Beast of The Land – Bonus Short Stories

 

HANYA UNTUK SEBENTAR SAJA

 

Tempat itu adalah desa roh, di rumah tempat semuanya tinggal bersama selama Rio berada di desa.

 

Suatu pagi di desa roh, di rumah tempat semua orang tinggal bersama Rio sebelum mereka semua kembali ke wilayah Strahl......

 

Rio sendiri bangun dan keluar rumah untuk melakukan rutinitas latihan hariannya.

 

"Selamat pagi, Sayo-san." Dia melihat Sayo mengayunkan pedang latihan kayu sendirian.

 

"E-Eh! Selamat pagi, Rio-sama."

 

"Sepertinya kamu yang datang pertama hari ini." Kata Rio setelah memeriksa tidak ada orang lain di sekitar.

 

Rutinitas latihan pagi Rio awalnya adalah sesuatu yang dia mulai sendirian di usia muda, namun setelah datang ke desa roh, dia bergabung dengan Sara dan yang lainnya. Setelah bertambah dewasa dan kembali ke wilayah Strahl, Miharu dan Celia bergabung; sekarang, setelah bersatu kembali dengan kelompok Sayo dan Gouki, mereka semua berpartisipasi bersama.

 

Rutinitas mereka semua disesuaikan untuk bidang khusus mereka sendiri: Rio dan Sara dengan senjata mereka, Miharu dengan spirit art, dan Celia dengan kontrol esensi sihir.

 

Dalam kasus Sayo, dia mengerjakan pelatihan senjata dan spirit artnya. Pelatihannya tampaknya telah dimulai di desa asalnya, namun kelompok Gouki telah memberinya pelatihan penuh dalam perjalanan mereka ke desa roh. Pertumbuhannya mengejutkan Rio.

 

"Ya! Aku bangun lebih awal. Aku baru saja mulai."

Jawab Sayo penuh semangat, tersenyum lebar.

 

"Kamu sungguh bekerja keras. Aku akan bergabung denganmu dalam latihan mengayunkan pedangku."

 

"Ya, silakan!"

Keduanya mengayunkan pedang dalam diam untuk beberapa saat. Tapi beberapa menit kemudian.......

 

"............."

Sayo berhenti mengayun dan mulai memperhatikan gerakan Rio, dia terpesona.

 

"Apa ada yang salah.......?" Menyadari tatapannya yang itu, Rio menghentikan ayunannya.

 

"Heeh.....? Ah, tidak! Hmm...!"

Sayo tersentak dan mulai panik.

 

"Aku hanya berpikir gerakanmu luar biasa....."

Katanya dengan malu.

 

"Aku hanya mengayunkan pedangku seperti biasa."

 

"Itu tidak benar! Saat aku melihatmu dari samping, pedangmu berhenti begitu cepat. Kamu telah dengan sempurna menghapus tanda-tanda gerakanmu. Sekarang Gouki-sama mengajariku penggunaan senjata yang tepat, aku mengerti betapa menakjubkannya dirimu sebenarnya........"

Kata Sayo, menekankan keterampilan Rio.

 

"Ahaha. Terima kasih." Kata Rio malu-malu.

 

"I-Itu bukan apa-apa.... Umm, bisakah aku melihatmu mengayunkan pedangmu sedikit lebih lama."

Sayo tersipu malu dan melihat ke bawah, matanya menatap ke atas ke wajah Rio.

 

"Tentu, tapi ini bukanlah sesuatu yang mengesankan".

Rio mengangguk karena malu, lalu melanjutkan ayunannya. Meski begitu, dia bukan tipe yang membiarkan dirinya cukup bingung untuk mengacaukan gerakannya.

 

Jadi, untuk beberapa waktu setelah itu........

 

".............."

Untuk beberapa saat setelah itu, Sayo mengirimi Rio tatapan penuh pesona saat dia mengayunkan pedangnya. Profil wajahnya persis seperti seorang gadis muda yang sedang jatuh cinta — itu adalah ekspresi kebahagiaan murni.

Sementara momen di antara mereka berlanjut, ada seseorang yang diam-diam mengawasi mereka dengan diam-diam. Itu adalah kakak laki-laki Sayo, Shin. Dia mungkin memeriksa suasana di sana demi saudara perempuannya. Dia memiliki pedang latihan kayunya sendiri di tangannya, namun dia tidak bergerak dari bayang-bayang pepohonan.

 

"Bukankah ini Shin. Apa yang sedang kau lakukan disana?" Gouki tiba untuk berpartisipasi dalam latihan pagi dan menemukannya.

 

"Tidak ada......" Jawab Shin dengan canggung.

 

"Hmm......."

Gouki melihat Rio mengayunkan pedangnya di kejauhan, dan Sayo berdiri di sampingnya. Dia sepertinya menangkap situasi hanya dengan itu.

 

"Hahaha. Aku paham, aku paham." Dia menyeringai.

 

"Aku bilang bukan apa-apa."

Bentak Shin untuk menyembunyikan rasa malunya, lalu berjalan menuju Rio dan Sayo.

 

PERTUKARAN DI SUATU PAGI

 

Sehari setelah Rio dan Aria mulai mengejar Saint Erica, keduanya menggunakan rumah batu untuk bernaung. Saat itu pagi, dan Aria bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Tapi ketika dia melangkah keluar dari kamar yang dia pinjam, dia disambut dengan aroma sesuatu yang enak tercium dari dapur.

 

"Selamat pagi, Aria-san." Rio bangun lebih awal darinya dan menyiapkan sarapan.

 

"Selamat pagi, Amakawa-sama..... Kamu bangun agak pagi." Aria berkedip karena terkejut. 

 

Dia berharap untuk mengurangi beban kerjanya dengan membuat sarapan, namun Rio melakukannya terlebih dahulu.

 

"Aku selalu bangun pagi untuk berlatih dengan pedangku."

 

"Itu rutinitas yang luar biasa."

 

"Kamu juga bangun cukup pagi."

 

"Aku selalu punya pekerjaan yang harus dilakukan di pagi hari, jadi itu sudah menjadi kebiasaan bagiku."

 

"Aku mengerti. Aku hampir selesai menyiapkan sarapan, jadi silakan duduk." Kata Rio melanjutkan persiapannya dengan bahan-bahannya.

 

"Jika kamu tidak keberatan, aku ingin membantu. Aku juga bersedia menyiapkan semua makanan untuk kita selama kita dalam perjalanan ini....."

 

"Kamu adalah tamu di rumah ini, jadi kamu tidak perlu melakukannya."

 

"Kamu menyediakan tempat bernaung, jadi sudah sepantasnya aku membalasmu dengan melakukan pekerjaan." Kata Aria, mendesak.

 

Rio tertawa kecil.

 

"Baiklah...... Kalau begitu, ayo masak bersama. Aku akan merasa tidak enak jika aku hanya duduk dan membiarkanmu melakukan semua pekerjaan."

Saran Aria.

 

"Ok. Kalau begitu, aku akan meminjam celemek."

Aria memasuki dapur dan mengenakan salah satu celemek yang tergantung di sana. Jadi, Rio dan Aria membuat sarapan bersama.

 

ELEMENTAL ☆ ALICE

 

Di Jepang, di sekolah tempat Amakawa Haruto dan Ayase Miharu bersekolah.....

 

Suatu sore di bulan Desember, Haruto dan Miharu sedang mengunjungi ruang kelas tempat klub drama mengadakan kegiatan mereka. Mereka dipanggil ke sana oleh Satsuki, seorang anggota OSIS. Satsuki dan dua anggota klub drama lainnya sedang menunggu mereka di kamar.

 

"Hee, jadi klub drama kita berpartisipasi dalam pesta Natal prasekolah kita."

Rio dan Miharu mendengarkan penjelasan dari Satsuki.

 

"Ya. Prasekolah melekat pada universitas, tapi kesepakatan yang sama. Mereka mendengar kita memiliki klub drama, jadi mereka bertanya apakah kita bisa mengadakan pesta natal untuk mereka."

 

"Aku mengerti. Jadi itulah kenapa kami dipanggil ke sini......?" Haruto sudah memiliki ide yang kabur, tapi tetap bertanya.

 

"Kepala sekolah datang ke OSIS dengan permintaan. Klub drama hanya memiliki sedikit anggota, jadi OSIS juga akan ikut serta dalam pesta."

 

"Apa itu berarti kita akan tampil di atas panggung? Baik Mii-chan maupun aku tidak punya pengalaman berakting......."

Kata Haruto, bertukar pandang dengan Miharu.

 

"Ya, itulah yang ingin kutanyakan. Itu hanya permainan sederhana untuk diadakan di depan anak kecil, jadi kamu tidak perlu merasa terlalu tertekan......"

 

[ Bagaimana dengan itu? ]

Satsuki melihat antara Haruto dan Miharu meminta maaf.

 

"Oh ngomong - ngomong. Celia Sensei dan Aishia Sensei akan bergabung dengan kita dari staf pengajar." Tambahnya.

 

"Heh. Akan seperti apa dramanya?"

 

"Hmm...... Aku sendiri belum membaca naskahnya, tapi sepertinya itu adalah sebuah naskah lama yang tersisa dari beberapa tahun yang lalu. Drama itu menampilkan karakter dari semua jenis dongeng yang akan diketahui anak-anak. Profesor Celia dan Nona Aishia sedang berada di ruang kelas sebelah melihat-lihat kostum sekarang......."

 

Saat Satsuki berbicara, pintu kelas terbuka dan Aishia masuk. 

"........Aishia..... Sensei..?"

 

"Wow......."

 

"Wah, betapa imutnya......"

Miharu dan Satsuki mengeluarkan suara kagum saat melihat Aishia, yang masuk dengan mengenakan salah satu kostum untuk drama itu.

 

"Apakah itu kostum dari Alice in Wonderland?"

Haruto bertanya.

 

"Benar. Apa ini terlihat cocok?"

Aishia menatap Haruto dan memiringkan kepalanya.

 

"Ya, sangat cocok." Haruto mengangguk tegas. 

 

Kostum itu benar-benar terlihat bagus untuknya.

 

"Bukankah itu cantik?" Celia memasuki ruangan setelah Aishia dan bergabung dalam percakapan.

 

"Heh? Apa kamu tidak mencoba salah satu kostumnya,  Celia Sensei?"

Satsuki bertanya dengan seringai main-main.

 

"Tidak. Aku hanya pergi untuk memeriksa kondisi kostum di sana. Aku tidak mencobanya."

 

"Lalu kenapa Aishia Sensei memakainya?"

 

"Anak-anak di klub drama yang secara khusus memintanya."

Celia menjelaskan sambil tersenyum masam.

 

"Ah, begitu ya..... Tapi pakaian adalah bagian penting dari drama, bukan? Mengapa kita tidak melihatnya juga, Miharu-chan? Haruto-kun?"

Satsuki menoleh ke arah mereka berdua dengan kilatan penasaran di matanya.

 

"Ayo kita lihat, Haru-kun."

 

"Yah..... Tentu."

Miharu mengundang Haruto yang sedikit malu, dan mereka semua pergi melihat kostum itu bersama.