Tachi of Wind – Chapter 3 : 「Celestial Lion」

 

Celestial Lion. Kelompok tentara bayaran veteran yang pernah dipimpin oleh mendiang Lucius Orgueil.

Saat ini, lima puluh tentara bayaran yang mengenakan seragam kelompok mereka sedang terbang menuju Kastil Galarc. Mereka turun dengan cepat hingga mencapai ketinggian dua ratus meter, di mana mereka mulai menembakkan peluru cahaya ke bawah.

 

Setiap peluru cahaya berdiameter beberapa sentimeter. Peluru itu sebenarnya adalah peluru energi sihir, tapi mereka bisa dibandingkan dengan bola keras yang beratnya hanya di bawah satu kilogram yang ditembakkan dengan kecepatan tiga ratus kilometer per jam. Serangan seperti itu ditembakkan dengan cepat oleh lima puluh orang sekaligus.

Peluru cahaya menjadi hujan bola cahaya berkecepatan tinggi, mendekati tanah dalam sekejap. Sasaran mereka adalah Sara di atap, Celia dan yang lainnya di sekitar Mansion, dan dua peleton Ksatria udara yang dikirim Francois. Mereka dibagi menjadi kelompok-kelompok yang proporsional dengan jumlah target.

 

"Haaah!"

Sara dan Alma sama-sama menciptakan penghalang besar esensi sihir, menghalangi peluru cahaya itu untuk mencapai mereka. Sara fokus untuk meminimalkan kerusakan pada Mansion, sementara Alma melindungi orang di sekitarnya. Pertahanan mereka bekerja dengan sukses, namun para Ksatria udara tidak berdaya melawan serangan dari atas.

 

"Gah?!"

 

"Gwargh!"

Para Ksatria dan Griffin menjerit kesakitan saat mereka terkena serangan itu.

 

Para Ksatria yang terkena pukulan telak hingga kehilangan kesadaran, Griffin mereka berubah menjadi liar karena rasa sakit. Sementara mereka memiliki tambatan pengaman, mereka mulai jatuh dari pelana mereka satu per satu. Pada saat serangan berhenti, tidak ada yang penerbang yang tersisa. Hal itu adalah kekacauan.

 

"Ngh......"

 

Sara dan Alma tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya melihatnya. Serangan itu tak henti-hentinya, membuat mereka tidak punya pilihan selain fokus mempertahankan penghalang mereka.

Selama waktu itu, para penyerang datang dalam jarak pendaratan dari tanah.

 

[ Cih, semua target prioritas tidak terluka. Reiss-dono mengatakan ada kemungkinan besar mereka akan memblokir serangan pertama, tapi setidaknya salah satu dari kami bisa turun dan membuat segalanya lebih mudah.... ]

Salah satu tentara bayaran dari Celestial Lion, Arein, mendecakkan lidahnya dengan kesal. Tapi dia segera mengganti lintasannya.

 

"Ikuti rencananya! Lucci, pasukanmu keluar! Ven, pasukanmu menuju ke dalam Mansion! Pasukanku akan menjadi unit komando. Kiya akan menghentikan Ksatria Kastil mendekat dengan berjalan kaki. Bergerak!"

Arein memerintahkan rekan-rekannya di sekelilingnya.

 

"Ok!"

Para tentara bayaran bergerak dengan cepat. Tiga puluh dari mereka melanjutkan serangan dari atas dengan Arein, sementara yang lainnya terbagi menjadi dua kelompok untuk turun ke tanah. Sebelas tentara bayaran dan Lucci mendarat di dekat dinding tanah yang telah dipasang Celia sebelumnya, sementara Ven dan tujuh lainnya mengepung pintu depan Mansion.

 

"Ngh, musuh masuk ke dalam.....!"

Jumlah penyerang yang menembakkan peluru dari atas telah berkurang, tapi serangan sengit masih berlanjut. Sara tidak punya pilihan selain terus mempertahankan pelindungnya.

 

[ Mereka benar-benar mengabaikanku.... Apa mereka mengincar para Putri?! Ini buruk! ]

Sara menebak tujuan tentara bayaran itu dan memanggil yang lain di bawah.

 

"Aku akan mendukung yang lain di dalam! Jaga bagian luar!"

 

"Pergilah, Sara!"

Celia segera menjawab. Hujan peluru cahaya itu mencoba menghentikan langkah Sara. Namun.....

 

[ Dengan kekuatan mereka yang terpencar, fokus mereka padaku telah berkurang. Jika seperti ini....! ]

Sambil mempertahankan pelindungnya tetap stabil. Sara memanggil beberapa tombak es di sekelilingnya.

Kemudian, dia menembakkannya ke samping, mengirimnya ke langit dengan melengkung. Dia mengendalikan lintasan mereka dengan spirit art, mengincar tentara bayaran yang menyerangnya.

 

"Cih."

Tentara bayaran yang menjadi sasaran berpencar di udara, menghindari tombak es itu. Dengan melakukan itu, serangan mereka terhadap Sara terhenti.

 

"Sekarang!"

Sara melihat celah sempit itu dan menggunakan kesempatan itu untuk melompat ke lantai dasar, bergegas masuk ke Mansion melalui jendela.

 

◇◇◇◇

 

Saat Sara kembali ke Mansion, tentara bayaran di bawah komando Lucci mencapai permukaan.

 

"Guh, mereka ada di sisi lain dinding tanahku.....!"

Celia menangis frustrasi.

 

Momen pendaratan adalah kesempatan besar untuk melakukan serangan balik, namun mereka telah mendarat di luar garis pandangnya untuk menghindari sihirnya. Pengetahuan mereka tentang bagaimana menangani medan dalam pertempuran, strategi penyergapan yang direncanakan dengan hati-hati — jelas mereka adalah musuh yang jauh lebih tangguh daripada para Revenant yang telah menyerang sebelumnya.

 

"Quattuor Magi: Magicae Displodo."

Celia memusatkan pandangannya kepada dua dinding yang telah dia buat dan melafalkan mantra serangan. Magicae Displodo adalah mantra yang menembakkan meriam sihir yang kuat, membuatnya sangat mematikan. Kemungkinan adanya korban jiwa melintas di benak Celia.

 

[ ......Ini bukan waktunya untuk menahan diri! ]

Jika dia ragu-ragu di sini, seseorang di antara mereka pasti akan mati. Dia memanipulasi sihirnya secepat mungkin, menghabiskan tiga detik untuk membuat empat lingkaran sihir di depannya. Namun, dia tidak segera menembakkan mereka.

 

"Potensia Incantatio! Superfundo!" Celia berteriak.

Cahaya dari lingkaran sihir meningkat dalam luminositas. Beberapa saat berikutnya, empat semburan cahaya yang kuat ditembakkan dari lingkaran seperti bola meriam.

 

Tentu saja, serangan itu ditujukan pada dua dinding tanah raksasa yang dibuat Celia. Ujung meriam cahaya itu bertabrakan dengan ledakan keras. Dengan mengendalikan lintasan mantra, dia memastikan untuk menghancurkan dinding secara menyeluruh.

Kenyataannya, musuh di sisi lain tembok terkubur hidup-hidup oleh puing-puing.

 

"Ooh!" Para Ksatria bersorak.

 

Tapi....... Boom. Puing-puing yang jatuh terhempas dengan kekuatan besar.

 

"Ap...Apa?!"

Semburan kegelapan datang dari sisi lain tembok, menelan keempat meriam sihir Celia dalam badai dahsyat.

 

"Guh.......!"

Semua orang terhempas karena gelombang kejut—kecuali Alma. Dia memindahkan penghalang yang dia tempatkan di atas kepala mereka ke depannya, menghalangi efek ledakan yang sangat kencang itu.

Puing-puing yang beterbangan bertabrakan dengan dinding, hancur karena tumbukan.

 

Hembusan angin kencang karena ledakan itu akhirnya berhenti, meninggalkan awan debu yang menghalangi pandangan mereka. Tentara bayaran juga tidak akan bisa melihat mereka.

 

"Ha! Ha! Haha!"

Dari sisi lain di mana tembok itu berdiri adalah seorang laki-laki yang tertawa terbahak-bahak. Laki-laki itu adalah laki-laki badannya lebih besar dari semua anggota kelompok itu, Lucci.

 

"Astaga, pedang ini luar biasa! Kenang-kenangan dari komandan memang hebat!"

Lucci menatap pedang hitam di tangannya dengan seringai, tatapan gila terlihat dari matanya.

 

"Ngh..... Alma, aku akan mengendalikan musuh dan membuka garis pandang kita. Turunkan penghalang ke depan."

 

"Ok!"

 

"Vortex." Celia menggunakan mantra baru untuk menghapus awan debu yang menghalangi penglihatan mereka dan mengendalikan musuh. Angin puyuh yang berputar-putar dilepaskan dari mantra sihir, menerbangkan awan debu sambil bergerak maju. Namun–

 

"Coba saja kalau bisa!"

Gelombang kejut kegelapan lainnya menghempas mereka dengan keras. Lucci telah mengayunkan pedang di tangannya, memotong sihir angin puyuh yang digunakan Celia.

 

Di saat yang sama, penglihatan mereka dengan cepat menjadi jelas. Semua puing telah mendarat saat itu, sehingga kedua belah pihak akhirnya bisa melihat satu sama lain dengan baik. Sisi Celia bertemu dengan pemandangan dua belas tentara bayaran berseragam tempur hitam.

 

"S-Siapa mereka ini...?" Celia gemetar gelisah.

 

"Semuanya, tarik pedangmu! Tingkatkan kemampuan fisik kalian!" Louise menghunus pedangnya dan segera mengambil sikap siap tempur. Dia melafalkan mantra untuk meningkatkan kemampuan fisiknya, dan enam bawahannya mengikutinya.

 

Tindakan itu adalah tindakan yang buruk untuk bertindak tanpa mengetahui posisi musuh, tapi sekarang setelah pandangannya kembali normal, pertarungan bisa dimulai kapan saja.

 

"Aku akan mengambil alih penghalang, Alma. Magicae Murum." Teriak Celia dengan tergesa-gesa.

Penghalangnya tumpang tindih dengan penghalang Alma dari dalam, menciptakan tembok melawan serangan fisik dan magis.

 

Mempertahankan penghalang membatasi gerakan pengguna, jadi lebih baik bagi penyihir sepertinya untuk menangani mantera itu daripada Alma yang merupakan petarung garis depan.

Serangan dari atas telah berhenti setelah Sara pergi ke dalam Mansion, tapi tidak ada yang tahu kapan mereka bisa memulainya lagi. Dia harus menjaga penghalang untuk berjaga-jaga — inilah artinya memiliki kendali atas udara.

 

"Ya."

Alma mengangguk dan membatalkan penghalangnya sendiri. Dia maju ke depan sambil menatap Lucci dan tentara bayaran lainnya dengan senjata mereka yang telah siap. Namun terlepas dari suasana yang sangat tegang, Lucci tertawa terbahak-bahak tanpa alasan yang dapat di mengerti.

 

"Hahaha!"

Tawa itu sangat menyeramkan, Celia dan yang lainnya mengerutkan kening mereka sebagai tanggapan.

 

"Celia-san, apa kamu sudah menyadarinya?"

Alma berbisik kepada Celia tanpa mengalihkan pandangannya.

 

"Menyadari apa.....?"

 

"Laki-laki dengan pedang hitam itu adalah bagian dari kelompok yang menyerang kita saat perjalanan dari Rodania bersama sang Putri."

Alma telah menghadapinya sendiri, jadi dia mengingatnya dengan jelas.

 

"Ah...!" Celia tersentak kaget.

 

"Hee! Sepertinya kau akhirnya mengingat kami. Kami bahkan mengenakan seragam regu kami untuk memudahkanmu. Hei, mari kita lanjutkan dari bagian terakhir yang kita tinggalkan."

Lucci mengarahkan pedangnya ke Alma tanpa berusaha menyembunyikan identitasnya. Alma telah menang terakhir kali, namun sikapnya yang angkuh sepertinya menyiratkan kalau dia mengira kemenangannya akan pasti kali ini.

 

[ Seragam Ksatria udara dari Kerajaan apa itu? Mungkinkah itu seragam kelompok tentara bayaran? Daripada itu mengapa mereka menyerang Kastil kami dengan seragam yang dapat diidentifikasi dengan jelas......? ]

Tanpa mengetahui apapun tentang mereka, Louise datang dengan tebakannya sendiri. Seperti Ksatria Galarc, kelompok mereka ini mengenakan seragam tempur dengan desain yang sama. Tapi selain itu—

 

"Bocah dengan Gada dan penyihir kecil yang melemparkan penghalang itu adalah target kita, kan, Lucci?" Seorang tentara bayaran di samping Lucci bertanya. Tidak ada orang lain di antara mereka yang wajahnya mengenali Alma dan Celia.

 

"Ya, persis seperti saat rapat. Kalian akan mengurus penyihir itu dan bocah pengguna Gada itu terlalu kuat untuk kalian, jadi dia milikku."

 

"Itu hanya karena kau memiliki pedang komandan sekarang......" Suara tidak puas bergumam.

Tentara bayaran lainnya memandangi pedang sihir hitam Lucci dengan ketidakpuasan.

 

"Aku adalah satu-satunya yang cocok dengan kompatibilitasnya, ingat?"

Lucci berkata dengan sombong. Pedang sihir hitam legam yang digunakan Lucius sangat kuat. Mereka baru saja menyaksikan kekuatannya beberapa saat yang lalu. Dapat dimengerti jika Lucci bersemangat untuk bertarung, tapi—

 

"Cih..... Jangan lupa kalau menyandera satu target saja sudah cukup untuk menyelesaikan misi." Seorang memperingatkan Lucci, mengingatkannya untuk tidak melupakan memenuhi tugas mereka.

 

"Tentu saja. Lagian pula itu tujuan kita, benar?"

Lucci memelototi orang itu dengan cemberut. Mereka di sini untuk membalas dendam kepada orang yang membunuh kapten mereka.

 

"Ayo selesaikan ini sebelum bala bantuan musuh tiba. Ikuti aku." Dia menenangkan diri dan mengembalikan pandangannya ke Alma, mengambil posisi bertarung.

 

"Celia-san."

Merasakan pergerakan musuh, Alma memanggil Celia sambil bergerak untuk berdiri di depannya. Mereka merencanakan strategi menggunakan kata-kata sesedikit mungkin.

 

"Aku mengerti."

Celia memiliki penghalang yang diangkat di atas kepala dan di depan, tapi dia mengerakan yang ke depan.

Alma kemudian berjalan maju.

 

Selanjutnya, Louise dan para Ksatria lainnya berdiri di depan Celia. Celia menyesuaikan bentuk penghalang untuk membuat bentuk kubah dengan bukaan hanya di depan para Ksatria. Begitu Alma melihatnya, dia membanting kepala Gadanya ke tanah. Dinding tebal menjulang dari tanah di belakangnya, berhenti di ketinggian satu meter. Dinding itu memblokir sebagian bagian penghalang yang Celia biarkan terbuka di hadapan para Ksatria.

 

"............."

Mereka telah memastikan kalau kedua belah pihak dapat melakukan serangan jarak jauh. Akan sembrono untuk menyerang dari depan, jadi mereka tidak punya pilihan selain saling be hati-hati.

 

Namun, semakin banyak waktu berlalu, semakin banyak kerugian yang dialami penyerang. Keheningan akan segera pecah.

 

"Maju!"

 

"Datanglah padaku!"

Lucci dan Alma berteriak bersamaan. Lucci berlari ke arah Alma, diikuti oleh tentara bayaran lainnya satu detik kemudian.

 

[ Mereka sangat cepat...... ]

Kecepatan seperti itu tidak dapat dicapai hanya dengan kemampuan fisik yang ditingkatkan dengan sihir: mereka harus menggunakan pedang sihir yang dapat memperkuat tubuh fisik mereka juga. Gerakan Lucci khususnya adalah sesuatu yang istimewa; dia jauh lebih cepat dari yang lain.

 

Namun, kemampuan fisik dan tubuh Alma juga ditingkatkan, itulah sebabnya dia mampu menangkap gerakan awal mereka secara akurat.

 

[ Formasi ini adalah pilihan yang tepat. ]

Ksatria di pihak mereka hanya bisa meningkatkan kemampuan fisik mereka, jadi mereka tidak akan mampu mengimbangi kecepatan itu. Terakhir kali Alma menghadapi Lucci, Arein, dan Ven, mereka bertiga memiliki pedang sihir yang dapat memperkuat tubuh fisik mereka. Khawatir tentara bayaran lain memiliki senjata serupa, dia meminta para Ksatria untuk mundur.

 

"Haah!" Alma menyerang lurus ke depan, dan di saat berikutnya, Lucci berada dalam jangkauannya.

 

Namun, kebalikannya juga berlaku untuk Lucci. Senjata mereka berbenturan dengan suara nyaring.

Alma mencoba mendorong maju dengan kekuatan Dwarf-nya, namun Lucci memiliki kekuatan yang lebih besar dari yang dia duga. Faktanya, dia jelas lebih kuat dari terakhir kali mereka bertarung. Dia tahu dia memiliki peningkatan tubuh fisik yang kuat yang diterapkan melalui pedang sihir milik Lucius.

 

"Guh......"

 

"Sial, dari mana datangnya kekuatan monster itu?!"

Kekuatan fisik Alma menang tipis, mendorong Lucci mundur. Namun, itu tidak cukup untuk membuatnya kehilangan keseimbangan, karena dia segera menyerang ke depan sekali lagi.

 

"Kau terlalu lama, Lucci!"

Saat dia didorong mundur, dua tentara bayaran lewat di setiap sisinya, menebas Alma.

 

"Oi, kalian berdua! Dia itu mangsaku!"

Lucci menggeram.

 

[ Tidak peduli ada berapa banyak dari kalian. Tidak akan ada yang bisa melewatiku! ]

Alma membanting Gadanya ke tanah, tidak terpengaruh oleh jumlah lawan. Tanah retak terbuka, mengirimkan gelombang kejut batu dan kerikil terbang.

 

"Gah!"

 

"Minggir!"

Kedua tentara bayaran itu mundur dan Lucci maju menggantikan mereka.

 

"Aku tidak akan membiarkanmu!"

Alma membanting Gadanya ke tanah di depannya, menggunakan esensi sihir untuk membuat jarum bumi, mirip dengan landak.

 

"Ooh, sungguh menakutkannya."

Kegelapan yang suram mengalir keluar dari pedang Lucci. Dalam satu ayunan ke depan, dia meratakan jarum-jarum tanah itu, lalu dalam ayunan lain ke belakang, dia mengayunkan ke arah Alma, yang tidak lagi terhalang.

 

"Haaa!" Alma mengangkat Gadanya secara refleks, memblokir pedang Lucci.

 

"Bocah ini adalah mangsaku! Kalian semua menyerang yang lain saja sana!"

Lucci berteriak kepada tentara bayaran lainnya.

 

"Cih!"

Ada beberapa tentara bayaran yang mengerutkan kening mereka dengan tidak senang, namun mereka menelan harga diri mereka dan memprioritaskan tujuan.

Mereka berpisah sesuai perintah, melewati Alma untuk mengincar Celia dan para Ksatria.

 

"Sekarang!"

 

"Ignis Iecit!"

 

"Fulgur Sphera!"

Atas perintah Louise, dua Ksatria merapalkan sihir serangan melalui celah di dinding di depan mereka.

Mereka bukan penyihir, jadi kemampuan sihir mereka terbatas, tapi mereka masih bisa menggunakan mantra tingkat rendah—dan ketika harus bertarung dengan manusia, sihir serangan tingkat rendah sudah lebih dari cukup sebagai ancaman.

 

Sementara penghalang melindungi mereka dari serangan luar, tidak ada cara untuk menyerang dari dalam penghalang. Itulah sebabnya, Celia dengan sengaja membiarkan bagian depan penghalang terbuka dan Alma membangun tembok rendah untuk bertindak sebagai penghalang.

 

Bisa dibilang seperti ini, Alma dapat menghentikan musuh yang maju melalui tengah, sementara Louise dan para Ksatria dapat menghentikan musuh yang mencoba berkeliling dengan mantra serangan dasar. Hal itu adalah rencana yang dibuat Celia di tempat sebelumnya. Namun.....

 

"Cih."

 

Mantra serangan Orb memiliki tingkat mematikan yang tinggi bahkan pada tingkat yang lebih rendah, namun pengorbanan untuk kekuatan mereka adalah kecepatan proyektil yang lebih lambat. Hal ini membuatnya sulit untuk membidik prajurit berpengalaman dengan fisik yang telah di tingkatkan oleh pedang sihit mereka. Para tentara bayaran mundur dan mengitari titik benturan, meniadakan mantera.

 

"Photon Projectilis!"

Dua Ksatria lainnya membidik saat tentara bayaran menghindari mantera. Peluru foton memiliki kekuatan yang lebih kecil daripada mantra orb, namun sebagai mantra peluru orb, mereka memiliki kecepatan proyektil yang jauh lebih cepat. Peluru tipe cahaya adalah yang tercepat dari mereka semua, tapi.......

 

"Menyebalkan sekali."

 

"Mereka bukanlah penurut yang aku harapkan. Mereka cukup menyebalkan"

 

"Jangan remehkan musuh! Mereka adalah Ksatria elit."

Tentara bayaran terus menghindari sihir itu dengan mudah. Mereka bahkan punya waktu luang untuk mengeluh sambil menghindarinya.

 

Sementara itu, Gada Alma bertabrakan dengan pedang Lucci dalam pertarungan hidup atau mati.

"Terima itu!"

 

Lucci ternyata lebih kuat dari terakhir kali mereka bertarung. Teknik dasarnya belum membaik, namun kemampuan fisiknya telah meningkat secara dramatis.

Alma memiliki kekuatan fisik yang sedikit lebih besar, namun mereka setara dalam hal kecepatan. Selain itu, Lucci jelas lebih berpengalaman dalam bertarung melawan orang lain. Semua pengalaman tentara bayarannya bukan hanya untuk bualan saja.

 

[ Aku bahkan tidak bisa menahan sebagian mereka! ]

Alma menggertakkan giginya, frustrasi karena dia hanya mampu mengalihkan perhatian satu musuh. Pada saat-saat seperti inilah di mana kurangnya pengalaman tempur membuatnya dirugikan.

 

"Haa. Aku melihat teman-temanmu telah fokus untuk bertahan untuk memberiku waktu. Tapi mereka tidak akan bertahan lama."

Ejek Lucci, melihat kepanikan dalam ekspresi Alma sambil mengayunkan pedangnya.

 

"Guh......"

Situasinya tidak terlihat bagus. Para penyerang semuanya adalah tentara bayaran terampil dari Celestial Lion yang terkenal. Meskipun mereka tidak bisa maju karena penghalang itu dan rentetan mantra yang menghalangi mereka, mereka tidak akan mundur.

 

"Photon Projectilis!"

Tentara bayaran mulai melakukan serangan balik saat mereka menghindar. Target mereka, tentu saja, bagian depan penghalang yang tidak terlindungi.

 

Tembok rendah yang diciptakan oleh Alma memberikan perlindungan yang baik dari serangan sihir, namun ada celah bagi para Ksatria untuk mengekspos bagian atas tubuh mereka dan mengeluarkan sihir mereka. Peluru cahaya itu menyelinap melalui celah itu dan memantul di sekitar bagian dalam penghalang.

 

"Ngh. Celia-sama, berlindunglah di belakang kami."

 

"O-Oke." Atas perintah Louise, Celia membungkuk.

Faktor terpenting dari duel sihir adalah perlindungan.

Risiko terkena dikurangi dengan jumlah perlindungan yang mereka miliki saat casting.

 

"Rendahkan kepala kalian dan mantranya datang! Terus tembak sampai kalian kehabisan esensi sihir!"

 

"Ya, kapten!"

Para Ksatria berjongkok dan terus merapalkan mantra mereka, tapi akurasinya secara alami menurun dengan kepala mereka yang tertunduk rendah. Hal itu memudahkan tentara bayaran untuk bergerak.

 

"Baiklah, kepung mereka!"

 

"Penghalang sebesar itu pasti menjadi beban yang harus berat bagi mereka!"

 

"Hancurkan dengan serangan kalian."

Akhirnya, tentara bayaran mengepung mereka di semua sisi dan mulai menyerang penghalang.

 

"Ugh....." Rasa panik memenuhi ekspresi Celia saat dia menyaksikan para penyerang menyerang penghalangnya dengan sihir dan senjata mereka.

 

Tidak diragukan lagi penghalangnya adalah metode pertahanan yang kuat yang mampu memblokir semua serangan dan mencegah penyusup, namun penghalang itu juga menghabiskan banyak esensi sihir.

Mengkonsumsi esensi saja, tapi memblokir serangan menghabiskan lebih banyak lagi. Konsumsi esensi naik secara eksponensial saat area penghalang meningkat, dan kekuatan penghalang melemah semakin sedikit dari esensi yang tersisa.

 

Jika dia ingin meminimalkan konsumsi esensinya, dia harus mengecilkan penghalangnya sambil menjaganya tetap cukup kuat untuk menahan serangan musuh—namun melakukan hal itu bukanlah sesuatu yang mudah. Kebanyakan orang tidak punya pilihan selain menggunakan semua esensi sihir mereka hanya untuk membuat penghalang cukup besar.

Karena itulah, penghalang biasanya menghabiskan lebih banyak esensi daripada yang diperlukan. Tidak efisien menggunakan mantra itu di medan perang kecuali serangan itu tidak dapat dihindari.

 

Celia memiliki lebih banyak esensi daripada rata-rata penyihir, namun bahkan dia akan berjuang dengan lebih dari sepuluh tentara bayaran yang mengelilingi penghalangnya. Mereka pada dasarnya berada di atas kapal yang tenggelam sekarang — dan saat dia kehabisan esensi, musuh akan langsung memusnahkan mereka.

 

[ J-Jangan cemas...... Aku memiliki esensi dalam batu roh yang diberikan Rio kepadaku, dan mereka sudah membuat kami terpojok seperti ini. Bala bantuan akan segera datang. Aku hanya harus bertahan......! ]

Rio tidak ada di sini sekarang...... Fakta itu sangat membebaninya. Namun untuk membuktikan kalau Celia baik-baik saja tanpa dirinya, dia harus berjuang. Celia mencengkeram batu roh yang dia terima dari Rio dan dengan panik berkata pada dirinya sendiri kalau dia akan baik-baik saja.

Alma dapat melihat Celia memegang batu roh saat dia bertarung dan mengambil keputusan.

 

[ Tidak ada pilihan lain.....! ]

Alma masih memiliki satu kartu as, dan dia berharap untuk menyembunyikannya—tidak, desanya telah memerintahkannya untuk menyembunyikannya dengan segala cara. Namun jika dia tidak menggunakannya di sini, situasinya akan menjadi sulit di mengerti.

 

[ Ifritah! ]

Alma meneriakkan nama roh kontrak kelas menengah di dalam hatinya. Seekor binatang berbentuk singa raksasa muncul dari udara tipis.