Knight's Respite – Chapter 4 : 「Kembali dan Reuni」

 

Rio dan yang lainnya yang berada di kereta telah tiba di konsulat dari pelabuhan kapal sihir dalam waktu kurang dari sepuluh menit. Duke Huguenot dan Marquess Rodan melakukan sebagian besar percakapan saat dalam perjalana, jadi terlepas dari waktu Rio secara khusus disapa, dia dapat berkomunikasi lewat telepati dengan Aishia.

 

Singkatnya, Aishia dan Celia telah hidup tenang sebelum mereka bertemu Reiss di dalam konsulat suatu hari. Mereka mengejarnya saat dia mencoba melarikan diri dan mengalahkannya dalam pertarungan di pinggiran Rodania. Meskipun butuh beberapa waktu untuk mendengar keseluruhan ceritanya, masih ada percakapan lain yang terjadi di dalam kereta yang membuat Rio terjebak di dalamnya saat mereka turun dari kereta dan memasuki benteng.

 

[ Jadi maksudmu Reiss telah mati? ]

Rio mengkonfirmasi hal itu ketika dia memasuki pintu depan.

 

[ Mungkin. Tapi aku tidak bisa menemukan mayatnya. Dia menghilang tanpa jejak setelah dia dikalahkan. Kehadirannya juga benar-benar menghilang. ]

Aishia menjawab dengan sedikit ragu.

 

[ Reiss memanggil banyak monster sebelum akhirnya berubah menjadi monster itu, benar? Dan monster itu adalah monster yang belum pernah kamu lihat sebelumnya, dan menghilang saat kamu mengalahkannya. ]

 

Rio hampir berbicara dengan keras terlepas dari dirinya sendiri. Sulit untuk mempercayai cerita seperti itu. Namun, dia telah merasakan semacam kengerian dari Reiss sebelumnya, dan sulit membayangkan Aishia berbohong kepadanya.

 

[ Mengingat apa yang baru saja kamu katakan kepadaku, sulit untuk percaya kalau Reiss adalah manusia. Karena dia berubah menjadi monster, masuk akal jika dia benar-benar monster. Tapi kamu bilang dia tidak menjatuhkan batu sihir saat kamu mengalahkannya, benar? ]

Rio mengkonfirmasi fakta dengan asumsi semua yang dikatakan oleh Aishia adalah benar. Jika Reiss telah berubah menjadi apa yang tampak seperti monster ganas, maka mungkin saja dia benar-benar monster.

 

Monster adalah makhluk yang meninggalkan batu sihir ketika mereka mati, jadi jika Reiss adalah monster, dia akan meninggalkan batu tersebut. Namun, itu bukanlah masalah utamanya di sini.

 

[ Tidak ada yang tertinggal. Yang artinya dia juga bukan monster? Namun jika dia bukan monster, lalu pilihan apa lagi yang tersisa......? ]

Rio memikirkannya cukup lama. Reiss memiliki bentuk humanoid, dan kemampuan untuk berubah menjadi bentuk monster. Satu-satunya hal lain yang bisa Rio pikirkan adalah.......

 

[ Mungkinkah dia...... roh humanoid.....? ]

Rio mencapai kesimpulan itu.

 

[ Aku tidak yakin. Aura Reiss lebih dekat dengan monster daripada roh. Tapi kehadirannya sangat lemah sehingga dia hampir tampak seperti manusia ketika dia tidak melakukan apa-apa. Auranya cukup lemah untuk tidak diketahui sampai bisa berada di dekatnya. ]

Aishia menambahkan dengan lebih banyak ketidakpastian.

 

Roh bisa merasakan roh lain. Lebih tepatnya, roh bisa merasakan aura spiritual makhluk hidup lainnya. Roh sendiri memiliki aura spiritual yang paling unik, jadi paling mudah bagi mereka untuk merasakan kehadiran roh lain. Hal ini adalah sesuatu yang Dryas ajarkan kepada Rio.

 

[ Yang artinya dia lebih dekat dengan monster daripada roh........ Tapi tidak ada batu sihir yang jatuh darinya. ]

 

Kalau begitu, siapa identitas aslinya? Rio merasa hal itu dipertanyakan, tetapi dia tidak memiliki cukup informasi untuk mendapatkan jawaban sekarang.

 

[ Hal lain yang aku ingin tahu adalah, apa yang dilakukan Reiss di konsulat Rodania. Apa itu ada hubungannya dengan penculikan Putri Christina dan Putri Flora, atau apa itu adalah tujuan yang berbeda? ]

Rio bertanya-tanya. Kedua Putri telah diserang saat mereka berada di kapal sihir, bukan saat mereka berada di Rodania.

 

[ Aku tidak tahu. Tapi Reiss menyelinap ke konsulat tepat ketika kantornya kekurangan staf karena keributan ketika kedua Putri yang diculik dari kapal sihir mereka. ]

Saat itulah Aishia memperhatikan Reiss di tengah mengawal Celia.

 

[ Jadi cukup wajar untuk berasumsi kalau dia ingin mengambil keuntungan dari keributan yang terjadi untuk melakukan sesuatu. Apa dia mengatakan sesuatu yang mungkin memberikan kita petunjuk? ]

 

[ Sayangnya tidak. Dia terus mengatakan kalau dia tidak bermaksud bertemu dengan kami. Aku pikir itu sebabnya dia mencoba untuk segera melarikan diri. ]

 

Tujuan sebenarnya Reiss adalah Celia, tetapi karena Lucius bertindak sendiri di saat terakhir, kebenaran itu lolos dari Rio dan Aishia.

 

[ Bagian itu cocok dengan laporan yang diterima Duke Huguenot. Aku khawatir ketika mendengar kalau Celia Sensei melihat seorang laki-laki yang mirip dengan Reiss tetapi kehilangan jejaknya, dan hal itu benar untuk mengkonfirmasi detailnya denganmu lebih dulu. ]

 

[ Celia memberikan laporannya. Dia tidak memberitahunya kalau kami mengejarnya dan melarikan kemudian Reiss diri, tapi dia bilang dia harus melaporkan apa yang dia lihat. ]

Aishia menjelaskan.

 

[ Aku mengerti...... Aku sangat senang kamu ada di sisinya. Terima kasih, Aishia. ]

Kata Rio dengan tulus.

 

[ Itu bukan masalah. Sudah menjadi tugasku untuk melindungi Celia saat kamu tidak ada. ]

 

[ Terima kasih, sungguh...... ]

Kata Rio, lalu terdiam cukup lama.

 

[ Aku dapat mencapai tujuanku berkatmu. Aku membalas dendam dari ibu dan ayahku. ]

 

[ Semuanya sangat ingin bertemu denganmu. Aku senang kamu telah kembali. ]

Suara Aishia bergema dengan ramah.

 

[ Terima kasih....... Maaf karena aku hanya bisa terus berterima kasih kepadamu, haha. ]

Kata Rio canggung.

 

[ Maukah kamu bersama dengan kami untuk selamanya sekarang? ]

 

[ Ya. Tujuan Reiss di Rodania menggangguku, jadi aku akan mencoba dan tinggal bersama kalian sebanyak mungkin. ]

 

Dalam hal ini, undangan ke rumah Rio di Kastil Galarc adalah tawaran yang tepat waktu.

 

[ Aku ingin mengumpulkan semuanya dan memberitahu mereka sesuatu, jadi mari kita bawa Celia Sensei ke rumah batu malam ini. ]

Kata Rio, menyarankan.

 

[ Oke. Haruskah aku pergi ke sana terlebih dahulu dan memberitahu mereka lebih awal? Tapi setelah kita bertemu. ]

 

Jika sudah diputuskan mereka akan membawa Celia dan pergi ke rumah batu malam ini.

 

"Kita sudah sampai."

Kata Marquess Rodan dari ujung lorong. Kelompok mereka berhenti di depan ruangan tertentu.

 

[ Aishia, aku akhiri percakapan telepati kita disini. Kami telah sampai di tujuan kami. ]

 

[ Oke. ]

 

Ada dua Ksatria wanita berdiri di depan ruangan tempat mereka berhenti, dan mereka memberi hormat kepada Christina dan yang lainnya dengan sikap penuh hormat.

 

"Silahkan masuk."

Salah satu ksatria membuka pintu bagi mereka untuk masuk. Interior ruangan itu luas dan rapi. Ada dua Ksatria wanita lainnya mengobrol satu sama lain di sofa, tetapi mereka langsung berdiri saat Christina dan Flora masuk, memberi hormat dengan tergesa-gesa.

 

"Permisi."

Kata Christina, mendekati salah satu dari banyak tempat tidur di ruangan itu. Tempat tidur itu adalah tempat tidur Vanessa.

 

"Jadi dia masih belum bangun......."

Christina berduka dengan helaan napas kecil.

 

Itu benar, tempat itu adalah bangsal tempat Vanessa memulihkan diri. Setelah menerima luka fatal di kapal sihir, dia secara ajaib lolos dari kematian, tetapi dia masih belum bangun. Christina dan Flora langsung datang ke sini setelah mendengar itu.

 

"Vanessa........"

 

Flora mendekati tempat tidurnya dan dengan cemas menatap wajah Vanessa. Vanessa sepucat seprai, tampak seolah-olah dia benar-benar berbaring di ranjang kematiannya.

 

"Vanessa adalah satu-satunya saksi yang masih hidup atas apa yang terjadi atas insiden di kapal sihir sebelumnya, jadi dia menerima perawatan VIP di sini."

Kata Duke Huguenot, menjelaskan.

 

Vanessa adalah Ksatria Christina dan Flora yang tepercaya, jadi dia mungkin mencoba menekankan perannya dalam memperlakukannya dengan sopan.

 

"Ya. Seperti yang kalian lihat, kami juga menempatkannya di bawah keamanan yang ketat. Meskipun kami berharap tidak terjadi sesuatu, namun ada kemungkinan mata-mata di dalam organisasi yang mencoba membungkamnya. Vanessa dicintai oleh bawahannya, jadi mereka datang untuk menggunakan ruangan ini sebagai ruang istirahat mereka hanya untuk menjaganya sepanjang waktu."

Marquess Rodan memuji para Ksatria wanita dengan kagum.

 

"Aku mengerti. Maka aku harus mengungkapkan rasa terima kasihku. Terima kasih."

Christina menghela napas pelan ketika Duke Huguenot dan Marquess Rodan mencari pujian darinya, lalu berterima kasih kepada para Ksatria wanita di ruangan itu.

 

"Terima kasih atas semua yang telah kalian lakukan."

Kata Flora juga, menatap para Ksatria. Sementara itu, Rio menatap wajah Vanessa yang tertidur dari belakang Christina dan Flora.

 

[ Mereka bilang Venessa-san tidak sadarkan diri sejak dia terluka, tapi ini koma? Jadi, penyebabnya mungkin adalah kerusakan pada otaknya..... ]

 

Rio tidak yakin karena dia tidak belajar kedokteran di kehidupan sebelumnya, tetapi bukankah kerusakan pada otak salah satu kemungkinan penyebab koma yang berkepanjangan? Misalnya, penderitanya mungkin mengalami pendarahan hingga fungsi otaknya terganggu pada saat lukanya tertutup, atau penderitanya mungkin mengalami benturan di kepalanya dengan keras saat terluka.

 

Dengan pemikiran itu, Rio membuka mulutnya.

"Aku hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang obat-obatan, bisakah aku mengajukan beberapa pertanyaan tentang kondisi Vanessa-san?"

 

Adanya sihir penyembuh di dunia ini berarti setiap luka di bagian tubuh yang rusak akan mudah di obati. Karena itu, perkembangan ilmu kedokteran di bidang-bidang tertentu sangat tertinggal. Penggunaan mantra Cura begitu luas sehingga di beberapa tempat tentang fungsi interior tubuh manusia sangat dihindari.

 

Karena itu, bahkan Amakawa Haruto yang tidak mempelajari ilmu kedokteran di kehidupan sebelumnya memiliki lebih banyak pengetahuan di bidang tertentu daripada orang-orang di dunia ini.

 

"Oh? Apa kamu juga memiliki pengetahuan tentang ilmu kedokteran, Haruto?"

 

"Benar-benar sangat hebat dalam segala hal. Bagus sekali!"

Duke Huguenot dan Marquess Rodan segera mencoba untuk mendapatkan kepercayaan Rio.

 

"Itu tidak benar, sejujurnya aku tidak berpengetahuan luas, tapi..... Bolehkah aku bertanya bagaimana Vanessa-san kehilangan kesadaran sejak awal?"

Rio menatap Christina dan Flora, yang ada di sana di tempat kejadian.

 

"Setelah dia tertikam pisau di perutnya, dia ditendang di wajahnya dan dikirim terbang melintasi ruangan."

Christina mengingat kembali peristiwa itu dengan ekspresi pahit.

 

"Aku mengerti..... Kalau begitu, bisakah kamu memberitahuku di area mana dia terluka, tidak peduli seberapa kecil lukanya?"

Rio menanyakan pertanyaan selanjutnya. Kali ini, dia tidak berbicara kepada Christina dan Flora yang telah diteleportasi sebelum mereka menyaksikan akibatnya, tetapi Duke Huguenot dan Marquess Rodan yang akan menerima laporan medis.

 

"Area yang terluka, ya? Menurut Roanna, yang melakukan perawatan, satu-satunya area tempat dia terluka adalah perutnya......"

 

"Dengan kata lain, satu-satunya area yang dirawat dengan sihir cura adalah perutnya?"

 

"Tidak, setelah dia dibawa ke Rodania, kami meminta beberapa penyihir untuk menyembuhkan seluruh tubuhnya untuk berjaga-jaga."

Jawab Duke Huguenot, mengetukkan tangan ke dagunya saat dia menggali dalam ingatannya.

 

"Seluruh tubuhnya......."

Rio berpikir sejenak, lalu mengajukan pertanyaan berikutnya.

 

"Bolehkah aku bertanya perawatan seperti apa yang dilakukan? Misalnya seperti memberikan obat atau melakukan tindakan medis lainnya."

 

"Para Ksatria akan lebih mengetahui tentang itu, karena mereka bekerja sama dengan para dokter dalam merawatnya." Kata Duke Huguenot, melihat para ksatria di ruangan itu.

 

"Hmm......."

 

"Jadi..... Kami pada dasarnya mengikuti instruksi dokter untuk membuatnya istirahat dengan tenang. Menyeka tubuhnya, membersihkan kotorannya, menggunakan infusan untuk memastikan kalau dia menerima nutrisi dan terhindar dari dehidrasi...... Dokter juga mengatakan akan lebih baik jika ada seseorang di sampingnya yang berbicara saat dia tidak sadar, jadi kami mengobrol dengannya satu sama lain saat berada di ruangan ini."

Salah satu Ksatria melipat jari di tangannya saat dia menyebutkan tugas mereka secara rinci.

 

"Kami mempertimbangkan kemungkinan efek cursed pada pisau yang menyebabkan dia tetap tidak sadarkan diri dan mencoba sihir curse purfication. Kami juga mempertimbangkan kemungkinan luka yang tidak terlihat oleh mata dan menghabiskan beberapa hari menggunakan cura dan menggunakan magic potion untuk pemulihan. Ada juga kemungkinan racun digunakan, jadi kami mencampur antidote magic potion ke dalam makanannya. Kami berpikir untuk mengambil darah untuk menghilangkan racun yang tersisa, tetapi ide itu ditunda karena dia kehilangan begitu banyak darah ketika dia terluka." Tambah Ksatria lainnya.

 

"Terima kasih atas penjelasan detailnya. Apa itu sudah semuanya?" Rio mengkonfirmasi dengan hati-hati.

 

Para Ksatria wanita itu bertukar pandang sebelum mengangguk.

"Ya......."

 

[ Sepertinya mereka telah secara teratur menggunakan healing magic dan recovery magic potion tanpa mendapatkan hasil, jadi itu berarti kerusakan otak yang menyebabkan ini semua, benar? Dengan tingkat kedokteran di dunia ini, mereka tidak akan tahu banyak tentang struktur otak dan cara memindainya....... Dengan asumsi kerusakan otak menyebabkan dia tetap tidak sadar diri? ]

Rio menatap Vanessa dan merenungkan alasan komanya yang terus berlanjut.

 

[ Apa itu karena dia terbentur di kepalanya ketika dia ditendang? Atau, karena sepertinya dia kehilangan banyak darah sebelum lukanya tertutup, apa otaknya kehilangan sirkulasi darah dan rusak? Sihir tidak mampu mengisi kembali darah yang telah hilang...... ]

 

Kemungkinan Vanessa nyaris tidak bisa bertahan hidup berkat lukanya yang tertutup rapi sementara kehilangan darah dalam jumlah yang hampir mematikan. Atau mungkin karena wajahnya ditendang adalah penyebabnya. Rio menebak itu salah satu dari kemungkinan ini.

 

[ Otak adalah bagian tubuh yang paling kompleks..... Luka dalam sangat sulit diobati, dan beberapa luka tidak bisa diobati sama sekali. Apa kerusakan otak Vanessa sudah sangat parah? Cukup parah atau beberapa jam pengobatan rutin menjadi tidak efektif..... ]

 

 Jika itu memang masalahnya.......

 

[ Jika otaknya dirawat dengan sihir penyembuhan yang kuat, apakah dia bisa bangun? Kemungkinan itu tampaknya masuk akal. ]

Perhatian semua orang di ruangan itu tertuju pada Rio sebelum dia menyadarinya.

 

"Apa kamu menyadari sesuatu, Haruto-sama?"

Flora bertanya kepada Rio seperti dia sedang berharap.

 

"Aku tidak punya bukti konkret, tapi pertama-tama, sudah pasti kalau Vanessa-san kehilangan banyak darah ketika dia ditikam di perutnya. Apa semua orang di sini tahu apa itu darah?"

Rio bertanya, melihat sekeliling ruangan.

 

"Darah adalah cairan tubuh yang diperlukan untuk menjaga aktivitas biologis..... Aku telah belajar sebelumnya kalau kontaminasi darah adalah penyebab banyak penyakit." Jawab Christina.

 

Itu juga yang dipelajari Rio di Akademi Kerajaan. Metode pengambilan darah untuk penawar yang disebutkan oleh para Ksatria wanita sebelumnya adalah karena kepercayaan di dunia ini bahwa pengambilan darah yang terkontaminasi berfungsi sebagai pengobatan untuk penyakit.

 

[ Untungnya, mereka tidak mengambil darah lagi darinya...... Vanessa bisa kehilangan cukup darah karena itu. ]

Pikir Rio dengan lega.

 

"Penyebab Vanessa koma mungkin karena otaknya menerima kerusakan yang tidak terlihat, baik karena wajahnya ditendang atau karena kehilangan banyak darah." Kata Rio, menjelaskan dengan singkat.

 

"Otak...... Maksudmu bagian tubuh yang ada di dalam kepala?" Christina bertanya dengan bingung, tidak terbiasa dengan topik itu.

 

"Ya. Dia mungkin akan bangun jika luka di otaknya disembuhkan dengan sihir."

 

Meskipun sebagian besar tidak mungkin untuk merawat pasien koma dengan kerusakan otak berat menggunakan obat modern yang ada di bumi, bukankah ada kesempatan jika di dunia ini di mana sihir dan spirit art ada? Rio membuat pernyataan itu dalam pemikirannya.

 

"Apa itu mungkin? Untuk membangunkannya....."

 

"Sepertinya dia tidak dapat pulih hanya dengan cura dan magic potion, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan tergantung pada tingkat keterampilan dari pengguna sihir penyembuhan itu sendiri, waktu yang dihabiskan untuk casting sihir, area yang dirawat, dan rentang efek pembatasan sihir. Menyembuhkan luka dalam sudah cukup sulit, namun otak sangat kompleks, jadi akan lebih sulit lagi. Aku juga tidak memiliki pengetahuan profesional, jadi aku tidak dapat mengatakan dengan pasti kalau itu akan berhasil, namun mungkin masih ada potensi untuk fokus pada merawat bagian kepala."

Kata Rio, menjelaskan cara kerja sihir penyembuhan.

 

Misalnya, cedera ringan hanya membutuhkan beberapa detik untuk melakukan pengobatannya, tetapi patah tulang atau cedera internal akan memakan waktu lebih dari sepuluh menit untuk rata-rata sihir penyembuh untuk mengobatinya. Meskipun ini sangat bervariasi tergantung pada keterampilan penggunanya.......

 

"Aku bisa menggunakan sihir penyembuhan. Tolong biarkan aku mencoba."

 

"Aku juga bisa menggunakannya."

 

Mungkin mereka telah menemukan harapan dalam kata-kata Rio, ketika Christina dan Flora dengan penuh semangat menawarkan diri mereka untuk peran penyembuhan.

 

"Apa ada yang bisa kami lakukan, Haruto-dono?"

Duke Huguenot bertanya juga.

 

"Tolong siapkan sejumlah besar makanan cair dingin bernutrisi tinggi yang bisa Vanessa konsumsi dengan mudah saat nanti langsung terbangun dari tidurnya. Dan tergantung juga pada nafsu makannya, siapkan juga beberapa makanan padat yang mudah dicerna. Darah dibuat di dalam tubuh dengan mendapatkan nutrisi, dan ada batasan berapa banyak yang bisa dia dapatkan dari infusan. Dia mungkin masih kekurangan darah ketika dia bangun, jadi mungkin lebih baik dia langsung menerima nutrisi sebanyak mungkin."

 

"Aku mengerti. Aku akan membuat segera menyiapkannya."

 

"Kalau begitu mari kita mulai perawatan segera setelah makanannya siap."

 

Karena itu, diputuskan di tempat kalau mereka akan berusaha merawat Vanessa.

 

"Jam makan siang baru saja berlalu, jadi kami bisa segera menyiapkannya!"

Para Ksatria wanita meninggalkan ruangan dengan tergesa-gesa. Kurang dari beberapa menit kemudian, mereka kembali. Kemudian, beberapa menit berlalu, dan salah satu pelayan konsulat memasuki ruangan, mendorong keranjang berisi makanan.

 

"Makanannya sudah tiba."

Keranjang itu penuh dengan makanan dingin. Jumlah makanan yang ada di sana bukan jumlah yang realistis yang bisa dimakan seseorang setelah bangun dari koma — bahkan laki-laki bertubuh besar pun tidak bisa makan sebanyak itu.

 

"Itu terlalu banyak."

Kata Christina sambil menghela napasnya.

 

"M-Maafkan aku. Kami memberi perintah dengan tergesa-gesa." Para Ksatria wanita meminta maaf.

 

"Tidak apa-apa. Setidaknya makanan ini seharusnya lebih dari cukup."

 

"Ya, mari kita mulai. Putri Christina dan Putri Flora, jika kalian bisa berada di sisi berlawanan dari posisi bantal."

Kata Rio, bergerak ke sisi tempat tidur terjauh dari pintu.  Christina dan Flora berdiri di sisi yang berlawanan seperti yang diperintahkan.

 

"Apa yang akan kalian lakukan sangat sederhana. Aku akan menopang tubuh Vanessa, dan kalian berdua akan bergantian memberikan sihir cura di kepalanya."

 

"Kami hanya perlu menggunakan sihir penyembuhan di kepalanya.....?"

Christina bertanya dengan rasa penasaran.

 

"Ya. Seperti yang aku katakan sebelumnya, bagian dalam kepala manusia sangat kompleks. Perawatannya akan cukup sulit, jadi aku tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan. Ini bisa menjadi sedikit usaha yang panjang, jadi tolong lakukan penyembuhan secara bergiliran untuk mengurangi beban kalian."

Rio mengangkat kepala Vanessa di telapak tangan kanannya, menggeser tangan kirinya di sekelilingnya untuk menopangnya saat dia menjelaskan.

 

"Aku mengerti. Kalau begitu aku yang akan menggunakan cura lebih dulu."

Christina melangkah lebih dulu, mengulurkan tangannya ke kepala Vanessa. Dia tampak sedikit gugup dan menarik napas dalam-dalam.

 

"Jangan gugup. Aku juga akan membantu."

Rio tersenyum menenangkan Christina.

 

Christina memiringkan kepalanya sebentar tetapi segera membuat wajah pengertian dan santai sambil tersenyum. 

"Oke....... Mohon bantuannya."

 

"Siap kapan pun kamu siap." Rio memberi isyarat.

 

"Cura."

Christina melafalkan mantra itu dan mulai memberikan sihir penyembuhan ke kepala Vanessa. Lingkaran sihir muncul di tangan Christina, memancarkan cahaya redup.

 

[ Baiklah. Sekarang aku akan meningkatkan kekuatan fisik tubuh Vanessa......... ]

Rio dengan santai mengaktifkan spirit art-nya, menggunakan tangan kirinya untuk memperkuat tubuh Vanessa dan tangan kanan untuk menyembuhkan otaknya.

 

Spirit art menciptakan fenomena supranatural dalam bentuk mewujudkan imajinasi dari casternya. Dan imajinasi itu sangat mempengaruhi hasilnya. Dengan menggunakan spirit art penyembuhan dengan gambaran yang jelas tentang struktur tubuh dan penderitaannya, seseorang akan dapat secara efektif mengobati luka dalam yang kompleks.

 

"................."

 

Namun, Vanessa masih belum segera bangun.

 

"Mari kita lanjutkan perawatannya sebentar." Kata Rio.

 

◇◇◇◇

 

Beberapa menit berlalu. Rio dan Christina sedang berkonsentrasi, sehingga seluruh ruangan menjadi sunyi. Flora juga bersiap menunggu Vanessa untuk bangun dengan memegang piring dan sendok di tangannya, menunggu dengan napas tertahan.

 

Di antara mereka, Duke Huguenot dan Marquess Rodan sedang menonton dengan ekspresi yang seakan mengatakan :

"Sihir penyembuhan dan magic potion telah dicoba secara ekstensif tanpa hasil. Akankah dia benar-benar bangun dengan cara seperti ini?"

 

Marquees Rodan menatapnya seakan mengatakan :

"Yah, mari kita lihat saja."

 

[ Masih belum ada tanda-tanda bagi Vanessa-san untuk bangun, tapi kerusakan pada otaknya seharusnya mulai sembuh. Aku harus mencoba beralih ke menggunakan spirit art untuk merangsang kesadarannya. ]

Rio diam-diam mengubah spirit art yang dilemparkan di tangan kanannya dari yang menyembuhkan menjadi yang mengganggu pikiran orang lain.

 

Rio percaya tidak baik menggunakan spirit art yang tiba-tiba merangsang otak ketika kerusakannya belum sembuh, jadi dia menunggu sampai sekarang. Tetapi pada akhirnya, dia masih merasa berisiko untuk secara tiba-tiba dan sangat mengganggu kesadaran Vanessa, jadi dia menjaga outputnya agak rendah.

 

Menggunakan spirit art untuk mengganggu pikiran orang lain tanpa membebaninya membutuhkan teknik yang sangat hebat, jadi dia akan menyerahkan penyembuhan kepada Christina sendiri mulai dari sini dan seterusnya.

 

Sihir penyembuhan itu sendiri membutuhkan output sihir yang konstan dan besar untuk tetap aktif serta mengambil tingkat konsentrasi yang cukup tinggi. Yang membuat wajah Christina mulai berkeringat.

 

"Haruskah aku segera bergantian denganmu, Onee-sama?" Tanya Flora dengan khawatir.

 

"Tidak apa, aku masih baik-baik saja."

Christina tersenyum lembut untuk meyakinkan Flora.

 

Sementara itu, Duke Huguenot dan Marquess Rodan memasang ekspresi yang seakan mengatakan :

"Apa ini tidak mungkin?"

 

Sambil memfokuskan sihir penyembuhan di kepala Vanessa, spirit art penguatan tubuh akan diterapkan untuk meningkatkan fungsi tubuh yang melemah dari terbaring di tempat tidur, dan spirit art lain akan digunakan untuk merangsang kebangkitan pikiran.

Dengan cara ini, mereka melakukan perawatan tingkat tinggi yang mustahil untuk diciptakan kembali oleh manusia Strahl dengan menggunakan spirit art dalam hubungannya dengan sihir.

 

Namun, bagi orang lain di sekitar mereka, itu hanya tampak seperti Christina sedang menggunakan mantra cura di kepala Vanessa, jadi keraguan Duke Huguenot dan Marquess dapat dimengerti.

 

[ Jika ini tidak berhasil, aku harus meminta bantuan Celia Sensei atau juga...... ]

Pikir Rio, ketika saat itu, tubuh Vanessa bergetar.

 

"Urk......." Suara erangan keluar dari bibirnya.

 

"Vanessa!”

 

"Komandan?!"

Christina, Flora, dan para Ksatria wanita memperhatikan hal itu dan bereaksi keras.

 

"Astaga........"

Duke Huguenot dan Marquess Rodan melebarkan matanya karena terkejut.

 

"Tolong bangunkan Vanessa-san, semuanya."

Kata Rio, memerintahkan.

 

"Bangun, Vanesha."

 

"Ini Flora. Bisakah kamu mengatakan siapa aku, Vanessa?"

Christina dan Flora segera menuruti dari samping bantalnya. Mereka mengulangi kalimat yang sama berulang kali, sementara para Ksatria wanita yang menonton memanggilnya dengan

 

"Tolong bangunlah, Komandan."

 

Setelah beberapa saat, Vanessa dengan muram membuka matanya.

"Tu..... an...... Put.... ri...?" Vanessa berkata.

 

"Ya, benar sekali. Bangunlah sekarang."

Teriak Christina sambil menggunakan sihir penyembuhannya.

 

[ Waktunya untuk menyelesaikan ini. Aku akan sangat merangsang pikirannya untuk bangun sambil memperkuat tubuhnya. ]

Rio meningkatkan output dari kedua spirit art-nya.

 

"Ah...... Ugh...... Ini di mana......?"

Kehidupan kembali ke mata kabur Vanessa saat dia mengucapkan kata-kata yang masuk akal.

 

"Konsulat di Rodania. Apa kamu tahu siapa aku?"

Christina langsung bertanya kepadanya.

 

"Pu.... Putri... Kamu baik-baik saj....."

Sepertinya dia memiliki ingatan yang jelas tentang apa yang terjadi sebelum dia kehilangan kesadaran.

 

"Amakawa-dono yang telah menyelamatkan kami. Tapi tolonglah lebih cemaskan dirimu sekarang. Kamu terluka parah dan tidak sadarkan diri sampai sekarang."

 

"Ah....." Vanessa menghela napas lega.

 

"Aku tahu kamu baru saja bangun, tetapi apa kamu memiliki nafsu makan?"

Rio bertanya pada Vanessa, menompangnya dari belakang. Seseorang biasanya tidak akan bisa makan sama sekali setelah terbaring di tempat tidur dengan organ yang lemah dan tidak ada kemampuan untuk menelan, tetapi suara gemuruh perut tiba-tiba bergema.

 

"................"

 

[ Tubuhnya sedang ditingkatkan dengan spirit art. Sepertinya organ pencernaannya sudah mulai cukup disembuhkan. ]

Pikir Rio dengan lega. Dia biasanya menggunakan spirit art peningkat kekuatan fisik untuk mengurangi kerusakan yang diterima tubuhnya atau melampaui batas bergerak dalam pertarungan, tetapi dengan menggunakannya ketika fungsi tubuh melemah, dia mampu mengembalikan keadaan tubuh ke keadaan sehat semula.

 

"Sepertinya begitu."

Christina menghela napas lega, menatap adiknya.

 

"Flora."

 

"B-Baik. Vanessa, tolong buka mulutmu."

Flora mengangguk bersemangat dan membawa sesendok sup kental ke mulut Vanessa.

 

"Mmm........"

Vanessa menelan sup dengan penuh semangat. Detik berikutnya, matanya yang belum cukup fokus mendapatkan kembali kehidupan mereka.

 

"Ah, la......"

Vanessa menggerakkan mulutnya, mencoba mengatakan sesuatu.

 

"La......?"

Christina dan Flora memiringkan kepala mereka.

 

"L-Lagi! Tolong beri aku lebih banyak, k-kumohon!"

Vanessa memohon dengan putus asa; dia pasti kelaparan. Semua orang di ruangan itu terlihat kaget.

 

Setelah jeda singkat, Christina tersenyum lembut.

"Flora, beri dia lebih banyak lagi."

 

"B-Baik!"

Ekspresi Flora menjadi cerah saat dia membawa suapan berikutnya ke mulut Vanessa.

 

"Omph!"

Vanessa dengan bersemangat memakan makanan yang ada sendok itu. Aneh bagi seorang majikan untuk merawat pengawalnya, tetapi Venessa saat ini tidak memiliki pikiran atau tubuh untuk memikirkan hal itu.

 

"W-Wow. Aku akan menyiapkan suapan berikutnya."

Flora menarik sendoknya dengan bingung, bergerak untuk mengambil suapan sup berikutnya dari piring. Rio terus menyentuh bagian belakang kepala Vanessa selama ini, diam-diam mengaktifkan spirit art-nya.

 

"T-Tidak, aku bisa makan sendiri! Mmgh, mmgh.....!"

Vanessa meraih piring dengan kekuatan yang cukup besar dan membawa mulutnya langsung untuk menelan sup itu semuanya sekaligus.

 

"Apa tidak apa-apa bagimu untuk makan begitu cepat.....?"

Christina bertanya dengan kaget, tetapi mata Vanessa tertuju pada makanannya sekarang.

 

"Ya..... Bisakah kamu memberikanku piring itu juga?"

Katanya dengan nafsu makan yang luar biasa.

 

[ Wow. Aku pikir yang paling dia bisa makan sedikit saja, tapi efek dari peningkatan kekuatan fisik tubuh bekerja. ]

Bahkan Rio, orang yang melakukan peningkatan kekuatan fisik tubuh, matanya melebar.

 

"Bawa seluruh keranjang ke sini."

Perintah Christina sambil menghela napas.

 

Para pelayan segera mendorong keranjang itu.

Setelah itu, Rio dan yang lainnya harus menyaksikan penampilan Vanessa yang secara agresif menjejali mulutnya dengan makanan padat, melahapnya dengan rakus hingga hampir tersedak dengan minumannya.

 

Tidak ada percakapan di tempat itu. Vanessa hanya melanjutkan dengan tergesa-gesa memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Melihatnya dalam kondisi seperti itu membuat semua orang berpikir bahwa dia akan baik-baik saja.

 

◇◇◇◇

 

Kira-kira setengah jam kemudian, Christina dan Flora membawa Rio keluar dari tempat Vanessa.

 

Vanessa telah selesai menelan makanan yang dibutuhkannya dan sekarang tidur nyenyak seperti kayu gelondongan sekali lagi. Karena dia tertidur segera setelah memberikan beban besar pada tubuhnya, dia mengenakan ban lengan dengan mantra penguat fisik yang tertanam di atasnya. Esensi sihir yang dibutuhkan untuk terus memberi daya pada ban lengan disediakan secara eksternal, menjaga bagian dalam tubuh tetap terstimulasi saat dia tidur.

 

Melihat betapa puasnya Vanessa saat dia tertidur dengan nyaman, Christina memutuskan tidak ada gunanya tinggal di ruangan itu dan menyarankan mereka pergi ke tempat lain. Duke Huguenot dan Marquess Rodan pergi secara terpisah karena mereka memiliki informasi untuk didiskusikan satu sama lain.

 

"Vanessa benar-benar memiliki selera makan yang luar biasa." Flora mengucapkan dengan ekspresi heran, mengingat kembali apa yang telah terjadi di sana.

 

"Itu menakjubkan. Tapi aku senang." Christina setuju dengan senyum lega, lalu menoleh ke Rio.

 

"Terima kasih banyak, Amakawa-sama. Kami terus meminjam bantuan darimu, namun kami pasti akan membalas budi ini juga."

 

"Itu tidak benar. Aku bukan orang yang memberikan penyembuhan."

 

"Tapi kamu mengaktifkan semacam sihir, kan?"

Christina bertanya, melihat dari samping Rio.

 

"Hmmm, ya...... Tapi aku tidak bisa memberitahu yang lain apa yang aku lakukan, jadi tolong jangan berterima kasih kepadaku untuk itu."

Rio mengangguk sambil menolak rasa terima kasih dari  Christina. Dia telah memberitahu Christina dan Flora tentang spirit art, tetapi dia tidak berniat memberitahu orang lain.

 

"Kalau begitu izinkan aku melakukan sesuatu secara pribadi untuk berterima kasih."

Christina juga tidak akan mundur. Bahkan jika dia tidak bisa berterima kasih padanya secara terbuka, dia ingin menghadiahinya secara pribadi.

 

"Tolong izinkan aku memberimu hadiah juga."

Flora segera menawarkan juga.

 

"Jika ada kesempatan di masa depan. Kita bisa membahas hal itu." Rio mengubah topik pembicaraan dengan sedikit canggung.

 

"Ya..... Kami sudah tiba. Ini ruangannya."

Christina berhenti di depan sebuah ruangan tertentu di dalam benteng konsulat.

 

"Apa kamu yakin tidak apa-apa bagiku untuk masuk?"

Rio bertanya dengan ragu-ragu.

 

"Tentu. Berjalan di sekitar benteng bertujuan untuk menyebarkan berita kalau Flora dan aku baik-baik saja. Sensei mungkin berada di tengah-tengah kelasnya, tetapi kita harus masuk ke dalam dan meminta izinnya untuk mengobservasi."

 

Itu memang benar. Di dalam ruangan ini, Celia sedang mengajar anak-anak bangsawan dari Restorasi.

 

Berita tentang kembalinya Christina dan Flora telah menyebar ke seluruh kelas bangsawan Rodania, dan yang sebenarnya menunjukkan sosok mereka di depan umum memiliki pengaruh yang lebih besar pada moral.

Karena mereka tidak memiliki pekerjaan langsung untuk ditangani, telah diputuskan kalau mereka akan berjalan di sekitar benteng atas perintah Christina— yang juga mengundang Rio.

 

"Sebaiknya kita pergi dan melihat kelas Celia Sensei. Apa kamu mau ikut?" Kata Christina.

Celia tampaknya mengajar beberapa kelas berturut-turut hari ini, tetapi kelasnya ini akan menjadi yang terakhir untuk hari ini.

 

[ Aishia, kami akan masuk. ]

Rio mengirim pesan melalui telepati ke Aishia di dalam ruangan terlebih dahulu.

 

[ Oke. Celia menjadi panik. ]

Aishia langsung menjawab.

 

Rio telah memberi mereka peringatan saat perjalanan diputuskan untuk menyelamatkan Celia dari keterkejutan, tetapi Celia tampaknya terguncang karenanya. Sementara itu terjadi, Christina membuka pintu sedikit, lalu mendorongnya terbuka sambil mengintip ke dalam.

 

"Ayo masuk." Christina memasuki ruangan terlebih dahulu, diikuti oleh Flora.

 

Rio masuk setelah mereka berdua dan pemandangan ruangan itu memasuki pandangannya. Ruangan itu berbentuk persegi panjang, cukup sesak dengan adanya murid dari usia awal hingga pertengahan remaja. Celia tahu melalui Aishia kalau Rio dan yang lainnya sedang dalam perjalanan, namun hal itu tidak berarti dia bisa memberitahu murid-muridnya kalau Putri Christina dan Putri Flora akan datang. .

Celia bertindak seolah-olah dia tidak tahu mereka datang untuk mengamati saat dia berdiri di podium guru untuk melakukan pengajarannya.

 

Namun, pintu telah terbuka, sehingga pelajarannya berhenti. Tatapan para siswa langsung terbang ke pintu di depan ruangan sekaligus. Karena orang-orang yang muncul adalah Christina dan Flora, para siswa langsung berceloteh.

 

"S-Semuanya! Tolong Diam!"

Celia membanting telapak tangannya di podium, mencoba menenangkan murid-muridnya. Dia kemudian pindah dari podium dan bergegas ke Rio dan para Putri.

 

"Putri Christina, Putri Flora. Dan Haruto......."

Entah karena melihat kedua Putri itu selamat atau melihat wajah Rio lagi, mata Celia sedikit mengeluarkan air mata karena emosi.

 

"Aku minta maaf karena membuat keributan tiba-tiba."

Kata Christina meminta maaf.

 

"Sama sekali tidak. Aku sangat senang melihat kalian berdua selamat. Aku yakin semua siswa juga senang. Tapi kenapa kalian ada di sini?"

Celia bertanya, memiringkan kepalanya.

 

"Sebagian alasannya adalah kami ingin menunjukkan kepada para murid yang penuh harapan dari Restorasi jika kami baik-baik saja....... Tapi Amakawa-sama juga bersama kami, jadi kami memutuskan untuk datang melihat pelajaranmu."

Christina menjelaskan dengan cekikikan nakal. Ekspresinya entah bagaimana sangat alami, dan dia tampak senang.

 

"Begitukah..... Tentu saja aku tidak keberatan, tapi tolong beri aku waktu untuk menjelaskannya kepada para muridmu."

 

Celia berekspresi dengan heran, lalu berbalik untuk melihat para muridnya.

 

"Semuanya, Putri Christina dan Putri Flora yang kembali dengan selamat mengatakan mereka ingin melihat kelas kita hari ini."

Celia memberitahu dengan suara keras.

 

"Ooooh!"

Para murid bersorak gembira. Mereka tahu Christina dan Flora telah kembali ke Rodania hidup-hidup, tetapi tugas utama mereka adalah belajar. Mereka harus menahan keinginan mereka untuk menyambut mereka kembali di pelabuhan dan sebagai gantinya menghadiri pelajaran ini, jadi tidak mungkin mereka tidak bersukacita karena Christina dan Flora yang datang mengunjungi mereka secara langsung. Selain itu, mendengar kedua Putri ingin melihat kelas mereka membuat mereka termotivasi.

 

"Harap tenang sekarang! Kita perlu menunjukkan kepada mereka suasana kelas kita yang biasa. Tidak perlu terlalu antusias, tapi juga jangan terlihat terlalu menyedihkan, oke? Buat diri kalian tetap tenang tanpa membuat keributan. Baik?"

 

Celia bertepuk tangan, menghentikan para muridnya. Dia tampaknya telah merangsang harga diri mereka dengan baik dengan kata-kata itu, karena mereka semua menjawab :

"Baik!" Dengan serentak dan mulai terdiam.

 

"Seperti yang diharapkan dari Celia Sensei."

Kata Christina, memuji Celia.

 

"Mereka semua bersemangat untuk menunjukkan sisi terbaik mereka." Celia melihat sekeliling pada murid dengan senyum masam.

 

"Bisa belajar lagi, bersama Onee-sama dan Haruto-sama.... Ini benar-benar seperti mimpi."

Kata Flora, terdengar senang dari lubuk hatinya.

 

Rio duduk bersama Flora dan Christina di salah satu kelas Celia tidak terbayangkan saat mereka menghadiri Akademi Kerajaan. Rio selalu duduk sendiri saat mengikuti pelajaran.

 

[ Untuk beberapa alasan....... Rasanya mereka berdua sedikit berbeda dari sebelumnya. ]

Celia memiliki perasaan yang agak aneh. Hal itu mungkin karena Christina dan Flora sekarang mengetahui identitas Rio, tetapi Celia belum mengetahuinya.

 

"Aku senang mimpimu terpenuhi, kalau begitu. Sekarang, kita tidak bisa menghentikna kelas yang telah tertunda selamanya, jadi silakan lanjutkan."

Christina sepertinya merasakan apa yang dirasakan Flora dan tersenyum lembut. Dia kemudian mendesak Celia untuk melanjutkan pelajaran.

 

"Ada beberapa kursi kosong di belakang, jadi kalian bisa duduk di sana."

 

"Terima kasih banyak. Aki juga akan melihat kembali ke masa lalu sambil mengamati pelajaranmu, Sensei."

Christina menuju bagian belakang ruangan bersama Rio dan Flora. Seratus pasang mata penasaran mengikuti gerakan mereka dengan penuh minat.

 

"Siapa laki-laki itu? Apa dia seorang bangsawan?"

 

"Laki-laki itu adalah Amakawa-dono. Seorang Ksatria Kehormatan Kerajaan Galarc. Sosok kunci dalam penyelamatan Putri Christina dan Putri Flora, atau semacamnya."

Para siswa laki-laki memperhatikan Rio. Christina dan Flora sedang berjalan-jalan dengan seorang laki-laki seusia mereka, jadi wajar saja jika perhatian berkumpul di sana.

 

"Dia tidak jauh lebih tua dari kita...... Dia sudah memiliki prestasi sejak Putri Christina bergabung dengan Restorasi, kan?"

 

"Dia menghadiri pesta yang diadakan saat itu juga."

 

"Kudengar dia juga berhubungan baik dengan Raja dan Hero dari Galarc."

Beberapa siswa laki-laki berbisik satu sama lain, bertanya-tanya berapa banyak yang telah Rio capai ketika Rio tidak terlalu jauh usianya dengan mereka.

 

Misalnya, di pesta yang diadakan ketika Christina bergabung dengan Restorasi, Duke Huguenot dan Marquess Rodan telah mencoba menjebak Rio dengan wanita bangsawan muda. Karena hal ini, Rio, yang awalnya tidak dikenal di kalangan bangsawan laki-laki muda, menjadi dikenal oleh beberapa dari mereka, dan identitasnya dikonfirmasi.

 

"Sekarang, mari kita lanjutkan kelasnya."

Celia memandang Rio, Christina, dan Flora semua duduk berjajar di belakang dan tersenyum lembut ketika dia memulai kembali kelasnya.

 

[ Kalau dipikir-pikir, sudah empat tahun sejak Rio melihatku mengajar...... Yosh, aku juga harus memberikan segalanya! ]

Celia berpikir dalam hati.

 

Hal yang sama berlaku untuk Rio.

[ Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan berada salah satu dari kelas Sensei lagi. ]

 

Rio memperhatikan sosok mengajar Celia dengan ekspresi menyenangkan. Penampilan Celia tidak berubah sama sekali dalam empat tahun terakhir, jadi seolah-olah waktu telah berputar kembali.

 

[ Aku duduk seperti yang diperintahkan, tapi...... ]

 

Satu-satunya perbedaan antara dulu dan sekarang adalah, Rio berada di antara orang-orang yang belum pernah ada di masa lalu. Jika dia berbelok ke kanan, di melihat ada Christina, dan jika dia berbelok ke kiri, dia bisa melihat ada Flora.

 

{ TLN : Eaaa wkwkwkkw }

 

Christina duduk dengan benar dan mendengarkan apa yang sedang di bahas oleh Celia. Flora memiliki senyum ceria di wajahnya, tetapi ketika dia memperhatikan tatapan Rio kepadanya, dia tersipu malu.

 

[ Benar...... Aku harus fokus. ]

Rio segera menenangkan diri dan fokus pada pelajaran.

 

◇◇◇◇

 

"Dan itu akan mengakhiri kelas hari ini."

Celia menyatakan setengah jam kemudian.

 

Biasanya, hal itu akan menjadi sinyal bagi para murid untuk berdiri sekaligus dan berkerumun di sekitar Celia dengan pertanyaan dan komentar—atau meninggalkan ruangan—tetapi hari ini, ruang kelas sangat sunyi.

Celia melihat sekeliling dan melihat tidak ada yang berjalan ke arahnya dengan pertanyaan, jadi dia dengan hati-hati berjalan menuju Rio dan yang lainnya di belakang ruangan.

 

"Itu adalah adalah pelajaran yang luar biasa seperti biasanya, Celia Sensei. Aku merasa seperti kembali ke masa lalu ketika mendengar salah satu pembahasanmu lagi." Christina menawarkan kepada Celia begitu dia mendekat.

 

"Aku merasa terhormat, tapi..... Itu berlebihan."

Kata Celia dengan malu-malu.

 

"Tidak, itu benar-benar luar biasa. Aku juga senang bisa menghadiri kelas bersama dengan Amakawa-sama dan Flora seperti ini." Christina menggelengkan kepalanya dengan senyum lembut, menatap Rio dan Flora.

 

"Terima kasih telah mengizinkan kami untuk mengikuti kelasmu hari ini, Celia Sensei."

Kata Flora, bergabung dengan percakapan dengan nada semi di suaranya.

 

"Terima kasih kembali. Aku tahu kalian menikmatinya saat kalian mendengarkan, jadi aku juga bersenang-senang ketika mengajar."

Celia telah melihat Flora tersenyum bahagia sepanjang pelajaran dari podium guru; Hal itu membuatnya tersenyum saat mengingatnya.

 

"Ahahaha, itu semua berkat kalian bertiga yang mengunjungiku. Ah, benar juga. Ada beberapa anak yang ingin sekali memiliki kesempatan untuk bertemu denganmu. Bolehkah aku memanggil mereka ke sini?"

Celia tiba-tiba bertanya, merasakan emosi para murid dan tersenyum kecut pada mereka.

 

"Ya, tentu saja."

Christina tidak tahu siapa itu, jadi dia memiringkan kepalanya dengan rasa ingin tahu saat dia setuju.

 

"Saiki-san, Murakumo-san."

Celia memanggil nama keluarga dua murid itu.

 

"Oh, jadi mereka berdua juga hadir."

Christina mengerti situasinya saat dia mendengar nama keluarga mereka.

 

Saiki Rei dan Murakumo Kouta —mereka adalah dua orang yang melarikan diri dari Kastil Beltrum bersamanya.

 

[ Kalau dipikir-pikir, Rei menyebutkan kalau dia bertunangan dengan seorang wanita bangsawan sekarang. Dan Kouta mengatakan sesuatu tentang pelatihan oleh Restorasi sebelum menjadi seorang petualang...... ]

Rio ingat terakhir kali dia bertemu mereka berdua sebelum dia pergi.

 

"Apa mereka berdua baik-baik saja?"

Christina bertanya.

 

"Ya. Mereka berdua memiliki bakat untuk menjadi penyihir yang hebat. Mereka biasanya mengambil kelas dengan wanita dari Baron Dandy dan Baron Gilbert, tapi...... Heh? Apa mereka sudah pergi? Saiki-san?  Murakumo-san?"

 

Tidak ada yang muncul setelah Celia memanggil mereka, jadi dia menoleh ke kursi di mana mereka biasanya duduk. Tatapan semua siswa berkumpul di sana juga.

 

"R-Rei, ini buruk. Kita dipanggil." Kata Kouta.

 

"Kouta-san benar. Kamu harus menjawab ketika kamu dipanggil—terutama karena Putri Christina dan Putri Flora ada di sini." Kata Rosa, menambahkan.

 

Rei menggelengkan kepalanya.

"Eh, tidak. Jika kita keluar sekarang, kita pasti akan menonjol."

 

Kouta, Rei, dan Rosa Dandy yang bertunangan dengan Rei, semua duduk berjajar. Sepertinya Rei tidak ingin menonjol di kelas, jadi Kouta dan Rosa mendesaknya untuk bergerak dengan suara pelan. Namun, dia terus menunduk untuk menyembunyikan dirinya.

 

"Bereaksi seperti ini akan membuatmu lebih menonjol, tahu? Itu hanya akan menjadi lebih buruk jika kamu menundanya."

Kata seorang gadis bernama Mikaela Belmond dengan tertawa geli. Dia duduk di sebelah Rosa.

 

"Guh...... Kurasa aku tidak punya pilihan. Ayo pergi, Kouta. Kamu juga ikut, Rosa."

Rei tampaknya menemukan tekadnya dan mendesak adik kelasnya, meraih tangan tunangannya saat dia berdiri sendiri.

 

"Tunggu, Rei-san!"

 

"Silahkan nikmati waktu kalian bertiga."

Mikaela melihat mereka pergi dengan lambaian.

 

"Kenapa aku harus ikut juga..... " Kata Rosa gugup.

 

[ Sepertinya mereka berdua tampaknya baik-baik saja. Mereka tidak berubah sama sekali sejak perjalanan terakhir kita. ]

Rio tertawa dalam hatinya.

 

"Ahaha......" Celia tertawa canggung.

 

"Kalian berdua terlihat baik-baik saja."

Kata Christina begitu Kouta dan Rei mendekat, tersenyum putus asa. Flora tidak mengenal salah satu dari mereka, jadi dia mundur dengan malu-malu.

 

"Ya, begitulah. Kami senang kalian juga selamat."

Kata Kouta sambil mengangguk.

 

"Aku, Errr, mengucapkan salam yang tulus atas kepulangan kalian berdua dengan selamat, Putri Christina, Putri Flora......."

Rei meletakkan tangan di dadanya dan memberikan salam bangsawan yang penuh hormat. Kefasihannya masih sedikit goyah, tetapi niatnya jelas.

 

"Terima kasih. Itu semua berkat Amakawa-sama."

Kata Christina, menatap Rio.

 

"Senang bertemu dengan kalian lagu, Rei-san, Kouta-san. Aku senang melihat kalian berdua dalam keadaan sehat." Kata Rio.

 

"Kami mendengar kamu menyelamatkan para Putri lagi. Kamu sangat keren, Haruto-san."

Kata Kouta dengan kagum.

 

Rei ikut mengangguk. 

"Benar, benar. Amakawa-dono benar-benar orang yang hebat."

 

"Apa kamu mengubah caramu berbicara, Rei.....?"

Kata-katanya terdengar anehnya seperti bangsawan.

 

"Ah, hmm, aku harus khawatir tentang bagaimana orang memandangku sekarang. Tunanganku sedang dalam proses mengajariku cara berbicara dengan benar. Dia adalah bangsawan asing, seorang Ksatria Kehormatan yang setara dengan seseorang yang memegang gelar Count, jadi jika aku tidak bertindak dengan tepat, aku akan dimarahi karena itu nanti........."

Rei menjawab dengan jujur, menatap Rosa.

 

"................"

 

[ Jangan berani-beraninya kamu mengatakan sesuatu yang aneh. ]

Kata Rosa dengan tatapan tajamnya.

 

"S-Sejujurnya, aku sangat gugup. Para bangsawan pasti mengalami cukup banyak kesulitan."

Rei memperhatikan tatapan Rosa dan menepisnya dengan tawa yang sedikit panik.

 

"Memang."

Rio setuju dengan ekspresi geli.

 

"Jika kamu bertunangan sekarang, apa itu berarti kamu telah menjadi bangsawan?"

 

"Ya. Aku menerima gelar baronet dari Putri Christina. Dan dia ini adalah tunanganku, Rosa Dandy."

Kata Rei, memperkenalkan gadis di sampingnya ke Rio.

 

"S-Senang bertemu denganmu. Namaku Rosa Dandy. Merupakan kehormatan terbesar bagiku untuk dapat menyapa Putri Christina, Putri Flora, dan Amakawa-sama seperti ini."

 

Rosa tampak agak gugup, tetapi dia mampu memberikan salam bangsawan yang lebih baik daripada Rei; Putri seorang baron biasanya terlalu jauh untuk berbicara dengan seorang Putri. Sebagai Ksatria Kehormatan, status Rio juga lebih tinggi, setara dengan Count, dan dia adalah orang yang terbaik, seperti yang dikatakan Rei, jadi kepanikannya paling bisa dimengerti.

 

"Aku mengerti. Senang bertemu denganmu. Namaku Haruto Amakawa."

Rio membalas sapaan itu dengan sopan.

 

"Aku sudah mendengar semua tentangmu dari Rei-san, jadi, umm, suatu kehormatan bisa bertemu denganmu."

 

"Aku juga sangat berhutang budi kepada Rei dalam perjalanan kami ke Rodania, jadi kehormatan itu milikku sepenuhnya."

 

"Umm, aku cukup yakin aku mengandalkanmu sepanjang waktu......."

Kata Rei sambil menggaruk pipinya.

 

"Namamu Rosa, kan? Baron Saiki adalah teman baik sang hero, Rui, jadi pastikan kamu mendukungnya."

Kata Christina kepada Rosa.

 

"B-Baik, Yang Mulia! Aku akan memastikan untuk melakukannya." Rosa menundukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh.

 

"Aku ingin berbicara dengan kalian berdua lagi, namun kita tidak bisa berbicara dengan tenang di sini. Mungkin kita bisa melakukannya di kemudian hari...... Hmm. Kami akan menuju ke Ibukota Galarc lagi dalam waktu seminggu. Apa kalian ingin ikut juga?"

Christina bertanya pada Kouta dan Rei, setelah mendapatkan ide di tengah pembicaraan.

 

"Ke Ibukota Galarc, katamu......?"

 

"Tentu, aku tidak keberatan........"

Kouta dan Rei bertukar pandang dan mengangguk.

 

"Baiklah. Aku akan segera menghubungi kalian lagi dengan detail lebih lanjut." Kata Christina.

 

"Oke." Jawab keduanya serempak.

 

"Apa kamu punya waktu setelah ini, Celia Sensei? Aku ingin berbicara denganmu, bersama dengan Amakawa-sama dan Flora."

 

"Tentu saja. Aku tidak memiliki kelas yang tersisa untuk hari ini."

 

"Kalau begitu mari kita berpindah ruangan. Sepertinya para murid tidak akan pulang jika kita tinggal di sini."

Kata Christina sambil berdiri. Jadi, Rio dan yang lainnya pindah tempat untuk berbicara.