Tapi suara gemetar Miharu menghentikannya.
Wajahnya diwarnai dengan warna buah persik yang matang. Dia tidak ingin Rio melihatnya seperti itu.
"Waaah, wajahmu memerah Miharu Onee-chan."
Kata Latifa dengan mata melebar.
"W-Wajahku tidak memerah."
Penolakan Miharu keluar dengan suara yang agak bernada tinggi. Dia bisa merasakan panas dari wajahnya sendiri.
"Umm, kalian tidak perlu sedekat itu."
Rio mencoba memprotes dengan ragu-ragu.
"Kalian semua terlalu dekat dengan Rio!"
"Bukankah tidak adil jika kamu ditinggalkan benar, kan, Sara?"
"Ya! Tunggu, aku tidak—?!"
"Tidak apa-apa. Ayo kita lebih dekat, atau tidak akan ada ruang bagi kita."
Sara, Orphia, dan Alma berkerumun di depan, membuat segalanya semakin sempit dan sesak.
[ A-Aku tidak bisa bergerak....... ]
Biasanya, Rio mampu bergerak dengan kecepatan tinggi untuk menghindari semua serangan musuh, tapi pada saat ini dia benar-benar tidak berdaya. Dia diblokir di semua sisi.
Rio mencoba menggerakkan anggota tubuhnya sedikit, namun sensasi berbagai yang tidak boleh disentuh ditransmisikan kembali kepadanya.
Suara berisik seperti 'Aku lebih di sana, Sara!' dan 'Wajahmu terlalu dekat, Aishia!' bergema di sekelilingnya.
"Aku padahal sudah bilang tidak perlu sedekat ini......"
Tidak ada yang memperdulikan pendapat Rio.
[ Y-Ya terserahlah. Mari kita berteleportasi dari sini secepat mungkin. ]
Rio berkata kepada dirinya sendiri, menjernihkan pikirannya sehingga dia bisa membuat keputusan.
"B-Baiklah, ayo pergi sekarang. Aku akan melafalkan mantranya. Transilio."
Rio mengucapkan mantra dan mengaktifkan kristal teleportasi di tangannya. Beberapa saat berikutnya, ruang di sekelilingnya berputar dan melengkung di sekitar Rio. Sesaat kemudian, pemandangan berubah total. Mereka telah pindah dari hutan di pinggiran Galarc ke desa roh jauh di dalam Wilderness. Dari segi posisi, mereka terletak satu atau dua menit jika melakukan penerbangan ke balai kota desa.
Ada perbedaan waktu antara wilayah Strahl dan desa, tapi saat itu keadaan langit masih terang saat mereka berteleportasi. Sinar matahari menembus pepohonan dan melintasi hutan. Ada mata air di samping mereka dan langit biru membentang di atas kepala mereka.
Pada waktu biasa, hal ini akan menjadi tempat yang tenang dan damai. Namun, karena para perempuan dalam kelompok itu telah membuat keributan sampai teleportasi, mereka tidak menyadari kalau mereka telah tiba. Hal ini menyebabkan suara keras mereka bergema melalui hutan.
"Kita sudah sampai loh......"
Kata Rio kepada gadis-gadis yang masih menempel padanya sambil menghela napas lelah. Dia kemudian melihat sekeliling untuk memastikan kalau mereka telah berhasil berteleportasi — saat itulah dia melihat tatapan dari arah tertentu.
Beberapa orang yang tampak seperti memakai pakaian tradisional jepang duduk di tepian berbatu mata air.
Mereka terkejut dengan kedatangan Rio dan gadis-gadis yang lainnya—atau mungkin mereka terkejut melihat begitu banyak gadis cantik menempel di Rio—saat mereka berkedip heran.
[ Kenapa mereka ada disini.......? ]
Rio mengenali beberapa orang di antara mereka—mereka adalah orang-orang yang seharusnya berada di perhentian berikutnya dalam perjalanan mereka.
Rio membeku dalam kebingungan. Gadis-gadis yang menempel padanya secara alami memperhatikan tatapannya dan melihat ke arah yang sama. Akibatnya, kelompok Rio dan orang-orang yang mengenakan kimono saling menatap. Kemudian, seorang laki-laki berdiri dari kelompok itu.
"Kenapa kamu ada di sini, Gouki-san?"
Rio bertanya padanya. Dia adalah prajurit senior dari Kerajaan Karasuki—Saga Gouki—dan mantan pengawal ibu Rio, Ayame, dengan ayah Rio, Zen.
"Kami diberitahu kalau kamu akan muncul saat musim semi ini jika kami menunggu di sini......"
Gouki menggaruk pipinya dengan canggung, lalu berhenti untuk menatap gadis-gadis di sekitar Rio.
"Aku bisa melihat bertapa tenarnya dirimu, hmm? Seperti yang diharapkan dari Putri Ayame dan Putra Zen." Dia tertawa terbahak-bahak.
"Tidak, umm..... Ini... Haha."
Rio mencoba menepisnya dengan tertawa.
Miharu, Celia, dan Latifa memperhatikannya, bertanya-tanya siapa orang itu. Sementara itu, tiga gadis desa roh yang telah kembali lebih awal tampaknya menyadari identitas mereka, karena mereka malah hanya menatap wajah Rio. Akibatnya, udara agak canggung di antara mereka semua.
"Mou, jangan menggoda Rio-sama, sayang."
Di belakang Gouki, istrinya, Saga Kiyoko, memarahi suaminya dengan nada dingin.
Seolah-olah Kiyoko mengatakan ini bukan waktunya untuk bercanda.
"K-Kamu benar."
Gouki mengangguk canggung.
"Kami pernah ditolak olehmu sekali, namun kami tetap tidak menyarah untuk bersamamu dan melayanimu. Aku tahu kalau aku kurang pantas untuk bertanya seperti ini lagi, tapi apa kamu mengizinkan kami kesempatan lain untuk meyakinkanmu?"
Gouki menurunkan dirinya ke satu lutut, tiba-tiba, memohon kepada Rio dengan hormat yang rendah hati.
"Kumohon, Rio Nii-sama!"
Suara seorang gadis kecil berteriak. Dia adalah putri Gouki, Saga Komomo. Di sampingnya adalah penjaga dan pelayannya, Aoi.
"Bahakn Komomo ikut juga, dan juga......."
Rio menatap gadis yang bersembunyi di belakang Gouki dan Komomo. Ada seorang anak laki-laki yang dikenalnya tepat di sampingnya.
"Shin-san dan Sayo-san......"
Mereka adalah kakak beradik dari desa tempat Rio tinggal. Rio telah mengucapkan selamat tinggal kepada mereka sebelum meninggalkan wilayah Yagumo.
[ Mengapa mereka ada di sini? ]
Rio memasang ekspresi serius di wajahnya saat dia memikirkan alasannya.
"Hei, Sayo. Untuk apa kau bersembunyi di sana? Kemarilah."
"T-Tunggu, Shin......"
Dengan nada cemberut, Shin meraih tangan Sayo dan dengan paksa menariknya ke tempat di mana Rio bisa melihatnya lebih baik. Tatapan Sayo bertemu dengan Celia dan yang lainnya menempel dengan Rio untuk sesaat, lalu menundukkan kepalanya untuk mengalihkan pandangannya dengan tatapan cemburu.
"............"
Saat melihat reaksi Sayo, gadis-gadis di sekitar Rio yakin kalau sesuatu telah terjadi di antara mereka.
"Tch, lebih percaya dirilah."
Shin melihat antara Sayo dan gadis-gadis di samping Rio, lalu menyipitkan matanya dengan tatapan tajam.
"Bagaimanapun, aku senang bertemu denganmu lagi. Aku baru saja berpikir untuk kembali ke wilayah Yagumo, tapi bagaimana kalau kita pindah ke tempat lain dulu? Aku juga ingin menyapa para tetua."
Rio tampak agak bermasalah, namun akhirnya melunakkan ekspresinya menjadi senyuman.
"Tentu saja. Dengan senang hati kami menerimanya."
Gouki menundukkan kepalanya dalam-dalam. Dengan demikian, seluruh kelompok itu pindah ke balai kota terlebih dahulu.
◇◇◇◇
Di balai kota desa, di sebuah ruangan di lantai tertinggi........
Rio mengadakan reuni dengan para tetua: Syldora, Dominic, dan Ursula. Setelah mereka senang bertemu kembali lagi, Rio memperkenalkan Celia kepada mereka bertiga.
"Senang berkenalan dengan kalian. Namaku Celia Claire. Terima kasih telah mengundangku ke desa ini."
Celia berdiri dari kursinya, dengan ringan meraih ujung gaunnya untuk membungkuk sopan.
Sikapnya yang sopan membuat para tetua dan kelompok Gouki melebarkan mata mereka.
"Aku adalah salah satu tetua, High Elf, Syldora. Selamat datang, Sensei-nya Rio. Mereka berdua adalah sesama tetua sepertiku, Fox Werebeast Ursula dan Elder Dwarf, Dominic."
"Namaku adalah Ursula. Kami telah mendengar banyak tentangmu dari Rio. Sepertinya Sara dan yang lainnya juga berteman baik denganmu. Aku harap kalian menikmati waktu kalian bersama kami."
"Selamat datang, nona kecil!"
Dengan demukian, semua tetua menyambut Celia.
"Kecil....... Ah, terima kasih banyak."
Mata Celia melebar samar karena dipanggil "nona kecil." Tapi kemudian dia tertawa senang.
"Halo semuanya."
Saat itu, muncul partikel cahaya berkumpul di sudut ruangan, kemudian muncul roh kelas tinggi yaitu Dryas yang muncul entah dari mana.
"Oh, Dryas-sama."
"Aku merasakan kehadiran Aishia jadi aku datang menemuinya. Kamu pasti adalah Celia. Sara dan yang lainnya memberitahu kami kalau kamu akan datang ke desa. Ah, namaku adalah Dryas."
Katanya, menjelaskan alasannya muncul di hadapan mereka.
"K-Kamu adalah roh humanoid seperti Aishia...... Senang bertemu denganmu. Namaku Celia Claire. Aku juga mendengar tentangmu dari Rio dan yang lainnya."
"Ya, senang bertemu denganmu."
"Aku juga."
Setelah mereka bertukar salam.......
"Hmm......." Dryas menatap Celia dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Umm....... Apa ada yang salah?"
Tanya Celia dengan gugup.
"Kamu memiliki afinitas tinggi terhadap mana untuk seorang manusia. Apa kamu unggul dalam manipulasi ode?"
"A-Apa..... itu benar?"
"Ya, mana secara alami berkumpul di dekat tubuhmu. Akibatnya, ode yang mengalir keluar darimu memiliki panjang gelombang yang sangat indah. Rio berada pada skala yang berbeda, namun kamu sendiri tidak buruk. Pada tingkat yang sama dengan High Elf seperti Orphia, atau sekitar itu. Kamu hampir seperti Elf — apa kamu memiliki nenek moyang seorang elf? Mungkin darahnya itu menurun kepadamu."
"Bagaimana kamu bisa berpikir begitu?"
"Aku belum menjadi roh humanoid selama ratusan tahun sebuah alasan. Aishia akan dapat memberitahumu hal yang sama. Roh dapat melihat mana dan juga ode secara visual."
"Aku mengerti......."
Celia menelan napasnya, terkesan dengan pengetahuan tentang roh kelas atas yang telah ada begitu lama.
Aishia berada di level eksistensi yang sama dengan Dryas dan tidak tertandingi dalam kekuatan bertarung, namun kepribadiannya yang pendiam dan kurangnya ucapan seperti roh membuatnya sulit untuk menganggapnya sebagai roh kelas tinggi.
"Baiklah setelah Dryas-sama dan para tetua telah memperkenalkan diri mereka ke Celia, aku ingin berbicara dengan kelompok Gouki......."
Rio mulai berkata, melihat ke pesta Gouki yang duduk di sudut ruangan.
Kelompok itu termasuk istrinya Kayoko, putrinya Komomo, kemudian Sayo, Shin, dan lainnya, berjumlah sepuluh orang. Ada wajah-wajah yang familiar di antara mereka, jadi tidak diragukan lagi mereka semua berasal dari Kerajaan Karasuki.
"Tentu. Kalau begitu kami harus mulai dari mana....."
Ursula mengelus dagunya sambil berpikir.
"Apa kalian semua sudah mendengar tentang bagaimana Gouki yang mempunyai hubungan dengan orang tuaku?"
"Ya. Dan aku harus minta maaf karena membicarakannya saat kamu tidak ada."
"Tidak masalah, aku yakin hal itu tidak bisa dihindari agar kalian bisa saling memahami. Karena itu, pasti ada dari kalian yang menemui wajah baru dan bagian situasi yang tidak jelas, jadi bagaimana kalau aku memperkenalkan diri kami terlebih dahulu?"
"Ya. Kita bisa memulainya dari sana."
"Pertama, mereka adalah kenalan dekat orang tuaku, Gouki-san dan istrinya Kayoko-san dan putri mereka Komomo. Gouki-san adalah prajurit senior Kerajaan Karasuki, yang terletak di wilayah Yagumo...... Setara dengan Kepala Keluarga bangsawan militer tertinggi di wilayah Strahl. Orang-orang di sekitarnya kemungkinan besar adalah pengikutnya. Mereka berdua di sana adalah penduduk desa dari kampung halaman ayahku: Shin dan adik perempuannya Sayo. Meskipun aku tidak yakin mengapa mereka ada di sini......."
Rio melakukan pengenalan kelompok Gouki kepada Celia dan yang lainnya, memberi isyarat pada mereka dengan tangannya. Mereka masing-masing membungkuk dalam urutan nama mereka dipanggil, jadi cukup jelas diri mereka.
"Namaku Saga Gouki. Ah, tapi nama-nama di wilayah Strahl adalah sebaliknya, maka itu menjadi Gouki Saga. Dia adalah istriku, Kayoko, dan kami berdua melayani ibu Rio-sama, Ayame-sama, bersama ayahnya Zen. Hal itu lebih dari dua puluh tahun yang lalu."
Dengan ramrod lurus ke belakang, Gouki memperkenalkan dirinya dan istrinya kepada Celia dan Miharu, yang duduk di samping Rio.
{ TLN : Entalah ramrod apa '-' }
"Aku baru saja memperkenalkan mereka kepada para tetua, tapi dia adalah mantan guruku, Celia Claire, adik angkatku Latifa, dan Miharu Ayase, yang tinggal bersamaku. Dan dia adalah roh kontrakku, Aishia. Kalian pasti sudah bertemu dengan kelompok Sara sebelumnya." Kata Rio kepada kelompok Gouki.
Mereka menatap gadis-gadis itu dengan penuh minat. Miharu khususnya memiliki rambut hitam yang mirip dengan apa yang akan terlihat di wilayah Yagumo, dan namanya juga terdengar seperti berasal dari tempat mereka, jadi dia menarik lebih banyak perhatian daripada yang lain.
Gouki mengangguk.
"Ya, kami sudah bertemy dengan Sara dan teman-temannya tiga minggu lalu."
"Aku diberitahu kalau ada seseorang yang ingin bertemu denganku di desa, jadi itu pasti kalian dan orang-orangnya."
Kejutan dari reuni mendadak telah memudar, namun Rio masih terlihat sedikit bermasalah.
"Ya. Aku yakin ini mengejutkanmu, tapi kami ingin berbicara langsung denganmu. Maafkan ketidaksopananku dengan mengikutimu tanpa izin."
Gouki menundukkan kepalanya cukup rendah untuk menyentuh lantai.
"Aku sama sekali tidak menganggapnya kurang ajar. Aku hanya merasa bingung....... Aku tidak menyangka kalian akan mengejarku."
Rio mengaku dengan helaan yang agak putus asa. Dia tahu mereka tidak mengejarnya dengan perasaan yang dangkal, jadi dia tidak bisa marah pada mereka.
"Kamu bilang kamu bisa kembali ke Strahl sendirian sehingga kamu tidak membutuhkan pengikut, dan menolak kami dengan jelas. Kami juga mengatakan kami akan menyerah untuk menemanimu."
"Kamu bilang kamu akan menyerah untuk menemaniku, tapi kamu tidak mengatakan apa-apa tentang tidak mengejarku. Bukan begitu?"
"Yah, pada dasarnya."
Gouki tampak sedikit bersalah tetapi menyeringai lebar.
Rio menghela nafas sekali lagi dengan energi terkuras.
"Perjalanan ke desa ini tidak mudah dengan bagaimanapun."
Makhluk buas merajalela, dan tidak ada jalan untuk diikuti. Ada bencana alam yang mengerikan di daerah-daerah tertentu, dan beberapa tempat diselimuti kegelapan sepanjang tahun karena cuaca yang tidak normal, sehingga mustahil untuk memastikan arah perjalanan. Hanya sampai ke desa akan menjadi perjalanan yang sulit.
"Hal itu di luar ekspektasi kami, tapi kami siap untuk itu. Kami tahu itu akan menjadi cobaan berat, dan pada akhirnya itu adalah pengalaman untuk latihan yang bagus. Kami beruntung bisa melakukannya tanpa kehilangan siapa pun."
"Syukurlah tidak ada korban."
Rio menghela napas lega.
"Yah, kami membatasi rekan kami hanya untuk mereka yang bisa menggunakan spirit art. Pengikutku semuanya terlatih di bidang itu, dan sementara mereka masih kurang pengalaman, Shin dan Sayo juga melakukan yang terbaik."
Kata Gouki, melihat keduanya.
"Aku benar-benar tidak berharap kamu membawa mereka berdua."
Rio menatap mereka dengan sedikit canggung.
[ Mengapa mereka di sini? ]
Itulah pertanyaan di kepalanya, tapi dia merasa terlalu canggung untuk menanyakannya dengan lantang.
"............."
Sayo tampak seperti dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan dirinya sendiri dan menundukkan kepalanya karena malu. Shin tampak tidak senang dengan itu dan bibirnya mengerut.
"Sayo memiliki perasaan yang agak kuat kepada Rio-sama...... Ketika aku berbicara dengannya, dia meminta untuk ikut dengan kami, jadi aku setuju. Shin juga seorang laki-laki yang menjanjikan, dan dia sangat peduli kepada adik perempuannya di bawah sikap kasarnya itu. Dia ikut demi Sayo. Mereka berdua datang jauh-jauh ke sini tanpa keluhan satu pun."
Gouki menatap kedua kakak beradik itu yang diam dan menghela napas ringan, menggaruk pipinya sebelum berbicara atas nama mereka.
"Hmph."
Shin mendengus tidak senang. Dia kasar sejak pergi dari desa, tapi sekarang dia lebih menggigit.
"Hei sekarang, Shin. Untuk apa kamu merajuk?"
"Aku tidak merajuk."
Shin membantah kritik Gouki dengan tatapan muram.
"Astaga. Maaf untuk itu, Rio-sama."
"Tidak, kamu tidak perlu meminta maaf...... Apa Yuba-san dan Ruri setuju mereka pergi?"
"Ya. Mereka telah memberi mereka izin penuh."
"Begitukah. Kalau begitu, bolehkah aku menanyakan detail tentang bagaimana kalian semua bisa sampai ke desa ini?" Rio bertanya.
"Kami berhasil sampai ke desa ini secara kebetulan. Kami meninggalkan Kerajaan Karasuki hanya beberapa hari setelah kamu, tapi kami baru tiba di desa ini sekitar sebulan yang lalu........"
"Gouki-dono dan orang-orangnya mengembara ke hutan kami setelah Rio membawa Sara dan yang lainnya ke wilayah Strahl. Ketika kami mendengarkan situasi mereka, kami menemukan mereka menuju ke arah yang sama — dan kemudian nama Rio muncul. Kami tidak bisa mengusir mereka begitu saja setelah itu." Ursula menjelaskan.
"Tiga tetua memberitahu kami kalau tidak akan lama sebelum Rio-sama kembali ke tanah ini, jadi mereka mengundang kami untuk tinggal sebagai tamu. Kami sangat berterima kasih kepada desa ini."
Kata Gouki, menambahkan.
"Aku mengerti sekarang. Itu berarti giliranku untuk memberikan laporanku selanjutnya."
Ada cahaya muram di mata Rio.
Merasakan keadaan pikiran Rio, Gouki memasang ekspresi serius dan menahan diri untuk tidak menyampaikan pujian atau ucapan apapun.
"Sara-sama memberitahu kami inti umum dari berbagai hal. Kamu bisa memberitahukan sisanya. Aku tidak punya kata-kata untuk mengekspresikan diriku."
Gouki menundukkan kepalanya untuk mengungkapkan rasa hormatnya yang mendalam kepada Rio.
"Kurasa akan aneh bagiku untuk berterima kasih...... Dan aku tidak yakin harus berkata apa kepada orang-orangmu setelah kamu melalui upaya seperti itu untuk sampai ke sini."
Gouki tampak bingung dengan kegelisahan Rio.
"Apa maksudmu, Rio-sama?"
"Dengan kematian Lucius, tidak ada alasan bagi kalian semua untuk datang ke Strahl lagi, bukan?"
Dengan kata lain, semua usaha mereka sia-sia.
"......Ha! Hahaha! Apa yang kamu katakan itu, Rio-sama?" Gouki tertawa terbahak-bahak setelah jeda.
"............"
Rio bingung dengan apa yang bisa begitu lucu tentang kata-katanya.
"Ah, maafkan aku karena membuat keributan. Dengan segala hormat, Rio-sama, kamu salah memahami sesuatu. Balas dendam kepada Lucius, orang yang membunuh Ayame-sama dan Zen..... Meskipun itu memang salah satu tujuan kami, namun itu bukan satu-satunya alasan kami."
Kata Gouki dengan ekspresi tegang.
"Maksudmu......?"
"Tujuan kami adalah untuk melayanimu. Kematian Lucius adalah berita positif, dan bukan alasan untuk merasa kecewa. Upaya kami hanya akan berakhir sia-sia ketika kami tidak dapat bersumpah setia kepadamu."
"Untuk melayaniku...... Bahkan ketika kamu tidak tahu apakah aku akan menyetujuinya? Aku sudah pernah menolak permintaanmu sekali di Yagumo, jadi aku yakin kamu bisa membayangkan kalau aku akan menolakmu lagi...... Dan tidak ada jaminan kamu akan menemukanku hanya dengan datang ke Strahl."
Namun Gouki dan yang lainnya mengejarnya. Rio merasakan emosi yang tak terlukiskan pada fakta itu, yang terlihat di wajahnya yang benar-benar bingung.
"Tidak satu pun dari itu yang menjadi alasan untuk tidak mengejarmu. Kami mungkin dapat melayanimu. Kemungkinan itu saja sudah cukup—itu sebabnya kami mengejarmu."
"Dengan meninggalkan tanah tempat kalian dilahirkan dan dibesarkan begitu saja? Sebagai pengawal khususnya yang pernah melayani ibuku. Apa kalian benar-benar melakukan ini?"
Teman, keluarga, kekayaan, status. Mereka akan membuang semua hal itu dengan melakukan ini.
Melakukan perjalanan berbahaya untuk sebuah keinginan yang mungkin tidak menjadi kenyataan—bukankah itu keputusan yang agak terburu-buru?
Rio memandang mereka seolah mengatakan hal itu.
"Hmm, bagaimana aku harus mengatakannya ya......"
Gouki berjuang untuk menemukan kata-kata yang tepat.
"Rio-sama. Aku minta maaf karena berbicara sebagai pelayan, tapi apa kamu bisa mengizinkanku untuk membuat satu pernyataan? Aku ingin menjelaskan perasaan para pengawal atas nama Gouki-sama."
Aoi, yang duduk di samping Komomo, mengangkat tangannya untuk meminta izin berbicara.
"Tentu, aku tidak keberatan......" Rio menatap Aoi.
"Terima kasih banyak. Sebagai pengecualian, Shin dan Sayo, kami semua pengawal yang ada di sini adalah anak yatim piatu yang diadopsi oleh keluarga Saga. Kami diberi makanan hangat, pakaian, tempat tinggal, dan sarana penghidupan. Jadi, kami berhutang banyak kepada Gouki-sama dan Kayoko-sama. Kami akan mengikuti mereka ke manapun mereka pergi, dan kami akan melayani siapa yang mereka anggap tuannya. Itulah sumber kebahagiaan kami."
Aoi menundukkan kepalanya dalam-dalam saat dia menjelaskan pikiran mereka.
"Begitu....." Kata Rio, nyaris tidak menjawab.
Rio tidak dilahirkan atau dibesarkan sebagai bangsawan, jadi sulit baginya untuk menempatkan dirinya di posisi mereka. Tapi itu tidak berarti dia tidak bisa membayangkannya—dia menemukan kesetiaan mereka begitu mengagumkan, dia hampir tercengang.
"Kami memberitahu para pelayan kalau mereka bisa tinggal bersama Hayate..... Tapi mereka semua memilih untuk tidak melakukannya. Kesetiaan mereka mengagumkan, jika aku sendiri yang mengatakannya."
Kata Gouki dengan senyum yang sedikit malu-malu.
Dia kemudian menatap Rio dengan tatapan serius dan mengatakan :
"Namun, baik istriku dan aku bangga memiliki kesetiaan untuk Rio-sama yang tidak akan kalah dari mereka."
"Kenapa kalian melakukan sejauh ini untukku? Tentu, ayahku adalah rekan kerjamu dan ibuku adalah majikan yang kalian layani, tapi......" Rio bingung.
Dia tahu bahwa Gouki dan Kayoko sangat setia padanya, tapi dia tidak tahu alasannya. Apakah menjadi putra Ayame itu penting?
"Kayoko dan aku tidak dapat memenuhi sumpah kesetiaan kami kepada Ayame-sama di masa lalu. Jadi kami pikir kami bisa mengarahkan kesetiaan yang hilang itu kepada putranya. Tapi perasaan kami tidak bisa diungkapkan dengan itu saja."
Gouki menyeringai malu-malu, mengusap lehernya dengan malu. Gestur itu membuatnya tampak cukup malu dengan kata-katanya.
"Ayame-sama dan Zen di usir oleh Kerajaan dan harus membuang identitas mereka, melarikan diri ke negeri Strahl yang jauh. Kami tidak pernah berpikir kami akan melihat mereka lagi, namun suatu hari putra mereka muncul, sangat mirip dengan mereka keduanya. Itu pertama kalinya kami melihatmu Rio-sama."
Kata Gouki dengan gembira setelah jeda.
"Hal itu membawa kembali kenangan. Kejadian itu sekitar dua tahun yang lalu, jika aku tidak salah ingat."
Rio juga memikirkan kembali kenangan saat itu dengan tatapan jauh.
"Aku mengingatnya seolah-olah hal itu terjadi kemarin."
"Hahaha." Rio tertawa dengan nostalgia pada pernyataan bangga Gouki.
"Setelah mendengarkan cerita Rio-sama, kami menemukan fakta kalau Zen dan Ayame-sama telah meninggalkan dunia ini. Rio-sama pergi ke Kerajaan Karasuki dan tidam mengetahui apa-apa selain cerita yang Ayame-sama ceritakan padanya di masa kecilnya. Kalau dia ingin membangun kuburan untuk mereka. Dia telah melakukan perjalanan berbahaya ke wilayah Yagumo hanya untuk melakukan itu. Pergi ke berbagai Kerajaan yang tak terhitung jumlahnya untuk menemukan seseorang yang mengenal orang tuanya...... Itu pasti perjalanan tanpa harapan tanpa akhir yang terlihat. Ketika kami mengetahui hal ini, kami tidak tahu harus merasa apa......."
Kata-kata Gouki penuh dengan emosi. Rio tampak sedikit tidak nyaman, namun semua orang mendengarkan dengan wajah serius.
Mereka semua bertanya-tanya setelah mendengar kata-kata Gouki, bagaimana Rio yang tidak mengerti muncul padanya ketika dia tahu kebenaran masa lalu Ayame dan Zen.
"Kamu adalah keberadaan yang mempesona bagiku. Kamu dibesarkan dengan sangat baik meskipun dalam keadaan sulit..... Aku hanya bisa kagum kepada dirimu yang akhirnya menjadi orang yang luar biasa."
Dengan kata lain, Gouki merasakan empati yang luar biasa pada Rio saat itu. Dia percaya Rio adalah orang yang layak dihormati bahkan tanpa mempertimbangkan Ayame dan Zen. Sebagai seorang prajurit dan sebagai seorang pelayan, dia jatuh cinta pada Rio sebagai pribadi. Dia dipenuhi dengan kegembiraan ketika dia menerima surat dari Yuba tentang Rio, tapi dia belum berpikir untuk bersumpah setia. Namun, semakin dia mengenal Rio, semakin kuat tekadnya.
"Tentu saja, fakta kalau kamu adalah peninggalan dari Ayame-sama dan Zen memainkan peran besar, tapi itu semua karena dirimu. Kami ingin melayanimu karena siapa dirimu—Jika kami tetap tinggal di Yagumo tanpa bersumpah setia, kami akan menjalani sisa hidup kami dengan sia-sia. Itu adalah sesuatu yang kami yakini. Kami tidak bisa duduk-duduk menunggu hanya karena kita ditolak sekali?"
Gouki berangsur-angsur menjadi lebih serius semakin dia berbicara, tapi dia sepertinya menyadari itu sendiri dan berhenti.
"Bagaimanapun, itulah alasan mengapa kami meninggalkan Kerajaan dan mengejarmu. Apa itu menjelaskan semuanya dengan jelas?"
Gouki bertanya dengan malu-malu sambil menatap Rio.
"......Ya."
Rio mengangguk setelah jeda yang canggung.
"Kalau begitu, aku ingin bertanya sekali lagi: apa kamu mau mengizinkan kami untuk bersumpah setia kepadamu?" Gouki bangkit dari kursinya dan terus berlutut di lantai di depan Rio.
Kayoko, Komomo, dan para pelayan lainnya mengikuti jejaknya dengan tenang. Ruangan itu terfokus kepada Rio untuk tanggapannya.
Bahkan meminta bantuan membuatnya merasa canggung. Rio ragu-ragu untuk waktu yang lama sebelum mengungkapkan ketidaksetujuannya.
"Sejujurnya, aku tidak terbiasa memiliki seseorang yang bersumpah setia kepadaku. Aku ragu akan terbiasa di masa depan, dan aku tidak berpikir kalau aku bisa bertindak seperti tuan untuk kalian semua. Aku juga tidak pandai memberi perintah kepada orang lain."
"Aku bisa membayangkan. Aku sangat menyadari kepribadian dirimu."
Gouki tampaknya telah memperkirakan respons seperti itu dan memiliki senyum tegang di wajahnya.
Namun, Gouki mengarahkan pandangannya yang serius pada Rio untuk menyampaikan keinginannya untuk melayani terlepas dari ini.
"Aku mengerti perasaan semuanya. Itu sebabnya, aku tidak akan meminta kalian untuk kembali ke Kerajaan Karasuki. Aku bingung."
Sesuai dengan kata-katanya, mulut Rio ditarik menjadi kerutan yang benar-benar bingung.
"Jadi.....?"
[ Apa itu artinya kamu akan menyetujui kami menjadi pelayanmu? ]
Gouki sepertinya merasakan kemungkinan itu terjadi dan menatap Rio dengan bingung.
Gouki membayangkan Rio akan menjawab berdasarkan kesimpulan kalau dia tidak akan mengambil Gouki dan yang lainnya sebagai pelayan. Tidak peduli seberapa sulit untuk menolak mereka, Rio yang sebelumnya akan melakukannya dengan tegas, seperti yang dia lakukan ketika dia menolak permintaan mereka untuk pertama kalinya.
Jadi bagaimana dengan sekarang? Sementara Rio menyatakan ketidaksetujuannya, dia tidak memberikan jawaban yang jelas. Jauh dari itu, sebenarnya.
"Aku tidak bisa menjawabmu sekarang..... Bisakah kamu memberiku waktu untuk memikirkannya?"
"T-Tentu saja! Silakan pikirkan selama yang kamu butuhkan!"
Gouki tidak dapat menahan perasaannya yang gembira dan meneriakkan tanggapannya. Itu bisa dimengerti — untuk seseorang yang ingin menjadi salah satu pelayan Rio, hal itu adalah langkah maju yang bagus. Dia tidak berencana untuk menyerah dengan mudah pada penolakan, tapi ini adalah kesalahan perhitungan yang disambut baik untuk seseorang yang telah bersiap untuk pertempuran yang lebih lama.
[ Apa mencapai keinginannya yang lama mengubah sesuatu di dalam hati Rio-sama? Atau mungkin itu pengaruh dari gadis-gadis di sekitarnya...... ]
Gouki mengalihkan pandangannya ke Miharu, Celia, dan gadis-gadis lain di sekitar Rio. Jika ada sesuatu yang berubah selama dia menjauh dari Rio—selain balas dendam yang dicapai—Hal itu adalah kehadiran gadis-gadis ini. Para tetua tampaknya telah membuat asumsi yang sama, mereka yakin kalau Rio akan menolak, karena mata mereka juga melebar.
"Jadi tolong berdirilah sekarang."
Rio meminta, mencoba mencairkan suasana dan merelaksasikan bahunya.
"Ini akan menjadi perjamuan reuni malam ini!"
Dominic menyarankan dengan tawa hangat.
"Kamu hanya ingin minum-minun saja, bukan?"
Ursula mengangkat bahu dengan putus asa.
"Selain itu, aku yakin masih ada lagi yang ingin kalian diskusikan. Banyak dari kalian yang baru bertemu untuk pertama kalinya, jadi itu akan menjadi kesempatan bagus untuk berinteraksi satu sama lain."
Syldora menyimpulkan diskusi sambil tersenyum.
"Ya. Apa kamu akan memiliki jawaban itu di jamuan makan atau tidak, pikirkanlah, Rio."
Rio mengangguk perlahan pada saran Ursula.
"Ya, aku memikirkannya."
"Kalau begitu, kami permisi sampai jamuan makan di adakan. Tidak perlu terburu-buru untuk memutuskannya, jadi tolong pikirkan sebanyak yang kamu butuhkan."
Gouki menawarkan kepada orang-orangnya untuk pergi dengan langka mereka sampai mereka bertemu lagi di malam hari.
◇◇◇◇
Meninggalkan para tetua di balai kota di belakangnya, Rio menuju ke tempat yang dia gunakan ketika dia sebelumnya tinggal di desa. Komomo sepertinya ingin ikut dengannya tapi akhirnya berpisah sampai jamuan makan berikutnya. Hal tersebut meninggalkan Miharu, Celia, Aishia, Latifa, Sara, Orphia, dan Alma untuk menemani Rio.
"Ini adalah rumah yang kita tinggali selama di desa."
Rio menjelaskan kepada Celia di pintu depan, mempersilahkannya masuk.
"Setiap kali Onii-chan ada di desa, kami semua tinggal bersama!"
Latifa membual dengan bangga kepada Celia.
"Apa ini yang biasa sebut rumah pohon? Rumah ini sangat luas di dalamnya..... tempat yang indah. Aku memikirkan ini saat kami berjalan sebelumnya, tapi orang-orang di desa ini benar-benar hidup selaras dengan alam."
Secara alami, kayu pohon inang digunakan apa adanya, menciptakan ruang yang dipenuhi kehangatan kayu. Tempat itu adalah jenis bangunan yang tidak bisa dilihat di kota-Kota Strahl, jadi Celia melihat sekeliling interior dengan penuh minat.
"Terima kasih banyak. Anggap saja tempat ini seperti rumahmu selama di sini."
Kata Sara bangga sebagai warga desa.
"Kamar mandi di rumah ini juga cukup menyenangkan, jadi mari kita coba di malam hari." Kata Orphia.
"Kami juga harus mengajakmu keliling desa."
Kata Alma, menambahkan.
"Yup, aku menantikannya!"
Cellia mengangguk antusias.
"Akan menyenangkan jika kita bisa membawa Aki dan Masato ke sini lagi suatu hari nanti. Benar, Miharu?"
Aishia berkata kepada Miharu karena pertimbangan.
"Ya." Miharu mengangguk dengan senyum cerah, meskipun ada sedikit kesedihan di sana.
Saat itu, Rio menoleh ke semuanya.
"Bagaimana kalau kita mengambil kesempatan ini untuk berjalan-jalan di sekitar desa?"
Semua gadis itu saling bertukar tatapan. Setelah mendengar percakapan antara Gouki dan Rio sebelumnya, mereka tampaknya memiliki pemikiran mereka sendiri tentang hal itu. Mereka mencoba menyampaikan pikiran itu satu sama lain hanya dengan mata mereka.
"Apa ada masalah.......?"
Rio bertanya, memperhatikan bagaimana gadis-gadis itu melakukan kontak mata satu sama lain.
"Onii-chan...... Jika ada yang perlu kamu bicarakan, kami di sini untukmu, loh?"
Sebagai adik angkatnya, Latifa berbicara atas nama gadis-gadis itu. Anggota kelompok lainnya diam-diam mengangguk, menyatakan persetujuan mereka.
"Apa hal itu mengacu kepada Gouki-sana dan yang lainnya?" Rio tersenyum sedikit canggung di ujung penerima tatapan gadis-gadis itu.
"Ya."
"Aku tahu arah yang ingin aku ambil..... Aku hanya tidak yakin bagaimana melakukannya dengan cara yang akan membuat semuanya senang, jadi aku belum mengumpulkan pemikiranku. Apa kalian bersedia mendengarkanku? Semuanya tentunya."
"Tentu!"
Semua gadis itu setuju dengan permintaan rendah hati Rio secara bersamaan.
"Kalau begitu, mari kita duduk di kursi. Aku akan mengambil teh yang aku siapkan dari gelang penyimpanan ruang-waktu sebelumnya."
"Aku akan membantumu, Orphia-chan."
Orphia dan Miharu menuju ke ruang tamu terlebih dahulu. Rio dan yang lainnya mengikuti mereka.
Persiapan selesai hanya dalam sepuluh detik, dan semuanya duduk di tempat masing-masing. Gadis-gadis itu kemudian secara alami menunggu Rio untuk mulai berbicara, dan setelah beberapa saat.......
"Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku tidak mampu menjadi tuan bagi siapapun. Jika mereka bersumpah setia kepadaku sebagai pengikut, aku tidak akan tahu bagaimana berinteraksi dengan mereka sebagai tuan mereka. Itu sebabnya, aku menentang gagasan untuk membawa mereka......" Rio memulai.
"Tapi saat aku melihatmu sekarang, aku bisa melihatmu ingin menjawab perasaan Gouki dan orang-orangnya. Karena itulah, kamu merasa bimbang, benar?"
Kata Celia, memperhatikan ekspresi Rio seolah mencari konfirmasi.
Rio mengkonfirmasi pernyataannya dengan senyum tegang.
"Hmm, ya."
"Apa itu artinya kamu berniat membawa kelompok Gouki-san sebagai pelayanmu?"
Sara bertanya selanjutnya.
"Tidak...... Aku tidak ingin pelayan, tapi aku bersedia hidup bersama mereka dengan kedudukan yang sama seperti semuanya di sini..... Gouki-san dan yang lainnya semuanya adalah orang berharga bagiku, sama seperti kalian semua."
Rio tidak percaya pada kemampuannya untuk bertindak sebagai tuan, jadi dia menentang menjadikan Gouki sebagai pelayannya. Namun jika mereka bersikeras untuk tetap bersamanya, dia ingin mengabulkan keinginan mereka. Solusi yang dia buat adalah agar mereka menjadi kawan.
"Kami paham......" Gadis-gadis itu tampaknya benar-benar yakin akan hal itu.
"Kalau begitu, mengapa kamu tidak memberitahu mereka tentang itu?" Miharu menyarankan sambil memperhatikan ekspresi Rio.
"Ya, aku setuju dengan itu."
Celia juga memberikan dukungannya. Yang lain juga menyatakan persetujuan mereka.
Rio menggaruk pipinya, merasa tidak yakin.
"Aku tidak yakin Gouki akan menerimanya....."
"Mengapa? Aku tidak mengerti mengapa mereka tidak mau menerimanya......" Celia tampak terkejut.
"Jika orang-orang Gouki terpaku untuk menjadi pelayan, mereka mungkin menganggap keputusanku mengecewakan......."
[ Aku tidak bisa menjadikan kalian pengikutku, tapi apa kalian tetap mau bersamaku? ]
Apa itu jawaban yang benar-benar diinginkan Gouki dan yang lainnya? Rio tidak bisa tidak merenungkan itu.
"Aku yakin kamu terlalu memikirkannya......"
Kata Sara sambil tersenyum masam.
Celia setuju dengan nada lelah.
"Benar. Itu kebiasaan burukmu."
"Lebih percaya dirilah, Onii-chan! Keputusanmh pasti akan berjalan dengan baik!"
Latifa mengepalkan tinjunya untuk menyemangati Rio.
Rio tampak sedikit malu mendengarnya.
"Jika Gouki-san dan orang-orangnya bergabung denganku, mereka secara alami akan lebih banyak berinteraksi dengan kalian..... Apa kalian baik-baik saja dengan itu?" Rio bertanya, mengubah topik pembicaraan secara halus.
"Tentu saja. Mereka tampak seperti orang yang sangat baik, jadi aku menantikan untuk berbicara dengan mereka di jamuan makan malam ini."
Jawab Latifa dengan rasa ingin tahu yang besar.
Miharu tertawa kecil dan setuju.
"Itu benar."
"Maka itu tidak akan menjadi masalah jika mereka akhirnya tinggal bersama kami."
"Tidak. Yang tersisa hanyalah kamu yang harus memberitahu mereka bagaimana perasaanmu."
"Ahhaha...... Benar."
Rio tertawa pelan dan mengangguk.
"Rio....... Hubungan tuan-pelayan bisa datang dalam berbagai bentuk. Kamu mungkin tidak berpikir kamu mampu berdiri di atas orang lain, tapi aku tidak setuju dengan itu. Mungkin itu sebabnya, Gouki dan yang lainnya juga ingin melayanimu— seperti kata Latifa, lebih percaya dirilah. Oke?"
Celia tersenyum saat dia memberikan pendapatnya dari sudut pandang seorang bangsawan. Hal itu membuat ekspresi Rio menjadi cerah juga.
"Ya."
Dia mengangguk.
"Hmph. Seperti yang diharapkan dari Celia Onee-chan. Kamu menjadi guru Onii-chan bukan tanpa suatu alasan." Pipi Latifa menggembung seperti balon.
Selain Aishia, gadis-gadis lain semuanya tampak iri.
"T-Tidak tidak, aku tidak mengatakan sesuatu yang istimewa." Kata Celia, bingung.
"Yah, selain itu...... Ada satu hal yang ingin aku tanyakan kepada Onii-chan sebelum jamuan makan."
"Apa itu?"
Rio menatap mata Latifa dan menegang dalam kewaspadaan.
"Umm, kamu tahu. Kita mungkin akan tinggal bersama mereka mulai sekarang, jadi kita perlu tahu lebih banyak tentang mereka, benar?"
"Uh, kalau itu....."
Tidak ada yang salah dengan apa yang Latifa katakan, tapi untuk beberapa alasan, Rio memiliki firasat buruk tentang itu karena jika dia setuju dengannya.
"Lalu, sebuah pertanyaan! Apa yang terjadi dengan gadis bernama Sayo itu? Dan Komomo itu juga."
Tangan Latifa segera terangkat ke udara saat dia melontarkan pertanyaannya.
"U-Umm......?"
Rio bingung dengan interogasi yang tiba-tiba.
"Berdasarkan reaksinya Sayo Onee-chan, sesuatu pasti terjadi antara kalian berdua di desa Karasuki, benar?"
"Uh...... Aku tidak tahu tentang itu....."
Rio mencoba berpura-pura tidak tahu, tapi—
"Itu pasti bohong! Kamu pasti sedang berbohong! Bukan begitu, semuanya ?!" Latifa mencari persetujuan dari Miharu dan yang lainnya.
"Itu benar."
Semua orang mengangguk setuju. Celia telah menghindari pertanyaan yang itu, namun dia mengambil kesempatan untuk mengangguk bersama mereka.
Dengan demikian, jaring pertanyaan yang melingkari diletakkan di sekitar Rio dalam beberapa saat.
"I-Itu masalah pribadi."
Rio mengalihkan pandangannya dengan rasa bersalah.
"Lihat! Pastinya sesuatu telah terjadi! Jawaban itu berarti sesuatu telah terjadi!" Latifa memelototi Rio.
"T-Tolong lepaskan aku....."
Rio memohon, benar-benar bingung. Dengan demikian, waktu sebelum perjamuan dipenuhi dengan rentetan pertanyaan dari para gadis.
◇◇◇◇
Akhirnya, perjamuan itu diadakan, dan perjamuan itu akan berlangsung di ruang makan besar di balai kota desa.
"Dengar, semuanya! Tidak akan ada sapaan kaku malam ini. Kita akan langsung minum, dan mengobrol bersama! Bersulang!"
Dominic mengangkat gelasnya dengan momentum yang cukup untuk memercikkan isinya di langit-langit. Tentu saja, dia tidak cukup tinggi untuk benar-benar mencapai langit-langit......
"Bersulang!"
Gelas mereka semua diangkat ke seberang ruangan, disertai dengan suara sorak-sorai. Rio juga mengangkat gelasnya dan mengetukkannya ke gelas Miharu, Celia, Aishia, Latifa, Sara, Orphia, dan Alma.
"Bersulang, semuanya!"
Dryas melompat dan mendentingkan gelasnya ke mereka semua satu per satu.
"Latifa! Rio Nii-sama! Sara Onee-chan dan yang lainnya juga!"
"Oh, Vera dan Arslan!”
Teman dekat Latifa—dan adik perempuan Sara—Vera mendatangi mereka, melambaikan tangannya dengan antusias. Di belakangnya adalah manusia singa, Arslan, dan kepala prajurit desa, Uzuma.
"Lama tidak bertemu, semuanya!"
Ekor serigala perak Vera bergoyang gembira saat dia menyapa mereka.
"Lama tidak bertemu, Vera-chan!"
"Ya! Aku sangat merindukan mu!"
Kedua gadis itu saling berpelukan, bersukacita dalam reuni mereka. Arslan menatap mereka dengan putus asa sebelum berbalik ke Rio.
"Yo, Rio Aniki."
"Senang bertemu denganmu lagi, Arslan. Dan kamu juga, Uzuma-san."
"Ya, aku senang melihatmu dalam keadaan sehat, Rio-dono."
"kamu juga, Uzuma-san. Meskipun Aki dan Masato tetap tinggal di Strahl......" Kata Rio.
"Kami mendengar tentang terakhir kali Sara dan yang lainnya kembali. Masato masih berutang padaku pertandingan sparring itu. Ugh....."
Kata Arslan, kecewa.
"Masato juga ingin bertemu denganmu, Arslan. Mungkin butuh waktu lama, tapi aku akan mencari cara untuk membawa mereka ke sini lagi suatu hari nanti."
"Ya, tolong lakukan itu."
"Serahkan padaku." Rio mengangguk.
Rio kemudian melihat ke arah Gouki dan yang lainnya dari Yagumo, yang sedang menunggu beberapa meter jauhnya.
"Tunggu sebentar, aku mau menyapa Gouki-san dulu."
Rio mulai berjalan, tapi—
"Ah, kami baru saja kami mau menemuimu."
Yang lain yang mendengarkan percakapan itu saat mengikuti di belakangnya.
"Maukah kamu mengizinkanku untuk bersulang untuk kalian semua?"
Rio memeriksanya belakang bahunya Gouki untuk orang-orang yang mengikutinya, lalu mulai berbicara dengan kelompok mereka dengan mengangkat gelasnya.
"Tentu saja!" Gouki menjawab dengan gembira, setelah menunggu Rio mendekati mereka.
"Bersulang."
Rio dan Gouki mengetuk gelas mereka bersama-sama saat yang lain yang hadir mengangkat gelas mereka.
Gouki meneguk isi minumannya dan mulai mengobrol dengan riang.
"Ini perjamuan yang bagus, benar? Aku menikmati jamuan makan yang enak kemanapun aku pergi. Dan alkohol di desa ini luar biasa! Aku terkejut melihat mereka memiliki minuman Yagumo juga."
"Para dwarf mungkin berhasil membuatnya. Tidak ada seorang pun di desa ini yang lebih menghargai minuman enak daripada mereka."
"Begitu ya! Aku memiliki keyakinan pada kemampuanku untuk memegang minuman, jadi aku terkejut ketika para elder dwarf di desa ini ternyata adalah peminum berat."
"Sepertinya kamu beradaptasi dengan baik di desa."
"Semuanya karenamu, terima kasih, Rio-sama. Semuanya benar-benar tegang sampai namamu muncul."
"Desa ini selalu sangat ragu untuk menerima manusia....... Tapi bagaimana namaku bisa muncul?"
"Kami menemukan desa ini dalam perjalanan kami ke Strahl, maka ada kemungkinan kamu juga melakukannya. Meski tidak ada jaminannya, tapi aku yakin kamu mungkin berhenti di sana dan bertanya kepada mereka."
Dan itu layak untuk dicoba.
"Jadi begitu."
"Desa ini penuh dengan prajurit berpengalaman, termasuk Uzuma-dono di sana. Dengan kerugian di lokasi dan jumlah, tidak diragukan lagi kami akan ditangkap jika kami merespons dengan salah."
Gouki tertawa terbahak-bahak sambil melirik UUzuma
"Selain itu, aku juga ingin mendengar ceritamu, Rio-sama. Komomo dan Sayo juga ingin berbicara denganmu. Bolehkah mereka bergabung?"
Kedua gadis itu dengan gelisah mendengarkan percakapan di samping mereka, jadi Gouki melirik dan meminta izin dari Rio untuk memasukkan mereka.
"Tentu. Dan aku lebih suka jika kalian tidak memikirkan tentang formalitas seperti itu, sungguh. Itu hanya masa lalu, jadi tolong lupakan status ibuku."
Minta Rio dengan agak sedih.
"Itu permintaan yang agak sulit..... Tapi aku mengerti. Kalian mendengarnya, bergabunglah kemari. Tidak akan ada formalitas pada acara malam ini."
Gouki memberi isyarat kepada mereka.
"Adikku dan teman-temanku juga ingin berbicara dengan kalian bertiga."
Kata Rio, menatap Latifa dan yang lainnya di belakangnya.
"Oh, suatu kehormatan untuk kami. Aku sebelumnya mendengar kalau kamu memiliki saudara angkat perempuan, jadi senang akhirnya bisa bertemu langsung dengan Latifa-sama. Seperti yang aku perkenalkan sebelumnya, namaku Gouki Saga, mantan pengawal mendiang ibu Rio, Ayame-sama."
Gouki menundukkan kepalanya rendah di hadapan Latifa, memperluas kesetiaannya yang dalam kepadanya juga.
Latifa menegang pada tampilan rasa hormat yang kuat terhadapnya, lalu menggelengkan kepalanya dengan hormat yang sopan.
"Ahaha....... Aku tidak memiliki hubungan darah dengan ibu atau ayah Onii-chan, jadi tidak perlu terlalu formal kepadaku. Namaku Latifa. Senang bertemu dengan mu."
"Hubungan darah tidak penting jika menyangkut adik perempuannya Rio-sama. Bolehkah aku bertanya berapa umurmu? Rasanya, kamu sepertinya seumuran dengan Komomo......."
"Umm, umurku tiga belas tahun."
"Jadi begitu. Itu membuatmu satu tahun lebih tua dari Komomo." Gouki melirik putrinya.
"Wow benarkah? Mari kita saling mengenal, Komomo-chan!"
"Ya, Latifa-sama." Komomo tersenyum manis dan membalas sapaan Latifa dengan energik.
"Tidak perlu memanggilku dengan formalitas. Aku tidak ingin disebut '-sama' oleh seseorang seusia denganku, dan kita hanya berbeda satu tahun..... Benar? Tidak perlu menambahkan gelar pada namaku."
Latifa tampak malu.
Komomo ragu-ragu melihat antara Gouki dan Rio.
"Tapi kamu adalah saudara perempuan Rio Nii-sama...."
"Aku ingin berteman denganmu..... Apa kamu tidak mau berteman denganku?" Latifa memiringkan kepalanya dengan gelisah, memperhatikan ekspresi Komomo.
Status dan kedudukan sosial menjadi penghalang untuk menjalin persahabatan. Untuk Putri seorang prajurit mapan yang terlatih dalam etiket, status sosial adalah hal yang penting. Itu adalah masalah yang sulit untuk diatasi, tapi......
"Aku juga ingin menanyakan hal yang sama kepadamu, Komomo." Rio meminta.
"Umm......." Komomo jelas merasa bertentangan dengan dirinya sendiri.
"Orang-orang yang bersangkutan mengatakan ini sendiri. Tidak ada salahnya untuk menyetujui persahabatan dalam kasus ini."
Gouki tersenyum lembut dan memberikan izinnya.
Dia sendiri merasa sedikit keberatan, tapi dia mampu mempertimbangkan keadaan dan mengikuti arusnya.
Komomo menarik napas panjang dan dalam dan menyebut nama Latifa dengan gugup.
"Jadi..... Latifa-chan....?”
"Ya! Tolong berteman baik denganku, Komomo-chan!"
"......Baik!"
Keduanya saling bertukar senyum ramah.