Saint's Gospel – Chapter 4.5 : 「Surat Untuk Kerajaan Centostella」
Di Kerajaan Centostella, beberapa hari setelah Rio dan yang lainnya tiba di Yagumo.......
Takahisa mengurung diri di kamarnya seperti biasa sementara Masato berlatih pedang di area pelatihan..... Ksatria Putri Pertama Lilianna, Hilda, sedang menjadi latih tanding Masato sore itu, mengajarinya cara mengasah skill berpedangnya. Aki memperhatikan keduanya yang sedang berlatih dari kejauhan.
Sementara Masato masih punya jalan panjang untuk bisa mengejar Hilda, yang merupakan seorang Ksatria berperingkat kapten, Masato meningkat setiap hari. Dia mampu menyilangkan pedangnya pada level tinggi.
Lebih dari sepuluh menit telah berlalu sejak mereka mulai bertanding. Pertandingan mereka tidak berakhir dengan pertukaran yang menentukan, berlanjut tanpa henti oleh para setiap orang yang mengatur ulang posisi mereka. Ini berarti mereka sudah cukup lelah, karena mereka kehabisan napas.
"Istirahat juga penting. Mari kita istirahat sejenak, Masato-sama."
Hilda menghentikan gerakannya, mengatur pernapasannya. Masato juga berhenti.
"Oke, Pelatih Hilda-san."
Jawab Masato riang, terengah-engah. Dia menurunkan pedang latihan kayunya dan menyeka keringatnya sambil menghela napas.
"Usahamu terbayar hari ini juga."
Lilianna, yang baru saja tiba di arena beberapa saat yang lalu, mendekati keduanya. Alasan mengapa Hilda meminta istirahat adalah karena dia telah melihat Lilianna.
"Silakan, Masato-sama. Dan minumlah juga."
Pelayan Lilianna, Frill, menawarkan Masato handuk dan minuman.
"Oh, terima kasih, Frill-san.... Phew, segara sekali rasanya!" Masato mengucapkan terima kasih dengan hangat dan minum. Selama waktu itu, Aki juga berjalan, diam-diam.
"Masato-sama, ada sebuah surat datang dari Kerajaan Galarc." Lilianna menyerahkan surat kepada Masato.
"Tunggu, sungguh?! Surat itu pasti dari Satsuki Nee-chan." Masato membuka surat itu dengan gembira.
Pengirimnya adalah Satsuki, tapi Rio dan Miharu juga menulis surat untuk mereka setiap kali mereka berada di Galarc. Masato mengarahkan pandangannya ke surat itu dengan gembira sementara Aki menatapnya dengan rasa penasaran.
Surat itu berisi situasi Satsuki dan Rio baru-baru ini. Rio telah berangkat dalam perjalanan lain dengan yang lainnya, jadi kali ini surat itu ditulis oleh Satsuki sendiri.
Dia menulis tentang bagaimana mereka bersenang-senang tinggal bersama di Mansion yang diterima Rio di halaman Kastil Galarc, tentang pemandian yang ada di sana, dan tentang acara menginap bersama yang mereka alami. Ada juga pesan yang ingin disampaikan Rio dan Miharu kepada mereka. Bagian akhirnya berisi tentang Satsuki bertanya bagaimana keadaan Masato dan Aki.
"Heeh, jadi Celia Nee-chan juga pergi ke desa itu..... Aku ingin tahu apa Arslan baik-baik saja."
Kata Masato kepada dirinya sendiri sambil membaca surat itu. Begitu dia mencapai bagian akhirnya, dia memperhatikan tatapan Aki dan menawarkan surat itu padanya.
"Ini, kalau kamu juga membacanya. Kamu penasaran juga, kan?"
"Kamu yakin.....?" Tanya Aki ragu.
Dia pikir isinya diarahkan pada Masato saja. Setelah apa yang dia dan Takahisa lakukan di perjamuan, Miharu dan Satsuki hanya tetap berhubungan dengan Masato.
"Aku mengatakan itu baik-baik saja, jadi tidak apa-apa. Mereka semua juga mengkhawatirkanmu, tahu?"
[ Ayo. ]
Desak Masato dengan lambaian surat.
"Tapi........"
Aki mengangkat tangannya ragu-ragu, lalu segera menurunkannya lagi.
"Apa ada yang salah? Apa kamu tidak peduli dengan Miharu dan Satsuki? Ada bagian yang tertulis tentang Haruto Aniki juga." Masato menyemangati.
"Tapi karena apa yang aku lakukan....."
Aki mungkin mengingat apa yang telah dia lakukan kepada Miharu dan Rio di Galarc saat rasa bersalah mengganggu ekspresinya. Dia tidak berhak membaca surat itu, pikirnya.
"Lagipula, kamu benar-benar telah merenungkannya.... benar?"
"............."
Aki menundukkan kepalanya dalam diam. Sejak dia datang ke Centostella, tidak satu hari pun berlalu tanpa dia mengingat apa yang terjadi di Galarc. Dan setiap kali dia melakukannya, dia dipenuhi dengan kesuraman.
Perasaan itu meningkat setiap harinya.
Tapi apa itu benar-benar bentuk penyesalan? Aki tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengatakannya. Itu sebabnya, dia tidak bisa setuju atau tidak setuju dengan pandangan Masato.
"Aku tidak akan menunjukkan surat ini kepada Aniki kita, tapi aku pikir aku dapat menunjukkannya kepadamu. Jadi bacalah."
"Mengapa.....?" Tanya Aki takut-takut.
"Tidak seperti Takahisa, kamu benar-benar memikirkannya, dan kamu menyesali apa yang kamu lakukan, kan?"
".............."
Masato terus mengucapkan kata-kata seperti 'menyesali' dan 'penyesalan', namun Aki tidak setuju dengan hal itu. Dia tetap diam — mudah untuk menyebutnya merenungkan dan penyesalan, tapi lalu apa? Itu adalah kata-kata yang hanya diucapkan ketika mencari pengampunan. Kata-kata yang digunakan ketika meminta maaf, meskipun dia yang salah.
Bukankah itu terlalu nyaman baginya? Dia telah melakukan hal yang mengerikan...... Bukankah terlalu nyaman untuk meminta maaf setelah itu? Itulah pertanyaan yang memenuhi kepala Aki.
Karena hal itu, Aki tidak begitu yakin lagi. Dia benar-benar merasa kasihan kepada Miharu. Dia merasa bertentangan dengan Haruto, tapi dia juga merasa bersalah untuk itu. Dia bisa menerima kalau dia telah melakukan sesuatu yang salah.
Tapi ketika Aki memikirkan Takahisa, dia juga dipenuhi dengan emosi tak berdaya yang tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata.......
Aki benar-benar tidak tahu lagi. Pikirannya sudah kemana-mana. Dia ingin Miharu muncul dan menyelamatkannya dengan nyaman. Dan hal itu seperti mendorong hati nuraninya yang bersalah lebih jauh..... Dia tidak bisa mengatakan kalau dia sedang merenungkan atau menyesali sesuatu.
Kemudian, Lilianna menatap Aki.
[ Aki-sama telah merenungkan banyak hal dan menyesalinya, yang membuatnya sangat kesakitan sekarang. Sebaliknya, Takahisa-sama...... ]
Lilianna memikirkan Takahisa, yang tidak ada sekarang.
Apa yang telah mereka berdua telah dilakukan akan tetap menjadi fakta—tidak ada yang bisa menghapusnya. Itu sebabnya, Aki terus menderita karenanya.
Takahisa merasakan sakit yang sama, tapi dia mengurung diri di kamarnya dan menolak untuk berinteraksi dengan siapa pun. Ketika Lilianna membandingkan keduanya, dia tidak bisa melihat Takahis menderita dengan cara yang sama seperti Aki.
[ Perlu waktu untuk menyadari kesalahan diri sendiri dengan benar. Itu yang aku yakini, tapi...... ]
Apa hal itu benar-benar hal yang benar untuk dilakukan? Tidak ada yang tahu apakah Takahisa merenungkan apa yang dia lakukan di Galarc dan menyesalinya. Lilianna mulai kehilangan kepercayaan dirinya.
"Yah, terserahlah..... Aku akan meninggalkan surat ini kepadamu, Aki. Kamu dapat memutuskan kapan harus membacanya sendiri. Ini."
Masato kehabisan kesabaran untuk Aki yang menjadi diam dan meletakkan surat itu di tangannya.
"Tapi......"
Aki secara refleks mencoba mendorongnya kembali.
"Berhentilah berpikir keras. Kamu hanya dapat membacanya ketika kamu mau. Bagaimana kalau kamu menulis apa yang kamu rasakan dalam sebuah surat untuk Miharu? Itulah alasan lain mengapa aku ingin kamu membaca surat ini. Aku akan memberimu surat-surat lainnya juga."
Masato mendorong surat itu kembali dengan kuat.
"............."
Bahkan setelah mendengar hal itu, Aki tidak bisa langsung membaca surat itu.
Namun, dia tidak mencoba mengembalikannya ke Masato lagi, dan malah memeluknya di dadanya.