Blessing of the Spirits – Extra Story

 

Gadis dengan telinga hewan suka dibelai!

      
Suatu hari, setelah sekitar satu tahun berlalu sejak Rio dan Latifa mulai tinggal di desa ....

        
“Ini perayaan!”

      
“Sudah waktunya untuk perayaan!”


Sara dan Alma sedang minum teh di ruang tamu, ketika tiba-tiba, Latifa datang bersama Vera di belakangnya lalu menghampiri mereka.


“W-Woahh! Ada apa, Latifa? Vera?”


“Latifa memberitahuku tentang itu, Sara Onee-chan! Dia bilang jika Rio mengakui kamu selama pelatihan pagi ini. Itu sebabnya kita harus merayakannya!” Kata Vera.


“Ka-Kalian tidak perlu melakukan itu ....”

 

Sara menggelengkan kepalanya dengan senyum tegang pada desakan adik perempuannya.

        
“Fufufu. Tidak perlu bersikap sok keren!”

        
“Itu benar! Aku tahu kakakku sebenarnya sangat senang jauh di lubuk hatinya!”

        
Baik Latifa dan Vera berkata dengan ekspresi penuh kemenangan.

        
“Setuju, suasana hati Sara sudah baik sejak latihan pagi berakhir. Dia bahkan menyeringai tanpa alasan jelas.” gumam Alma dari tempatnya duduk, di seberang Sara.

        
“A-Aku tidak melakukan itu! Aku tidak menyeringai!”

 

Sara keberatan dengan gugup, rona merah di pipinya.


"Ya ampun. Sara tidak jujur ​​pada dirinya sendiri!”


“Aku sangat setuju.”


“Guh ....”


Sara semakin memerah pada Vera dan Latifa yang menunjukkan kebenaran.

        
“Jadi, kita memutuskan untuk memenuhi salah satu keinginan Sara-oneechan. Katakan apa yang kamu mau!”

 

Vera berdeham dan dengan bangga membusungkan dadanya.

        
“A-Aku tidak butuh sesuatu yang khusus, sungguh.”


“Jangan bilang begitu! Apa yang kamu suka!” Tanya Latifa.

        
“Aku ... Itu bukan sesuatu yang bisa aku jawab langsung di tempat ....”


“Eh? Sungguh? Aku dapat memikirkan banyak hal ingin aku inginkan ...” gumam Latifa.


“Seperti apa?”


“Seperti menyuruh Onii-chan memberiku masakannya, atau meminta Onii-chan meminjamkan pangkuannya untuk berbaring di bawah matahari, atau meminta Onii-chan mengelusku ....”

 

Latifa menghitungnya dengan jari-jarinya saat dia menyebutkannya, satu persatu.


“I-Itu semua ada hubungannya dengan Rio!” Teriak Sara, terkejut.

        
“Fufufu! Tapi ... Aku yakin kamu ingin dia melakukan sesuatu untukmu juga. Aku yakin kamu membayangkannya dalam kepalamu, kan?” Kata Latifa dengan senyum puas.

        
“Ugh ... Tapi ha-hanya sedikit! Mungkin hanya terlintas saja dalam kepalaku ....”

 

Jawab Sara, dengan jujur, tetapi rasa malunya membuatnya merunduk.

        
Saat itulah Orphia kembali dari tugasnya di luar.

 

“Aku pulang! ... Eh? Ada apa, Sara?”

 

Orphia memandang Sara dengan pandangan tertuju ke bawah sambil memiringkan kepalanya.

        
“Salam datang, Orphia.”

        
“Sara-oneechan punya sesuatu yang dia ingin Rio lakukan padanya!”


Latifa dan Vera menjawab dengan satu napas yang tersinkronisasi.


“Oh, benarkah? Sara?” Tanya Orphia, memeriksa Sara dengan cermat.

        
“Ti-Tidak benar! Mereka hanya bertanya padaku apakah ada yang bisa mereka lakukan untukku. Ini tidak seperti aku ingin Rio menyuapiku, atau membiarkanku menggunakan pangkuannya sebagai bantal, atau mengelusku atau apa pu—...?!”

        
Sara mati-matian menyangkal semua orang ketika matanya tertuju pada Rio, yang berdiri di belakang Orphia. Dia membeku di tengah kalimat, seolah waktu telah berhenti.

        
“Umm ... Aku pulang, Sara.” sapa Rio, dengan canggung saat wajah sara hangus karena malu.

        
“Whoa ... Sara, wajahmu merah padamu,” kata Orphia dengan senyum masam.

        
Sara berdiri dengan kakinya yang gemetaran dan berjalan ke sudut ruangan. Dia berjongkok dan membenamkan kepalanya di tangannya.


"Uugh ...."

 

Dia mengerang. Telinga dan ekornya mengibas tentang ini dan itu.


“Aku tidak pernah melihat Sara berperilaku seperti ini sebelumnya.” kata Alma, matanya melebar.

        
“Ya, kan? Apa yang harus kita lakukan?” Tanya Orphia dengan tatapan gelisah.

        
“Kita harus meminta Rio untuk mengelusnya!”

 

Vera menawarkan saran briliannya.

 

“Cara terbaik untuk menghilangkan mood suram adalah dengan mengelus."

        
Mata Rio melebar kaget, sementara tubuh Sara berguncang.

        
“A-Apa yang kau katakan, Vera?!”

 

Sara berdiri dengan tegas, menolak kata-kata senang Vera dengan bingung.

        
“Oh? Kamu tidak ingin Rio mengelusmu, sara-oneechan?”

        
“Uh ... Aku ... Sesuatu yang kekanak-kanakan seperti itu ....”

 

Menatap mata Vera yang murni dan polos membuat Sara kehilangan kata-kata.

        
“Kurasa aku akan memintanya untuk mengelusku sebagai gantinya.”

 

Orphia berdiri, memilih dirinya sendiri.

        
“O-Orphia, itu tidak adil. Kalau begitu, aku juga.”


“Aku juga ingin dielus!”


“Aku juga, tentu saja!”

        
Dengan malu-malu Alma mengumumkan niatnya untuk bergabung dengan penawaran, diikuti oleh Vera dan Latifa yang ikut serta. Gadis-gadis mulai bercanda mendekati Rio. Hanya Sara yang tertinggal, menyaksikan pemandangan mereka bermain dengan tatapan kosong.


Setelah beberapa saat, Sara datang dengan napas ternegah-engah.

 

“A-Aku juga ingin dielus! Lagipula ini perayaanku!”

Teriaknya. Gadis lainnya bertukar ekspresi, geli.

        
“Oke, kamu duluan.”

 

Gadis-Gadis itu berbicara serempak lalu meundur dari Rio sekaligus.

        
“Eh? Ah ....”

 

Dengan tidak ada lagi penghalang antara dirinya dan Rio, mata Sara berkeliaran, mengalihkan pandangannya. Latifa berputar di belakangnya dan dengan lembut mendorongnya dari belakang.

        
“W-Wah, err, umm, ah, Rio ....”

 

Begitu ia berdiri depan Rio, ia mengangkat kepalanya dan menatap Rio sambil berkaca-kaca.

        
“Erm ... Apa ini baik-baik saja?”

 

Rio memberikan senyum tegang dan mengelus kepala Sara.

        
“Te-Terima kasih ... Banyak ....”

 

Sara berterima kasih sambil tersipu. Telinga dan ekornya bergerak gembira.

 

 

Kami ingin pemandian campuran!

        
Latifa datang ke sumber air panas desa bersama Sara dan gadis lainnya.

        
“Mrrghh ....”

        
Mereka berada di ruang ganti, Latifa menggerutu sambil melihat gadis-gadis lain berganti.

        
“Erm, Latifa? Memalukan jika kamu melihatku seperti itu ...” ucap Sara, pipinya memerah.

 

Dia menarik bajunya dengan erat di sekitar tubuhnya.

        
"Apakah ada masalah?"

 

Orphia memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu.

        
“Tidak ... Aku hanya ingin tahu apa laki-laki suka dada yang lebih besar.”

 

Pandangan Latifa tertuju pada Orphia, yang memiliki dada terbesar dari mereka yang hadir.

        
Orphia baru berusia 13 tahun, perkembangan fisiknya telah matang sedikit lebih jauh dibandingkan dengan gadis elf lain seusianya, jika ada, fisiknya lebih pada sisi mungil. Dia mungkin tidak memiliki ruang untuk pertumbuhan yang jauh lebih besar di masa depan.

        
“Ahaha, siapa yang tahu. Aku Elf, jadi aku tidak akan bisa lebih besar lagi dari ini. Sara Werebeast, jadi aku rasa dia punya potensi untuk jadi lebih besar lagi.” Orphia menyeringai dan tersipu.

        
“Ap—kamu mengatakan itu, tapi kamulah yang punya dada terbesar di sini, Orphia? Aku setahun lebih tua!” Balas Sara, kebingungan.

        
“ ... Kalian berdua tidak peka. Latifa juga. Tidak peduli seberapa besar kamu khawatir, kamu tidak akan pernah lebih kecil dariku.” Sebagai Dwarf, Alma cemberut.

        
“La-Latifa masih 11 tahun sekarang. Kalian tidak boleh memikirkan hal-hal seperti itu sampai kalian sedikit lebih dewasa. Itu masih terlalu dini untukmu.” Sara mencaci Latifa, setelah memperhatikan penampilan mencemooh Alma.

        
"Hrmph ..."

 

Latifa menggerutu gelisah.

        
Memiliki orang dalam pikirannya selalu di sisinya membuatnya menjadi pertimbangan yang dibenarkan untuk dimiliki.

        
“Ayolah, buka bajumu supaya kita bisa mandi sekarang.”

        
“Oke!”

        
Atas desakan Sara, Latifa menanggalkan pakaiannya lalu pergi ke bak mandi.

        
“Fiuh, inilah yang disebut kebahagiaan ...”

 

Setelah mencuci tubuhnya, Latifa tenggelam ke dalam air lalu mendesah. Dia duduk di bak mandi dengan lutut dipeluk di dada dan wajah, melihat ke depan dan membiarkan pandangannya berkeliaran tanpa fokus.

        
[ Aku harap Onii-chan akan memperhatikanku lebih banyak di waktu yang kita miliki sebelum dia meninggalkan desa .... ]

        
Pikirannya semua tentang Rio.

        
Baru-baru ini, dia membuat daftar hal-hal yang dia ingin Rio lakukan untuknya dan hal-hal yang ingin dia lakukan untuk Rio di dalam kepalanya setiap hari.

        
"Ehehe."

 

Saat dia membayangkan berbagai hal, Latifa tersenyum bahagia.

        
“Ada apa, Latifa? Tampaknya kamu senang karena suatu hal.” tanya Sara, entah bagaimana dengan ekspresi senang.

        
“Aku hanya berpikir pasti akan lebih menyenangkan jika Onii-chan mandi bersama kita.” jawab Latifa tanpa malu-malu dan dengan senyum riang.

        
“A-A-A-Apa yang kamu katakan?! Tidak mungkin itu akan diizinkan!” Sara memerah sambil berteriak.

        
“Eeeh? Pasti akan sangat menyenangkan semuanya Bisa berkumpul di sumber air panas setidaknya sekali ... tidakkah kamu berpikir begitu?” ucapnya dengan ekspresi tidak senang.

  
“Benar, itu terdengar menyenangkan.”

 

Orphia menyetujuinya dengan nada lembut.


“Kamu juga, Orphia!”

        
“Onii-chan menggunakan sumber air panas yang sama, jadi akan lebih baik jika hanya berkumpul bersama. Apa menurutmu sudah terlambat untuk memintanya bergabung dengan kita sekarang?”


“ ... Setelah kamu menyebutkannya, kamar mandi anak laki-laki ada di sebelah.” gumam Alma mendukung Latifa ketika dia berpikir keras.

        
“Eh? Sungguh? Kalau aku memanggil Onii-chan, dia bisa langsung datang?”

        
“H-Heh! Kalau dia datang beneran gimana?!”


Latifa mengangkat suaranya dengan gembira, tetapi Sara menghentikannya dengan bingung. Orphia dan Alma tertawa geli pada mereka berdua.


[ Aku tidak akan pernah melakukannya. ]

 

Pikir Rio dari kamar mandi sebelah.