pedang Rio.
"Aku tidak tahu apa yang kamu katakan."
Kata Rio, berkeringat deras. Dia tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi Erica bahkan lebih kuat dari Divine Beast saat ini. Hanya itu yang Rio tahu.
"Apa kau kehilangan lebih banyak ingatan daripada aku? Tidak..... Pasti karena perempuan itu yang tinggal di dalam dirimu? Dan jiwa perempuan itu.... Apa-apaan maksudnya ini?" Erica melihat antara Rio dan Aishia dengan penuh tanya.
"Aku..... Aku....." Aishia tampak sangat kesakitan.
"Apa perempuan itu memiliki dua jiwa? Tidak..... Perempuan ini hanya cangkang kosong. Jiwa yang kurasakan di sana memiliki aura yang jauh lebih kuat."
Erica tiba-tiba melihat ke arah danau. Dia kemudian menatap Rio dengan curiga.
"Raja Naga. Apa kau juga tidak mengkhianatiku.....?"
"Aku bilang aku tidak tahu! Siapa kau ini?! Apa yang terjadi kepada Saint Erica?!" Rio berteriak.
Saat itu, Erica berteriak dengan suara Erica.
"Berhenti! Hentikan! Sapa kau ini?"
Suara Erica berubah menjadi suara laki-laki itu.
"Aku? Aku adalah Saint. Saint Erica. Tidak, aku ini....!"
Erica mulai mengerang kesakitan lagi.
"Ini pertarunganku!"
Dia berteriak dengan suaranya sendiri.
"Jangan menghalangi jalanku!"
Tampaknya ada orang lain dalam diri Erica—seseorang yang lain yang tampaknya seorang laki-laki.
"Tolol. Kau tidak lebih dari sebuah boneka belaka. Ini bukan perangmu."
Kata suara laki-laki itu di dalam Erica kepadanya.
"Tidak!" Erica berteriak putus asa.
"Ini perangku! Tidak ada yang berhak menghentikanku!"
"Kamu tidak masuk akal! Aku..... Aku.....!"
Suara laki-laki di dalam Erica tampak sama bingungnya.
"Kau bukan utusan dari dewa! Tidak ada dewa di dunia ini—mereka semua telah pergi! Satu-satunya orang bodoh yang tidak menerima itu adalah para dewa!"
"Benar, tidak ada dewa di dunia ini! Itu sebabnya aku mencoba menjadi dewa! Aku mau memberikan hukuman ilahi!"
"Kau adalah tiruan dari dewa! Tidak, kau hanyalah sebuah boneka!" Erica dan suara laki-laki itu berdebat keras satu sama lain.
"Sialan..... Aku tidak bisa menjadi diriku sendiri selama itu, namun..... Argh, lupakan saja! Cukup menyebalkan memiliki campur tangan Raja Naga. Kalau begini..."
Laki-laki di dalam Erica sepertinya sedang terburu-buru. Dia menatap ke arah danau.
"Ap......" Dia berakselerasi dengan cepat, meninggalkan mereka semua.
"Tidak! Aishia.....!"
Teriak Rio, hendak mengejar Erica. Tapi dia berhenti saat melihat Aishia meringkuk kesakitan.
"Maaf..... pergilah......" Kata Aishia, mengerang.
"Baiklah.....!" Rio bergerak lebih cepat saat dia terbang mengejar Erica.
◇◇◇◇
Di danau yang terletak lima kilometer dari ibukota wilayah Greille, pasukan yang dipimpin oleh William Lopes baru saja kembali ke pangkalan.
"Sudah beberapa menit sejak Divine Beast itu menghilang......." Kata Francois, menatap ke arah Greille dari atas kapal udara sihir.
Saat itu, salah satu awak kapal datang berlari mendekat.
"Yang Mulia, hampir semua personel telah siap."
"Baiklah....."
Dengan menghilangnya Divine Beast itu, ada kemungkinan pertarungan telah berakhir.
Namun, tanpa mengetahui pemenangnya, mereka hanya bisa mengirim pengintai atau menunggu Rio atau yang lain kembali. Francois ragu apakah dia harus memberikan perintah untuk pergi untuk beberapa saat.
"Beritahu aku kalau semua persiapan telah selesai."
Akhirnya Francois memutuskan. Jika pertarungan itu telah usai, seseorang mungkin masih kembali kepada mereka. Dia ingin menunda keputusannya sampai semua orang setuju.
"Baik, Yang Mulia!"
Anggota kru yang datang untuk membuat laporan dengan cepat pergi. Kemudian–
"Mereka telah kembali! Di sana!"
Teriak Miharu dari geladak, menunjuk Orphia dan Ariel, yang membawa rombongan Gouki.
[ Semuanya baik-baik. Apa itu artinya..... ]
Apa mereka menang? Dia tidak bisa melihat Rio dan Aishia di mana pun. Untuk saat ini, dia harus mendengar apa yang terjadi dari Gouki. Namun, seseorang tiba-tiba muncul, melewati Ariel.
"Apa? Saint Erica.....?!"
Jelas, orang itu adalah Erica yang terbang di udara.
Kedatangannya tiba-tiba membuat semua orang mendongak, kehilangan kata-kata mereka.
"Aku telah menemukanmu, kaki tangan dari pengkhianat. Aku melihatmu juga memiliki jiwa manusia seperti Raja Naga, meskipun aku tidak dapat memahaminya....."
Orang yang tampak seperti Erica memelototi seorang gadis di geladak. Di ujung tatapannya adalah Miharu.
"Heh...?"
Miharu tampak bingung mengapa dia dipelototi.
"Akan mudah membunuhmu sekarang......."
Erica mengulurkan tangan kepada Miharu. Seberkas cahaya destruktif meluas ke arah Miharu. Dia berdiri di samping Celia dan Latifa, yang pasti akan terjebak dalam serangan itu.
Di saat-saat terakhir sebelum serangan itu mengenainya—
"Haaah!"
Rio muncul di hadapan mereka. Dia menuangkan semua esensi sihirnya ke pedangnya untuk membelokkan sinar penghancur itu ke arah lain.
"Mengapa kau ikut campur, Raja Naga?"
Orang di dalam Erica memandang rendah Rio.
"Mengapa kau ingin membunuh mereka?"
Dengan Miharu, Celia, dan Latifa di belakangnya, Rio menatap Erica dengan tatapan dingin yang mematikan.
"Jika aku menjawabnya, sku tidak akan lagi menjadi diriku. Perempuan di sana itu memaksakan batasan itu kepadaku. Untungnya, sepertinya tidak ada iblis di sekitar sini....."
"Batasan? Iblis? Apa yang kau bicarakan.....?"
"Bagaimanapun, sudah tidak ada waktu. Dan juga ini adalah kesalahan perempuan jahat itu." Erica mencoba menembakkan sinar penghancur lainnya ke Miharu.
Namun, menggunakan spirit art terbangnya, Rio menghentikan mantera itu tepat sebelum mantera itu sampai kepadanya. Dia menggunakan tebasan angin untuk melempar Erica dari kapal.
Nyatanya, dia menghantamkan serangan itu padanya—manusia biasa akan hancur oleh kekuatan destruktif dari ayunannya, tapi.....
"............" Erica menangkap pukulan itu dengan ekspresi dingin. Dampaknya hanya membuat punggungnya sedikit terdorong ke belakang.
Karena hal ini......
"Aku akan mengalihkan perhatiannya! Kalian larilah!"
Teriak Rio, memulai serangan sengit kepala Erica.
"Berangkat segera!" Francois segera memerintah.
Tapi tidak peduli berapa banyak mereka bergegas, butuh beberapa menit sebelum mereka bisa berangkat.
"Apakah kau pikir aku akan membiarkanmu kabur?"
Erica berkata dengan dingin, menahan serangan tebasan Rio dengan kedua tangannya. Detik berikutnya, dia menghilang dari hadapannya, bergerak cepat ke samping.
Dia diam-diam memegang tangan kanannya ke arah kapal, bersiap untuk menembakkan ledakan energi yang merusak. Dia sepertinya berniat membidik Miharu di atas kapal. Tapi Rio mempertahankan kecepatannya menggunakan spirit art angin, mengayunkan pedangnya untuk mengganggunya.
"Sepertinya kau masih memiliki kecepatan. Jika begini....." Erica mengerutkan keningnya dengan kesal, menyapu lengannya ke samping dengan kuat.
Detik berikutnya, pedang yang menemani Rio melalui pertarungan yang tak terhitung jumlahnya...
"Ap—"
........hancur berkeping-keping.
"Haah!"
Rio segera melepaskan pegangan pedangnya yang tak berbilah dan mendekati Erica dengan tangan kosong.
Dia menggunakan pukulan dan tendangannya untuk memasukkan spirit art ke dalam dirinya.
"Sungguh menjengkelkan."
Erica mencoba menepisnya, tapi dia melihat melalui gerakannya dan menghindarinya.
Serangan Rio sangat menakutkan; dia jelas melampaui ranah menjadi manusia biasa dalam pertarungan. Mereka yang menyaksikan pertarungan sengit mereka dari bawah terpesona oleh pemandangan itu.
Namun, Erica tidak terpengaruh.
"Kau benar-benar jadi melemah, Raja Naga."
"Ugh! Hhaaah!"
Dengan lemparan bahu satu tangan, Rio melemparkan Erica ke tanah. Dia mempercepat kecepatannya sendiri untuk turun bersamanya, menginjak perutnya saat dia jatuh. Kawah kecil terbentuk di titik tumbukan, tapi....
"Hmph."
Dengan punggungnya ke tanah, Erica mengangkat tangannya dan menembakkan peluru cahaya ke Rio.
Panjangnya hanya sekitar dua puluh sentimeter, tapi terlalu cepat untuk dihindari. Selain itu, peluru itu berisi esensi sihir yang sangat kental.
"Apa?!"
Rio nyaris berhasil mengangkat tangannya dan menciptakan penghalang esensi untuk melindungi dirinya sendiri. Ketika peluru itu mengenainya langsung.....
"Guh...!" Serangan keras itu membuatnya terbang.
Erica menembakkan beberapa peluru tambahan setelah Rio mental, dan mereka semua mengenai sasarannya.
Ledakan itu menelan Rio, menghempaskannya lebih jauh lagi.
"Haruto!"
Beberapa perempuan berteriak kepadanya dari rangkaian serangan yang diterima oleh Rio.
Sementara itu, Erica memalingkan wajahnya dari Rio dan menuju kapal itu, tempat Miharu berada.
Sementara dia dilindungi, Gouki, Kayoko, dan Aria semuanya bergerak, mengayunkan senjata mereka dengan seluruh kekuatan mereka. Tapi dengan anggota tubuhnya yang pucat dan kurus, Erica menangkap semua serangan mereka. Dia kemudian menyapu mereka seperti lalat.
"Wugh....."
Gouki dan yang lainnya di terbangkan dengan mudah.
"............."
Orphia menembakkan hujan panah ke arah Erica.
Beberapa membuat serangan langsung, tapi mereka terpental dari tubuh Erica seolah terbuat dari batu.
"Alma!"
"Oke!"
Sara dan Alma meletakkan tangan mereka di tanah dan mengaktifkan spirit art mereka bersama. Satu sisi menggunakan es sementara sisi lainnya menggunakan tanah untuk mengubur Erica hidup-hidup.
"Mustahil!"
"Spirit art kami...!"
Formasi itu terhalang seolah-olah pengaktifan spirit art mereka telah ditolak.
"Anak-anak dari spesies yang mewarisi berkah dari kami. Apa kalian benar-benar berpikir bahwa permainan anak-anak seperti itu dapat menyegel roh bumi kelas atas dengan mudah?" Kata Erica kepada mereka.
“Roh bumi kelas atas....? Apa yang kau maksud itu...?"
Sara dan yang lainnya tercengang.
"..........."
Erica tidak menjawabnya. Saat itu, pasukan Kerajaan mulai menyerang juga. Tapi Erica tidak memedulikan mereka saat dia mengulurkan tangannya ke arah kapal sekali lagi. Kemudian, Miharu berlari keluar dari kapal.
"Tunggu! Jangan keluar, Miharu-chan!"
Satsuki mengikutinya dengan bingung. Erica mengarahkan tangannya ke Miharu segera setelah dia turun dari kapal.
"Dia pasti mengincarku! Itu sebabnya, aku harus meninggalkan kapal ini! Kamu tidak perlu mengikutiku!"
Miharu berteriak ketika dia mencoba untuk pergi ke suatu tempat tanpa ada orang di sekitarnya, tapi.....
"Tidak mungkin kamu bisa melakukan itu!"
Secara alami, Satsuki menang dalam kemampuan fisiknya. Dia mengejar Miharu dengan cepat, memegang Divine Arms berbentuk tombak yang siap melindungi Miharu.
"............" Erica melepaskan cahaya destruktif tanpa berpikir dua kali.
"Aku tidak akan membiarkanmu! Ugh....!"
Kata Aishia, menyela. Dia berdiri di depan Miharu dan Satsuki, melemparkan penghalang esensi sihir untuk menghalangi serangan dari Erica.
"Ai-chan!"
"Larilah! Laki-laki ini mengincarmu, Miharu!"
Erica jelas seorang perempuan, namun untuk beberapa alasan, Aishia memanggilnya sebutan seorang laki-laki.
Pada saat itu, sakit kepalanya, sepertinya menyerang sekali lagi, saat Aishia meringis kesakitan.
"Bagus. Kalian semua bisa mati bersama."
Cahaya destruktif yang dikeluarkan Erica meluas.
"Ugh...!"
Penghalang yang diciptakan Aishia tidak mampu menahan kekuatannya dan mulai melemah.
"Ai-chan! Jika kamu tidak memiliki esensi sihir yang cukup, ambil punyaku.....!"