Saint's Gospel – Chapter 5 : 「Perkembangan Saint」

 

Waktu telah berlalu, dan sudah saatnya tiba bagi Rio dan yang lainnya untuk berangkat dari Kerajaan Karasuki ke wilayah Strahl sekali lagi.

 

Jauh di wilayah Strahl, ada lima orang berjalan melalui Ibukota perdagangan Amande Kerajaan Galarc, rumah bagi markas besar Ricca Guild. Mereka semua mengenakan pakaian perjalanan; salah satunya adalah Saint Erica, yang baru saja mengunjungi Kastil Proxia sendirian beberapa hari yang lalu.

 

"Ini adalah Amande ya. Kota yang agak ramai, sepertinya."

Erica melihat sekeliling pada pemandangan kota, terkesan dengan apa yang dilihatnya. Ekspresi orang-orang yang dia lewati semuanya energik dan bersemangat, dan banyak tentara yang berpatroli berarti ketertiban umum di kota juga baik.

 

Baik jalanannya terpelihara dengan baik atau penduduknya sangat sadar akan diri mereka, karena tidak ada sampah di jalanan atau bau aneh yang berasal dari gang-gang, membuat kota ini tampak cukup indah.

 

"Wajah orang-orangnya cerah, meski tidak secerah bangsa kita. Nona bangsawan yang dikabarkan mengatur kota ini pasti cukup bagus dalam pekerjaannya, Erica-sama."

Pengguna pedang wanita yang menemani Erica berkata padanya. Orang lain di sekitar mereka juga memberikan persetujuan mereka untuk Amande dengan kejutan yang menyenangkan.

 

Namun, tidak satupun dari mereka yang mau mundur dari pendirian mereka kalau tanah air mereka yang baru didirikan lebih baik. Sebagian alasannya adalah karena harga diri mereka, namun alasan terbesar adalah karena mereka memuja Erica sebagai Saint mereka.

Sebagai orang yang dibimbing oleh Saint Erica, hidup mereka secara alami lebih baik—ini adalah sesuatu yang mereka yakini tanpa keraguan.

 

Empat orang yang menemani Erica adalah pengikut sukarela, yang bersamanya untuk melindunginya sebagai penjaga elit. Di antara mereka ada yang terlahir sebagai bangsawan, orang-orang yang telah melayani Kerajaan asli yang Erica hancurkan, berpindah keyakinan setelah dibimbing oleh banyak Keajaiban dan ajaran Erica.

 

"Aku tidak ragu kalau orang-orang kita juga hidup lebih baik. Namun, ini bukan tentang hanya pekerjaan pemerintahan yang baik. Kita telah melakukan perjalanan melalui banyak kota, tapi pernahkah ada yang berkembang seperti ini? Kita harus merujuk ke kota ini untuk pengembangan bangsa kita sendiri, bukan begitu?" Erica berkata, mengoreksi kesalahan yang dilakukan pengikutnya.

 

"Memang......."

 

"Jika kita bisa mereproduksi kota yang indah seperti ini di negara kita sendiri, maka........"

 

"Kita harus berbicara dengan orang yang mengembangkan kota ini."

Para pengikut tidak menyangkalnya. Mereka selalu percaya kata-kata Saint itu benar, dan semua yang mereka katakan selalu didasarkan pada premis ini.

 

Erica mengabaikan mereka.

 

[ Standar kota ini jauh di atas rata-rata kota Strahl. Tidak mungkin hal ini bisa berkembang sebanyak ini tanpa bimbingan seseorang. Satu-satunya hal yang kupikir layak digunakan adalah Ricca Guild dan kalau tidak salah pemimpinnya...... Liselotte Cretia, hmm? ]

Ketertarikannya telah terpicu.

 

Erica mendapati dirinya memiliki minat pribadi pada Liselotte, gubernur Amande dan presiden Ricca Guild.

Yang membuat mulutnya tersenyum.

 

"Hai, kalian wanita petualang yang cantik..... dan wanita cantik berambut hitam di sana!"

 

Seorang pemilik kios memanggil kelompok Erica.

Pakaian perjalanan mereka tampaknya telah membuatnya menganggap orang-orang di sana sebagai petualang.

 

".......Aku?"

Erica menunjuk dirinya sendiri.

 

Orang berambut hitam sangat langka di wilayah Strahl.

Perhatiannya teralihkan oleh kata “berambut hitam,” Erica melihat ke sekeliling area untuk mencari orang lain yang sesuai dengan kriteria itu, tapi hanya ada dirinya sendiri. Mengira pedagang itu baru saja menjual produk kiosnya, Erica membuang muka lagi dengan tidak tertarik.

 

"Bagaimana dengan pasta sup Amande yang terkenal?"

 

"Pasta, katamu.....? Produk yang kamu jual...... Hmm."

Erica sepertinya memikirkan sesuatu setelah mendengar pemilik kios mengucapkan "pasta" dan melihat bahan-bahan di belakang konter. Matanya melebar ketika dia melihat mie kering berbentuk batang dan dia segera berhenti untuk berpikir.

 

"Aku menjual pasta sup di sini. Haha, aku yakin ini pertama kalinya kamu melihat pasta!"

 

"Bukan karena itu, tapi..... Pasta, hmm. Jika kamu tidak keberatan, dapatkah kamu menunjukkanku seperti yang kamu katakan sebelumnya dengan lebih jelas?"

 

Perhatian Erica masih terfokus pada suara kata "pasta."

Dia mengarahkan pandangannya ke bibir pedagang itu untuk mengkonfirmasi perkataan yang dia katakan.

 

"T-Tentu? P-Pasta"

Di bawah tatapannya yang jeli, pemilik kios mengulangi nama produk dengan bingung.

 

"Dan hanya untuk memastikannya, begini caramu mengatakan ‘pasta’......?"

Erica menyimpan mie kering di warung dalam pandangannya sambil menatap mulut pedagang itu dan mengkonfirmasi fakta itu sekali lagi.

 

"Y-Ya. Apa masalahnya? Kamu cantik, tapi kamu sedikit aneh, nona." Kebingungan pedagang itu semakin bertambah dengan pertanyaan yang berulang dan tatapan tajam Erica pada mulutnya.

 

"Maafkan atas kekasaranku...... Aku hanya sedikit penasaran. Bolehkah aku memesan satu pasta sup? Ini sudah saatnya jam makan siang, jadi sebaiknya kita makan di sini. Tolong buatkan untuk kami semua."

Erica tersenyum hangat untuk meredakan kewaspadaan pedagang itu.

 

"T-Tentu. Akan segera ku buatkan!"

Pedagang itu mengangguk, sedikit terkejut.

 

"Bolehkah aku melihatmu membuatnya juga?"

 

"Ya, silakan."

 

"Terima kasih banyak." 

Erica berjalan melewati konter kios dan menatap semua peralatan masak dari samping pemilik kios. Dia kemudian mengarahkan pandangannya pada mie kering itu sekali lagi.

 

"Ngomong-ngomong, kamu menyebut 'pasta terkenal' Amande ini sebelumnya. Siapa yang menemukan ini?"

Erica bertanya pada pedagang itu.

 

"Hmm? Oh, bahan ini ditemukan oleh gubernur Amande dan presiden Ricca Guild, Liselotte Cretia-sama. Makanan ini mulai dijual di Amande beberapa tahun yang lalu, dan sekarang menjadi makanan pokok seperti roti di kota ini. Kerajaan tetangga sudah mulai menggunakan bahan ini lebih banyak juga."

Jawab pemilik kios dengan bangga.

 

"Begitu ya. Beberapa tahun yang lalu, ya....."

 

"Apa ada yang salah? Anehnya kamu tampak senang."

Mata pemilik kios sedikit melebar, menatap wajah Erica.

 

"Tidak. Aku senang karena aku melakukan perjalanan ke kota ini. Berkat itu, aku akan diberkati dengan pertemuan yang sangat bagus." Kata Erica, sudut mulutnya terangkat membentuk senyuman.

 

◇◇◇◇

 

Kira-kira satu jam kemudian, di dalam Kantor di gedung gubernur Amande......

 

"Aria.... Bukankah ada banyak sekali dokumen hari ini?"

Liselotte baru saja menyelesaikan makan siangnya dan duduk di kantornya untuk bekerja, ketika ekspresinya berkedut di tumpukan dokumen di mejanya.

 

"Itu adalah dokumen untuk awal produksi Massal untuk sabun yang dirancang Amakawa-sama. Kita menghentikan produksi produk sabun saat ini dan memperluas pengerjaannya, jadi dokumennya menumpuk." Jawab Aria dengan lancar, setelah membaca dokumen sebelumnya.

 

Mereka membuang jalur produksi lama dan memulai dari awal, jadi segala sesuatu mulai dari melanjutkan pekerjaan pekerja lama hingga perhitungan biaya karyawan baru yang harus diperiksa.

 

"Ah, aku mengerti. Aku tidak tahu harus senang atau sedih......" Liselotte tertawa kecil dengan senyum tegang. Karena dia ragu-ragu dengan tumpukan kertas itu, dia mengalami kesulitan untuk memulainya.

 

"Menyerahlah dan mulailah pekerjaanmu."

 

"A-Aku tahu......"

Mendengar helaan napas Aria, Liselotte cemberut dengan manis. Liselotte biasanya bertindak dewasa, jadi itu bukan sikap yang akan dia tunjukkan di depan orang lain, tapi ketika dia berada di depan Aria dia menunjukkan ekspresi kekanak-kanakan yang sesuai untuk usianya.

 

"Ayo selesaikan ini." Dengan mengatakan itu, Liselotte akhirnya meraih segunung kertas. Saat itulah seseorang mengetuk pintu.

 

"Masuklah."

Liselotte melihat ke pintu dan memberinya izin untuk siapa pun yang masuk. Itu adalah pelayan magang, Chloe.

 

"Seorang pengunjung telah tiba tanpa sebuah janji sebelumnya, dia mengatakan ingin mengunjungi presiden Ricca Guild. Dia berada di gerbang distrik bangsawan sekarang, dan...... Aku belum pernah mendengar tentang dia sebelumnya, tapi dia bilang kalau dirinya adalah Saint Erica."

 

Ada beberapa tokoh besar sepanjang sejarah yang disebut sebagai Saint, namun ketika sampai pada mereka yang hidup di zaman modern, hal semacam itu berkurang secara perlahan. Jika orang yang tidak dikenal adalah orang yang memproklamirkan diri sebagai Saint, itu hampir pasti bohong.

 

Chloe telah diperintahkan oleh Liselotte untuk selalu melaporkan setiap pengunjung yang datang.

 

"Ada seorang wanita mencurigakan di sini yang menyebut dirinya sebagai Saint. Apa yang akan kamu lakukan?" Tertulis di wajahnya dengan tinta tak terlihat.

 

Sementara itu......

 

"Saint Erica...... Bukankah dia itu....."

 

"Itu adalah nama orang yang menghasut orang-orang dari Kerajaan kecil Kekaisaran Proxia untuk melakukan revolusi belum lama ini."

Liselotte dan Aria mengenali nama itu.

 

"Mungkinkah itu orang yang sama? Jika demikian, apa dia ingin Kerajaan Galarc di sisinya setelah membuat Kekaisaran Proxia sebagai musuhnya? Tapi kenapa dia datang ke Amande bukannya ke Ibukota....?"

Liselotte memiringkan kepalanya, mempertimbangkan kemungkinan itu.

 

"Bisa jadi mereka salah mengira Ricca Guild sebagai badan amal." Kata Aria. Faktanya, itu adalah kemungkinan yang lebih mungkin.

 

"Hmm, tapi bukankah itu membuatmu sedikit penasaran?" Liselotte berkata, meletakkan kertas di tangannya kembali di atas tumpukan di mejanya.

 

"Bahkan jika kamu melarikan diri dari kenyataan, pekerjaanmu tidak akan ke mana-mana......."

 

"I-Ini bagian dari pekerjaan. Ya, bekerja. Pengumpulan informasi! Informasi adalah sumber kehidupan para pedagang dan bangsawan! Lebih baik melihatnya sendiri daripada mendengarkan desas-desus!" Liselotte berkata, seolah meyakinkan dirinya sendiri, lalu berdiri.

 

"Perlakukan dia sama seperti pengunjung yang pertama kali datang dan tunjukkan dia ke perkebunan, Chloe."

Liselotte mengarahkan.

 

"Baik."

Chloe membungkuk sekali dan meninggalkan ruangan.

 

"Seperti biasa, kamu akan hadir bersamaku. Perlakukan hal itu sebagai jadwal makan siang yang diperpanjang"

 

"Sesuai keinginanmu Liselotte-sama." Aria mengangguk pasrah dengan senyum di wajahnya.

 

◇◇◇◇

 

Kira-kira setengah jam kemudian......

Dengan Aria sebagai pengawalnya, Liselotte melangkah ke dalam ruang pertemuan gedung gubernur Amande. Yang sedang duduk di sofa di dalam ruangan adalah Erica. Ketika Liselotte memasuki ruangan dan pertama kali melihatnya, dia membeku sejenak untuk menelan napasnya.

 

[ Tidak peduli bagaimana aku melihatnya....... Apa dia orang jepang.....? ]

 

Fitur wajah Erica jelas seperti orang jepang. Dia mengenakan gaun yang pasti akan dianggap sebagai cosplay di jepang. Pakaiannya itu adalah desain yang normal bagi mereka yang memiliki posisi Saint di dunia ini, tapi itu pakaian itu juga memiliki dampak yang cukup besar pada Liselotte, yang memiliki ingatan tentang kehidupannya di jepang...... Terutama karena itu berasal dari orang yang mengaku sebagai Saint.

 

[ Jadi dialah Saint yang menghancurkan Kerajaan...... Hero keenam? Belum ada informasi tentang dia sampai sekarang..... Hal ini adalah keputusan yang tepat untuk bertemu dengannya. ]

 

Karena Erica berusaha keras untuk melakukan kontak, pasti ada sesuatu yang ingin dia diskusikan dengan Liselotte. Mungkin dia bisa mendapatkan beberapa informasi berguna darinya juga. Itu karena hal-hal ini bisa terjadi sehingga Liselotte tidak mengabaikan pengunjung tanpa janji sebelumnya. Itulah cara Liselotte dalam melakukan sesuatu.

 

"Apa ada masalah? Kamu melihat wajahku dan tampak terkejut...... Kamu adalah Liselotte, benar?"

Erica berdiri dengan tenang ketika Liselotte masuk dan membungkuk dengan sopan. Dia menatap wajah Liselotte dengan tertawa kecil dan bertanya ada apa.

 

"Tidak, bukan apa-apa...... Kamu pasti Saint Erica. Seperti yang kamu katakan, aki adalah presiden dari Ricca Guild, Liselotte Cretia. Aku juga gubernur kota ini."

 

"Senang berkenalan denganmu. Namaku Erica. Aku khawatir gelar Saint-ku akan terdengar terlalu aneh bagimu untuk bertemu denganku, jadi aku senang bisa bertemu denganmu." Kata Erica, bercanda tentang bagaimana dia pikir gelarnya sendiri juga mencurigakan.

 

"Aku sebenarnya pernah mendengar namamu sebelumnya, jadi aku ingin bertemu denganmu sendiri. Silakan duduk." Kata Liselotte, duduk di seberang Erica.

 

"Sungguh? Kamu pernah mendengar tentangku?"

Erica memiliki senyum kegembiraan palsu di wajahnya saat dia duduk.

 

"Aku mendengar desas-desus belum lama ini. Sebuah pemberontakan terjadi di sebuah Kerajaan kecil, melahirkan negara berkembang baru. Orang yang memimpin orang-orang pada saat itu disebut Saint Erica."

 

[ Itu kamu, kan? ]

Liselotte menatap Erica seolah menyiratkan itu. 

 

"Ara, begitukah? Aku terkejut informasi itu menyebar begitu cepat di dunia seperti ini. Ya, akulah orangnya." 

 

"Aku mengerti......"

 

Erica mengakui kebenaran dengan begitu mudah, Liselotte kehilangan keseimbangan untuk sesaat.

Kerajaan yang jatuh adalah Kerajaan kecil yang tidak penting yang terletak di perbatasan terpencil, jadi itu tidak menarik banyak perhatian. Tapi dia tidak menyangka Erica mengakui kalau dia memimpin negara ke dalam kehancuran dengan begitu mudah.

 

Mengakuinya bisa membuatnya dianggap sebagai risiko keamanan.

"Apa kamu waspada karena kamu pikir akulah yang memimpin Kerajaan menuju kehancuran?"

Erica bertanya dengan bercanda, setelah melihat melalui Liselotte.

 

Liselotte menjawab setelah jeda singkat.

"Jika aku menilai sesuatu dengan hanya berfokus pada hal-hal negatif dari hasilnya, itulah masalahnya. Namun, ada alasan di balik semua yang terjadi. Aku tidak akan bisa memberikan evaluasi yang tepat tanpa mempertimbangkan proses dan hasilnya."

 

"Ara, pemikiran yang cukup indah yang kamu miliki."

Erica tertawa dengan elegan.

 

"Itu tidak benar..... Jadi kenapa kamu ingin bertemu denganku hari ini?"

 

"Ah, jadi kamu tertarik denganku. Itu membuatku sangat senang. Dan hal yang sama berlaku untukku juga. Aku mendapatkan rasa tertarikku kepada Ricca Guild yang mendapatkan begitu banyak ketenaran di negara kita, dan padamu secara pribadi. Aku datang ke sini karena aku ingin bertemu denganmu."

 

"Jadi kamu datang menemuiku karena penasaran?"

Liselotte bertanya secara tidak langsung apakah dia di sini hanya untuk bertemu dengannya, dan bukan untuk tujuan lain.

 

"Bertemu denganmu bukan satu-satunya tujuanku. Aku ingin mengawasiku."

 

"Mengawasiku?" Liselotte tampak bingung dengan jawaban yang tak terduga.

 

"Ya. Aku ingin kamu pindah ke negara kami dan meminjamkan kekuatanmu untuk mengembangkannya. Sama seperti yang kamu lakukan untuk Amande di sini."

Kata Erica, memulai topik yang benar-benar tidak menentu.

 

Liselotte adalah Putri dari Count Cretia, bangsawan terkemuka dari Kerajaan Galarc, dan dia juga presiden dari Ricca Guild. Memintanya untuk pindah ke negara terpencil yang tidak dikenal biasanya tidak terpikirkan.

Faktanya, hal itu sangat tidak masuk akal, undangannya terdengar seperti lelucon...... Tapi Erica sepertinya tidak bercanda.

 

"Aku seorang bangsawan dari Kerajaan Galarc. Aku tidak bisa melakukan hal seperti itu."

Kata Liselotte dengan tatapan serius.

 

"Ara. Apa yang harus aku lakukan agar kamu menerimanya, kalau begitu?"

Erica tampaknya tidak menyadari betapa konyolnya permintaannya; pertanyaannya disusun dengan asumsi Liselotte bisa diyakinkan.

 

[ Sulit untuk mengatakan seberapa serius dirinya...... Sepintas, dia memiliki senyum yang sopan, tapi..... ]

 

Rasanya seperti Liselotte sedang berbicara dengan seseorang yang memakai topeng. Diundang ke sesuatu yang begitu luar biasa segera setelah melakukan pertemuan membuat Liselotte merasa waspada terhadap Erica.

 

"Hal itu akan menjadi hal lain jika sementara mengunjungi Kerajaan yang memiliki hubungan persahabatan dengan kami, tapi apa menurutmu seorang bangsawan akan dapat menerima undangan dari Kerajaan yang tidak dikenal dengan begitu mudah?  Memintaku untuk bermigrasi sama dengan memintaku untuk meninggalkan negaraku. Paling buruk, hal itu akan dilihat sebagai menghasut peperangan dengan Kerajaanku."

Kata Liselotte, menekankan ketidaksetujuannya yang kuat terhadap situasi tersebut. Undangan Erica memintanya untuk mengkhianati tanah airnya.

 

Pada saat inilah Erica akhirnya mengerutkan kening.

"Jadi kendalanya adalah Kerajaanmu, ya. Kamu adalah bangsawan dari Kerajaan Galarc, jadi kamu tidak bisa pindah ke yang lain."

 

"Bahkan jika aku bukan bangsawan, aku tidak bisa memikirkan alasan untuk pindah ke Kerajaanmu. Aku mencintai Kerajaan ini, dan aku bangga dengan kota yang aku pimpin ini."

 

"Jadi begitu. Namun, Keluarga Kerajaan dan bangsawan mengatur orang-orang sebagai kelas istimewa. Tidakkah menurutmu hal ini bisa menciptakan rantai kemalangan?"

 

"Apa yang tiba-tiba kamu bicarakan itu.....?"

Pertanyaan Erica agak terlalu berisiko untuk dianggap sebagai humor gelap, jadi Liselotte menanyainya dengan ekspresi mencari tahu.

 

"Aku mengatakan Keluarga Kerajaan dan bangsawan hanya menghalangi perkembangan dunia."

 

"Aku juga bagian dari Keluarga Kerjaan dan bangsawan itu......." Liselotte mengerutkan keningnya karena diberitahu hal-hal seperti itu di wajahnya. Dia hampir merasa muak dengan percakapan ini.

 

"Namun, ketika kamu pindah ke negara kami, kamu akan membuang statusmu sebagai bangsawan. Karena kami tidak memiliki Keluarga Kerajaan atau bangsawan di negara kita." Kata Erica, seolah-olah kesimpulannya sudah ditetapkan.

 

Liselotte memiliki banyak pengalaman berbicara dengan orang-orang yang memiliki kesimpulan sendiri yang diputuskan tanpa niat untuk mendengarkan, tapi Erica melampaui mereka semua sejauh ini.

 

"Dan aku katakan kalau aku tidak punya niat untuk bermigrasi......"

 

Percakapan itu tidak berjalan dengan baik, menyebabkan Liselotte menambahkan lebih banyak emosi di balik nada suaranya saat dia menyangkal Erica.

 

Suara gemerincing terdengar di dalam ruangan;  sumbernya tepat di belakang Liselotte, berasal dari Aria.

Dia telah menjatuhkan pena tulisnya.

 

"Maaf."

Aria membungkuk hanya dengan kata-kata itu, tapi dia menjadi  kepala pelayan pelayan bukan tanpa suatu alasan. Dia sengaja membuat suara yang tidak terduga, membuat tuannya mengatur ulang pikirannya.

Merasakan itu, Liselotte menghela napas kecil dan berterima kasih kepada Aria di dalam hatinya.

 

[ Terima kasih, Aria. ]

 

"Kamu mengatakan Keluarga Kerajaan dan bangsawan hanya membahayakan perkembangan dunia, kan?"

 

Liselotte mencoba untuk memperbaiki lintasan topik.

Percakapan itu meluas di semua tempat, jadi dia fokus pada satu aspek saja.

 

"Kelas istimewa hanya membuat orang-orang di negara kecilku mengering selama bertahun-tahun. Apa kamu tahu alasannya?" Erica bertanya lagi.

 

"Mereka tidak diberkati dengan penguasa yang baik, kurasa....."

 

Dia tidak salah. Tapi Liselotte tetap mengernyit, percaya kalau tidak ada jawaban yang sempurna.

 

Sementara itu......

 

"Sepertinya kamu sudah mengerti. Jika aku harus menulis ulang lebih banyak secara menyeluruh, hal itu karena monarki berbasis status adalah sistem sosial yang sangat tidak sempurna."

Erica tersenyum puas, menggali lebih dalam jawaban Liselotte dengan kata-katanya.

 

"Kamu harus menghadapinya—fakta kalau menerima kerangka kerja dari kelas istimewa menciptakan sistem di mana mereka bisa lebih banyak mengisi kantong mereka. Selama kelas penguasa diberikan kendali bebas, warga negara harus mempercayakan stabilitas hidup mereka pada niat baik para penguasa. Akibatnya, terciptalah dunia di mana orang-orang terus dieksploitasi. Ini adalah masalah umum di banyak Kerajaan di dunia ini. Tidakkah kamu setuju?"

 

Erica mengajukan pertanyaan kepada Liselotte yang menguji kesetiaannya sebagai bangsawan. Jika Liselotte menjawab kalau itu bukan masalah, kata-katanya akan dianggap sebagai kelas bangsawan dan Keluarga Kerajaan yang tidak mau kehilangan hak istimewa mereka dan memiliki kesetaraan dengan kelas biasa. Jika dia menanyakan pertanyaan yang sama kepada Nidoll Proxia, Nidoll mungkin akan menjawab kalau dia tidak punya masalah dengan itu.

 

"Bahkan jika itu benar, itu bukan sesuatu yang bisa aku perbaiki." Kata Liselotte.

 

"Bukankah itu karena kamu menolak untuk membuang hak istimewamu sebagai bangsawan? Kamu ingin menggunakan orang-orang sebagai batu loncatan untuk keuntungan yang manis. Apakah aku salah?"

 

"Aku tidak akan menyangkal kalau aku dibesarkan di lingkungan yang istimewa. Tapi bukan berarti aku akan menginjak warga untuk mengeksploitasi mereka. Aku memerintah Amande dengan mempertimbangkan rakyat, bertujuan untuk menciptakan kesetaraan sebanyak mungkin."

 

"Memang Amande adalah kota yang indah. Orang-orangnya penuh dengan kehidupan. Tapi itu hanya karena kamu memerintah kota ini. Bagaimana jika orang lain mengambil alih pemerintahan kota ini di masa depan, menyebabkan kehidupan masyarakat memburuk? Tidakkah menurutmu kita harus membuat sistem untuk mencegah hal seperti itu?"

Erica mengajukan pertanyaan demi pertanyaan, yang semuanya dibuat agar terdengar adil. Setiap Keluarga Kerajaan atau bangsawan dengan nilai-nilai luhur akan kesulitan menjawabnya.

 

"Bahkan jika aku melakukannya, itu akan sulit. Seperti yang aku katakan, hal itu bukan sesuatu yang bisa aku perbaiki." Liselotte menjawab dengan ekspresi menahan sakit.

 

Erica memiringkan kepalanya dengan rasa penasaran.

"Kenapa menurutmu itu sulit? Itu mudah. Kita hanya perlu memberikan hak pengambilan keputusan kota kepada masyarakat dalam bentuk dewan. Apa kamu mengatakan kamu tidak bisa melakukan itu?"

 

"Hal itu tidak sesederhana itu sama sekali. Jika kamu ingin melakukan itu, kamu harus mengembangkan pendidikan rakyat terlebih dahulu. Ketika orang-orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan politik tidak dapat diandalkan, kelompok tersebut akan menghancurkan diri sendiri. Atau, mereka yang tahu akan memanfaatkan kebodohan itu untuk membengkokkan politik demi kenyamanan mereka sendiri. Hal itu hanya akan melahirkan kelas istimewa baru. Ada masalah dalam memaksakan demokrasi ke rakyat dari atas, jadi bahkan jika pendidikan berkembang, hambatan seperti itu tidak akan pernah sepenuhnya hilang." Liselotte membuat daftar masalah dengan masalah yang Erica sebut sederhana, memberikan bantahan yang logis.

 

"Kamu benar-benar cerdas. Kamu mengerti kalau orang-orang sebenarnya adalah binatang. Dan fakta itu tidak akan pernah berubah tidak peduli seberapa maju masyarakat. Kamu memahaminya dengan sempurna. Betapa indahnya. Ya, itu sebabnya aku......"

Mata Erica melebar sedikit.

 

Sesuatu sepertinya menusuk jantungnya, karena topeng senyuman yang dia kenakan sampai sekarang terlepas, menunjukkan ekspresi menyakitkan di baliknya.

Dia menggertakkan giginya seolah-olah dia menahan dendam yang kuat terhadap sesuatu. Itu adalah ekspresi mirip manusia pertama yang Liselotte lihat darinya.

 

"Apa yang kamu maksud itu...?"

Liselotte menatap Erica dengan penuh tanya. 

 

"Maaf. Memikirkan seseorang yang secerdas kamu tidak ada di bangsa kami membuatku memanas."

Erica menempelkan topeng tersenyumnya di wajahnya sekali lagi. Topeng seorang Saint......

 

"Kurasa aku mengerti bagaimana kamu memimpin orang-orangmu dan menciptakan sebuah negara berdasarkan percakapan kita barusan."

Liselotte menyimpulkan sambil menghela napas.

 

"Oh? Bukankah itu mengesankan. Apa kamu bersedia menjelaskannya kepadaku?"

Erica bertanya dengan mata melebar.

 

"Itu karena kamu memikirkan orang-orang, bukan?"

Liselotte menjawab.

 

"He Hehehe. Ha ha ha." Erica tertawa keras.

 

"Apa yang lucu?"

 

"Ah, tidak ada. Aku hanya ingin menciptakan dunia di mana yang lemah tidak ada. Sebagai permulaan, aku menciptakan negara demokratis untuk rakyat, oleh rakyat...... Dengan kata lain, ini adalah rencana besarku untuk membalas dendam."

 

"Balas dendam, katamu ..."

 

"Ya. Itu sebabnya, menciptakan dunia di mana yang lemah tidak ada hanyalah sarana. Tujuanku adalah balas dendam."

 

"Aku tidak yakin aku bisa paham apa yang kamu katakan itu......" Tepat ketika Liselotte berpikir mereka dapat melakukan percakapan yang cerdas, ini terjadi.

Liselotte memiliki ekspresi lelah di wajahnya.

 

"Obrolan kita sangat berarti. Itu sebabnya, aku ingin mengundangmu sekali lagi. Liselotte Cretia, tolong buang statusmu dan datanglah ke negaraku..... Untuk menciptakan negara di mana semua orang setara."

 

"Aku menolak..... Aku yakin negara di mana semua orang setara akan menjadi luar biasa. Tapi menciptakan tempat seperti itu tidak mungkin. Kamu mengkritik aturan Keluarga Kerajaan dan bangsawan, dengan mengatakan kalau rakyatlah yang seharusnya mengatur negara, namun ada segunung masalah yang harus ditangani agar hal itu berhasil. Aku percaya sistem saat ini lebih baik jika dibandingkan. Jika hal-hal perlu diubah, maka perubahan itu akan terjadi secara perlahan. Menurut pendapatku, menghasut orang untuk melakukan revolusi mendadak bukanlah langkah yang tepat."

 

[ Hal itu hanya akan membawa kehancuran. ]

Liselotte memberikan pendapatnya tentang masalah ini dengan lancar.

 

"Kamu menolakku apapun yang terjadi?"

 

"Ya. Faktanya, aku tidak mengerti. Mengapa kamu begitu terpaku kepadaku sebagai individu......?"

Liselotte berkata, menunjukkan sekilas kebingungannya.

 

"Sejujurnya, aku awalnya memperhatikan pengaruh Ricca Guild. Namun, ketika aku mendengar nama produknya, aku mulai menaruh minat pada orang di belakangnya. Aku awalnya yakin seorang penasihat adalah orang yang menemukan produknya, tapi setelah berbicara denganmu, aku menemukan jawabannya. Itu kamu, bukan? Yang membuat produk menggunakan kata-kata dari bumi." Kata Erica, menatap Liselotte.

 

Liselotte memiringkan kepalanya dengan rasa bingung.

"Apa maksudmu.....?"

 

"Kamu tidak perlu bertindak bodoh. Tidak, mari kita lihat. Jangan bermain bodoh denganku. Namaku Sakuraba Erika, kamu... Apa namamu mungkin Rikka? Kamu terlihat seperti gadis remaja di luar, tapi berapa usiamu sebenarnya? Apa kamu mengerti apa yang aku katakan?"

Erica tiba-tiba menurunkan nada bicaranya yang sopan dan seperti Saint dan mulai berbicara dengan akrab, seperti perempuan muda biasa seusianya.

 

"Kamu benar-benar mengubah topik pembicaraan begitu tiba-tiba. Kamu telah mengubah nadamu sekarang juga. Apa itu cara bicaramu yang sebenarnya?"

Liselotte bertanya dengan kaget, matanya melebar.

 

"Aku lebih senang jika kamu menjawab pertanyaanku terlebih dahulu. Mulai sekarang, aku bukan Saint Erica yang berbicara, tetapi Sakuraba Erika. Hanya jika kamu tidak keberatan pelayanmu mendengarkan, itu saja."

Erica menatap Aria, yang berdiri di belakang Liselotte.

 

"Aku mengerti...... Kalau begitu, akulah yang berada di belakang produk Ricca Guild.  Tidak apa-apa jika Aria tetap di sini."

Setelah pertama kali, ketika Rio membawa Miharu kepadanya, dia menjelaskan kehidupan sebelumnya kepada Aria seorang.

 

"Hmm. Jadi, siapa namamu dan berapa usiamu? Apa kamu Rikka-san? Atau Rikka-chan?"

 

"Aku sudah menjawab satu pertanyaan, jadi tolong jawab pertanyaanku selanjutnya." Jika Erica akan mengatakan apapun yang dia inginkan, Liselotte tidak punya alasan untuk menahan diri lebih jauh.

 

"Jadi aturannya adalah kita berdua menjawab satu pertanyaan masing-masing. Baiklah. Apa yang ingin kamu tanyakan? Ah, ini cara bicaraku? Ini adalah diriku yang sebenarnya — tidak, ini adalah diriku yang dulu."

Kata Erica, menjawab pertanyaan Liselotte sebelumnya.

 

"Dulu?"

 

"Giliranku selanjutnya. Siapa namamu di kehidupan sebelumnya?"

 

"Minamoto Rika. Apa yang kamu maksud dengan dirimu yang 'dulu' itu?"

 

"Sakuraba Erika saja sudah mati....... Saat ini aku adalah Saint Erica."

Sebuah bayangan melintas di wajah Erica untuk sesaat, tapi dia segera menutupinya dengan senyuman.

 

"Sudah mati?"

 

"Giliranku bertanya. Berapa umurmu di kehidupan sebelumnya?"

 

"Enam belas."

 

"Ara, itu cukup muda. Aku pikir kamu berusia sekitar mahasiswi, tapi kamu mungkin lebih tua dariku jika kita menambahkan total usiamu. Kamu masih terlihat seperti anak kecil, jadi sulit dipercaya."