Knight's Respite – Interlude: 「Di Rubia」

 

Kira-kira empat hari yang lalu, di waktu Rio dan kedua Putri kembar Beltrum melarikan diri dari Kerajaan Rubia........

 

"Ah, tidak mungkin kita bisa menang melawan monster itu. Bangsat, sungguh menyebalkan."

Arein menancapkan pedangnya ke tanah dan bergumam kepada dirinya sendiri dengan sangat lelah.

 

[ Apa Lucci dan Ven masih hidup? ]

 

Arein kemudian mencari rekan-rekannya yang telah menabrak dinding benteng sebelumnya. Mereka berdua telah meningkatkan kekuatan fisik mereka dengan menggunakan pedang sihir mereka, karena itu pertahanan mereka meningkat, tapi Rio telah menyerang mereka tanpa ampun.

 

Arein mencoba untuk pergi ke mereka untuk memeriksa apakah mereka bernasib sial dan dipukul sampai mati, atau paling tidak babak belur.

 

"Oi!"

Kikuchi Renji, Hero di samping Arein, meneriakinya dengan marah.

 

"Huh?"

 

"Apa-apaan monster tadi itu?!"

 

"Kami sudah memberitahumu. Bajingan itu adalah orang yang membunuh komandan kami—orang yang mengalahkanmu. Dia musuh kami."

 

"Bagaimana dia bisa terbang?!"

 

Arein berpikir sejenak sebelum menjawab dengan nada lelah.

"Bagaimana aku bisa tahu? Mungkin saja karena pedang sihirnya."

 

"Oi! Arein ?!"

Sylvie turun dari Griffin-nya.

 

[ Dan sekarang adalah si Putri ini.  ]

Arein menghela napas kesal.

 

Pada saat yang sama, Reiss muncul dari dalam benteng, melihat keadaan tempat itu.

"Astaga, sepertinya kau dihajar dengan sangat buruk."

 

Panah yang tak terhitung jumlahnya telah mencungkil, dan menusuk tanah. Tempat itu benar-benar sangat kacau. Gelombang kejut dari pertarungan telah menghancurkan para pemanah di dinding, dan beberapa dari mereka belum mendapatkan kembali pijakan mereka setelah lutut mereka menyerah.

 

"Reiss......" Sylvie memelototinya.

 

"Sayangnya mereka lolos, dan tidak ada yang bisa dilakukan dengan itu. Arein, periksa keadaan Lucci dan Ven." Kata Reiss dengan mudah. Arein segera pergi.

 

"Kau pasti bercanda! Kaulah yang membuat rencana ini, kan?! Kau bilang jika kita menjebaknya di halaman ini dengan kedua Putri itu dengan menyeretnya keluar, kita akan menang........"

Sylvie berkata dengan marah kepada Reiss.

 

Mereka telah menutup gerbang ketika Rio masuk ke halaman, sehingga Arein dan yang lainnya bisa melawannya. Ada pemanah yang mengelilinginya di dinding, dan Griffin yang bersembunyi di luar benteng yang menutup rute pelarian ketiganya setelah pertarungan dimulai. Hasilnya akan diputuskan dengan itu, jadi yang tersisa hanyalah menunggu penyerahan diri Rio. Itulah rencananya, tetapi semuanya tidak berjalan seperti itu.

 

"Aku yakin kau juga puas dengan strateginya, Putri Sylvie?"

 

"Kekuatan tempur Haruto Amakawa berada di luar imajinasiku. Jika aku tahu kalau dia bisa terbang sambil membawa kedua Putri itu........"

Sylvie akan menentang rencana itu.

 

"Kau seharusnya menyadari kekuatannya, bukan? Kau menyaksikan pertarungannya saat perjamuan di Galarc, dan aku juga memberitahumu kalau dia membunuh Lucius, yang mengalahkan hero Renji. Aku mendekatimu untuk kerja samamu justru karena kekuatannya itu."

Reiss menjawab pertanyaan Sylvie dengan samar.

 

[ Yah, bukannya seperti aku akan mengira kalau dia akan terjebak di benteng ini dari awal. ]

Reiss tidak terlalu panik, dia seperti telah mengharapkan usaha pelarian mereka dari awal.

 

"Guh........"

Sylvie menggertakkan giginya. Dia tidak sengaja telah meremehkan kekuatan Haruto Amakawa.

 

[ Sekarang Kerajaan Rubia tidak punya pilihan selain beralih ke Kekaisaran Proxia, terlepas dari hubungan mereka dengan hero Renji. Hero tidak akan bisa melawan kami dengan adanya Putri Sylvie dan Putri Estelle di pihak kami. Kerajaan Galarc dan Restorasi harus mengalihkan sebagian kewaspadaan mereka terhadap Kerajaan Rubia juga. Cukup bagus untuk hasil yang sempurna. ]

Reiss tertawa di dalam dirinya sendiri.

 

"Haruto Amakawa....... Apa dia juga seorang hero?"

Renji bertanya dengan tatapan tegas.

 

"Aku tidak yakin begitu. Apa yang membuatmu berpikir demikian?" Tanya Reis.

 

"Tidak ada......." Kata Renji.

 

[ Namanya pasti terdengar seperti nama orang jepang. Namun dia tidak mirip dengan orang jepang. Apa dia juga diteleportasi ke sini? ]

Renji merenungkan berbagai kemungkinan untuk identitas Rio. Tapi tak satu pun dari pemikarannya yang penting pada akhirnya. Ada sesuatu yang lebih penting yang mengganggunya.

 

[ Jika dia bukan seorang hero, lalu mengapa dia lebih kuat dariku? Hal yang sama berlaku untuk orang bernama Lucius itu. Apa itu artinya ada kekuatan seperti cheat yang lebih kuat di dunia ini daripada para hero? Kenapa aku begitu........ ]

 

[ ........Lemah? ]

Hal itulah yang paling membuatnya frustrasi. Itu sebabnya dia tidak bisa melindungi Sylvie dan Estelle. Dia telah kalah dari Lucius. Dia bahkan tidak bisa mengalahkan Haruto Amakawa.

 

Pada akhirnya, Renji merasa sangat menyedihkan. Hal itu sangat membuat frustrasi dan memicu kebencian sehingga darahnya terasa seperti telah mencapai titik didihnya.

 

[ Aku sangat lemah.......! ]

Renji gemetar karena marah.

 

Kebencian. Dia membenci kelemahannya. Dia juga sangat marah kepada Haruto Amakawa karena melindungi kedua Putri itu di depannya dengan sempurna.

 

[ Aku butuh lebih banyak kekuatan. Aku harus menjadi lebih kuat. Cukup kuat untuk bisa berada di dunia lain ini untuk bertahan...... ]

Hanya dengan mendengar namanya, lawan-lawannya akan gemetar ketakutan dan menghindari pertarungan dengannya. Mereka bahkan tidak akan berpikir untuk mengangkat senjata ke arahnya—begitulah kuatnya dia. Renji diam-diam memutuskan kalau untuk tetap menjadi dirinya sendiri, dia harus menjadi seseorang seperti itu.

 

"Putri Sylvie!"

Pengawas dari benteng, Marco Tonterri, meninggalkan tembok benteng tempat dia mengarahkan para pemanah untuk turun ke halaman. Dia berada dalam kebingungan setelah diliputi oleh kekuatan Rio dari atas dinding.

 

"I-Ini buruk! Ini mengerikan! Saat mereka mendengar kita menyerang Putri Pertama dan Kedua Beltrum....... Kita telah menyatakan perang terhadap sekutu kita, Kerajaan Galarc dan Restorasi!"

Dia menunjukkan bahaya yang jelas akan datang.

 

"Diamlah, Tonteri. Aku sudah tahu itu."

Sylvie menepisnya dengan sedih.

 

"Hal ini tidak akan menghasilkan perang secara instan. Kejadian ini akan membuat mereka curiga kalau Kerajaan Rubia telah mengkhianati mereka untuk Kekaisaran Proxia. Keseimbangan kekuatan di wilayah Strahl saat ini sangat seimbang. Mereka mungkin akan mencoba menekanmu, namun kami akan memastikan untuk mendukungmu ketika itu terjadi."

Kata Reiss, menawarkan dukungan dengan ramah tetapi nada agak aneh.

 

"A-Apa yang kamu katakan itu, Bernard-dono......?"

Marco menatap Reiss dengan curiga. Bernard adalah nama keluarga dari keluarga bangsawan yang digunakan Reiss saat berpindah-pindah di Kerajaan Rubia. Dengan kata lain, Marco tidak mengetahui identitas Reiss.

 

"Yang benar adalah, aku seorang bangsawan dari Kekaisaran Proxia."

 

"Ap......."

Ketika Reiss mengungkapkan latar belakangnya, rahang Marco ternganga.

 

"Kita berada di kapal yang sama sekarang, Kekaisaran Proxia dan Kerajaan Rubia. Mari kita berhubungan dengan baik, oke?"

 

"................"

Sylvie terdiam dengan cemberut, sementara Marco masih tercengang. Suara ceria Reiss tidak sesuai dengan suasananya.

 

[ Apa orang ini seorang psikopat? ]

Renji menatap Reiss dengan jijik.

 

"Kau akan bersamaku untuk saat ini."

Kata Reiss kepadanya.

 

"Apa yang akan kau lakukan kepadaku.......?"

 

"Aku akan membuatmu lebih kuat. Hal yang sama berlaku untuk para hero lainnya, namun kau hanya dapat mengeluarkan sebagian kecil dari kekuatan Divine Arms-mu sekarang."

 

"Apa?"

 

"Aku bilang aku bisa membuatmu lebih kuat."

 

"Bagaimana kau bisa? Tidak, bahkan jika kau bisa melakukan itu, mengapa kau mau melakukannya?"

Renji menatap Reiss seolah-olah dia berpikir Reiss sangat mencurigakan.

 

"Aku ingin kau bergerak demiku di masa depan, kau tahu? Itu sebabnya aku harus membuatmu lebih kuat. Kita akan bekerja sama satu sama lain di beberapa titik, jadi ini bisa dianggap sebagai simbol kepercayaanku."

Jawab Reiss riang.

 

"Apa kau tidak ingin menjadi lebih kuat?"

 

"Cih, baiklah......."

Renji menganggukkan kepalanya, dalam keinginannya untuk mendapatkan kekuatan.