Saint's Gospel – Chapter 2 : 「Persiapan Keberangkatan」
Sesaat sebelum Rio mulai tinggal di Mansion-nya yang berada di Kastil Galarc.....
Di perbatasan terjauh wilayah Strahl, sebuah negara kecil lahir. Bagi kerajaan lain, keberadaan bangsa ini akan dianggap tabu.
Negeri itu disebut sebagai Republik Demokratik Suci Erica. Tentu saja, ada alasan mengapa Negari Erica (sebutannya oleh orang-orangnya) dianggap sesat: Karena dia kehilangan satu ciri yang sama-sama dimiliki oleh setiap negara lain di wilayah Strahl, yaitu adanya raja atau kaisar; Seorang penguasa mutlak. Tidak ada status istimewa seperti bangsawan juga di sana.
Negara ini ada untuk rakyatnya. Negara itu tidak berfungsi untuk penguasa atau bangsawannya, namun demi warga yang tinggal di sana. Orang-orang dilahirkan bebas dan setara. Itulah ideologi di balik warga yang menggulingkan kekuasaan Kerajaan.
Oleh karena itu, warga negara tersebut tidak menghadapi diskriminasi sosial.
Tidak ada Keluarga Kerajaan maupun bangsawan untuk mendiskriminasi warganya. Negara digerakkan oleh tangan rakyat dan demi rakyat. Untuk mematuhi cara hidup itu, Republik Demokratik Suci Erica mengadakan pemilihan untuk membentuk kongres perwakilan, menciptakan demokrasi di mana keputusan politik dibuat secara tidak langsung.
Namun, perlu ada sesuatu yang bisa menjadi simbol yang mewakili bangsa. Setelah pembentukannya, Saint Erica dipilih oleh kongres terpilih pertama sebagai kepala negara pertama untuk memimpin rakyat pada saat pendirian negara. Negara itu sendiri juga dinamai dengan namanya untuk menghormati Saint Erica.
Di Ibukota Ericaburg, di mana bekas Ibukota Kerajaan pernah berdiri, tanah di sana telah hancur total, karena para pasukan pembebas yang dipimpin oleh Saint Erica telah menyerbu Ibukota untuk menggalang revolusi.
Kastil yang melindungi mantan raja sekarang hanyalah puing-puing, dan bangunan di beberapa bagian Ibukota telah dihancurkan oleh tentara revolusioner di sepanjang jalan.
Namun, terlepas dari ini, penduduk yang tinggal di Ibukota Ericaburg sangat bersemangat. Dan itu semua berkat tidak adanya Keluarga Kerajaan dan bangsawan yang telah menekan mereka dengan pajak yang berat begitu lama.
Saint Erica telah menjelaskan perlunya memungut pajak untuk negara, namun dia juga menyatakan kalau semua pajak akan digunakan untuk kepentingan rakyat. Untuk mendukung pernyataan itu, dia mengambil kekayaan yang telah ditimbun oleh Keluarga Kerajaan dan bangsawan dan dengan bebas memberikannya kepada orang-orang untuk mendukung pemulihan kota.
Lebih jauh lagi, karena Erica adalah seorang perempuan cantik berusia sekitar dua puluhan, dia sangat populer di antara orang-orang. Warga memujanya dan bekerja dengan rajin untuk memulihkan kota.
Saat ini, Saint Erica sendiri sedang duduk di kantor gedung yang digunakan sebagai kediaman resmi sementara.
"Erica-sama, maukah kamu mempertimbangkan kembali hal-hal ini sekali lagi?"
Di depannya ada seorang pria yang memohon padanya dengan ekspresi tidak senang. Nama pria itu adalah Andrei; dia adalah seorang laki-laki berusia dua tahunan, dengan wajah yang serius dan cerdas.
"Tidak bisa, Andrei. Aku telah memutuskannya."
Rambut hitam Erica berkibar saat dia menggelengkan kepalanya perlahan, dengan seringai di wajahnya.
"Kita akan sangat bermasalah jika kepala negara kami pergi begitu cepat setelah berdirinya negara ini. Kamu tiba-tiba berkata kalau kamu ingin pergi dalam perjalanan....."
Andrei menatap Erica dengan tatapan memohon.
"Negara ini adalah rumahku, dan aku masih menganggap orang-orang dari negara ini sebagai subjek keselamatan. Namun, ada orang-orang di negara lain yang tertindas dan dicabut hak asasinya. Aku memiliki tugas untuk menyelamatkan orang-orang itu. Hanya akulah yang bisa, jadi aku khawatir aku harus bertindak sesuai urutan prioritas......"
Kata Erica, menghela napas dengan sedih.
"Erica-sama......."
Andrei memandang Erica dengan cemas, namun dia juga tampak sangat terkesan, karena matanya dipenuhi dengan rasa hormat.
"Katakanlah, Andrei. Fakta kalau kamu khawatir hanyalah bukti seberapa besar kamu mengandalkanku, benar? Aku sangat senang kamu sangat memikirkan diriku." Erica tersenyum padanya dengan lembut.
"E-Erica-sama! Aku tidak pantas menerima kata-kata seperti itu!"
Andrei tersipu samar, menggelengkan kepalanya dengan bingung.
"Kamu telah bekerja sama denganku sejak aku memulai usahaku untuk menciptakan negeri ini. Aku cukup menghargaimu. Kamu adalah orang yang sangat bisa diandalkan. Aku dapat pergi dalam perjalananku karena aku tahu kamu akan berada di sini di negara ini. Jika bukan karenamu, aku akan merasa tidak nyaman untuk pergi."
"I-Itu...... Aku tidak pantas menerima pujianmu."
"Itu tidak benar. Itu sebabnya aku dan kongres ini mengangkatmu sebagai perdana menteri, untuk membantu kepala negara. Dalam ketidakhadiranku, perdana menteri akan menjadi kepala pejabat."
Andrei awalnya adalah pemilik perusahaan perdagangan, tapi sangat terkesan dengan ajaran kesetaraan Erica dan memberikan dukungan sejak awal revolusi. Sekarang setelah mereka membentuk negara baru, dia mengambil posisi perdana menteri Republik Demokratik Suci Erica, orang kedua setelah Erica.
"Aku tidak bisa bertindak sebagai penggantimu, Erica-sama......."
"Andrei, memimpin orang lain sangat mudah."
Erica berkata dengan anggun kepada pria yang sedang ragu-ragu itu.
"Itu tidak benar. Siapa yang bisa memimpin yang lainnya selain dirimu? Kamulah, yang memikirkan orang-orang di atas segalanya......"
"Aku hanya memikirkan orang-orang secara setara."
"Itulah sebabnya, yang membuatmu menjadi orang suci. Kamu harus menjadi orang yang memandu jalan kami. Semua orang percaya itu ketika mereka memilihmu sebagai pemimpin."
"Meskipun aku ingin menanggapi perasaanmu itu, aku......"
"........Perasaanmu sendiri tidak akan berubah. Aku mengerti itu. Silakan gunakan Griffin untuk melakukan perjalananmu. Dan bawalah beberapa orang untuk melindungimu."
Andrei menundukkan kepalanya dengan pasrah.
"Maafkan aku, Andrei."
"Tolong jangan minta maaf."
"Aku akan membawa kembali suvenir dari perjalananku untukmu sebagai permintaan maaf..... Ah benar, apa itu Ricca Guild yang kamu sebutkan saat pertama kali kita bertemu? Produk mereka mungkin bagus. Kamu bilang kamu ingin menyimpan beberapa produk mereka di tokomu, benar?"
"Kamu masih mengingatnya ya.......?"
"Tentu saja."
"Terima kasih banyak...... Tapi aku sudah pensiun dari menjadi pedagang."
Andrei mengucapkan terima kasih dengan gembira, namun pada saat yang sama tampak sedikit sedih.
"Tapi itu mimpimu, bukan? Untuk membuat kesepakatan dengan serikat pedagang terkenal di dunia."
"Ya....."
"Selain itu, kesepakatan tidak terbatas pada pedagang. Mungkin juga bagi negara untuk membuat kesepakatan perdagangan."
"Ya, aku tidak percaya aku melewatkan hal seperti itu."
"Dan jika ada serikat pedagang yang terkenal sampai tingkat itu, akan bagus jika mereka mendukung negara kita. Aku mungkin akan bertemu perwakilan mereka dalam perjalananku."
"Akan sangat meyakinkan jika mereka berpihak kepada ajaranmu..... Tapi aku pernah mendengar presiden dari Ricca Guild adalah Putri bangsawan dari Galarc yang terkemuka."
"Aku tidak berencana membuat musuh dari setiap bangsawan dan Kerajaan. Bagaimanapun, kita adalah pasifis. Mari kita berdoa agar Putri bangsawan yang mewakili Persekutuan Ricca setuju dengan impian kita." Kata Erica kepada Andrei dengan senyum ramah tampak seperti orang suci.
{ TLN : Pasifis pandangan yang berspektrum luas yang merentang dari keyakinan bahwa pertikaian internasional dapat dan harus diselesaikan secara damai, hingga perlawanan mutlak terhadap penggunaan kekerasan, atau bahkan paksaan, dalam keadaan apapun. }
Itu adalah peristiwa yang terjadi beberapa hari sebelum Erica meninggalkan negara itu.
◇◇◇◇
Sementara itu, beberapa saat telah berlalu sejak Rio mulai tinggal di Kastil Galarc. Hiroaki sering bergaul dengan Rei dan Kouta akhir-akhir ini. Bersama dengan Roanna, mereka berempat berkumpul di kamar Hiroaki.
Baru-baru ini, Hiroaki mulai menulis cerita baru. Dia mengambil elemen dari novel fiksi yang berkembang pesat di jepang dan mencoba membuat karya hit yang ditargetkan ke dunia ini. Rei memberikan pemikirannya dari pandangan seorang penggila novel, Roanna memberikan nasihatnya sebagai bangsawan dunia ini, dan Kouta memberikan pendapatnya di sana-sini. Plot yang ditulis Hiroaki dalam bahasa jepang diterjemahkan ke dalam bahasa dunia ini dan dipercayakan kepada Roanna untuk publikasi.
"Plot inilah yang terbaik, Hiroaki."
Kata Rei dengan semangat, setelah selesai membaca cerita terbaru yang telah mereka perbaiki dengan hati-hati.
"Sungguh? Aku juga puas dengan yang ini."
"Mempunyai dua heroine adalah pilihan yang tepat. Tokoh utama dari serial ini adalah Cecillie yang tidak pernah menua, tapi Misally yang menentangnya juga sangat imut. Manusia normal mana pun akan merasa tidak nyaman dengan penuaan, tapi pesona hero perempuan tergambar dengan baik. Aku bisa puas dengan ini."
"Kontras antara gadis loli yang tidak bisa menua dan gadis loli biasa— Itulah tema utama dari karya ini. Gadis loli biasa atau gadis loli yang tidak bisa menua, mana yang lebih menarik? Itu akan menjadi pertanyaan untuk para pembaca. Jika pesona Misally sebagai hero perempuan tampak diperbesar dengan menjadi yang diunggulkan, maka itu persis apa yang aku rencanakan." Kata Hiroaki, merasa puas diri, hidungnya terangkat tinggi dengan percaya diri.
"Tapi kalau tidak ditulis dengan baik, Cecillie akan ditelan Misally, benar?"
"Di situlah skill-ku berperan. Aku mengandalkan skill mengeditmu juga."
"Serahkan padaku. Aku tidak sabar untuk membaca draf pertama. Plotnya selesai dengan ini, kan?"
Hiroaki melambaikan tangan untuk menenangkan ketidaksabaran Rei.
"Baiklah, mari kita tidak terlalu bersemangat dulu diri. Tidak masalah untuk menyebut ini selesai, tapi aku harus mendapatkan pendapat Kouta dan Roanna terlebih dahulu. Bagaimana menurut kalian berdua?"
Untuk mendapatkan pendapat dari dua orang yang telah bekerja sama dengannya sampai sekarang, dia menatap Kouta dan Roanna dengan ekspresi senang.
"Aku pikir itu sangat menarik. Namun, aku punya pertanyaan daripada pendapat — apakah ramuan keabadian ada di dunia ini, Roanna-san" Tanya Kouta.
"Aku tidak tahu apakah hal itu ada, tapi penelitian untuk membuat ramuan semacam itu telah dilakukan berkali-kali."
"Jadi begitu. Orang-orang di dunia ini juga tertarik kepada hal-hal seperti itu, ya. Ngomong-ngomong, apa ada alasan mengapa nama karakter utama adalah Koumei? Aku yakin itu adalah nama seorang ahli taktik terkenal yang muncul di Tiga Kerajaan, tapi....."
"Tentu saja, itu karena aku menyukai Koumei."
Jawab Hiroaki segera.
"B-Begitu, ya......"
"Kenapa? Kau punya masalah dengan itu, Kouta?"
Tanya Rei.
"Tidak, hanya saja namanya tidak ada di dunia ini, jadi aku bertanya-tanya apa yang akan mereka pikirkan tentang itu...... Karena kamu menerjemahkan cerita ke dalam bahasa dunia ini, akan aneh untuk menulis namanya dengan bahasa dunia ini."
Kouta mengangkat poin yang agak logis.
"Ya, kurasa nama jepangnya akan aneh, karena tidak pernah dijelaskan. Tapi nama karakter utama adalah Koumei. Aku bersikeras menggunakan Koumei sebagai nama karakter utama dalam semua karyaku. Bagaimanapun, karakter utama adalah hero yang dipanggil dari dunia lain. Akan aneh baginya untuk memiliki nama lokal."
"Aku mengerti. Itu benar..... Kau ada benarnya."
Kouta bersenandung, terkesan.
"Tentu saja." Hiroaki mengangguk puas.
"Kalau begitu plotnya selesai seperti ini. Yang tersisa hanyalah menulis naskahnya, Hiroaki."
Kata Rei bersemangat.
"Ya. Jika aku cukup serakah, aku ingin memiliki ilustrasi imut tentang hero perempuannya sebagai bahan karakter. Itu akan membantu memperkuat citraku tentang hero perempuan juga. Memiliki ilustrasi juga akan membuatnya tampak lebih seperti novel ringan ketika mulai dijual, dan itu akan menjadi bentuk daya tarik yang mudah bagi pembaca."
"Oh, jangan khawatir tentang itu. Kouta bisa menggambar ilustrasinya." Kata Rei.
"Apa?! Benarkah itu?!"
Hiroaki meninggikan suaranya karena tertarik.
Mata Roanna juga melebar.
"Ibunya adalah seorang guru seni. Dia sudah belajar menggambar sejak dia masih kecil, dan dia bisa menggambar apapun yang kamu mau. Dia juga bisa menggambar gadis-gadis imut."
"Hei, kalau kau memiliki bakat seperti itu, kau seharusnya mengatakannya lebih awal."
Hiroaki menyeringai senang.
"Itu bukanlah hal yang mengesankan."
Jawab Kouta dengan lemah.
"Kouta, kau ingat imut lucu yang aku minta kepadamu untuk kau gambarkan kepadaku sebelum kita datang ke dunia ini? Gambar itu lagi."
"Baiklah, baiklah...... Sulit untuk menggambar dengan pena dan kertas ini, jadi jangan berharap kualitasnya sama."
Atas permintaan Rei, Kouta mengambil pena dan kertas di tangannya. Dengan gerakan yang sangat terlatih, dia dengan cepat menggerakkan pena di atas kertas.
Semua orang sedang melihat karya Kouta dengan rasa ingin tahu.
"Wow, bagaimana kau bisa begitu cepat dalam menggambar?"
Hiroaki bertanya dengan heran.
"Itu karena aku pernah membuat salinan aslinya sebelumnya. Jadi tidak perlu bagiku untuk memikirkan pose dan komposisi lagi, dan tanganku mengingat garis-garisnya. Padahal alat ini mempersulitku untuk menggambarnya."
Jawab Kouta sambil menggerakkan tangannya.
"Begitukah cara kerjanya.....?"
Hiroaki tampak ragu.
[ Apa orang ini memang memiliki banyak bakat seni? ]
Hiroaki bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
Beberapa menit kemudian, tangan Kouta berhenti.
"Ini sketsa kasarnya, tapi sudah selesai."
"Serius? Bukankah inj Hiyori! Dan kualitasnya luar biasa, kawan."
Mata Hiroaki berbinar saat dia melihat ilustrasi yang sudah selesai. Itu adalah karakter anime yang dia kenal dengan baik.
"Seperti yang diharapkan dari seorang laki-laki yang berbudaya, Hiroaki."
"Aku adalah penggemar seiyuu-nya. Dia memiliki suara yang bagus."
"Heh, sungguh? Aku juga. Aku memiliki semua album dan Bluray konsernya, dan aku juga telah bergabung dengan klub penggemar resminya."
"Apa? Kau seharusnya mengatakan itu sebelumnya! Aku juga ada di klub penggemar juga."
"Yah, lagi pula kita baru saja membicarakan plot akhir-akhir ini."
"Itu memang benar sih....."
Hiroaki melihat ilustrasi itu lagi.
"Hiyori sangatlah baik......" Katanya.
"Tentu." Rei menggema dengan antusias.
"Apa yang sedang mereka berdua bicarakan?"
Roanna bertanya.
"Aku sendiri tidak yakin, dan kurasa kita tidak perlu tahu tentang itu....." Kata Kouta.
"Baiklah sudah diputuskan. Ilustrator untuk karyaku adalah kau, Kouta."
Kata Hiroaki sambil menunjuk ke arahnya.
"Aku tidak keberatan menggambar ilustrasinya, tapi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan sebuah novel?"
"Novel itu harus ditulis tangan, jadi aku tidak akan tahu sampai aku menulisnya, tapi satu volume biasanya memakan waktu setidaknya satu bulan untuk menulisnya."
"Apa yang kau butuhkan untuk ilustrasinya?"
"Desain karakter untuk karakter utama dan hero perempuannya, dan beberapa sisipan untuk pilihan adegan akan bagus."
"Kalau begitu, ilustrasinya mungkin membutuhkan waktu yang sama. Bahkan jika aku bekerja bersama, yang tercepat yang bisa aku selesaikan adalah satu setengah hingga dua bulan."
"Ya, itu terdengar masuk akal. Kalau dipikir-pikir, rencana macam apa yang kalian miliki untuk masa depan?" Hiroaki bertanya dengan penasaran.
"Secara teknis, kami di sini dalam perjalanan sementara......."
"Entahlah? Aku yakin kita akan kembali ketika Putri Christina dan Duke Huguenot tidak meninggalkan Kerajaan ini, tapi......"
Kouta dan Rei saling bertukar pandang.
"Aku yakin itu asumsi yang benar untuk saat ini."
Tegas Roanna setelah berhubungan dengan Christina.
"Aku mengerti..... Posisi seperti apa yang kalian miliki di Restorasi?"
"Aku seorang baronet, dan Kouta dianggap sebagai tamu. Kami menghadiri Akademi di Rodania karena kebaikan Putri Christina, belajar tentang bagaimana hidup di dunia ini mulai sekarang."
"Hmm, jadi kalian berdua adalah seorang siswa. Tapi kenapa Rei mendapatkan gelar baronet sedangkan Kouta tidak? Meskipun agak terlambat untuk menanyakan itu sekarang......" Hiroaki menatap Kouta.
"Tidak seperti Rei, aku hanya tinggal di Restorasi sementara."
"Untuk sementara? Kau tidak akan menetap?"
"Aku tidak berniat untuk itu. Putri Christina memang mengatakan aku bisa melakukan hal yang sama seperti Rei dan menerima gelar jika aku bergabung, tapi...."
"Apa ada hal lain yang ingin kau lakukan?"
"Aku sebenarnya ingin mencoba bepergian sebagai seorang petualang." Jawab Kouta malu-malu, sambil menggaruk pipinya.
"Seorang petualang? Untuk apa?"
"Maksudku..... Kurasa itu karena aku ingin tumbuh dan menjadi laki-laki sejati......"
"Menjadi laki-laki sejati? Ah..... Aku paham. Kau masih perjaka, kan? Dan kau diolok-olok karenanya, kan?"
Hiroaki terdengar bingung untuk sesaat, tapi dia segera merasakan sesuatu dan menunjukkannya pada Kouta.
"K-Kenapa?! B-B-B-Bagaimana kau bisa.....?!"
Suara Kouta pecah karena panik.
Di sampingnya, Roanna tersipu canggung, sementara Rei tertawa terbahak-bahak.
"Hee. Anak laki-laki seusia kami hanya berkata, 'Aku ingin tumbuh dewasa! Hmph!’ ketika mereka telah dipelintir dengan menjadi seorang perjaka. Kau pasti tekah ditolak oleh gadis yang kau sukai, benar?"
Hiroaki menebaknya dengan menyeringai.
"Wow, sungguh tepa sasaran. Seperti yang diharapkan dari Hiroaki."
"Aku tahu itu."
Rei dan Hiroaki sangat geli.
"A-Apa yang salah dengan itu ?!"
Kouta balas membentak, tersipu malu.
"Ah, tidak ada yang salah dengan itu. Ingin melakukan perjalanan karena ditolak oleh seorang perempuan adalah pengembangan karakter yang baik. Aku suka laki-laki yang tidak populer seperti itu."
"Guuuh....... A-Aku yakin mudah bagimu untuk mengatakan itu ketika kau sudah mempunyai Roanna-san."
"K-Kau bodoh! W-Wanita bangsawan peringkat tinggi seperti Roanna tidak terlibat hubungan pernikahan!"
"Heeh? Yang benar?"
Kouta tampak terkejut. Dia melihat antara Hiroaki dan Roanna dengan gugup.
"K-Kalau begitu itu, artinya....."
"............."
Roanna memerah, namun tetap diam.
"B-Bajingan, itu pelecehan seksual tahu! Jangan katakan hal seperti itu di depan Roanna!"
Hiroaki menunjukkan reaksi yang sangat polos.
Sepertinya dia tidak ingin Roanna mendengar apa yang mereka bicarakan.
"Y-Yah, itu salahmu kau yang memulai membicarakan tentang keperjakaan. Membicarakan tentang hal itu di depan seorang gadis adalah pelecehan seksual itu sendiri tahu!" Kouta membantah.
"Ini salahmu karena masih perjaka!"
Hiroaki menyatakan.
"Memang, Kouta sedikit sensitif tentang menjadi seorang perjaka." Kata Rei, memihak Hiroaki.
"Ngh......." Kouta tidak bisa membantah lagi setelah itu.
"Tch...... Hei, Kouta. Daripada bertualang sebagai petualang, cari pacar dan lulus dari perjaka dulu sana."
Saran Hiroaki, menghela napas lelah.
"K-Kenapa aku harus melakukan itu?"
"Karena kau masih perjaka."
"B-Berhenti mengucapkan kata 'perjaka' berkali-kali...... Setidaknya berikan aku alasannya."
Kouta mengerutkan keningnya, sedikit merajuk.
"Biarkan aku mengatakan ini dengan terus terang: kau masih mencintai gadis itu, kan?"
"Ap........"
Setelah sasarannya mengenai sekali lagi, wajah Kouta memerah. Tidak menyangkalnya.
"Wajahmu bertanya kenapa aku tahu, ya? Alasan mengapa kau ingin tumbuh dewasa adalah karena kau masih terikat dengan gadis yang menolakmu. Kau ingin menunjukkan padanya bagaimana kau telah tumbuh."
Lanjut Hiroaki, mengatakan yang sebenarnya.
"Guh..... Kenapa kau terdengar begitu percaya diri dengan kata-katamu? Hiroaki, kau hampir terdengar seperti......"
[ Seperti kau juga masih perjaka— ]
Pikir Kouta, menatap Hiroaki saat dia menelan kata-katanya itu.
"Terserah apa katamu. Bagaimanapun, sekarang kau dan Rei adalah asistenku."
Hiroaki tertawa dengan senyum tenang cukup aneh.
"Kau tidak bisa memutuskan itu tiba-tiba......"
Kata Kouta dengan enggan.
"Tidak apa-apa, kan, Rei?"
"Ya, aku tidak keberatan."
Rei setuju dengan mudah.
"Kalau begitu telah diputuskan. Kalian berdua adalah asistenku mulai hari ini."
"Tidak, tunggu sebentar."
"Apa masalahnya? Kau akan mengerjakan novel untuk sementara waktu. Kau dapat berangkat untuk perjalananmu sesudahnya. Sampai kau melakukannya, kau bisa menjadi asistenku. Untuk saat ini, jadilah ilustrator eksklusifku."
Hiroaki memutuskan dengan agak tegas.
"Hei, Roanna. Siapkan posisi untuk keduanya. Mereka menjadi asistenku. Setidaknya tingkatkan status sosial Rei." Tambahnya sebelum Kouta sempat memprotes.
".......Aku mengerti." Roanna ragu-ragu karena mempertimbangkan Kouta, tapi dengan enggan menganggukkan kepalanya.
"Rei, apa ada perempuan baik yang bisa dicocokkan dengan laki-laki ini?"
"Hmm...... Ada seorang perempuan bernama Mikaela Belmond. Dia baik-baik saja dengan tunanganku dan kami sering duduk bersama selama belajar."
"Hee. Apa kau mengenalnya, Roanna?"
"Aku belum pernah bertemu dengannya secara pribadi, tapi aku yakin dia adalah Putri dari Baron Belmond."
"Begitu ya. Putri dari seorang baron? Apa mereka berdua datang ke Kastil ini bersamamu?"
Hiroaki bertanya pada Rei.
"Tidak, mereka berdua di Rodania."
"Oke. Panggil dia ke sini sebagai tunanganmu."
"Heh? Apa semudah itu memanggilnya ke sini?"
Kapal sihir udara adalah pilihan transportasi, namun mereka biasanya digunakan oleh bangsawan berpangkat tinggi dan militer saja. Tidak mudah bagi Putri seorang baron untuk menggunakannya untuk bepergian. Membawa kapal sihir juga membutuhkan izin dari Keluarga Kerajaan atau bangsawan dengan pangkat yang cukup tinggi.
"Hanya beberapa jam dengan menggunakannya, kan? Dengan menjadi asistenku, kau menjadi bawahanku. Sebagai atasan, aku ingin bertemu dengan siapa kau akan menikah. Tolong buat pengaturan itu juga, Roanna."
"Sesuai keinginanmu, Hiroaki-sama."
Hal itu adalah masalah yang berbeda ketika sang hero yang memberi perintah. Roanna juga tidak menunjukkan keberatan tertentu saat dia mengangguk.
"Terima kasih." Kata Hiroaki puas.
"Sekarang. Mari kita dengar lebih banyak cerita tentang bagaimana kau ditolak?"
Percakapan mereka berlanjut ke cerita tentang bagaimana Kouta patah hati.
◇◇◇◇
Di suatu malam, setengah bulan setelah Rio mulai mengajar di kelas bertarungnya. Rio, Miharu, Celia, Latifa, Aishia, Sara, Orphia, Alma, dan Satsuki yang berkunjung berkumpul di ruang makan Mansion.
Mereka semua telah selesai makan dan menikmati teh setelah makan malam.
Rio melihat sekeliling semuanya dan mulai berbicara dengan agak formal.
"Aku memiliki sesuatu yang serius yang ingin aku diskusikan hari ini, jika tidak masalah. Ini sebagian besar menyangkut Satsuki-san, kelompok Sara, dan Celia dan Miharu-san."
Semua orang saling bertukar tatapan bingung.
"Tentu...... Ada apa?"
Satsuki bertanya atas nama kelompok.
"Aku ingin berdiskusi dengan baik tentang masa depan."
"Masa depan.......?"
"Apa yang ingin aku lakukan mungkin tidak selaras dengan apa yang ingin kalian semua lakukan, jadi aku ingin mendengar pendapat semuanya. Ada juga beberapa informasi yang ingin aku sampaikan."
Kata Rio, menjelaskan dengan santai melirik Sara dan Latifa.
"Aku mengerti. Betapa perhatiannya— seperti itulah kamu, kurasa." Satsuki tertawa, menemukan cara Rio tidak memutuskan sesuatu kepada semuanya tanpa meminta terlebih dahulu untuk menjadi aspek positif dari kepribadiannya.
"Pertama, aku yakin aku telah mengatakan ini sebelumnya, tapi aku berpikir untuk pergi dalam tiga atau empat minggu lagi. Dan itu akan menjadi dua bulan atau lebih sebelum aku kembali lagi."
Kata Rio, mengungkapkan urutan rencananya.
"Bolehkah aku bertanya ke mana kamu akan pergi.....?"
Satsuki bertanya perlahan, memperhatikan ekspresi yang Rio buat.
"Tentu. Pemberhentian pertamaku adalah desa tempat Sara dan yang lainnya berasal. Setelah itu, aku akan menuju ke kampung halaman orang tuaku."
"Kampung halamanmu? Itu di mana...."
"Wilayah Yagumo."
"Ya, itu. Bukankah tempat itu sangat jauh? Tempat itu melewati gurun luas di timur wilayah Strahl. Kudengar tempat itu sangat berbahaya......."
Satsuki menatap Rio seolah mempertanyakan bagaimana dia bisa sampai di sana.
"Perjalanan dengan berjalan kaki akan memakan waktu bertahun-tahun, tapi untuk dicapai dalam waktu kurang dari sebulan bisa melalui udara. Namun, meski begitu, ini adalah perjalanan yang berbahaya....."
Tanpa peta atau kompas, tidak ada pilihan selain melakukan perjalanan sambil mengandalkan posisi matahari, membatasi pergerakan pada siang hari. Ada makhluk-makhluk berbahaya di langit dan di permukaan, dan cuaca yang tidak normal terkadang menghalangi seseorang untuk terbang sama sekali.
"Heeh..... Jadi kalau kamu akan pergi lewat udara, butuh dua bulan hanya untuk sampai ke sana dan kembali."
"Ya." Kata Rio.
Menggunakan kristal teleportasi ke desa roh akan mempersingkat perjalanan pulang, tapi menjelaskannya sekarang akan menggagalkan percakapan.
"Tapi untuk apa kau pergi ke wilayah Yagumo dengan perjalanan yang begitu jauh?"
"Aku ingin memberi kabar terbaru kepada kerabatku tentang apa yang terjadi."
"Heeeh? Kamu punya keluarga di wilayah Yagumo?"
Mata Satsuki melebar.
Satsuki berpikir Rio telah lahir dan besar di wilayah Strahl, di mana dia kehilangan orang tuanya di usia muda dan menjadi yatim piatu. Rasanya tidak tepat untuk bertanya tentang masa lalunya, jadi dia tidak tahu kalau Rio benar-benar pernah ke Yagumo sebelumnya.
"Aku belum pernah mengatakannya padamu sebelumnya, maaf untuk itu."
"Wow, jadi kamu pernah bertemu mereka sebelumnya?"
"Ya."
"Hee. Aku seperti ingin bertemu dengan mereka. Seperti apa mereka?" Tanya Satsuki.
Miharu dan Celia juga mengarahkan pandangan mereka pada Rio.
"Mereka adalah nenek dan sepupu dari pihak ayahku. Dan kakek-nenek dari pihak ibuku juga."
"Aku mengerti, aku mengerti. Apa sepupumu laki-laki? Atau seorang gadis?"
"Dia adalah gadis yang satu tahun lebih tua dariku...."
"Jadi dia seumuran denganku, ya? Aww, sekarang aku benar-benar ingin bertemu dengan mereka!"
"Masalah utamanya adalah ini: kelompok Sara akan kembali ke desa mereka untuk memberikan kabar terbaru kepada keluarga mereka juga, jadi apa yang akan kalian lakukan? Jika kalian ikut, kalian tidak akan kembali ke wilayah Strahl selama dua bulan. Mengunjungi kerabatku adalah murni urusan pribadiku, jadi kalian bisa tinggal di Mansion ini jika kalian mau...."
Ada juga pilihan untuk menunggu di desa roh sebagai gantinya.
"Ya! Aku ingin pergi bersamamu! Keluargamu adalah keluargaku juga. Aku perlu menyapa mereka dengan benar." Jawab Latifa segera, mengangkat tangannya.
"Aku juga akan pergi bersama Haruto." Tambah Aishia.
"Itu akan tergantung pada para tetua, apakah mereka akan memberikan izin, tapi kami juga berpikir untuk pergi bersamamu ke Yagumo setelah mengunjungi desa." Sara mengirimi Orphia dan Alma sinyal dengan matanya sebelum diam-diam mengungkapkan niat mereka.
"Aku juga ingin ikut!"
Satsuki juga mengangkat tangannya dengan penuh semangat.
"Kamu tidak bisa meninggalkan Kastil, Satsuki-san."
Tidak mungkin Satsuki bisa dengan santai meninggalkan Kastil untuk pergi jauh-jauh ke Yagumo.
"Tapi......."
Satsuki mengembungkan pipinya sebagai rass protes yang imut.
"Bagaimana dengan Miharu-san dan Celia?”
"Umm, aku......"
Miharu menatap Satsuki dengan ragu. Mungkin dia merasa bersalah jika Satsuki ditinggalkan sendirian.
"Tidak apa-apa, Miharu-chan. Kamu bisa meninggalkanku. Aku hanya merajuk karena aku tahu aku tidak bisa pergi."
Satsuki membujuk Miharu dengan senyum masam.
"Ya. Tapi ada juga masalah Aki-chan dan yang lainnya...."
"Oh, benar. Beberapa waktu telah berlalu sejak kita semua berpisah, jadi masuk akal jika kamu bertanya-tanya apa yang mereka lakukan sekarang. Dan sekarang kamu akan pergi setidaknya selama dua bulan."
Mereka telah memutuskan untuk menunggu dengan sabar hingga waktu berlalu, tapi beberapa bulan telah berlalu sejak mereka berpisah. Masuk akal untuk merasa penasaran dengan apa yang mereka lakukan.
Faktanya, Miharu menundukkan kepalanya dengan ekspresi ragu-ragu.
Setelah menimbang semua pilihannya di dalam hatinya, dia akhirnya memutuskan untuk memprioritaskan perasaannya sendiri dan mengangkat kepalanya. Dia kemudian berbalik ke Satsuki dengan memohon.
"Ap..... Apa tidak apa jika aku ikut juga?"
"Tentu. Serahkan semuanya padaku saat kamu tidak ada." Satsuki senang Miharu telah memprioritaskan dirinya untuk sekali ini — dan mungkin sedikit senang bisa diandalkan — saat dia memukul dadanya dan menerima permintaan itu.
"Aku akan mengirim surat ke Masato dan menanyakan apa ada kemajuan. Seharusnya ada balasannya saat kamu kembali, jadi nantikan itu."
"Terima kasih banyak, Satsuki-san."
Satsuki menggelengkan kepalanya malu-malu melihat cara Miharu membungkuk dalam-dalam padanya.
"Jangan pikirkan itu — kamu tidak perlu berterima kasih. Kita ini teman, kan?"
"Aku juga mengandalkanmu, Satsuki-san."
Ketika Rio membungkuk padanya, Satsuki membuat wajah yang lebih malu.
"T-Tentu saja."
"Itu meninggalkan Celia sekarang. Bagaimana denganmu, Celia? Karena Restorasi juga perlu dipertimbangkan, serta masalah utama Kerajaan Beltrum. Kamu bisa tinggal di Mansion ini jika kamu mau, tapi....."
[ Celia pasti khawatir tentang bagaimana keadaan keluarganya di rumah. ]
Pikir Rio sambil menatap Celia.
Celia berhenti sejenak, tapi menjawab dengan senyuman cerah.
"Tidak..... Aku adalah asistenmu sekarang. Aku juga akan ikut denganmu."
"Apa kamu yakin?"
"Ya. Aku telah menerima beberapa informasi dari pemerintah utama, dan keluargaku tampaknya tidak dalam bahaya langsung. Tidak ada yang bisa aku lakukan dengan kekuatan yang aku dapat untuk membantu hubungan Restorasi dengan Beltrum. Hanya Putri Christina yang bisa dipercayakan hal itu. Lagi pula, dia memerintahkanku untuk bersamamu......"
Celia terdiam, menatap Rio.
Rio memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung.
".......Apa ada sesuatu yang lain?"
"Emm. Yah, aku juga ingin bertemu kerabatmu....."
Kata Celia sedikit malu-malu.
"Aku mengerti. Kalau begitu, aku akan membawamu ke wilayah Yagumo juga."
"Terima kasih." Cellia mengangguk senang.
"Yang pertama bertemu dengan mereka adalah aku, adik perempuanmu!" Latifa menggembungkan pipinya.
"Aku tahu itu."
Rio setuju dengan senyum tegang.
"Itu artinya lebih baik kita kembali ke desa dulu. Aku ingin menunjukkan desa kepada Celia-san, dan para tetua perlu memberikan izin untuk itu."
Saran Sara tiba-tiba, bertukar pandang dengan Orphia dan Alma.
"Maksudmu kalian bertiga akan kembali duluan?"
Rio bertanya setelah jeda.
"Ya. Aku percaya tidak akan ada masalah jika dia datang ke tempat kami, tapi mungkin lebih baik memberikan peringatan terlebih dahulu."
"Jadi kalian akan kembali ke sini setelah kamu menerima konfirmasinya....?"
"Yup, benar sekali."
Dengan kata lain, mereka bertiga akan melakukan perjalanan melalui Wilderness sendirian. Tidak mungkin hal buruk akan terjadi, tapi ada makhluk di sana yang bahkan Sara dan yang lainnya akan berjuang melawannya.
"Aku akan ikut dengan kalian." Rio menawarkan.
"Kamu adalah pemilik Mansion ini, jadi kamu harus tinggal di sini. Dan tolong percaya pada kemampuan kami sedikit lagi. Senang rasanya kamu peduli dengan kami, dan aku tahu kami bukan tandinganmu atau Aishia-sama tpi kami masih cukup kuat untuk pergi ke Wilderness."
Kata Sara, menatap Rio dengan mata mencemooh.
".............."
"Semuanya......"
Celia mulai berbicara tetapi terputus.
"Ah, tolong jangan minta maaf atau berterima kasih pada kami."
"Ya, kami tidak melakukan ini hanya demi Rio atau Celia-san."
"Itu hanya sesuatu yang ingin kami lakukan."
Orphia, Alma, dan Sara semuanya membuat komentar untuk mengantisipasi apa yang akan dikatakan Rio dan Celia.
"Aku mengerti..... Kalau begitu, tolong gunakan kristal teleportasi yang kumiliki dalam perjalananmu ke sana. Kristal ini akan mengurangi durasi dan risiko perjalanan kalian hingga setengahnya." Kata Rio.
Sara mengangguk puas.
"Oke. Kami akan menerima tawaranmu itu."
"Kristal teleportasi...... Itulah nama artefak yang digunakan saat Putri Christina dan Putri Flora diculik, kan?" Satsuki bertanya sambil berkedip.
"Ya. Aku juga memilikinya."
Rio memberikan penjelasan tentang kristal teleportasi yang dia hilangkan sebelumnya. Satsuki bisa dipercaya, jadi tidak perlu merahasiakannya.
"Heeh? Hebat! Jadi kamu bisa berteleportasi jika kamu memilikinya?" Satsuki bertanya dengan penuh minat.
"Ya, tapi dengan tidak bebas. Tujuannya hanya terbatas di desa Sara, dan perjalanannya hanya bisa dilakukan sekali jalan."
"Itu masih sangat hebat tahu."
"Memang benar. Itu sebabnya aku akan sangat menghargai jika kamu merahasiakan ini dari orang lain. Ini adalah item yang sangat berharga yang terbuat dari sihir yang dianggap hilang di wilayah Strahl. Jika dicuri, desa Sara juga akan menghadapi risiko invasi."
"A-Aku mengerti."
Satsuki mengangguk dengan tatapan serius.
Rio melanjutkannyavdengan melirik gadis-gadis desa roh.
"Dab juga, aku ingin menggunakan kesempatan ini untuk berbicara tentang Sara dan yang lainnya."
"Apa kamu yakin? Mereka berasal dari desa rahasia, jadi kamu tidak bisa membicarakannya terlalu banyak, kan? Dan dengan artefak seperti ini, aku bisa membayangkan kenapa....."
Satsuki juga menoleh untuk memeriksa ekspresi mereka. Satu-satunya hal yang dia tahu adalah kalau mereka tinggal di desa tersembunyi di pinggiran Strahl.
"Ini atas permintaan orang-orang yang terlibat."
Sara dan yang lainnya pergi ke Rio, memintanya untuk menjelaskan semuanya dengan benar kepada Satsuki sebelum mereka pergi. Mereka juga mempertimbangkan untuk memberitahu Charlotte, tapi akhirnya memutuskan untuk tidak melakukannya kali ini karena posisinya sebagai bangsawan. Meski begitu, kepercayaan mereka kepada Charlotte memang cukup tinggi untuk dipertimbangkan.
"Kami ingin lebih dekat dengan Satsuki, jadi kami mendiskusikan berbagai hal di antara kita saja dan memutuskan untuk tidak menyimpan rahasia. Kami tahu kamu selalu bersikap perhatian terhadap kami."
Kata Sara.
"Rasanya seperti ada jarak di antara kita—seperti kita membuat tembok. Dan kami tidak menginginkan itu."
Tambah Orphia.
"Karena itu kami sangat berterima kasih jika kamu mau mendengarkan kami." Ungkap Alma.
"Terima kasih......." Kata Satsuki malu-malu.
"Tapi itu aturan desa kalian, benar? Kalian tidak perlu melakukannya untukku."
"Itu memang benar. Tapi ada pengecualian untuk aturannya." Jawab Sara sedikit malu-malu.
Dengan demikian, Satsuki menemukan kebenaran di balik gadis-gadis desa roh dan desa mereka. Gadis-gadis desa roh itu berangkat ke desa dua hari kemudian.