Hero's Rhapsody – Chapter 4 : 「Sementara itu.....」
Saat setelah Rio meninggalkan desa bersama Christina dan Flora, Pangeran Pertama – Duran – dari Kerajaan Paladia memberikan salam perpisahan kepada Rio dan mampir ke desa sebelum dia kembali ke Kastil.
Penduduk desa menyaksikannya memasuki desa mereka dengan ketakutan, tetapi dia bahkan tidak melirik mereka saat dia langsung menuju jalan setapak yang menuju jalan utama. Di tangannya, dia membawa pedang Lucius yang dia dapatkan dari Rio.
"Bukankah ini Pangeran Duran."
Saat dia hendak meninggalkan desa, seseorang muncul di jalan Duran. Orang itu adalah Reiss, duta besar Kekaisaran Proxia.
"Oh? Sejak kapan kau sampai di sini?"
Jawab Duran sambil tersenyum.
"Beberapa waktu lalu. Setelah Lucius terbunuh. Astaga, sungguh skema yang licik."
Keluh Reiss sambil menghela napas kesal saat dia memprotes.
Duran mengangkat bahunya secara dramatis dan pura-pura tidak tahu.
"Hmm? Aku tidak ingat merencanakan apapun."
"Kau mengabaikan permintaanku demi Lucius, bukan?"
"Aku hanya diberitahu oleh Lucius kalau rencananya telah berubah. Tidak ada cara bagiku untuk mengetahui perintah mana yang asli, jadi aku yakin pada orang yang datang kepadaku secara langsung."
"Kenapa kau memberiku lokasi yang salah? Faktanya kau menipuku tentang lokasi Haruto Amakawa dan Lucius. Aku akhirnya mencari di sekitar area yang tidak ada hubungannya karena ulahmu."
Setelah Lucius menggunakan kristal teleportasi untuk menuju Kerajaan Paladia, Aishia mengejar Reiss.
Begitu dia baru saja melarikan diri, dia terbang ke Paladia dan mengunjungi Duran. Tetapi ketika dia bertanya tentang keberadaan Rio dan Lucius, dia diberitahu kalau Rio telah dikirim ke tempat lain dan Lucius telah mengejarnya.
"Bwahahaha! Itu karena situasinya berubah setelah aku berbicara denganmu. Aku tidak tahu bagaimana dan mengapa hal itu bisa berubah, tapi Haruto muncul kembali di hadapanku setelah kau pergi. Kemudian Lucius muncul kembali juga. Setelah itu, aku mengikuti perintah Lucius dan memancing Haruto ke desa ini. Tapi siapa yang mengira kalau Lucius bisa mengecoh orang sepertimu? Kau benar-benar tampak panik dengan itu."
Kata Duran, berbohong dengan lancar, mengklaim dirinya tidak bersalah dengan percaya diri.
"Memang, aku benar-benar tertipu kali ini..... Dan sebagai hasilnya, aku mengalami cobaan yang cukup berat. Yah, apa yang terjadi biarlah terjadi. Dengan kematian Lucius, tidak ada cara untuk mengetahui kebenarannya, dan aku juga tidak bermaksud menghukummu." Kata Reiss, menghela napas dan mundur dengan enggan.
"Selain itu, aku terkesan kau berhasil sampai di sini. Bagaimana kau tahu kalau ini adalah tempatnya?"
Duran bertanya karena penasaran.
"Tidak ada yang mengesankan tentang bagaimana aku tidak berhasil tepat waktu. Aku cukup banyak tiba di tempat yang merepotkan. Bagaimana caranya, yah — itu rahasia." Kata Reiss.
Reiss kemudian melihat pedang di tangan Duran.
Duran memperhatikan tatapan Reiss dan mencoba mengakhiri percakapan dengan cepat.
"Hmm. Aku kira itu tidak masalah. Jadi, apa urusanmu denganku? Aku mau segera kembali ke Ibukota."
"Jangan terburu-buru. Aku ingin meminta sesuatu darimu — bisakah kau mengembalikan pedang itu kepadaku?"
"Mengembalikan? Itu aneh. Ketika Lucius terbunuh, Haruto menjadi pemilik pedang ini, kan? Dan aku menerima ini darinya karena dia bilang dia tidak membutuhkannya. Dan kau sekarang menyuruhku untuk mengembalikan pedang yang seharusnya menjadi milikku?"
"Pedang itu awalnya milikku — Aku membiarkan Lucius meminjamnya. Aku adalah pemilik sebenarnya."
"Apa kau punya bukti tentang itu?"
Kata Duran, tertawa kecil sambil tersenyum.
"Tentu saja, aki tidak akan memintamu untuk mengembalikannya secara gratis. Aku akan menawarkan beberapa pedang sihir dari Kekaisaran kami sebagai gantinya."
Itu adalah tawaran yang luar biasa.
"Oho, jadi kau berkata kalau pedang ini mempunyai nilai yang sama dengan pedang sihir? Aku berharap itu menjadi luar biasa berdasarkan mantra yang tertanam di dalamnya, tapi....."
Kata Duran, tidak langsung menerimanya.
"Aku tidak akan menyangkalnya, tapi pedang itu adalah pedang yang sangat kejam di masa lalu."
"Apa kau mengatakan kalai pedang ini terkutuk?"
"Aku sendiri tidak yakin, tetapi pedang itu memiliki pemikirannya sendiri. Pedang itu menikmati darah orang yang hidup dan menelan jiwa orang-orang yang dibunuhnya. Dikatakan kalau pada akhirnya memakan jiwa pemiliknya juga."
Kata Reiss dengan seringai menyeramkan.
"Pedang yang memakan pemiliknya..... Kau pikir aku akan dimakan olehnya?"
Duran tertawa terbahak-bahak, lalu menatap pedang Lucius. Bilahnya benar-benar diselimuti kegelapan, tidak memantulkan cahaya sama sekali.
"Yah, itu jika kau bisa mengeluarkan kekuatan pedang itu dari awal. Pedang ini agak khusus tentang pemiliknya. Pedang yang tidak akan menyetujuimu kecuali jika kau seorang yang menyimpang seperti Lucius; seseorang yang menyerahkan emosi negatifnya dan senang membunuh orang lain. Jika seseorang yang tidak cocok untuk pedang itu dan menggunakannya, mereka hanya akan mengayunkan pedang tajam dengan bilah hitam."
"Cukup menarik. Mari kita uji itu."
Kata Duran, mencemooh, mengirimkan esensi sihir ke pedang Lucius.
Caranya itu adalah cara menguji kemampuan yang dimiliki sebagian besar pedang sihir yang ada di dunia. Jika penggunanya cocok untuk pedang itu, mereka akan langsung merasakannya.
"Hmph. Tidak cukup, ya?"
Kata Duran dengan tidak senang.
"Benar bukan? Apa kau ingin mengembalikannya sekarang?" Kata Reis, tersenyum.
"Tch, aku terima pertukaran itu."
Duran setuju, mendecakkan lidahnya dengan kesal.
"Bawalah pedang sihir ini — aku akan menyimpannya sampai saat itu."
Duran dengan keras kepala berpikir untuk meminta para Ksatrianya menguji kemampuan mereka dalam menggunakan pedang sihir itu.
"Baiklah. Aku akan kembali ke Kekaisaran Proxia di kemudian hari dan mengambil beberapa pedang sebelum mengirim utusan ke Kastilmu. Aku memiliki beberapa urusan kecil yang harus diselesaikan setelah ini, jadi aku tidak akan langsung memberikannya — dan membutuhkan waktu lebih dari dua atau tiga minggu."
Kata Reiss menundukkan kepalanya dengan senyuman yang terlihat palsu.
Duran menyipitkan matanya.
"Urusan kecil, katamu..... Apa itu ada hubungannya dengan Haruto?"
"Betapa tajamnya dirimu."
Mulut Reiss melengkung dengan tawa, tidak repot-repot menyembunyikan apapun.
"Bukankah itu sudah jelas? Kau memintaku untuk bekerja sama dalam memancing Haruto sejak awal. Sekarang Lucius melakukan langkah pertama dan gagal, wajar saja jika aku menganggap tujuanmu belum tercapai."
Dalam hal ini, Duran akan menganggap target Reiss berikutnya adalah Haruto sendiri.
"Aku tidak hanya gagal dalam mencapai tujuanku — Tujuanku tidak mungkin lagi untuk dicapai sama sekali sekarang karena Lucius sudah mati. Rencanaku adalah mengatur pertarungan antara Lucius dan bocah itu, kau sudah tahu itu, bukan." Jawab Reiss dengan muram.
"Jika demikian, aku tidak melihat alasan mengapa Lucius akan bertindak melawanmu, karena menurutku dia juga menginginkan pertarungan dengan Haruto....."
Mengapa keduanya tidak bekerja sama satu sama lain?
Duran tidak mendengar apapun tentang itu dari Lucius, jadi dia memiringkan kepalanya dengan ragu.
"Aku juga tidak mengerti. Tujuan dan minat kami selaras dengan sempurna, namun untuk beberapa alasan Lucius tidak bisa mempercayaiku sebagai partnernya. Inilah mengapa manusia itu....."
[ Makhluk yang membingungkan. ]
Reiss menghela napasnya seolah mengatakan itu.
"Kau tentu saja orang yang paling diwaspadai yang pernah kutemui — cukup untuk merasa khawatir membayangkan mempercayakan punggungku kepadamu dalam perang. Dan karena itu aku bisa berhubungan dengan Lucius di sana."
Duran tertawa terbahak-bahak.
"Namun, aku mencoba untuk bertindak serasional mungkin agar dapat dipercaya."
"Terlalu rasional. Kau mungkin harus belajar menjadi emosional bila perlu."
"Emosional, katamu..... Kedengarannya sulit. Kalau begitu, kurasa aku harus pergi sekarang."
Kata Reiss, mencemoohnya, lalu meninggalkan area itu. Dia sedang menuju tempat di mana Haruto melawan Lucius.
"Tunggu." Kata Duran, memanggilnya.
"Ya?"
"Aku tahu kau punya misteri sendiri, tapi kau tidak bisa menang melawan Haruto."
"Aku sudah tahu itu. Lagipula, aku hampir mati ketika aku melawannya."
Kata Reiss, mengangguk setuju atas kata-kata Duran yang terus terang.
"Mengapa kau mengejarnya? Aku menyaksikan pertarungannya dengan Lucius, dan jelas kalau kau akan berjalan menuju kematianmu sendiri. Aku tidak peduli jika kau membuatnya marah dan menyebabkan masalah bagi Kekaisaran Proxia, namun dia juga seorang Ksatria Kehormatan Galarc, kan? Paling buruk, dia bisa muncul di medan perang jika Galarc dan Proxia berperang. Paladia bersekutu dengan Proxia, jadi aku akan menghadapi risiko menghadapinya — dan aku tidak berniat untuk kalah dalam pertarungan itu, kau tahu?" Duran menekankan dengan nada tajam, menaruh rasa panas di balik kata-katanya.
"Aku bisa mengikuti alur pemikiran itu, tetapi apa yang kau ingin aku lakukan?"
"Aku menyuruhmu untuk kembali jika kau akan memprovokasinya secara tidak perlu. Jika duta besar Proxia muncul dalam situasi di mana para Putri Beltrum diculik, maka keterlibatan Proxia dalam insiden tersebut akan terlihat jelas. Kecurigaan terhadap Paladia juga akan meningkat."
Mereka sudah menginjak tepi zona abu-abu dalam keadaan mereka saat ini, tetapi jika Reiss berbuat sesuatu sekarang, mereka akan sepenuhnya berdiri di zona merah.
Reiss tertawa kecil geli.
"Hahaha! Keras, tapi cukup benar. Yakinlah, aku tidak berencana meluncurkan serangan mendadak kepadanya atau apapun. Hal itu tidak akan menjadi masalah jika Lucius mengecohku dan menang, tapi— situasi telah berubah sekarang setelah dia dikalahkan."
Reiss menjawab dengan serius atas kekhawatiran Duran tentang Rio.
"Apa yang ingin kau lakukan ke arah yang kau tuju itu?"
"Mereka semua adalah tokoh penting, kau tahu — Putri Christina dan Putri Flora juga termasuk. Aku akan mengamati langkah mereka selanjutnya dari jauh. Tapi aku tidak akan bergerak ke arah mereka saat mereka masih di Kerajaan Paladia. Aku agak menghargai hidupku." Kata Reiss sambil mengangkat bahunya, melewati Duran dan berjalan pergi.
[ Bukan urusanku jika dia mati di suatu tempat..... Tapi dia bertingkah lebih mencurigakan sejak para Hero muncul. Hmm. ]
Duran melotot tajam ke punggung Reiss dan merasakan sesuatu yang tidak diketahui akan terjadi.
◇◇◇◇
Sementara itu, di dalam hutan di pinggiran Rodania, Celia mengunjungi rumah batu bersama Aishia.
Pertemuan mereka dengan Reiss di Rodania, membuat Aishia mengejarnya, dan Celia dibawa oleh Orphia di tengah jalan untuk bersembunyi di rumah batu semuanya terjadi sehari sebelum kemarin.
Begitu Aishia merasa telah mengalahkan Reiss dan kembali ke rumah batu, Celia segera pergi untuk memeriksa situasi di Rodania.
Di sana dia mengetahui kalau Christina dan Flora telah menghilang dan menghabiskan seharian sejak kemarin di Rodania mengawasi situasi untuk setiap perkembangan sebelum menyelinap ke rumah batu hari ini. Dia disambut oleh Miharu, Latifa, Sara, Orphia, dan Alma, dia duduk di sofa di ruang tamu bersama Aishia.
"Terima kasih untuk hari sebelumnya, semuanya. Aku ingin datang berkunjung kemarin, tetapi situasi yang mengerikan telah muncul di Restorasi."
Celia melihat sekeliling semuanya saat dia mengucapkan terima kasih, lalu menghela napasnya dengan cemas.
"Apa yang telah terjadi?" Sara bertanya.
"Putri Christina dan Putri Flora telah hilang."
"Heh...?" Semuanya menjadi terkejut.
"Mereka tampaknya menghilang dalam perjalanan kembali dari Kerajaan Galarc. Kapal sihir yang mereka gunakan diserang dan banyak orang yang ada di dalamnya terbunuh."
Kata Celia, menjelaskan dengan ekspresi sedih.
"Mereka masih belum ditemukan, kan? Apa kamu punya petunjuk....?" Orphia bertanya.
"Mereka belum ditemukan. Tidak ada petunjuk juga. Pengawal mereka, Vanessa, secara ajaib selamat, tetapi dia kehilangan begitu banyak darah sehingga dia masih tidak sadarkan diri sampai sekarang...."
"Vanessa......"
"Apa dia akan baik-baik saja.....?"
Orphia dan Alma khawatir.
"Dia akan baik-baik saja..... Mungkin. Luka-lukanya telah ditutup oleh sihir penyembuhan, pernapasannya stabil, dan dia tidak demam atau apapun."
Kata Celia, menjelaskan.
"Jika ada yang bisa kami lakukan untuk membantu pencarian Putri Christina....."
Sara menawarkan dengan ekspresi khawatir.
Sara, Orphia, dan Alma telah bepergian bersama Christina dan Vanessa dari Cleia ke Rodania, jadi mereka bukan orang asing bagi mereka.
"Terima kasih."
Kata Celia dengan senang, lalu segera beralih ke ekspresi tegas.
"Tapi kalian harus tinggal dan memperkuat pertahanan kalian di sini. Aishia mengalahkan Reiss, tetapi fakta kalau Putri Christina dan Putri Flora diserang itu sangat mengkhawatirkan. Kalian tidak boleh pergi saat Rio tidak ada di sini."
"Aku mengerti....." Kata Sara, mengangguk pelan.
"Namun, timmingnya agak aneh. Hilangnya Christina dan Flora di luar Rodania bertepatan dengan kemunculan Reiss di dalam Rodania..... Aku membayangkan jika kedua insiden itu berkaitan."
Kata Alma sambil berpikir.
"Kamu juga berpikir begitu? Kami juga tidak pernah mengetahui tujuan Reiss ketika dia menyusup ke dalam gedung....." Bahkan tanpa bukti, kecurigaan terhadap Reiss tetap ada. Celia menggigit bibirnya dengan lesu.
Miharu ragu-ragu mengangkat tangannya.
"Mungkinkah kamu adalah targetnya?"
"Hmm..... Aku pikit tidak. Dia mencoba melarikan diri begitu kami bertemu dengannya. Dan dia benar-benar melarikan diri juga...... Aku berpikir akan lebih wajar untuk menganggapnya memiliki urusan di kantor pusat."
Jawab Celia. Fakta kalau tindakan pertama Reiss adalah menjatuhkan segalanya dan lari membuatnya berpikir kalau dirinya bukanlah targetnya.
"Apa kamu memberitahu orang-orang Restorasi kalau Reiss telah menyelinap ke dalam gedung?"
Orphia bertanya kepadanya.
"Ya. Aku memberitahu mereka kalau seorang laki-laki yang menyerupai duta besar Kekaisaran Proxia telah menyelinap ke dalam gedung dan melarikan diri begitu aku melihatnya. Tidak ada orang lain di sana untuk menyaksikannya, jadi aku menyembunyikan kehadiran Aishia, jadi....."
"Apa yang dikatakan orang-orang Restorasi?"
Alma bertanya kepadanya.
"Mereka hampir memiliki pendapat yang sama denganku — Kalau Reiss telah menyelinap ke kantor pusat untuk mencuri sesuatu dari Restorasi. Mereka juga mengatakan kalau mereka sedang mempertimbangkan kemungkinan serangan kapal sihir udara sebagai ulah dari Kekaisaran Proxia atau upaya kolaboratif antara faksi Reiss dan Duke Arbor. Meskipun mereka tidak dapat melihat alasan mengapa duta besar itu sendiri akan melakukan hal seperti ini...... Mereka akan menyelidikinya lebih jauh di samping pencarian Putri Flora dan Putri Christina."
Ketika Celia selesai berbicara, dia menghela napasnya dengan berat.