Saint's Gospel – Chapter 5 : 「Penyerangan Saint」

 

Dua minggu telah berlalu sejak Saint Erica menemui Liselotte.

 

Setelah mengunjungi desa roh dan Kerajaan Karasuki, Rio kembali ke wilayah Strahl sekali lagi. Namun, satu-satunya yang bersamanya adalah kelompok yang awalnya berangkat bersamanya—yaitu, Miharu, Celia, Aishia, Latifa, Sara, Orphia, dan Alma.

Gouki, Kayoko, Komomo, dan yang lainnya tidak ikut bersamanya. Keluarga mereka memiliki lebih dari sepuluh orang, yang terlalu banyak untuk dibawa oleh Ariel.

 

Saat itulah muncul ide untuk berteleportasi ke wilayah Strahl muncul. Hal itu menjadikan perjalanan mereka membutuhkan waktu minggu melalui udara, jadi mengangkut semuanya dimungkinkan jika mereka dibagi menjadi dua kelompok, tapi para tetua dengan senang hati untuk mengatur produksi kristal teleportasi.

 

Dengan demikian, kelompok Gouki untuk sementara tinggal di desa roh. Rio dan yang lainnya akan pergi ke Kerajaan Galarc terlebih dahulu, menyiapkan titik teleportasi, lalu memberitahu Francois tentang kehadiran Gouki sebelum membawa mereka ke sana dari desa roh. Jadi, setelah tiba di Kerajaan Galarc, Rio menjalani prosedur biasa untuk memasuki Kastil dan menuju Mansionnya.

 

"Aku akan pergi dan melaporkan kepulangan kita. Semuanya, tolong tetap tinggal di sini."

Rio hanya membawa Miharu dan Celia dan meninggalkan Mansion untuk menuju Kastil utama.

Tentu saja, laporannya langsung ke Satsuki, Charlotte, dan Raja Francois.

 

Francois sibuk dengan urusan pemerintahan, jadi tidak selalu mungkin untuk langsung bertemu dengannya, tapi Satsuki dan Charlotte mungkin ada. Dia telah meminta pemberitahuan awal untuk dikirim saat dia menyelesaikan prosedur masuk ke Kastil, jadi mereka bahkan mungkin menunggunya di pintu masuk Kastil.

Rio mendekati bagian depan Kastil dengan pemikiran seperti itu, ketika.....

 

"Haruto-kun! Miharu-chan! Celia-san! Cepatlah kemari!"

Itu adalah Satsuki, tapi ada yang salah. Dia menunjuk mereka dengan gelisah.

 

Rio dan yang lainnya berlari.

"Apa ada masalah....?"

 

"Cepat kemari. Ini mengerikan...... Ada seorang hero, yang juga seorang Saint, di Kastil sekarang, sedang bertemu dengan Raja. Ayo cepat!"

Satsuki mulai berlari, menarik mereka.

 

"Seorang hero, dan juga seorang Saint? Aku mengerti jika dia ingin bertemu dengan raja, tapi......"

 

[ Apa masalahnya dengan itu? ]

Satsuki sangat panik;  penjelasannya tidak masuk akal. Sampai......

 

"Dia menculik Liselotte-chan!" Mendengar kata-kata itu, ekspresi Rio langsung menegang.

 

◇◇◇◇

 

Sementara itu, di ruang pertemuan yang disediakan untuk bangsawan berpangkat tinggi di Kastil.......

 

"Diskusi ini tidak menghasilkan apa-apa."

 

"Aku juha memikirkan hal yang sama."

 

Saint Erica dan Raja Francois dari Galarc saat ini sedang mengobrol. Mereka duduk saling berhadapan di kursi di kedua sisi pintu, menghela napas berat satu sama lain.

 

"Kami hanya ingin kamu mengembalikan Liselotte tanpa masalah yang memberatkan. Apa itu tidak menyenangkan bagimu?" Francois menyarankan.

 

"Mengapa aku harus dipaksa untuk menerima itu ketika aku adalah korban? Bawahan Liselotte Cretia menyerangku terlebih dahulu, oke?"

Erica berkata, menolak saran itu dengan singkat. Aria berdiri di sudut ruangan, memelototinya dengan tatapan permusuhan. Orang tua Liselotte, Cedric dan Julianne, juga hadir. Erica bertemu dengan tatapan Aria dan menyeringai.

 

"Namun, pelayan Liselotte telah memberikan penjelasan yang berbeda. Menurut kesaksian Aria, kamu mencoba menyakiti Liselotte terlebih dahulu."

 

"Kamu meragukan kata-kata seorang hero?"

Erica bertanya dengan arogan.

 

"Aku akan mempercayai kesaksian yang cocok dengan orang terdekat Liselotte sendiri, karena dia memiliki kepercayaanku. Itu sebabnya, aku memintamu untuk mengembalikannya. "

 

"Bukankah itu sama dengan meragukan kata-kataku? Jika aku mengembalikannya, kamu akan dapat membuat alasan sebanyak yang kamu inginkan."

 

"Bahkan jika itu benar, aku sudah mengatakan kalau aku tidak ingin memperburuk keadaan...... Kalau begitu, bawa Liselotte ke sini dan minta dia bersaksi sendiri."

 

"Kamu ingin aku membawa sanderaku ke wilayah musuh? Itu sama saja seperti mengatakan untuk mengembalikannya, bukan?"

 

"Tidak, bukan itu yang aku katakan. Kamu hanya membawanya ke sini. Aku hanya ingin memastikan kalau dia aman."

 

"Jika aku membawanya ke sini, kamu hanya akan membuat alasan untuk menyembunyikannya. Apa kamu mencoba memaksaku untuk menyerah? Aku ingin tahu siapa orang bodoh yang mau menerima tawaran seperti itu."

 

"..............."

Francois menghela napas berat.

 

Pada saat itulah pintu ruang pertemuan terbuka, dan Satsuki muncul bersama Rio, Miharu, dan Celia.

 

"Oh, heromu telah kembali juga."

Erica menatap Satsuki dan berkata :

 

"Bersama dengan..... seorang gadis jepang yang agak imut, hmm.  Aku adalah Saint Erica, pemimpin Republik Demokratik Suci Erica. Senang bertemu dengan mu. Apa kamu teman Satsuki?"

Erica melihat Miharu dan mulai berbicara dengannya dengan ramah. Namun......

 

"Kamu bisa mengabaikannya, Miharu-chan."

Bisik Satsuki kepada Miharu dengan suara kesal.

Suaranya seharusnya terlalu pelan untuk didengar Erica.

 

"Hmm, jadi namamu Miharu. Jika ditulis maka artinya 'musim semi yang indah,' benar? Atau ditulis sebagai 'tiga mata air'? Hanya antara kamu dan aku, nama keluargaku di Jepang ditulis dengan karakter 'bunga sakura'. Aku pikir kita bisa menjadi teman baik."

 

"Apa? Tidak mungkin, bagaimana dia bisa mendengarnya........"

 

"Aku bisa tahu dari gerakan bibirmu. Aku pandai dalam hal-hal seperti itu."

Erica mengungkapkan kepada Satsuki, yang terkejut karena dia mendengar membisikkan nama Miharu.

 

"Dia mungkin terlihat ramah sekilas, tapi orang inilah yang menculik Liselotte. Dia terus menolak untuk mengembalikannya juga."

 

"Menculik? Jangan menyebarkan rumor palsu. Akulah yang diserang, jadi aku hanya membawanya sebagai sandera. Bagaimanapun, aku hanya negara kecil yang melawan Kerajaan besar."

Tambah Erica, terdengar tersinggung.

 

"Apa ada kemajuan, Char-chan?"

Satsuki membawa Rio, Miharu, dan Celia ke Charlotte, yang menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sedih.

 

"Sayangnya tidak."

 

"Bagaimana kalau kamu sudah menyatakan tuntutanmu, Hero, Saint Erica? Lingkaran penolakan untuk mengembalikannya kepada kami tidak membuahkan hasil." Kata Francois, setelah kesabarannya habis.

 

"Oh, bagaimana aku bisa lupa? Aku memiliki lima arahan untuk disampaikan kepadamu. Pertama, penghapusan monarki. Kedua, penghapusan sistem kebangsawanan. Ketiga, menyerahkan negara kepada rakyat. Keempat, untuk mentransfer Liselotte Cretia ke Republik Demokratik Suci Erica. Kelima, untuk mentransfer kekayaan dan hak manajemen Ricca Guild ke Republik Demokratik Suci Erica, itu semuanya."

Erica mengakhiri dengan ekspresi cerah.

 

"Apa kamu sedang serius sekarang? Bagaimana aku bisa menerima semua kondisi itu?"

 

Membuat tuntutan seperti itu ke Kerajaan lain sama saja dengan menyatakan perang terhadap mereka. Bahkan Francois mengernyitkan dahinya saat itu.

 

"Aku tidak berharap kamu menerimanya. Namun, aku akan mewujudkannya. Karena itulah, ke lima hal itu bukan tuntutan, tapi fakta yang telah ditentukan. Sulit untuk membawanya ketika mencoba untuk melakukan negosiasi, tapi aku benar-benar datang ke sini hari ini untuk memberitahumu tentang hal ini. Jika kamu tidak memenuhi persyaratan yang aku berikan, aku akan mewujudkannya sendiri." Kata Erica dengan cerah.

 

Hero atau bukan, sebagai penguasa Kerajaan, Francois tidak bisa lagi berdiam diri menghadapi sikap tidak hormat seperti itu.

 

"Kamu mengatakan akan menggunakan kekuatanmu untuk menghapus sistem monarki dan bangsawan kerajaanku? Haruskah aku menganggap itu sebagai deklarasi perang dari Republik Demokratik Suci Erica?” 

Tanyanya dengan tatapan tajam.

 

"Sekarang setelah semuanya menjadi seperti ini, kurasa begitu? Apa kamu ingin akh melakukan tindakan permusuhan yang lebih jelas?"

 

"Apa......?"

 

"Hee hee. Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku berasal dari negara kecil. Kamu adalah Kerajaan besar. Mungkin akan lebih baik untuk mengambil satu sandera lagi." Kata Erica.

 

Dia berbalik untuk melihat Charlotte, yang berdiri bersama yang lain di dekat dinding. Saat berikutnya, dia berdiri dan berlari ke depan, memunculkan Divine Arms-nya saat mendekati Charlotte.

 

"................"

 

Sebelum Erica bisa menjepit Charlotte dari belakang, Rio telah meraih tongkat uskupnya dan berdiri di depannya.

 

"........Hm?"