Saint's Gospel – Chapter 1 : 「Kehidupan Di Kerajaan Galarc」
Sementara itu, di sebuah Mansion milik Rio yang diberikan oleh Raja Francois kepada Haruto Amakawa, sang Ksatria kehormatan.....
Sepuluh hari telah berlalu sejak Rio mulai tinggal bersama penghuni rumah batu. Saat itu, lewat tengah hari, dan Charlotte sekali lagi mengunjungi Mansion itu. Satsuki, Liselotte, Christina, dan Flora menemaninya.
Charlotte sedang minum teh yang telah disajikan, lalu menyapa Rio dan Celia yang duduk di seberang sofanya.
"Aku kemari hari ini untuk memberi kalian dua buah permintaan atau lebih tepatnya pekerjaan."
"Kami?"
Rio dan Celia tatapan sebelum menjawab bersama.
"Ya. Ini adalah permintaan resmi dari Kerajaan, jadi kalian akan mendapatkan hadiah untuk itu. Persyaratannya juga dapat dibatasi saat kalian berada di Ibukota. Jika kalian dapat memikirkan dan memberikan pertimbangannya setelah aku mengatakannya, aku akan menghargainya."
Kata Charlotte, mengawali penjelasannya dengan penekanan kalau pekerjaan itu bersifat sukarela.
"Jadi pekerjaan macam apa itu.....?"
"Aku ingin kalian berdua menjadi instruktur sementara. Aku berharap Celia-sama bisa mengadakan kelas khusus tentang sihir di Akademi Kerajaan Galarc, sementara Haruto-sama mengajarkan kelas pertarungan jarak dekat yang disiapkan oleh kami.
"Aku bisa memahami Celia karena pengalaman yang di milikinya sebagai pengajar di Akademi Beltrum, tapi aku belum pernah mengajar di kelas sebelumnya."
"Hee hee, kamu tidak perlu cemas untuk itu. Aku yakin mengajarkan sesuatu tidak akan menjadi masalah bagi kamu yang mempunyai kemampuan."
Rio tidak yakin pada dirinya sendiri, namun Charlotte memberikan persetujuannya dengan penuh percaya diri.
"Suatu kehormatan besar untuk itu, tapi aku tidak terbiasa dengan gaya berpedang dan teknik bela diri Kerajaan Galarc."
"Itu juga bukan masalah. Apa yang aku minta bukan agar kamu mengajarkan dasar-dasar teknis kepada pemula, tapi untuk memberikan instruksi yang lebih mudab kepada orang-orang dengan pengalaman bertarung. Karena ada orang-orang yang berspesialisasi dalam berbagai senjata dan gaya bertarung."
"Aku mengerti......" Kata Rio dalam hati.
Rio sebelumnya telah mengajari Masato, yang benar-benar baru dalam pertarungan nyata, serta para penduduk dari desa roh, yang tidak memiliki pengalaman dalam pertarungan tangan kosong karena kurangnya pertarungan nyata.
Tetapi untuk mengajarkan prajurit Galarc dan Restorasi yang sudah memiliki semua pengetahuan yang dibutuhkan akan menjadi masalah yang berbeda. Bisa saja, mungkin ada beberapa bangsawan di antara mereka, jadi Rio tidak yakin seberapa banyak dia bisa mengajari mereka.
"Aku tahu kamu memiliki rasa tanggung jawab yang kuat, jadi aku mengerti jika kamu tidak akan setuju tanpa pertimbangan yang matang. Tapi kamu tidak memikirkannya terlalu keras— Kamu bisa memperlakukannya seperti pertarungan pura-pura atau pertandingan latihan ringan. Alasan mengapa permintaan ini muncul karena banyak yang menyatakan keinginan untuk bertarung dengan sang Ksatria Kehormatan, Haruto-sama."
"Meskipun aku tidak akan menolak latihan sparring..... apa kamu tahu kira-kira berapa banyak orang yang akan hadir di kelas ini?"
"Aku berpikir untuk membatasi sampai dua puluh orang pada awalnya. Aku membolehkan siapa pun yang bebas untuk hadir, namun aku akan bertanggung jawab atas pemilihan peserta, jadi kamu tidak perlu khawatir dalam hal itu."
Charlotte tersenyum dengan berani, seolah mengatakan dia tidak akan membiarkan siapa pun melakukan sesuatu kepada Rio. Seperti yang diharapkan, dia telah mempertimbangkan semua poin yang mungkin bisa ditemukan Rio. Rio terkesan dengan kehati-hatiannya, dan ekspresinya sedikit melunak.
"Mungkin lebih baik untuk mengurangi jumlahnya, namun jika para peserta tidak keberatan untuk bertarung satu sama lain, maka itu akan bagus."
"Baik itu artinya satu lawan satu, atau pertarungan habis-habisan, aku akan menyerahkan kepadamu untuk memutuskan berdasarkan jumlah peserta yang akan hadir di kelas nanti."
"Aku mengerti. Dalam hal itu....."
[ Sepertinya cukup mungkin untuk mempertahankan format pelajaran yang tepat seperti itu. Dan apakah para peserta akan puas dengan itu adalah masalah yang berbeda..... ]
"Untuk saat ini, peserta kelas pertama sudah cukup banyak, jadi bagaimana kalau kamu mencobanya dulu? Kamu bisa memutuskan untuk melanjutkan kelas berikutnya setelah itu." Saran Charlotte.
Sepertinya Charlotte telah mengatur segalanya mengenai kelas yang pertama sebagai persiapan untuk persetujuan Rio. Karena dia telah melalui begitu banyak masalah sebelum membuat permintaan itu, Rio merasa sulit untuk menolak. Atau lebih tepatnya, dia mendapati dirinya ingin membalas budinya atas pertimbangannya.
"Aku mengerti..... Aku akan mencobanya."
Kata Rio, menerima permintaan itu.
"Terima kasih. Aku yakin kamu akan mengatakan itu, Haruto-sama. Untuk hal itu, kelas pertama akan segera diadakan— Aku sangat senang. Aku tidak sabar untuk melihat sosok gagahmu lagi."
Charlotte tersenyum dengan gembira. Charlotte menjawabnya dengan gembira, tersenyum kegirangan.
"Kamu sepertinya sedang bersemangat, Char-chan."
"Hee hee. Kamu sendiri juga mengatakan kalau hal itu akan menarik, Satsuki-sama."
Satsuki yang telah duduk diam saat mereka berbicara bergabung dengan percakapan dengan tawa. Charlotte juga memberikan jawabannya dalam suasana hati yang ceria.
"Jadi siapa yang akan menghadiri kelas pertama?"
Rio bertanya, menatap Satsuki.
"Yang pertama adalah Satsuki-sama. Yang hadir dari Galarc akan menjadi beberapa Ksatria-ku dan pelayan Liselotte. Beberapa Ksatria wanita Christina-sama dan Flora-sama juga akan hadir dari pihak Restorasi."
Jawab Charlotte sambil melihat ke arah Christina dan Liselotte.
"Putri Charlotte mendekati kami dengan tawaran itu. Restorasi akan membawa Vanessa dan beberapa bawahannya. Mereka mungkin menyusahkanmu, tapi tolong bimbing mereka dengan baik, Amakawa-dono."
Kata Christina sambil mengangguk.
"Beberapa pelayanku yang menemaniku ke Ibukota juga akan hadir. Tolong bimbing mereka juga."
Kata Liselotte melanjutkan sambil membungkuk.
"Bearti akan ada beberapa orang yang familiar...."
Rio sedikit terganggu dengan bagaimana mereka semua adalah perempuan.
"Aku mengerti. Aku tidak tahu seberapa baik apa aku bisa mengajarkan mereka, tapi aku akan melakukan yang terbaik."
Jawab Rio, menegakkan posturnya dan mengangguk.
"Selama kamu tidak masalah dengan ini, aku ingin kelas pertama itu diadakan dalam beberapa hari. Apa itu oke? Aku berpikir untuk melakukannya di pagi hari, setelah sarapan dan sebelum sore hari......"
"Aku punya waktu bebas paling cepat besok."
"Benarkah? Kalau begitu mari kita mulai besok! Jika yang lainnya yang ada di Mansion-mu ingin menonton atau berpartisipasi, kita bisa mengadakannya di alun-alun di taman belakang. Aku akan mampir sekitar jam sembilan pagi."
Charlotte melihat sekeliling ke arah Latifa dan semua orang yang hadir.
"Ya! Aku juga mau pergi dan melihatnya!"
Latifa mengangkat tangannya dengan penuh semangat.
"Jika Haruto mau mengajar, aku juga mau hadir sebagai muridnya."
"Aku juga."
Sara mengangkat tangannya dengan malu-malu, diikuti oleh Alma.
"Kalian berdua dipersilakan untuk bergabung. Itu tidak masalah, kan, Haruto-sama?"
Charlotte setuju dengan mudah, memastikan Rio untuk menyetujuinya juga.
"Ya, tentu saja. Dalam hal ini, kalian bisa mengikuti kelasnya, tapi bisakah kalian bertindak sebagai asistenku ketika aku membutuhkan bantuan?"
"Tentu!" Sara setuju.
"Serahkan pada kami." Kata Alma, menambahkan.
"Aishia, kamu juga."
"Yup."
Aishia mengangguk tanpa ragu-ragu.
"Dengan ini, kita sudah menyelesaikan masalah tentang Haruto-sama sebagai instruktur khusus. Bagaimana denganmu Celia-sama?" Charlotte menyimpulkan dengan puas, lalu menoleh ke arah Celia.
"Ada beberapa hal yang ingin aku konfirmasi, namun fakta kalau Putri Christina ada di sini berarti kamu sudah berbicara ini dengannya, benar?"
"Ya. Atau lebih tepatnya, karena kamu telah ditugaskan sementara ke Amakawa-dono sekarang, jadi keputusan itu ada di tangan kalian berdua." Jawab Christina.
"Terima kasih. Subjek seperti apa yang harus aku ajarkan?" Celia bertanya pada Charlotte.
"Mata pelajaran apapun boleh, namun siswa yang akan hadir berkisar dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Setiap kelas dapat berupa kursus yang lengkap, atau kamu dapat mengambil beberapa kelas untuk membahas suatu topik jika kamu mau. Kita bisa mendiskusikannya setelah mempertimbangkan berapa lama Haruto-sama tinggal di Galarc."
"Aku berencana untuk tinggal selama satu bulan lagi. Jika Celia setuju untuk mengajar, silakan rencanakan di sekitar waktu itu." Kata Rio, menjelaskan.
"Jika kamu bisa melanjutkan dengan pengaturan kelas, aku akan mulai memikirkan rencana pelajaranku."
Dengan itu, Celia memutuskan untuk mengadakan kelas khusus juga.
◇◇◇◇
Keesokan paginya, untuk mengikuti kelas pertarungan jarak dekat Rio, orang-orang dari berbeda-beda organisasi berkumpul di halaman Mansion.
Putri Kedua Kerajaan Galarc, Charlotte, berjalan di depan, membimbing mereka. Dia ditemani oleh pelayannya dan Ksatria wanita yang ada di belakangnya.
Yang berjalan di sampingnya adalah Christina dan Flora dari Restorasi. Mereka juga mengikut sertakan pelayan dan Ksatria mereka, termasuk Vanessa. Sedikit lebih jauh di belakang para Putri adalah Liselotte, Putri dari Duke Cretia dari Galarc. Dia ditemani oleh pelayannya yang juga bertindak sebagai pengawalnya— yaitu Aria, Cosette, dan Natalie.
Di depan gerbang ada dua Ksatria wanita dari Galarc. Rio tidak memiliki pengikut, dan Sang Hero dan putri Kerajaan sering mengunjungi rumahnya, jadi daerah itu dijaga oleh para Ksatria dari Kastil.
Sebagai catatan, karena Mansion yang diberikan kepada Rio berada di halaman Kastil, ruangnya cukup terbatas. Oleh karena itu, Mansion itu terletak satu lemparan batu dari gerbang depan. Sebaliknya, taman belakang memiliki ruang pribadi yang jauh lebih besar dari mata publik, dan ada lebih dari cukup ruang untuk mengadakan latihan sparring.
Sebagai persiapan untuk kedatangan para tamu, sebuah gazebo didirikan di taman menuju gerbang depan untuk Rio dan yang lainnya untuk bersantai. (Satsuki telah menginap malam sebelumnya, jadi dia sudah berada di Mansion.)
{ TLN : Gazebo itu kaya semacam saung/pondok kecil gitu, bisa cari sendiri di google kalau penasaran. }
"Selamat datang semuanya."
"Selamat pagi, Haruto-sama. Kami telah tiba seperti yang dijanjikan."
"Aku sudah menunggu kalian."
Rio mendekati kelompok itu dan meletakkan tangan kanannya di dada, menyambut mereka.
"Mari kita langsung ke intinya. Jika persiapannya sudah selesai, silakan mulai mengajarnya."
Karena mereka terbatas oleh waktu, mereka langsung ke urusan utama saat tiba.
"Baiklah. Tolong ikuti aku."
Rio memimpin kelompok itu ke taman belakang. Ada gazebo yang lebih besar di belakang, yang mereka singgahi terlebih dahulu. Senjata kayu untuk latihan sparring telah dibawa sehari sebelumnya dan dijajarkan di depan gazebo.
"Siapa pun yang ingin mengamati, silakan menuju ke ke gazebo. Mereka yang berpartisipasi, silakan pilih senjata terbaik kalian dari yang tersedia dan ikuti aku setelahnya."
Rio kemudian mengambil pedang kayu yang bersandar di sampingnya dan berjalan agak jauh. Aishia dan Satsuki mengambil tombak kayu dan mengejarnya, diikuti oleh Sara, yang mengambil dua belati kayu, dan Alma, yang memilih tongkat kayu.
Kemudian, peserta lainnya, termasuk Vanessa, Aria, Cosette, Natalie, dan yang lainnya, masing-masing memilih senjata mereka sendiri dan mengikuti yang sebelumnya.
"Semuanya, silakan lewat sini."
Atas dorongan Celia, Charlotte dan yang lainnya berjalan ke gazebo. Ada meja dan kursi yang didirikan di bawahnya di mana semua orang selain para pelayan duduk untuk menonton pelajaran dari Rio.
Sementara itu, para peserta sudah berada cukup jauh dari gazebo.
"Sepertinya jarak segini sudah cukup."
Rio, yang telah berjalan di depan, berhenti dan berbalik menghadap para Ksatria dan pelayan. Aishia, Sara, dan Alma berdiri di sampingnya.
"Apa tidak masalah bagiku untuk berada sebelah sini?"
Satsuki memeriksa dengan Rio sebelum berbaris di antara Aria dan yang lainnya.
"Ya."
[ Para pesertanya adalah Satsuki, lima Ksatria dari Galarc, lima Ksatria dari Restorasi, dan tiga pelayan Liselotte. Lalu ada Aishia, Sara, dan Alma. Sebanyak tujuh belas orang. Dan mereka semua adalah perempuan..... ]
Setelah melihat sekeliling mereka, Rio merasa sedikit canggung. Menjadi satu-satunya laki-laki dalam sekelompok perempuan agak membebani pikirannya. Para penonton yang berada di gazebo juga perempuan, jadi dia merasa seperti masuk ke sekolah khusus perempuan sendirian.
Namun, Rio menduga kalau Charlotte sebenarnya membatasi pemilihan pesertanya untuk perempuan demi dirinya..... Atau lebih tepatnya, demi Latifa dan yang lainnya yang tinggal di Mansion.
Setelah memberitahunya kalau mereka tidak terbiasa berada di sekitar bangsawan, dia mungkin berasumsi kalau mereka akan lebih nyaman berada di sekitar orang-orang dengan jenis kelamin yang sama dan mempunyai pertimbangan untuk itu. Para peserta yang ada di sini juga wajah yang agak familiar yang biasanya terlihat melindungi Charlotte dan Christina. Yang bisa di bilang......
"Namaku adalah Haruto Amakawa. Aku merasa terhormat dapat menjadi instruktur kalian semua dalam pertarungan jarak dekat atas permintaan dari Putri Charlotte."
Ada banyak wajah yang belum pernah Rio temui sebelumnya, jadi dia memperkenalkan dirinya.
Pada saat itu, semua peserta mengarahkan pandangan mereka kepadanya. Sebagain memandangnya dengan rasa penasaran, sebagian memandangnya dengan kekaguman, dan sebagian lainnya memandangnya sebagai evaluasi.
"Mereka bertiga adalah temanku: Aishia, Sara, dan Alma. Mereka akan berpartisipasi di kelas ini sebagai asistenku. Kita bertarung satu sama lain secara teratur, jadi aku dapat menjamin kalau mereka bertiga adalah lawan tanding yang baik. Sang Hero, Satsuki-sama, juga akan berpartisipasi bersama kalian semua."
Saat perkenalan yang di bawakan oleh Rio, Sara dan Alma menundukkan kepala mereka terlebih dahulu.
"Namaku Satsuki. Aku akan menghargai jika kalian berbicara denganku terlalu kaku karena aku seorang Hero. Senang bertemu dengan kalian semua."
Kata Satsuki.
Namun, posisi mereka yang hadir tidak memungkinkan mereka untuk menerima kata-katanya dengan begitu naif, dan mereka semua menanggapi dengan hormat.
[ Kurasa aku harus mengerjakan sisanya selama latihan sparring. ]
Pikir Satsuki dengan senyum tegang ketika dia melihat mereka bereaksi sedemikian rupa.
"Tujuan dari kelas ini adalah untuk mengajarkan pertarungan jarak dekat, jadi aku berpikir untuk memfokuskan kelas pada latihan simulasi. Sejujurnya, aku tidak terlalu percaya diri dengan kemampuanku untuk mengajar kalian semua. Tapi karena aku sudah setuju untuk melakukan ini, aku akan bertanggung jawab dan melakukan yang terbaik. Sekarang..... Waktu kita terbatas, jadi mari kita mulai."
Rio mengumumkan dimulainya pelajaran. Dia telah memikirkan rencana pelajaran kemarin, tetapi dia tidak memiliki pengalaman mengajar. Dia tidak punya pilihan selain memikirkan berbagai hal saat dia melanjutkan. Sekarang dia merasa sadar akan hal itu lagi, ekspresinya menegang karena sedikit gugup.
"Aku ingin memulainya dengan mengukur kemampuan semuanya, jadi aku akan menghadapi kalian satu per satu. Pertandingan akan dihentikan segera setelah aku mengukur kekuatan kalian, tapi juga dapat diakhiri dengan serangan efektif. Jadi tolong serang aku dengan maksud untuk membunuhku. Menggunakan sihir diperbolehkan dalam bentuk peningkatan kemampuan fisik. Lalu untuk menandakan di mulainya, Sara, apa kamu bersedia bertindak sebagai wasit?"
"Ya. Serahkan padaku."
Sara melangkah maju atas permintaan Rio. Mendengar mereka akan memulai latihan sparring-nya membuat semua peserta merapakan dirinya. Mereka mungkin tertarik pada kesempatan untuk bertarung dengan Rio, yang memiliki banyak prestasi militernya. Mereka ingin mengukur kemampuannya apakah sama sepertinya—jika tidak— mereka ingin mengetahui batas kemampuan mereka.
"Kalau begitu, lawan pertamaku adalah....."
Rio melihat sekeliling peserta.
"Tolong izinkan aku."
Salah satu Ksatria dari Kerajaan Galarc segera mengangkat tangannya. Perhatian semua orang tertuju kepadanya.
"Kamu......"
Ksatria wanita itu tampaknya berusia awal dua puluhan. Dia biasanya menemani Charlotte di sekitar tempat itu dan meninggalkan kesan pada Rio sesekali menatapnya dengan penasaran.
"Namaku Louise Sharon, Ksatria Kerajaan Galarc dan Kapten pengawal pribadi Putri Charlotte."
"Lalu, yang pertama adalah Louise Sharon. Senang bertemu denganmu.... sepertinya ini untuk pertama kalinya berkata begitu, tapi aku yakin ini adalah salam pertama kita. Mari kita lakukan yang terbaik."
"Tentu."
Louise menjawab Rio dengan membungkuk ringan.
"Silahkan lewat sini."
Rio membawanya agak jauh dari kelompok lainnya. Louise menatap punggungnya sambil mengikutinya—
[ Louise. Aku ingin kamu menghadapi Haruto-sama sebelum yang lainnya besok. Jika kamu kalah darinya sebagai kapten, seluruh pasukanmu harus menerimanya, bukan? ]
—Dia mengingat kata-kata yang dikatakan Charlotte padanya kemarin. Kata-katanya tidak menimbulkan keraguan sedikit pun atas kemenangan Haruto, tapi itu tidak melukai harga dirinya sebagai seorang Ksatria. Sebagai seorang Ksatria, Louise Sharon menganggap kata-kata tuannya mutlak. Apapun yang dikatakan oleh Charlotte.
Namun, dia memiliki pemikiran tentang Haruto.
[ Haruto Amakawa-dono adalah orajg yang dicintai Putri Charlotte..... ]
Louise memuja Charlotte. Dia sangat menyayanginya. Dia telah ditugaskan untuk melindungi Charlotte sejak dia masih muda, mengawasi pertumbuhannya sampai sekarang. Dia telah merahasiakan perasaannya untuk menghindari rasa tidak hormat, namun tidak mungkin dia tidak menganggapnya begitu saja. Bisa dibilang dia jatuh cinta kepada Charlotte—begitulah perasaannya terhadapnya. Namun ketika dia datang ke Charlotte—
[ Louise, menurutmu kapan Haruto-sama akan kembali?
Louise, Haruto-sama benar-benar luar biasa.
Louise, Haruto-sama mengatakan ini hari ini...... ]
Dengan wajah seorang gadis yang tergila-gila, dia hanya berbicara tentang seorang pria lajang kepada Louise setiap hari. Seolah-olah orang yang dia cintai telah jatuh cinta dengan orang lain—tidak mungkin dia merasa cuek terhadap hal itu.
Dan lebih jauh lagi, semangat Louise telah menyebar ke bawahannya—semua Ksatria yang melindungi Charlotte memiliki perasaan yang bertentangan tentang Rio.
Karena itu, Louise menatap Rio seolah berkata :
"Bisakah kau benar-benar membuat Putri Charlotte bahagia? Aku tidak akan memaafkanmu jika kau meletakkan tanganmu kepada wanita lain. Atau lebih tepatnya, aku tidak akan memaafkanmu jika kau meletakkan tanganmu kepada Putri Charlotte kami yang menggemaskan. Oke?"
Bawahannya mengawasi dari jauh dengan cara yang sama.
[ Hee, semuanya akan menjadi menarik. ]
Charlotte bisa melihat melalui apa yang dipikirkan pengawalnya dan tersenyum gembira saat dia melihat segalanya terungkap.
[ Dia memiliki tatapan galak di wajahnya..... ]
Rio tidak tahu apa yang para Ksatria itu pikirkan tetapi merasa sedikit canggung ketika menghadapi tatapan dari Louise.
"Augendae Corporis. Silakan gunakan penguat fisik untuk dirimu juga, Sharon-san."
Rio menenangkan diri dan melafalkan mantra, mengaktifkan artefak sihir yang dia kenakan di lengannya untuk meningkatkan kemampuan fisiknya.
Lingkaran mantra muncul, menutupi tubuh Rio dalam cahaya. Menggunakan spirit art akan memberinya keuntungan fisik, jadi dia tidak hanya berpura-pura mengaktifkannya sebelum membatalkannya. Dia akan bertarung dengan kondisi yang sama.
"Oke. Augendae Corporis."
Louise tidak mengandalkan artefak seperti Rio dan meningkatkan fisiknya dengan sihir.
"Aturannya seperti yang aku jelaskan sebelumnya. Jangan ragu untuk menggunakan senjata dan pukulanmu untuk mendaratkan satu pukulan kepadaku."
"Baik. Aku juga tidak berencana untuk menahan diri."
Katanya tanpa permusuhan, tetapi dia menatap Rio dengan tajam saat dia mengangguk.
"Bagus. Tolong lakukan.”
".............."
Jawab Rio dengan senyum menyegarkan. Senyuman itu sepertinya mengejutkan Louise, saat dia sedikit mengernyit saat melihatnya.
Rio tidak berhenti untuk memikirkan perubahan samar pada ekspresi Louise dan memanggil Sara.
"Kalau begitu, bisakah kita mulai? Sara. Kamu bisa memberi sinyal untuk memulainya."
"Oke. Mulailah ketika aku menghitung mundur dari lima. Apa kalian siap?" Sara memeriksa.
"Ya."
"Tentu."
Keduanya mengangguk.
"Lima, empat, tiga, dua, satu. Mulai!"
Louise diam-diam berlari segera setelah sinyal diberikan, mendekati Rio. Jarak di antara mereka adalah lima meter, tetapi celah itu ditutup dalam sekejap. Dia melanjutkan untuk mengayunkan pedang kayunya dengan gerakan yang efisien, untuk menebasnya.
Namun, Rio telah melihat dengan sempurna lintasannya dan melangkah maju untuk menangkis pedang Louise sebelum dia bisa membangun momentum yang cukup. Louise juga telah menggeser pusat gravitasinya untuk melangkah maju, jadi dia kehilangan keseimbangan segera pedangnya dibelokkan, membunuh momentumnya sepenuhnya.
Gerakan itu adalah timming yang pas. Satu detik kemudian, Louise akan memiliki bobot yang cukup untuk mencondongkan tubuh ke depan untuk mencegah dirinya terlempar ke belakang.
[ Guh..... Ini buruk.
Dia akan melakukan serangan balik. ]
Louise berkeringat dingin, merasakan kekalahannya di awal pertandingan. Namun, Rio tidak melangkah maju—sebaliknya, dia mundur dan menyesuaikan pegangannya pada pedang kayunya.
"Kenapa kamu tidak mengejarku dengan serangan lanjutan barusan.....?" Louise bertanya dengan ragu.
Itu memang untuk sesaat, namun saat itu dia tidak berdaya untuk mendapatkan kembali keseimbangannya. Dia tahu Rio bukan tipe lawan yang akan membiarkan pembukaan seperti itu lewat berdasarkan serangannya barusan, itulah sebabnya dia merasa itu dipertanyakan.
"Ini adalah latihan sparring untuk mempelajari kemampuanmu, bukan untuk menjadi pemenang."
"Sejujurnya, aku merasakan perbedaan besar dalam kemampuan hanya dari serangan pertama itu..... Meskipun aku menyerangmu dengan serangan percobaan, level skillku memalukan."
Kata Louise dengan tatapan jengkel.
Justru karena Louise adalah petarung yang berpengalaman, dia bisa merasakan perbedaan dalam kemampuan mereka dengan lebih tajam.
"Itu tidak benar. Ini adalah gerakan yang dipoles tanpa gerakan yang disia-siakan. Meskipun itu hanya membuat pergerakannya lebih mudah diprediksi..... Dan jika aku mengayunkannya lebih lambat, aku akan kehilangan waktu untuk melakukan serangan balik."
Kata Rio tanpa basa-basi.
[ Jika waktunya telah mati dalam sekejap, dia akan kehilangan kesempatan untuk melawan. Sulit dipercaya dia bisa melihat melalui lintasan seranganku dan mengayunkan pedangnya sambil mengarahkannya ke pedangku..... Tapi tidak peduli bagaimana aku melihatnya, dia membidik saat itu. Insting tempur seperti apa yang dia miliki? Ini di luar apa yang bisa aku bayangkan. ]
Louis telah menganyunkan pedangnya dengan peningkatan fisik yang dia lakukan dengan sihir, jadi waktu yang sangat pas itu akan lebih pendek dari satu detik. Dengan analisis itu, Louise terdiam.
"Jika tidak ada yang lain, mari kita lanjutkan latihannya. Jangan ragu untuk menyerangku kapan saja."
"Oke....."
Louise mengangguk canggung, mengambil napas dalam-dalam untuk fokus pada pertarungan itu lagi.
◇◇◇◇
Rio bertarung dengan para peserta satu demi satu. Dia sudah menyelesaikan pertandingan melawan sebelas dari mereka, dan dia belum membiarkan siapapun mendaratkan satu serangan kepadanya. Kira-kira setengah jam kemudian, dia bertarung dengan pelayan Liselotte, Natalie, sebagai lawannya yang kedua belas.
[ Dia bertarung melawan sepuluh Ksatria Galarc dan Restorasi dalam pertandingan berturut-turut, namun dia belum terkena serangan satu pun. Pelayan dari Duke Cretia sama terampilnya dengan rumor yang dikatakan juga..... ]
Sambil tersenyum, Louise terlihat setengah takjub dan setengah terkejut saat dia dengan seksama mengamati Rio memenangkan pertandingan demi pertandingan.
Ksatria lain juga menonton pertarungan itu dengan tenang dengan ekspresi serius. Semua orang yang hadir dengan rajin melatih diri mereka sebagai tentara, jadi mereka semua kesal karena mereka bukan tandingannya dan mengawasi setiap gerakan yang bisa mereka pelajari darinya.
Sementara itu, Cosette dan Aria berdiri berdampingan untuk menyaksikan rekan mereka bertarung.
"Natalie menari di telapak tangannya."
"Sama seperti kamu beberapa saat yang lalu, kamu maksudku." Aria menunjukkan.
Memang, dalam pertandingan Cosette dengan Rio, dia telah mengerahkan semua staminanya tanpa daya sampai pertandingan berakhir tanpa dia pernah mengenainya sama sekali.
"Yah begitulah. Tetap saja, aku tahu kalau dia kuat, tapi aku tidak mengira dia akan sekuat ini tanpa pedang sihirnya..... Nama yang dia buat untuk dirinya sendiri adalah yang sebenarnya. Keterampilannya melampaui apa yang aku bayangkan ketika aku melawannya juga. Dia luar biasa, sungguh."
Cosette tidak terlalu terganggu oleh betapa tidak berdayanya dia—bahkan, dia menatap Rio dengan kagum saat dia berbicara. Aria memperhatikan rekannya dengan menghela napas lelah.
"Tentu saja dia luar biasa. Tidak mungkin mengalahkan Sword King hanya dengan pedang sihir jika dia tidak memiliki keterampilan pedang untuk mendukungnya. Bakat dan usaha—kamu hanya dapat mencapai levelnya di usia yang begitu muda ketika kamu diberkati dengan kedua faktor ini."
"Seorang jenius pekerja keras, ya? Apa itu berarti seorang jenius sepertimu akan bisa menyerangnya?"
"Aku bukan jenius, tapi juga tidak ada yang tahu sampai kita benar-benar bertarung satu sama lain."
Aria sedikit mengernyit, tidak terlalu suka disebut jenius.
"Selanjutnya akan menjadi giliranmu. Kepala pelayan terkuat, seperti iblis melawan Haruto-sama. Aku tak sabar untuk melihat siapa yang bisa menjadi yang terbaik. Lihat, pertandingannya hampir selesai."
Kata Cosette sambil menonton.
Natalie mendekati Rio dengan tegas, belati kayu ganda yang dipegang di tangannya. Rio menahan serangan baliknya untuk mengamati gerakannya dengan lebih baik, jadi serangan itu ditangani secara sepihak dari sisi Natalie.
Namun, Rio terus-menerus menghindari serangannya dengan gerakan minimal, membuatnya kurang kehabisan napas daripada dia meskipun menjadi lawan satu demi satu. Hanya masalah waktu sampai pertandingan mereka akan berakhir.
"Dia mulai kesal karena kurangnya kesempatan untuk menyerang. Dia selalu benci kalah."
Seorang penonton biasa tidak akan bisa mengatakan bahwa Natalie sedang frustrasi, karena dia masih mengayunkan belatinya dengan ekspresi serius. Tetapi karena Cosette adalah rekannya, dia bisa melihatnya.
"Mari kita berhenti di sini."
Rio menurunkan pedangnya, menyerukan akhir pertandingan.
Natalie tampak ingin bertarung lebih banyak, tetapi kepribadiannya yang patuh membuatnya menurunkan belati tanpa protes. Dia mengangguk setelah jeda.
"Oke."
"Aku yakin akan ada lebih banyak peluang untuk berlatih di masa depan, jadi sampai saat itu."
Rio sepertinya merasakan semacam emosi dari ekspresi Natalie, membuatnya tersenyum.
"B-Baik."
Natalie mengangguk malu, menyadari fakta kalau dia telah memperlihatkan ekspresinya.
"Aria-san menjadi yang terakhir, ya. Silakan maju."
Kata Rio, memanggil Aria dari jarak yang cukup jauh.
Tak lama setelah itu, Aria mengambil tempat Natalie di depan Rio, dan mereka berdiri terpisah lima meter satu sama lain.
"Mari kita lakukan yang terbaik."
"Ya, mari kita lakukan."
Rio mengembalikan busur sopan yang dikirim Aria.
"Setelah kamu siap, kita akan mulai pada hitungan ke lima. Tolong tingkatkan kemampuan fisikmu dengan sihir."
"Aku siap kapanpun. Augendae Corporis."
"Aku juga siap. Augendae Corporis."
"Aku akan memulainya dari hitungan mundur kalau begitu. Lima, empat, tiga, dua, satu. Mulai!"
Atas sinyal dari Sara, pertandingan dimulai.
Aria segera berlari ke arah Rio. Saat dia melakukannya, dia mengayunkan pedang kayunya ke arahnya, menangkapnya pada waktu yang tepat.
Bahkan seorang petarung berpengalaman akan menemukan gerakan seperti itu sulit untuk bereaksi, apalagi seorang amatir, tetapi Rio menangkis serangan itu dengan ayunan pedangnya.