Tachi of Wind – Chapter 6 : 「Tachi Of Wind」

 

Sesaat sebelum Pembunuh Hero muncul dari langit, kelompok pengulur waktu udara Arein baru saja mulai mundur dari Kastil ketika sinyal suar terlihat.

 

"Ayo kita lari! Tidak akan ada yang menyelamatkan kalian jika kalian tertangkap!" Teriak Arein, bergegas memberi tahu rekan-rekan kelompoknya.

 

[ Sial......  Kami berkorban begitu banyak, tapi... ]

Mereka dipaksa mundur tanpa berhasil menangkap seorang pun sandera. Dengan tidak ada hasil yang ditunjukkan untuk harga yang mereka bayarkan, mereka talah kekalahan telak.

 

Penyerangan di Kastil Galarc telah dimulai dengan lima puluh orang, namun kurang dari setengah mereka yang dapat melarikan diri. Mereka telah kehilangan lebih dari dua puluh lima rekan mereka yang terampil, bersama dengan semua pedang sihir buatan yang mereka miliki. Hal iti adalah kerugian besar bagi Celestial Lion. Tidak dapat berbuat apa-apa, Arein merengut.

 

[ Jika saja kita setidaknya bisa membawa orang-orang di Mansion itu...... ]

Tidak ada jaminan mereka masih hidup, tapi Arein telah menyaksikan para Ksatria menangkap rekan mereka tepat sebelum mereka mulai mundur.

 

Namun, tidak ada keraguan penculikan iti akan sulit. Serangan kejutan awal mereka berhasil berkat penggunaan monster yang membuat keamanan Kastil berantakan. Reiss juga sempat memberikan bantuan dari udara untuk sementara waktu. Tapi semakin banyak waktu berlalu sejak serangan dimulai, semakin banyak pasukan Kastil Galarc yang dikirim untuk berperang. Bahkan jika mereka menyerang kembali dengan seluruh kelompok mereka, mereka hanya akan dikepung dan dihajar secara sepihak.

 

Faktanya, para Ksatria udara Kerajaan Galarc sedang mengejar mereka saat ini, dari jarak beberapa puluh meter jauhnya.

 

[ Tidak ada pilihan selain meninggalkan mereka..... ]

Arein mengulangi itu untuk meyakinkan dirinya sendiri.

 

Tapi saat itu—

 

"WROOOOOOH!"

Udara di ibukota bergetar.

 

"Astaga! Apa itu!"

Arein tersentak kaget, begitu pula Griffin yang dia tunggangi. Griffinnya itu kehilangan keseimbangan di udara dan goyah.

 

"A....... Apa itu.....?"

Pada saat itu, tentara bayaran yang melarikan diri dan Ksatria udara yang mengejar benar-benar melupakan satu sama lain. Mereka semua terganggu oleh Ksatria undead yang muncul di atas kepala mereka.

 

"Apa monster itu juga milik Reiss-dono? Dia tidak mengatakan apapun tentang monster sebesar itu dalam rapat strategi sebelum penyerangan......."

 

Ksatria undead di langit, Pembunuh Hero, adalah makhluk yang tidak di kenal bagi Arein dan pasukan tentara bayaran juga. Tapi mereka sudah tahu siapa yang mengendalikan monster dalam serangan ini.

 

"Aku tidak mengerti, tapi para pengejar itu talah goyah. Ini adalah kesempatan kita untuk kabur!"

Arein segera pulih dan fokus pada pelarian mereka. Untungnya, tentara yang dikirim oleh Kastil berhenti mengejar mereka, karena takut akan kerusakan lebih lanjut pada Kastil.

 

Dengan demikian, mereka menyelesaikan pelarian mereka dari ibukota beberapa menit kemudian. Mereka turun di mata air di hutan di pinggiran ibukota—tempat yang sama yang telah mereka sepakati untuk berkumpul setelah operasi. Saat mereka turun dari Griffin mereka, kelelahan melanda mereka. Mereka duduk diam dan menghela napas lelah.

 

"Hmm.. Jumlah kelompok kalian banyak berkurang."

Reiss turun di samping mereka, melihat-lihat jumlah mereka dan berkomentar keras.

 

"Reiss-dono....."

 

"Aku sudah tahu kalian tidak bisa mencapai tujuan kalian."

 

"............."

Hal pertama yang terlintas di benak Arein adalah alasan, yang dia telan dengan ekspresi pahit. Yang lainnya, di sekitar mereka memiliki ekspresi yang sama saat mereka memandang dalam diam.

 

"Aku tidak punya niat untuk mengkritik kalian. Kelompokmu, dan kelompok yang bertanggung jawab atas Mansion semuanya bekerja dengan baik. Ada total lima puluh tentara bayaran yang dilengkapi dengan pedang sihir. Dengan semua jumlah ini, dua puluh lima yang dikirim ke Mansion, yang merupakan kekuatan yang cukup besar. Cukup untuk meluncurkan serangan mendadak yang efektif ke Kastil Kerajaan yang mempunyai kekuatan besar. Itu sebabnya, aku pikir ada cukup kekuatan di pihak kita, namun penilaianku salah. Kekuatan orang-orang di Mansion telah mengejutkanku. Sama seperti halnya bala bantuan yang datang itu."

Reiss mengangkat telapak tangannya dan mengangkat bahu seolah mengatakan dia bingung harus berbuat apa.

 

"Karena itu, aku tidak punya pilihan selain mengeluarkan makhluk itu."

Dia melihat ke arah ibukota Kerajaan. Kelompok Gouki sedang melawan Pembunuh Hero di langit.

 

"Jadi makluk itu juga adalah punyamu?"

 

"Ya." Kata Reiss, mengangguk.

 

"..............."

Arein tidak dapat menyuarakan kritik apa pun, namun ekspresinya jelas memprotes mengapa Reiss tidak mengeluarkan monster yang kuat lebih awal jika dia memiliki kartu yang begitu kuat di lengannya sejak awal.

Reiss pasti membaca pertanyaan itu dari wajahnya, saat dia mulai menjelaskan.

 

"Bukan niatku untuk membiarkan makhluk itu bertarung di sini. Aku telah menderita kerugian yang cukup besar dengan mengeluarkannya juga."

Yakni, memberikan Rio informasi kalau Reiss masih hidup.

 

Reiss telah memberitahu Arein dan anak buahnya kalau dia telah memalsukan kematiannya kepada Rio dan Aishia, namun dia tidak menjelaskan bahwa itu dilakukan dengan membuat Aishia mengira dia adalah Pembunuh Hero dan mengira telah mengalahkannya Reiss. Itu sebabnya, dia tidak merinci apa yang hilang darinya dalam situasi ini.

 

"Jadi kenapa kau.....?" Arein bertanya.

 

"Penyerangan kali ini telah mengajariku sesuatu yang penting—bahwa Black Knight itu telah mempunyai banyak orang-orang yang terampil bersamanya. Jika kita tidak bisa mendapatkan sandera, setidaknya kita harus menghilangkan beberapa gangguan itu. Alasan lainnya adalah karena aku ingin meminta bantuan darimu."

 

"Bantuan?"

 

"Pedang sihir yang digunakan Lucci adalah kenang-kenangan penting dari komandanmu. Aku yakin kau ingin mengambilnya juga, benar? Jadi, kita akan mengambil Lucci dan pedangnya sekarang."

Reiss mengungkapkan detail bantuannya.

 

"I-Itu tidak mungkin. Maksudku, aku ingin melakukannya jika aku bisa, namunn kembali sekarang hanya seperti menyerakan diri kami kepada mereka! Bahkan dengan monster itu di udara, mereka akan berjaga-jaga untuk serangan kedua!" Mereka akan langsung menuju kematian mereka, bantah Arein.

 

"Aku tidak meminta untuk menyerang. Ambillah ini......."

Reiss mengeluarkan batu permata yang berkilauan dari saku dadanya.

 

"Ini......"

 

"Kau seharusnya sudah terbiasa dengan menggunakannya, bukan? Batu itu adalah kristal teleportasi sekali pakai. Batu itu akan membawamu tepat di samping Mansion. Dan yang batu yang satunya untuk pelarianmu."

 

"Kapan kau melakukannya.....?"

 

"Lucci didorong ke posisi yang agak tidak menguntungkan, jadi aku menyusup melalui kekacauan dan mengatur koordinat teleportasi sebagai cadangan."

 

"Aku mengerti. Tidak ada yang menyadarinya."

Kata Arein kagum.

 

"Aku sudah memerintahkan makhluk itu untuk fokus bertarung di udara, jadi semua pasukan utama mereka akan diarahkan ke langit sekarang. Mansion itu seharusnya sudah minim penjagaan."

Kata Reiss sambil menyeringai.

 

"Bisakah aku menyelamatkan yang lainnya juga.....?"

 

"Seperti yang kau tahu, jumlah maksimal orang yang bisa di teleportasi dengan kristal teleportasi sekali pakai adalah enam orang. Tidak mungkin untuk membawa semuanya. Selama kau mengingat itu, aku tidak keberatan dengan apa yang kau lakukan. Namun, prioritas tertinggi adalah pedang Lucius dan Lucci. Jika kau membiarkan keserakahan menguasaimu, kristal teleportasi ini hanya akan terbuang sia-sia, dan juga kau akan jatuh ke tangan musuh dan disalahgunakan demi keuntungan mereka. Harap mengerti itu."

Reiss menekankan peringatannya, tidak ingin rencana tersebut gagal.

 

"Aku mengerti....... Aku akan melakukannya. Aku tidak punya alasan untuk tidak melakukannya. Aku akan segera membentuk regu penyerangan."

 

Transilio, Arein menerima kristal teleportasi darinya.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di langit di atas ibukota, Gouki dan yang lainnya terfokus dalam pertarungan sengit dengan Draugul. Gouki, Kayoko, dan Sara bertarung di atas langit sebagai garis depan, mengepung Pembunuh Hero. Monster itu berspesialisasi dalam pertarungan jarak dekat baik kekuatan, kecepatan, dan kemampuannya sebagai pengguna pedang sangat tinggi.

 

"Monster ini memiliki keterampilan tingkat tinggi sebagai pengguna pedang. Penggunaan perisai untuk bertahan juga berada di level atas. Di atas segalanya, dia memiliki tubuh yang kokoh. Menerobos dari depan hampir mustahil. Mungkin lebih baik fokus untuk mengalihkan perhatiannya saja."

Kata Gouki, yang menantang Draugul dari depan.

 

Pembunuh Hero melibatkan mereka dalam pertarungan jarak dekat berskala besar, memanfaatkan pedang dan perisainya dengan baik sambil berpegang pada bentuk pertarungan dasar. Monster itu tampaknya tidak memiliki kemampuan serangan jarak jauh, namun hanya dengan mengayunkan perisainya, dia mampu menciptakan badai dahsyat.

 

"Raaargh!" Ayunan pedangnya juga menciptakan angin kuat setelahnya.

 

"Hah!"

Gouki membuat beberapa lompatan di udara, menghindari area dengan angin kencang itu.

Pada saat itulah Sara bergerak, menyelinap ke sisi Pembunuh Hero.

 

"Haaah!"

Belatinya berada dalam jangkauan pelindung kepada si Pembunuh Hero. Saat berikutnya, kepala monster itu membeku, berubah menjadi balok es raksasa.

Namun.....

 

"Raah......!" 

Namun, Pembunuh Hero tidak goyah. Dia tidak berhenti bergerak. Dia mengangkat lengannya untuk menjauhkan Sara dari wajahnya. Sara melompat secara mendadak dan menjauhkan diri.

Tapi kepala Pembunuh Hero yang membeku sepertinya tidak mengubah bidang pandangnya. Itulah seberapa banyak presisi yang dimasukkan ke dalam ayunan yang dapat melihat Sara.

 

"Mou...... Ada di mata sebenarnya mata monster ini?!"

Kali ini, Sara melompat secara vertikal untuk menghindari serangan tersebut.

Dia mengendarai angin yang diciptakan oleh pedang besar yang lewat di bawahnya dan berputar di udara, ketika dia membuat keluhan itu.

 

"Terima itu!"

Orphia, yang sekarang terbang sendiri, berturut-turut menembakkan panah cahaya tebal. Masing-masing memiliki kekuatan mantra ofensif tingkat menengah, namum mereka semua memiliki efek homing yang berfokus kepada kepala monster yang membeku itu.

 

Namun, monster itu adalah tembok kokoh yang bahkan tidak bergeminh oleh mantra tingkat menengah. Pembunuh Hero memutar tubuhnya yang besar dan mengayunkan perisainya, memotong panah cahaya dalam jangkauan yang luas. Tapi serangan panah bukanlah serangan utamanya.

 

"Magnus Magicae Displodo!"

Berada di punggung Ariel, Celia menembakkan meriam esensi sihir ekstra besar yang telah dia siapkan ke arah kepala monster yang membeku itu. Serangannya itu adalah mantra tingkat lanjut yang sederhana namun kuat yang memiliki kekuatan yang sama dengan semua panah yang baru saja ditembakkan Orphia.

 

Namun, lawannya masih bisa melihat setiap serangan. Monster itu membungkuk tubuh bagian atas untuk dengan mudah menghindari tembakan tersebut.

 

"Sekarang saatnya.....!"

Kayoko menggunakan kodachi yang dia pegang dengan kedua tangannya untuk melepaskan cambuk air, melingkari leher Pembunuh Hero. Dia kemudian menarik mereka dengan sekuat tenaga, menariknya sedikit kehilangan keseimbangan.

 

"Gouki!"

 

"Di atasnya! Hidden Skill, Second Blade, Aura Mico!"

Gouki telah berjalan di belakang musuh dalam sekejap mata, menutup jarak tiga puluh meter untuk menebas punggung Pembunuh Hero.

 

Potongan angin yang diciptakan oleh spirit art rahasianya dipenuhi dengan kekuatan, dan tebasan itu menyebabkan tubuh Pembunuh Hero jatuh ke depan.

Armor di punggungnya sedikit retak, yang tidak luput dari perhatian Gouki.

 

"Aku akan memberikan dukungan!"

Momen di mana Draugul kehilangan keseimbangan adalah peluang terbesar mereka. Orphia segera mulai menembakkan panah cahaya tambahan, kali ini mengenai kepalanya.

 

"Haaaaah!"

Sara juga telah mengirim esensi sihir untuk mengubah belatinya menjadi bilah es sepanjang dua meter, membantingnya ke atas kepalanya dari atas. Kepala Pembunuh Hero tersentak ke bawah.

 

"Kali ini akan berhasil! Magnus Magicae Diplodo!"

Celia telah berputar ke depan untuk langsung mendaratkan tembakan kedua dari meriam esensi ekstra besarnya. Retakan menyebar di seluruh armor saat Draugul terlempar ke belakang dari posisi membungkuk ke depan.

 

"Akhirnya!"

Semuanya bersorak, mengira mereka telah mendaratkan pukulan efektif kepada monster itu.

 

"Raaagh!" Namun, Pembunuh Hero menggunakan momentum knockback untuk mengepakkan sayapnya dan bangkit.

 

"Apa?!" Teriak Gouki, kaget dengan betapa kuatnya dia bergerak. Semuanya menjari tercengang oleh ketahanannya yang di miliki monster itu.

 

"Tapi aku melihat ada retakan di helm dan armornya! Jika kita bisa menyerangnya sekali lagi dengan serangan seperti barusan........!"

Kata Sara penuh harap.

 

"Ide bagus, tapi sepertinya dia mewaspadai kita sekarang!"

Gouki memperingatkan dengan tatapan muram.

 

Sekarang monster itu tahu kalau mereka memiliki serangan yang dapat menembus pertahanannya, Pembunuh Hero terbang dari jarak jauh ke arah mereka.

Kecepatan terbangnya cukup cepat—terlalu cepat untuk mereka kejar kecuali mereka bisa terbang bebas seperti Orphia atau Ariel.

 

"Sulit untuk mendaratkan serangan kita saat dia bergerak secepat itu. Dan dia terlalu berbahaya untuk didekati secara sembarangan......."

 

Panah cahaya Orphia dihindari dengan mudah.

 

"H-Helm dan armornya....... Perlahan kembali seperti semula!" Sara berteriak kaget.

 

Orphia mengangguk gugup.

"Ya kamu benar."

 

Seperti yang Sara katakan, peralatan pada Pembunuh Hero dengan cepat memperbaiki dirinya sendiri di depan matanya. Namun hal itu tidak instan, tapi terjadi cukup cepat sehingga dapat diperbaiki sepenuhnya dalam waktu kurang dari satu menit.

 

Mereka mungkin harus merusak tubuh kerangkanya untuk mengalahkannya, tapi sekarang mereka harus mulai dari meretakkan armor dan helm yang kokoh dari awal lagi. Selain itu, monster itu terus-menerus menjaga jarak dari mereka, mengulur waktu untuk memperbaiki armornya.

 

"Monster yang besar, kokoh, cepat dan dapat beregenerasi? Itu tidak adil....."

 

Apa yang bisa mereka lakukan? Keputusasaan dan kepanikan memenuhi ekspresi Celia. Wajar baginya untuk merasa seperti itu — tidak ada yang menyadarinya, namun banyak hero telah gugur karena monster ini dalam Perang Suci.

 

"Monster ini lebih menyusahkan daripada yang kubayangkan......" Kata Kayoko, menatap Pembunuh Hero yang terbang di udara dengan kekuatan besar.

 

"RAAAAAAH!"

 

Pembunuh Hero mengubah lintasan dan menyerbu ke arah Celia. Helm dan armornya telah sepenuhnya kembali normal, dan dia dipersenjatai dengan perisainya yang jauh lebih kuat daripada armornya.

 

"Ngh!"

 

Gouki, Kayoko, Sara, Orphia, dan Celia di punggung Ariel, semuanya berpencar ke arah yang berbeda.

Pembunuh Hero fokus kepada Gouki, mengejarnya tanpa melihat yang lain.

 

Tidak ada manusia yang bisa selamat dari tekel oleh makhluk sebesar itu, baik tubuh yang ditingkatkan secara fisik atau tidak.

 

"Astaga! Ini cukup sulit!"

Gouki menunggu sampai saat terakhir sebelum berhasil menghindari serangan itu. Dia memperhatikan punggungnya yang mundur dengan tatapan muram.

 

"Semuanya, mari kita semua bergabung dengan Ariel untuk saat ini! Situasinya hanya akan bertambah buruk jika terus seperti ini! Simpan esensi dan stamina kalian!"

Orphia berteriak kepada Gouki, Kayoko, dan Sara.

 

"Ariel, bawa semuanya!"

Ariel bergerak ke arah Kayoko, Sara, lalu Gouki, untuk mengambil mereka dalam urutan itu. Akhirnya, Orphia naik ke punggungnya.

 

"Musuh memiliki kerangka besar di atas semua kecepatan itu. Mungkin sulit untuk menyerangnya dari segala arah seperti sebelumnya....."

Gouki menatap Pembunuh Hero yang sedang berputar.

 

"Kurasa dia tidak akan terbang begitu saja, kan...?"

Celia bergumam dengan tatapan putus asa.

 

"Lagipula, dia jelas mengincar kita. Untungnya, dia tidak menunjukkan tanda-tanda turun ke permukaan tanah, namun tidak ada jaminan hal itu akan berlanjut selamanya. Kita harus mengalahkannya secepat mungkin, tapi dia musuh yang cukup tangguh. Ini sangat buruk." Berbeda dengan kata-katanya, Gouki tersenyum senang di wajahnya, memperhatikan Pembunuh Hero.

 

"Kamu nampaknya terlihat sangat senang......"

Sara bergumam sambil menghela napasnya.

 

"Dia hanya gila bertarung, jadi jangan pikirkan dia. Dia akan muali dengan rencana konyol cepat atau lambat, jadi beri dia sedikit waktu."

Kayoko meyakinkan yang lain, benar-benar terbiasa dengan perilakunya. Pada saat yang sama, Kayoko menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada strategi yang dibuat Gouki.

 

[ Hmm. Tubuhnya ditutupi armor besi yang kokoh, dan dia terus-menerus mengangkat perisainya. Untuk mengalahkannya, kami harus menghancurkan itu dan menghancurkan tubuh kerangkanya, tapi sejauh ini kami belum bisa menggores perisainya.

Helm dan armornya tampak mudah rusak, namun bisa kembali seperti semula seiring waktu. Yang artinya, kami harus memberikan lebih banyak kerusakan dari sebelumnya, melebihi kecepatan perbaikan helm dan armor besi itu, lalu menghancurkan tubuhnya..... Tapi dia terbang sangat cepat, itu akan menjadi tantangan yang sangat sulit. ]

 

Kenyataannya, strategi untuk mengalahkan Pembunuh Hero sangatlah sederhana. Apa yang sebelumnya dilakukan Aishia adalah mendekati Pembunuh Hero dengan kecepatan yang lebih cepat daripada yang bisa monster itu lakukan, lalu gunakan satu serangan berat untuk menghancurkan segalanya sebelum dia bisa melakukan regenerasi.

 

Tapi hal senderhana itulah yang paling sulit.

 

[ Jika aku menggunakan spirit art rahasiaku berturut-turut, aku seharusnya bisa melakukan kerusakan yang cukup untuk menghancurkan armor besi dan tubuhnya itu. Karena hal itu, gerakannya seharusnya berhenti. Hmm....... ]

 

Masalahnya adalah bagaimana menghentikan gerakan gesit dari monster semacam itu sehingga secret art bisa mencapai target mereka. Gouki mempertimbangkan kemungkinannya.

 

[ Timming yang pas untuk menyerangnya adalah saat monster itu menyerang kami..... Tapi monster itu sangat percaya diri dalam menggunakan perisainya untuk mempertahankan bagian depannya.

Dia akan mengabaikan serangan dangkal apa pun untuk menyerang langsung ke arah kami. Tunggu, tidak. Aku mengerti. Dia menyerang ke depan ketika...... ]

 

Pada saat itulah Gouki mendapat sebuah ide.

 

"Aku punya ide." Usulnya sambil menyeringai.

 

◇◇◇◇

 

Miharu dan yang lainnya yang berada di permukaan menyaksikan pertarungan yang terjadi dari depan Mansion. Mereka dilindungi oleh Hel dan Ifritah, yang memasang penghalang dua lapis di sekitar mereka.

 

Pembunuh Hero tidak menunjukkan tanda-tanda ingin turun ke bawah, jadi kelompok itu tampaknya aman di dalam penghalang. Komandan Ksatria Charlotte, Louise, melihat sekelilingnya dan mencapai kesimpulan yang sama.

 

"Charlotte-sama, aku yakin sekarang adalah saat yang tepat untuk menahan tentara bayaran yang tergeletak di sekitar." Saran Louise.

 

Pembunuh Hero muncul tak lama setelah tentara bayaran dikalahkan, jadi masih ada beberapa dari mereka tergeletak di sekitar tanpa di tahan. Mereka bahkan belum selesai mengambil pedang sihir yang dimiliki tentara bayaran. Sementara beberapa tentara bayaran telah menerima luka fatal, ada yang hanya pingsan. Jika mereka sadar kembali dan mulai menyerang lagi, segalanya bisa menjadi tidak pasti.

 

"Ya. Bisakah kamu mengatasinya sendiri?"

Tapi saat Charlotte mengangguk setuju, sekitar selusin Ksatria Kastil mendekati Mansion.

 

"Charlotte-sama!"

 

"Mereka akhirnya tiba." Charlotte bergumam lemah, memperhatikan para Ksatria yang mendekat.

 

"Mereka ini....."

Para Ksatria yang datang berlari ke arah mereka melihat sekeliling dan terdiam. Hasil dari pertarungan sengit menyebar di sekitar mereka — tentara bayaran yang tidak sadar tergeletak di tanah yang sunyi, permata sihir yang tertinggal dari Revenant, dan kawah yang disebabkan oleh serangan Orphia.

 

Di tengah tontonan bencana adalah kelompok Charlotte, dilindungi oleh penghalang cahaya. Dua binatang besar yaitu Hel dan Ifritah berdiri di samping mereka, jadi wajar saja jika mereka tidak bisa berkata apa-apa melihat pemandangan seperti itu.

 

"Waktu yang pas. Bekerja samalah dengan mereka. Satsuki-sama dan Latifa-sama akan melindungi kami, begitu juga yang dua di sana." 

Charlotte menatap Hel dan Ifritah untuk memastikan kalau mereka bukan lawan, lalu memberi perintah pada Louise. Louise segera menjawab dengan persetujuan.

 

"Halo, Ifritah. Bisakah kamu membuat lubang di penghalang agar para Ksatria pergi?"

Miharu bertanya kepada dua roh kelas menengah.

 

"Gruuuh!"

Kata-katanya sepertinya telah mencapai mereka, karena sebuah lubang yang cukup besar untuk menampung dua atau tiga orang terbuka di depan penghalang.

 

"Kalau begitu, aku akan pergi......"

Louise menatap Hel dan Ifritah dengan rasa penasaran sebelum keluar dari penghalang. Dia kemudian pergi dengan para Ksatria untuk menahan tentara bayaran dan mempersiapkan mereka untuk dikirim ke ruang bawah tanah Kastil. Tidak ada yang memperhatikan sekelompok orang yang mengawasi mereka dari bayang-bayang di dekatnya.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di langit......

 

"Aku punya ide." Gouki memulai.

 

"Wow, Sepertinya kamu memang benar, Kayoko-san."

 

"Ya."

Sara dan Orphia berkomentar dengan kagum.

 

"Jadi apa rencananya, Gouki-san?"

Tanya Celia penuh harap. Dia tampaknya menemukan kepribadian Gouki yang tak tergoyahkan sangat dapat diandalkan dalam situasi seperti ini, karena dia memiliki pola pikir untuk mengeluarkan tawa kecil.

 

"Untuk hal itu. Apa kamu memiliki mantra serangan yang akan efektif melawannya, Celia-dono?"

Tanya Gouki.

 

"Jika kamu memiliki mantra yang kuat, aku ingin kamu mengarahkannya ke monster itu dan melemahkannya..."

 

Ada satu mantra yang muncul di benak Celia. 

"Tentu. Mantra itu lebih kuat dari sihir tembakan meriam yang kugunakan sebelumnya, dan mantra itu adalah mantra terkuat yang aku punya. Tapi aku hanya punya cukup esensi untuk melakukannya sekali. Apa aku bisa menyerangnya saat dia bergerak seperti itu....."

 

Celia tidak percaya diri.

 

"Kamu hanya perlu menyerangnya sekali. Selama kita bisa memastikan kalau satu mantra berhasil, itu tidak akan menjadi masalah."

 

"O-Ok. Tapi bagaimana kita bisa memastikannya....?"

Lawan yang mereka hadapi bukanlah monster biasa, namun Celia mengangguk lebih dulu dan menunggu jawaban dari Gouki.

 

"Jika hanya untuk sesaat, maka aku memiliki cara untuk bergerak cukup cepat yang bisa menyamai kecepatannya. Aku pertama-tama akan mengarahkan serangan langsung ke depannya, mengurangi kecepatannya. Itu seharusnya membuatnya lebih mudah untuk terkena sihirmu. Jika kamu menggunakan kesempatan itu untuk menyerangnya, kamu bisa mengulur waktu untuk kami."

 

"Aku mengerti....."

 

"Sara-dono, Orphia-dono, dan kerja sama Kayoko juga penting. Sara-dono, Orphia-dono, apa kalian dapat membuat cambuk air seperti milik Kayoko untuk menahannya?"

 

"Mungkin akan sulit jika monster itu bergerak terlalu cepat. Aku tidak terlalu yakin dengan itu. Jika kita bertiga melepaskan cambuk pada saat yang sama, kita mungkin bisa menahannya, tapi kurasa tidak perlu lama baginya untuk membebaskan diri dengan kekuatannya......"

Sara dan Orphia bertukar ekspresi ketidakpastian.

 

"Kalian akan menahannya setelah Celia-dono merapalkan sihirnya, jadi gerakannya seharunya sedikit diperlambat. Jika kalian bertiga bisa menggunakan celah itu untuk menahannya untuk mencegahnya terbang menjauh, itu sudah cukup."

 

"Ok, itu seharusnya bisa diatur."

Kata Sara, mengangguk dengan lebih percaya diri.

 

"Kemudian, langkah selanjutnya adalah melewatinya dan membuatnya menghadap ke arah yang berbeda.  Orphia-dono, bisakah kamu meminta Ariel untuk menyesuaikan jalur penerbangannya?"

 

"Aku bisa. Ariel."

Panggil Orphia. Ariel mulai berputar.

 

"Baiklah, aku akan menjadi garda depan, jadi aku mengandalkan kalian semua untuk mengaktifkan teknik kalian di saat yang tepat."

 

"Baik!"

Mereka tidak punya niat untuk kalah. Mereka tidak akan naik ke langit lagi jika mereka melakukannya. Itu sebabnya semua kelompok mengangguk dengan tegas pada instruksi Gouki.

 

Dengan demikian, kelima orang itu melanjutkan pertarungan mereka dengan Pembunuh Hero.

 

"Aku akan menyiapkan mantranya. Tunggu sebentar."

 

Pertama, Celia memulai persiapannya untuk merapal mantra untuk rencana mereka. Keluarga Claire memiliki mantra serangan rahasia yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mantra rahasia ini adalah sihir yang akan digunakan Celia.

Dalam hal sihir modern, mantra itu akan dikategorikan dalam tingkat tertinggi. Mantra itu adalah mantra super yang hanya bisa digunakan oleh garis keturunan Keluarga Claire dengan bakat sihir yang luar biasa.

 

"Aperio: Caelestis Magicus."

Gumam Celia, menciptakan lingkaran sihir yang melilitnya.

 

"Verifico : Celia Claire." Lingkaran sihir yang melingkari tubuhnya bersinar lebih terang.

 

"Salvatio Initium."

Lingkaran sihir mengembun di sekitar lengan kanannya.

 

"Impetus....."

Celia kemudian mengucapkan mantra tambahan untuk memberikan esensi sihir yang diperlukan untuk aktivasi.

 

Sebagai catatan, semua esensi sihir dalam dirinya mulai berkumpul di lengan kanannya. Esensi sihir biasanya tidak dapat dilihat oleh siapa pun yang tidak bisa merapalkan spirit art, namun esensi sihir telah memadat begitu banyak, energi destruktif tampak mengalir dari lengannya sebelum diaktifkan.

 

Mata Gouki melebar saat melihat lengan kanan Celia.

"Sepertinya itu mantra luar biasa yang sedang kamu persiapkan." Komentarnya

 

Celia mengangguk dengan ekspresi tegang.

"Aku percaya aku bisa memenuhi harapan kalian semua—selama itu berhasil."

 

"Hebat......." Gumam Orphia, menatap lengan Celia.

 

"Ya..... Aku tidak ingin menangani esensi sedekat ini untuk di luncurkan. Nyatanya, aku tidak bisa."

Sara setuju, dahinya berkeringat dingin.

 

"Butuh semua yang aku miliki untuk mengendalikan esensi. Setiap tugas lainnya dipercayakan kepada formula mantra itu sendiri....."

Yang Celia lakukan saat ini hanyalah mengendalikan esensi sihir. Sebagian besar tugas lain yang diperlukan untuk mengaktifkan sihir diserahkan kepada formula mantra sehingga semua kemampuan pemrosesannya dapat fokus pada kontrol esensi.

Seorang pengguna spirit art harus melakukan semua tugas itu sendiri, jadi mempercayakan hal semacam itu kepada formula mantra adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan dengan sihir.

 

Jadi, setelah beberapa detik yang panjang.....

 

"Mora...... Aku sudah selesai bersiap. Yang tersisa hanyalah melafalkan mantra dan sihir akan aktif. Kapan pun kalian siap." Kata Celia, setelah menyelesaikan persiapannya untuk mengaktifkan sihir.

 

"Terima kasih. Melihat mantramu telah membantuku memfokuskan kembali pikiranku."

Kata Gouki kepada Celia, lalu melirik Orphia.

 

"Sekarang, jika mau melakukannya, Orphia-dono."

 

"Kita hanya perlu menyerang langsung padanya, kan?"

 

"Ya! Tolong lakukan!"

 

"Ok. Ariel!”

 

"Kreeeh!"

Atas sinyal Orphia, Ariel mengubah arahnya. Sampai sekarang, dia telah terbang berputar-putar di sekitar Pembunuh Hero untuk menjaga jarak, tapi sekarang mundur untuk melakukan pendekatan langsung.

 

Sepuluh detik kemudian, Ariel menatap Pembunuh Hero dari jarak seratus meter.

 

"Wruuuh!"

Pembunuh Hero sepertinya telah merasakan serbuan Ariel. Dengan keyakinan penuh atas pertahanannya sendiri, dia mengangkat perisainya dan melaju ke arah mereka seolah menerima tantangan mereka. Pada titik ini, hanya tersisa beberapa puluh meter di antara mereka.

 

"Kreeeh!"

Sementara itu, Ariel biasanya dikelilingi oleh penghalang angin agar penumpangnya tidak merasakan dorongan angin selama penerbangan. Dalam kondisi seperti itu, Gouki mampu berdiri dan menarik katananya.

 

"Sekarang, ini dia!"

Kata Gouki dengan lompatan ringan. Angin kencang bertiup lembut di punggungnya — dan saat berikutnya, Gouki melaju kencang melintasi langit, meninggalkan Ariel di belakangnya.

 

"Sangat cepat!" Sara terkejut.

 

"Apa itu teknik Haruto-san untuk bergerak dengan kecepatan tinggi?" Orphia bertanya, menebak teori di balik gerakan kecepatan tingginya dengan mata melebar. Gerakan berkecepatan tinggi dengan spirit art angin adalah spesialisasi Rio.

 

[ Akselerasiku tidak sehebat Rio-dono, meski begitu. Yang bisa aku lakukan hanyalah maju dalam garis lurus, terima kasih kepada Dominic-dono yang menempa Kamaitachi ini untukku! ]

 

Itu benar—dengan perlengkanpannya yaitu pedang kesayangannya, Kamaitachi, Gouki bisa mendapatkan teknik untuk bergerak cepat dalam sekali jalan.

Tekniknya masih kasar dibandingkan Rio, tapi dia masih bisa menirunya. Mungkin itu karena dia jatuh cinta pada pandangan pertama dengan teknik itu setelah Rio menggunakannya untuk melawannya, dan terus membayangkan dirinya menggunakannya sejak saat itu.

Atau mungkin itu adalah hasil dari semua kesetiaannya terhadap Rio.

 

"Hidden Skill, First Blade, Aura Vulnus!"

Gouki sudah berada dalam jarak belasan meter dari Pembunuh Hero, mengirimkan serangan tebasan angin secara diagonal ke atas ke kanan. Keperkasaannya jauh melampaui apa yang dia tunjukkan kepada Rio di Kerajaan Karasuki.

 

"AAAAARH!"

Sosok besar Pembunuh Hero yang dilindungi oleh perisainya melambat secara dramatis. Serangan itu masih belum cukup untuk merusaknya.

 

"Hidden Skill, Second Blade, Aura Mico!"

Pada saat itu, Gouki memutar katananya dan melangkah lebih dekat ke Ksatria undead itu.

Dia menyerang lawannya yang melambat dan mengarahkan serangan lain ke perisai, kali ini membuat kontak langsung dengan permukaan. Pembunuh Hero semakin melambat.

 

"Bobot ini benar-benar perjuangan untuk mengalahkan! Aku bahkan tidak bisa memecahkan perisainya..... Tapi dia melambat cukup banyak. Sekarang, Celia-dono!"

Gouki berteriak kepada Celia di belakangnya. Ariel terbang ke depan, mendekati Pembunuh Hero. Saat melewatinya, Celia mengayunkan lengan kanannya dengan lingkaran sihir di sekelilingnya seperti pedang.

 

"Durandal!"