Saint's Gospel – Chapter 3 : 「Reuni di Desa」

 

Kira-kira tiga minggu kemudian, Sara dan yang lainnya kembali ke Strahl dari desa roh. Roh kontrak Sara, Hel, menyelinap ke dalam Mansion dalam bentuk rohnya dan memberitahu semuanya tentang kepulangan mereka. Rio menyelinap keluar dari Mansion malam itu untuk menuju ke rumah batu tempat Sara dan yang lainnya menginap di pinggiran Ibukota.

 

"Maaf karena terlambat." Kata Rio.

 

"Tidak apa.  Silakan, masuk."

Kata Sara, dan Rio masuk. Diundang oleh Sara, Rio melewati pintu depan.

 

"Lama tidak bertemu, Rio."

 

"Selamat malam semuanya."

Orphia dan Alma juga ada di sana untuk menyambutnya.

 

"Aku senang melihat kalian bertiga baik-baik saja. Apa ada hal baru yang terjadi?"

 

"Ya. Kami sudah mendapat izin untuk membawa Celia ke desa.  Kristal teleportasi ini juga telah diisi ulang dengan esensi sihir, jadi siap digunakan kapan pun."

 

"Terima kasih. Kita mungkin akan pergi dalam beberapa hari ke depan."

 

"Oke. Tapi ada hal lain...... Aku tidak yakin apa hal ini bisa diklasifikasikan sebagai masalah, tapi ada orang yang ingin bertemu denganmu begitu kami kembali ke desa." Kata Sara kepada Rio dengan nada agak ragu.

 

"Menemuiku? Aku tidak keberatan...... Tapi siapa itu?"

Rio bertanya dengan memiringkan kepalanya dengan ekspresi penasaran.

 

"Tentang itu....... Kami diminta untuk tidak mengatakan apapun agar penjelasan bisa diberikan secara langsung. Bisakah kamu menunggu sampai kita kembali ke desa untuk mendengar detailnya?"

Sara menggaruk pipinya, tidak yakin bagaimana menjelaskannya.

 

"Baiklah. Aku mengerti."

Rio tidak bisa benar-benar memahami situasinya, tapi jika Sara yang mengatakan ini, pasti ada alasannya.

Rio bukanlah tipe orang yang suka mengorek sesuatu. Dia mengangguk dengan mudah dan memutuskan untuk menunggu sampai mereka mencapai desa.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa hari kemudian, sudah waktunya bagi Rio dan yang lainnya untuk berangkat ke desa roh. Berdiri di pintu depan halaman Mansionya, ada Satsuki dan Charlotte, yang datang untuk mengantar mereka pergi.

Francois telah mengucapkan selamat tinggal sebelumnya, sementara Rio dan Celia mengunjungi Christina dan Flora untuk memberitahu mereka tentang kepergian mereka. Liselotte juga telah mengucapkan salam perpisahan sebelumnya, jadi tidak ada dari mereka yang hadir untuk mengantar mereka sekarang.

 

"Aku tidak percaya kamu akan pergi selama dua bulan lagi....... Aku akan sangat kesepian lagi di sini."

Charlotte menggembungkan pipinya sambil merajuk, menatap Rio dari jarak dekat. Setiap anak laki-laki yang tumbuh tidak terbiasa dengan anak perempuan akan terpesona ketika melihatnya.

 

"Aku berencana untuk tinggal di Mansion untuk sementara waktu lain kali setelah aku kembali."

Rio mengalihkan pandangannya dengan canggung.  Mata Latifa berkilau di sampingnya.

 

"Putri Charlotte, ini agak terlalu dekat."

 

"Kita akan berpisah cukup lama, jadi aku sengaja mendekatimu." Charlotte bergerak maju lebih jauh lagi, menutup jarak antara dia dan Rio sampai tidak ada jarak yang tersisa. Dia menyandarkan tubuh bagian atasnya ke dada Rio.

 

"Onii-Chan!"

Suara Latifa hampir seperti teriakan.

 

Satu-satunya alasan mengapa dia tidak menjauhkan Charlotte pada saat itu juga adalah karena dia sadar kalau orang lain yang terlibat memang seorang Putri.

Miharu dan Celia sama-sama menyadari hal ini, tapi kepribadian mereka mencegah mereka melakukan sesuatu selain melihat dengan gugup.

 

"Putri Charlotte, bercandaanmu sudah terlalu jauh."

Rio meletakkan tangannya di bahu Charlotte dan perlahan mencoba membuat jarak di antara mereka.

Namun—

 

"Aku tidak sedang bercanda......"

Charlotte segera meraih tangan kanan Rio dengan gerakan anggun dan diam-diam membawanya ke pipinya. Dia kemudian melanjutkan untuk menyentuh jari-jarinya dengan bibirnya.

 

"Ups, aku menciummu."

Ada rona merah tipis di pipinya. Dia menambahkan beberapa komentar tentang bagaimana ini adalah pertama kalinya dan bagaimana dia tidak akan melakukan hal seperti bercandaan.